Penambahan Bentonit dan Frekuensi Penyiraman untuk Peningkatan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Bermuda (Cynodon dactylon var evergreen).

PENAMBAHAN BENTONIT DAN FREKUENSI
PENYIRAMAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS VISUAL
DAN FUNGSIONAL RUMPUT BERMUDA
(Cynodon dactylon var evergreen)

AMALIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penambahan
Bentnit dan Frekuensi Penyiraman untuk Peningkatan Kualitas Visual dan
Fungsional Rumput Bermuda (Cyndon dactylon var. Evergreen) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Amalia Permatasari
A44110008

ABSTRAK
AMALIA PERMATASARI. Penambahan Bentonit dan Frekuensi Penyiraman
untuk Peningkatan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Bermuda (Cynodon
dactylon var evergreen). Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Lapangan golf umumnya didominasi pasir sebagai media tanam. Akibatnya,
permeabilitas media tinggi sehingga penyiraman menjadi tidak efisien. Penelitian
ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan bentonit dan frekuensi
penyiraman terhadap kualiatas visual dan fungsional rumput bermuda (Cynodon
dactylon var evergreen). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah penambahan

bentonit yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 100% pasir; 87,5% pasir + 12,5% bentonit
25 mesh, dan 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh. Faktor kedua adalah frekuensi
penyiraman yang terdiri dari 3 taraf yaitu setiap hari, setiap dua hari sekali, dan
setiap tiga hari sekali, dengan setiap penyiraman diberikan 400 ml/pot. Percobaan
ini menggunakan tiga ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Perlakuan
campuran media tanam dengan frekuensi penyiraman memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap seluruh peubah pengamatan. Kombinasi perlakuan
campuran media pasir 75% + bentonit 25% dengan frekuensi penyiraman setiap
dua hari sekali menghasilkan kualitas visual terbaik pada peubah penutupan
tajuk, kepadatan pucuk, dan warna daun. Kombinasi perlakuan campuran media
pasir 87,5% + bentonit 12,5% dengan frekuensi penyiraman setiap dua hari sekali
menghasilkan kualitas visual dan fungsional terbaik pada peubah tinggi rumput,
bobot kering pangkasan, bobot kering tajuk, serta pada efisiensi penggunaan air
penyiraman (EPAI). Kombinasi perlakuan campuran pasir 75% + bentonit 25%
dengan frekuensi penyiraman setiap tiga hari sekali menghasilkan kualitas
fungsional terbaik pada peubah bobot kering akar dan panjang akar.
Kata kunci: bentonit, penyiraman, kualitas fungsional, kualitas visual, rumput
bermuda

ABSTRACT

AMALIA PERMATASARI. Addition of Bentonite and Frequency of Irrigation to
Improving Visual and Functional Quality of Bermuda Grass(Cynodon dactylonvar
evergreen). Supervised by NIZAR NASRULLAH
Golf courses are generally dominated by sand as growing media. As a
result, high-permeability media so that watering becomes inefficient. This
research was conducted to study the effect of the addition of bentonite and
frequency of irrigation to improving visual and functional quality of bermuda
grass (Cynodon dactylon var evergreen). Experiments using factorial completely
randomized design with two treatment factors. The first factor is the addition of
bentonite which consists of three levels ie 100% sand, 87.5% + 12.5% sand
bentonite 25 mesh, and 75% sand + 25% bentonite 25 mesh. The second factor is
the frequency of irrigation which consists of three levels ie every day, every two

days, every three dayswith a volume of 400 ml / basin. This experiment uses three
replications, so that there are 27 units experiment. Treatment of growing media
mix with the irrigation frequency give significantly different results against all
variables observation. Combination treatment media mix bentonite sand 75% +
25% with irrigation frequency of once every two days produce the best visual
quality at the variable crown cover, shoot density and color of the leaves.
Combination treatment media mix sand bentonite 87.5% + 12.5% with irrigation

frequency of once every two days produce the best visual quality and functional at
high variable grass, clipping dry weight, shoot dry weight, as well as on the
efficiency of irrigation water use (EPAI). Combination treatment of a mixture of
sand 75% + 25% bentonite with irrigation frequency of once every three days
produce the best functional quality at the variable root dry weight and root length.
Keywords: bentonite, irrigation, functional quality, visual quality, bermuda grass

PENAMBAHAN BENTONIT DAN FREKUENSI PENYIRAMAN
UNTUK PENINGKATAN KUALITAS VISUAL DAN
FUNGSIONAL RUMPUT BERMUDA
(Cynodon dactylon var evergreen)

AMALIA PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Penambahan Bentnit dan Frekuensi Penyiraman untuk Peningkatan
Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Bermuda (Cyndon dactylon var
evergreen)”. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2015 sampai Juli 2015.
Terima kasih penulis ucapan kepada Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr. selaku
pembimbing akademik serta pembimbing skripsi, atas bimbingan, dukungan,
pelajaran serta motivasi yang telah diberikan. Kepada Rezky Khrisrachmansyah,
M.T. selaku dosen pembahas seminar pada tanggal 20 Agustus 2015 serta kepada
dosen penguji sidang Dr. Ir. Suwardi, M.Agr dan Pingkan Nuryanti, S.T, M.Eng.
pada tanggal 24 Agustus 2015. Terima kasih juga pada Beasiswa Bidikmisi, H.
Sadeli, dan Pak Eko atas bantuan yang diberikan di dalam penelitian ini.
Di samping itu, tak lupa ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada

Basuki Rakhmat (bapak), Sri Rejeki (ibu), Astiti Retno Putri (kakak), Adinda
Sekar Imani (adik), Agung Ardani (adik), M. Zacky (kakak ipar) dan Ferry
Ardianto Nugroho (kekasih) yang telah banyak memberikan dukungan moral
maupun materil untuk sampai di titik ini. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih
kepada teman-teman sebimbingan yaitu Remiya Samantha, Rahadian Agung,
Bagus Prasetyo, dan Sri Rengganis. Serta teman-teman yang selalu mendukung
dan memberikan bantuan selama penelitian yaitu Wawardah Ismah, Lucky Gilang
Maulidan, Lily Ayu Andriani, Aditya Pratama, Prajana Paramitha, Corneola
Cocita, Shara Zen, dan teman-teman ARL48.

Bogor, Agustus 2015

Amalia Permatasari

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................... 2
Tujuan ................................................................................................................. 2
Manfaat ............................................................................................................... 2
Hipotesis ............................................................................................................. 2

Kerangka Pikir .................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
Rumput Bermuda ................................................................................................ 3
Kualitas Visual dan Fungsional Hamparan Rumput ........................................... 4
Syarat Tumbuh .................................................................................................... 6
Pemupukan .......................................................................................................... 6
Bentonit ............................................................................................................... 7
Penyiraman ......................................................................................................... 8
Transpirasi dan Evapotranspirasi ........................................................................ 8
METODE ................................................................................................................... 9
Lokasi dan Waktu ............................................................................................... 9
Bahan dan Alat .................................................................................................... 9
Metode Penelitian ............................................................................................... 9
PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................................................. 10
Persiapan Tempat dan Bahan .............................................................................. 10
Penanaman .......................................................................................................... 11
Pemeliharaan ....................................................................................................... 12
Pengamatan dan Pengambilan Data .................................................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 16
Bobot Isi .............................................................................................................. 17

Porositas .............................................................................................................. 19
Permeabilitas ....................................................................................................... 20
Persentase Penutupan Tajuk ............................................................................... 22
Tinggi Rumput .................................................................................................... 25
Kepadatan Pucuk ................................................................................................ 27
Warna .................................................................................................................. 28
Bobot Kering Pangkasan ..................................................................................... 30
Bobot Kering Tajuk ............................................................................................ 31
Bobot Kering Akar .............................................................................................. 32
Panjang Akar ....................................................................................................... 34
Korelasi Antar Peubah ........................................................................................ 35
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 37
Simpulan ............................................................................................................. 37
Saran ................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 37
LAMPIRAN ............................................................................................................... 40

DAFTAR TABEL
1 Skor warna daun berdasarkan Munsell Colour Chart ........................................ 15
2 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap bobot isi ............................................. 18

3 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap porositas ............................................. 19
4 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap porositas ............................................. 21
5 Kriteria kelas laju permeabilitas dan perkolasi tanah (USSCS)a ....................... 22
6 Interaksi antara kombinasi perlakuan terhadap persentase penutupan tajuk ..... 24
7 Pengaruh perlakuan media tanam dan frekuensi penyiraman terhadap
tinggi rumput ..................................................................................................... 25
8 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap tinggi rumput ..................................... 26
9 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap kepadatan pucuk ................................ 27
10 Kriteria kelas kepadatan pucuk menurut Beard (1982) .................................... 28
11 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap warna daun ...................................... 29
12 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap bobot kering pangkasan ................... 31
13 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap bobot kering tajuk ........................... 32
14 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap bobot kering akar ............................ 32
15 Rasio bobot kering tajukdengan bobot kering akar .......................................... 33
16 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap panjang akar .................................... 34
17 Interaksi kombinasi perlakuan terhadap panjang akar .................................... 35
18 Korelasi antar peubah ....................................................................................... 36

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................................... 3

2 Kondisi fisik bentonit ........................................................................................ 10
3 Pengisian dalam pot ............................................................................................ 11
4 Penanaman rumput dalam pot ........................................................................... 11
5 Pengambilan sampel media tanam .................................................................... 13
6 Kuadran 10 cm x 10 cm...................................................................................... 15
7 Plasmolisis pada rumput perlakuan penyiraman tiga hari sekali ........................ 16
8 Hama dan gulma yang terdapat dalam penelitian .............................................. 17
9 Grafik bobot isi pada kombinasi perlakuan ........................................................ 18
10 Grafik porositas pada kombinasi perlakuan ..................................................... 20
11 Grafik permeabilitas pada kombinasi perlakuan .............................................. 21
12 Persentase penutupan tajuk pada campuran media tanam ................................ 23
13 Persentase penutupan tajuk pada frekuensi penyiraman .................................. 23
14 Warna daun pada kombinasi perlakuan ............................................................ 30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Denah Penelitian ................................................................................................ 40
2 Gambar Lokasi Penelitian .................................................................................. 40
3 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Isi ................................................................. 41
4 Hasil Sidik Ragam Peubah Porositas ................................................................. 41
5 Hasil Sidik Ragam Peubah Permeabilitas .......................................................... 41

6 Hasil Sidik Ragam Peubah Persentase Penutupan Tajuk ................................... 41
7 Hasil Sidik Ragam Peubah Tinggi Rumput ....................................................... 42
8 Hasil Sidik Ragam Peubah Kepadatan Pucuk .................................................... 43
9 Hasil Sidik Ragam Peubah Warna Daun ........................................................... 44
10 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Kering Pangkasan ...................................... 45
11 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Kering Tajuk ............................................. 46
12 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Kering Akar ............................................... 46
13 Hasil Sidik Ragam Peubah Panjang Akar ........................................................ 46
14 Hasil Sidik Ragam Peubah Efisiensi Penggunaan Air Penyiraman ................. 47

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Golf merupakan salah satu bentuk permainan olahraga yang bersifat
rekreatif. Hal tersebut karena pemain dapat menikmati pemandangan alam di
sekitar padang golf saat melakukan permainan. Vegetasi yang mendominasi di
area permainan golf adalah hamparan rumput.
Permainan golf akan menarik dan menyenangkan jika didukung dengan
kualitas hamparan rumput yang indah. Menurut Turgeon (1991), kualitas
hamparan rumput dibagi menjadi dua, yaitu kualitas visual dan kualitas
fungsional. Kualitas visual terdiri dari kepadatan, teksture, keseragaman warna,
keberadaan partikel di permukaan, serta kemurnian jenis rumput.Sedangkan
kualitas fungsional hamparan rumput terdiri dari ketinggian pangkas, berat kering
pucuk, berat kering akar, panjang akar, serta elastisitas rumput.
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rumput adalah ketersediaan
air dan nutrisi yang harus selalu kontinyu dalam jumlah yang cukup.Hal ini
disebabkan karena media lapangan golf didominasi oleh pasir sehingga
mempunyai kapasitas retensi air dan nutrisi yang kecil. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan nutri adalah dengan memodifikasi
media tumbuh dan berkembangnya akar. Modifikasi dilakukan dengan
mencampurkan media lain pada media utama (Krisantini et al 1993).
Bentonit adalah batuan dengan butiran yang sangat halus dan banyak
mengandung mineral clay silikat.Mineral clay silikat pada bentonit didominasi
oleh montmorillonit, yaitu mineral clay yang dibentuk dari komponen dasar
tetrahedron silikon-oksigen dan oktahedron alumunium (Foth 1994). Kandungan
mineral clay yang tinggi dalam bentonit diharapkan dapat mengurangi tingkat
permeabilitas media sehingga kandungan air dan nutrisi yang dibutuhkan rumput
akan tercukupi.
Pengaturan penyiraman adalah salah satu pengelolaan rumput yang penting
dilakukan.Untuk menjaga kualitas tanaman yang dikelola dalam areal wilayah
yang luas seperti lapangan golf, penyiraman dapat menjadi faktor yang dapat
meningkatkan biaya produksi.
Ketika pengelola menginginkan kualitas turfgrass yang tinggi, terkadang
dilakukan penyiraman dengan frekuensi tinggi. Namun hal tersebut menjadi
masalah karena dapat meningkatkan biaya produksi. Frekuensi penyiraman yang
tinggi tidak dibenarkan dalam mengelola tanaman. Selain akan timbul serangan
penyakit, akan banyak air yang terbuang dalam bentuk perkolasi, evaporasi, dan
run off. Untuk mengurangi volume penyiraman dapat dilakukan dengan
pengurangan permeabilitas media pasir dengan memodifikasi mediapasir.
Christians (2004) menyatakan turf biasanya membutuhkan 1 hingga 1.5
inchi air per minggu untuk kondisi perawatan normal. Menurut Emmons (2000)
tingkat kebutuhan air yang dibutuhkan dari turfgrass bergantung pada keadaan
atmosfer. Kelembaban relatif, sinar matahari, dan angin dapat meningkatkan
tingkat transpirasi.Sebanyak 90% air diambil dari akar dapat hilang melalui
stomata. Tanaman membutuhkan 2280-2660 liter air untuk memproduksi 1 pound
setara dengan 453,5924 gram berat kering. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan

2

bergantung pada spesies dan atau kultivar, kedalaman akar, iklim, tingkat
perawatan, intensitas digunakannya lahan turfgrass tersebut, jenis tanah, dan
kualitas rumput yang diinginkan.
Pengaturan penyiraman yang kurang tepat dapat mempengaruhi kualitas
visual dan fungsional dari turfgrass.Selain itu, dengan menentukan frekuensi
penyiraman yang tepat dapat menurunkan biaya pengelolaan tanpa menurunkan
pertumbuhan dan kualitas dari turfgrass.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian bentonit dan frekuensi penyiraman
terhadap kualitas visual dan fungsional rumput bermuda (Cynodon dactylon
var evergreen).
2. Untuk mengetahui kombinasi terbaik dari pemberian bentonit dan frekuensi
penyiraman terhadap kualitas visual dan fungsional rumput bermuda (Cynodon
dactylon var evergreen).
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemberian
bentonit dan frekuensi penyiraman pada rumput bermuda sehingga dapat dibuat
rekomendasi terbaik untuk mendapatkan kualitas visual dan fungsional rumput
bermuda (Cynodon dactylon var evergreen) yang sesuai standar permainan golf.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penambahan bentonit berpengaruh nyata terhadap kualitas rumput bermuda
2. Frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap kualitas rumput bermuda
3. Interaksi campuran media tanam dengan frekuensi penyiraman berpengaruh
nyata terhadap kualitas rumput bermuda
4. Diperoleh kombinasi antara campuran media tanam dengan frekuensi
penyiraman yang menghasilkan kualitas visual dan fungsional rumput bermuda

Kerangka Pikir
Rumput sangat berpengaruh di dalam permainan golf. Jenis rumput yang
banyak digunakan dalam lapangan golf adalah rumput bermuda. Dalam penelitian
ini, rumput bermuda yang digunakan yaitu Cynodon dactylon var evergreen.
Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu frekuensi penyiraman dan
campuran media tanam dengan penambahan bentonit. Perlakuan tersebut
diharapkan dapat mempengaruhi kualitas visual dan fungsional dari rumput
bermuda. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan
standar kualitas lapangan golf. Kesimpulan yang didapatkan kemudian dijadikan
rekomendasi frekuensi penyiraman dan penambahan bentonit untuk perbaikan

3

kualitas visual dan fungsional rumput bermuda. Keranga pikir dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Bermuda
Rumput bermuda merupakan tanaman perennial yang tergolong ke dalam
divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledoneae, keluarga Graminae, dan genus
Cynodon (Dayton 1943). Menurut Turgeon (2005) rumput bermuda merupakan
rumput iklim panas yang tidak toleran pada suhu yang sangat dingin dan
umumnya digunakan untuk lapangan rumput (turf), lapangan olahraga, dan tepi
jalan raya. Rumput ini dapat beradaptasi baik di seluruh kawasan beriklim lembab
dan kawasan kering beririgasi. Morfologi rumput bermuda menurut Beard (1982)
dan Turgeon (2005) yaitu lidah daun dikelilingi oleh rambut-rambut dengan

4

panjang 2-5 mm, tidak mempunyai kelopak daun, pinggiran daun sempit dan
berbulu, kedua permukaan daun licin dengan ujung meruncing, pembungaan
dengan 4 atau spike cabang. Menurut Smiley et al (1992), panjang daun berkisar
antara 1-15 cm, sedangkan menurut Beard (1982) lebar daun berkisar 1,2-3 mm.
Sifat pertumbuhan (growth habit) adalah tipe pertumbuhan tunas suatu jenis
rumput. Terdapat tiga tipe sifat pertumbuhan, yaitu bunch type yang tumbuh dan
menyebar melalui biji, namum ada juga yang melalui tiller (Christians 2004);
rhizomatous yang menyebar melalui tunas yang tumbuh dalam tanah atau disebut
juga rhizoma; serta stoloniferous yang tumbuh dan menyebar melalui tunas yang
tumbuh di atas tanah atau stolon (Turgeon 2005).
Rumput bermuda hibrida sering dipakai untuk mewujudkan lawn yang
berkualitas tinggi, lapangan olahraga, serta dipakai pada tee, fairway, dan green
sebuah padang golf. Rumput bermuda menyebar dengan stolon yang agresif dan
rhizoma. Stolon yang agresif tersebut dapat tumbuh 1.5 hingga 1.8 meter per
tahun. Rumput bermuda memiliki daya pemulihan yang tinggi karena kemampuan
menyebarnya yang cepat. Berbeda dengan rumput bermuda umum, rumput
bermuda hibrida memproduksi thatch cukup banyak. Thatch adalah lapisan dari
bagian rumput yang terdekomposisi tidak sempurna atau belum terdekomposisi
yang berkumpul di atas permukaan tanah.Thatch yang terkumpul adalah bagian
dari batang, stolon, rhizoma, dan akar rumput (Emmons 2000).
Kualitas Visual dan Fungsional Hamparan Rumput
Menurut Emmons (2000), terdapat empat karakteristik yang umum
digunakan untuk menilai kualitas hamparan rumput, yaitu warna, tekstur,
kepadatan, dan keseragaman. Namun Turgeon (2005) menambahkan kualitas
rumput terdiri dari dua kategori, yaitu kualitas visual dan fungsional.Kualitas
visual berkenaan dengan hal-hal yang dapat dilihat, seperti kepadatan, tekstur,
warna, sifat pertumbuhan, dan kehalusan.Kualitas fungsional berkaitan dengan
kemampuan rumput dimanfaatkan dalam permainan atau olahraga, seperti
kekakuan, elastisitas, kepegasan, gelindingan bola, hasil pangkasan, ketegaran,
perakaran, dan daya pemulihan.
Kepadatan (density) adalah ukuran dari jumlah pucuk/tunas per luas lahan.
Kepadatan bergantung dari jenis rumput, lingkungan dan faktor budidaya seperti
suplai pupuk dan air yang memadai, tinggi pangkasan yang rendah, terhindar dari
hama penyakit serta tipe varietas. Rumput bermuda merupakan salah satu jenis
rumput yang memiliki kepadatan tertinggi selain beberapa jenis bentgrass
(Turgeon 2005).
Keseragaman (uniformity) adalah perkiraan keseragaman penampilan
hamparan rumput yang terdiri dari keseragaman dari sisi kesamaan jumlah pucuk
dan dari sisi kesamaan permukaan rumput.Keseragaman sulit diukur karena
ditentukan banyak faktor seperti tekstur, kepadatan, komposisi spesies dalam satu
hamparan, warna, tinggi pangkasan, serta kemampuan rumput dipakai bermain
(Turgeon 2005).
Sifat pertumbuhan (growth habit) adalah tipe pertumbuhan tunas suatu jenis
rumput. Terdapat tiga tipe sifat pertumbuhan, yaitu bunch type yang tumbuh dan
menyebar melalui biji, namum ada juga yang melalui tiller (Christians 2004);
rhizomatous yang menyebar melalui tunas yang tumbuh dalam tanah atau disebut

5

juga rhizoma; serta stoloniferous yang tumbuh dan menyebar melalui tunas yang
tumbuh di atas tanah atau stolon (Turgeon 2005).
Warna adalah sejumlah ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada
umumnya semakin hijau warna rumput maka akan semakin terlihat menarik.
Warna yang buruk dapat disebabkan oleh kekurangan nitrogen, kekeringan atau
stress temperatur, serangan penyakit dan serangga, dan berbagai serangan lain.
Tidak semua rumput berwarna hijau gelap, ada beberapa spesies dan varietas yang
berwarna hijau terang sehingga kekurangan warna hijau pada rumput tidak selalu
berarti rumput tersebut tidak sehat (Emmons 2000).
Kelembutan (smoothness) ialah kemampuan permukaan yang
mengakibatkan kualitas visual dan kemampuan turfgrass untuk dapat
digunakan.Kelembutan dapat diketahui dengan mengamati lebar daun. Kualitas
fungsional dari turfgrass ditentukan tidak hanya dengan karakter visual saja, tetapi
dengan karakteristik lain seperti ketegaran (rigidity), elastisitas, gaya pegas
(resiliency), jarak gelindingan bola (ball roll), hasil (yield), verdure, perakaran,
dan kemampuan recovery (Turgeon 2005).
Ketegaran ialah daya tahan dari daun turfgrass terhadap tekanan dan
berhubungan dengan ketahanan dari penggunaan turf.Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi kimia dari jaringan tanaman, air, suhu, ukuran tanaman, dan
kerapatan.Ketegaran yang baik adalah rumput cepat tegak kembali (Turgeon
2005).
Elastisitas ialah kecenderungan dari daun turfgrass untuk kembali seperti
semula setelah gaya tekan yang diberikan diangkat. Elastisitas turfgrass menurun
secara dramatik ketika tanaman membeku.Hal itu diakibatkan oleh tekanan turgor
dari tanaman menurun (Turgeon 2005).
Gaya pegas ialah kapasitas dari turfgrass untuk meredam kejutan/tekanan
tanpa mengubah dari karakteristik permukaan. Gaya pegas dipengaruhi oleh daun
dan pucuk lateral (Turgeon 2005). Ball rollialah jarak rata-rata bola
menggelinding yang dilepaskan pada permukaan turfgrass. Peralatan mekanik
diperlukan agar bola dapat menggelinding dengan kecepatan yang konsisten untuk
mendapatkan pengukuran yang dapat dipercaya (Turgeon 2005).
Kualitas rumput yang bergantung pada ukuran lebar helai daunnya adalah
tekstur.Tekstur yang halus didapat bila helai daun sempit, sedangkan tekstur yang
kasar apabila ukuran helai daun lebar.Umumnya tekstur yang halus lebih menarik
dibanding tekstur yang kasar.Kepadatan pucuk yang tinggi dan pemangkasan
yang pendek dapat meningkatkan kehalusan tekstur rumput (Emmons 2000).
Hasil (yield) adalah jumlah daun rumput yang dikumpulkan dari hasil
pemangkasan.Hasil (yield) menunjukkan respons pertumbuhan rumput yang
dipengaruhi oleh pemupukan, penyiraman, faktor budidaya lainnya serta faktor
lingkungan. Ketegaran (verdure) merupakan jumlah tunas dan seluruh bagian
rumput (selain akar) yang berada di atas tanah setelah pemangkasan. Ketegaran
pada beberapa jenis rumput umumnya berbanding lurus dengan kepegasan,
kekakuan, dan kepadatan pucuk.
Perakaran ialah jumlah akar yang tumbuh jelas pada saat musim
tumbuh.Banyaknya akar putih memperpanjang kedalaman beberapa inchi yang
mengindikasikan perakaran yang disukai. Perakaran dapat diperkirakan dengan
cara visual, yaitu mencabut rumput menggunakan alat pemeriksa tanah (soil
probe) atau pisau, tanah dibuka agar dapat terlihat perakaran tanaman. Perakaran

6

yang baik memiliki akar yang panjang dan menyebar pada media tanam.Perakaran
yang berada di daerah dekat dengan permukaan kurang baik untuk pertumbuhan
(Turgeon 2005).
Syarat Tumbuh
Rumput bermuda merupakan salah satu rumput musim panas yang biasa
digunakan untuk stadion olahraga dan lapangan golf di berbagai tempat dannegara
karena mudah beradaptasi dan pulih dari kerusakan dengan cepat (Johns 2004).
Wiecko (2006) menyatakan bahwa rumput bermuda biasanya dapat tumbuh
dengan baik pada daerah yang memiliki iklim panas dan terkena cahaya matahari.
Rumput ini memerlukan cahaya matahari yang penuh dan sangat cocok pada area
terbuka. Pada iklim tropis, rumput bermuda tumbuh dengan cepat dan
berkelanjutan. Menurut Emmons (2000), rumput bermuda biasanya berhenti
tumbuh pada suhu di bawah 60˚F (16˚C) dan pada suhu 45˚F – 50˚F (7˚ - 10˚C)
daun menjadi berwarna coklat.
Rumput bermuda yang tumbuh pada tanah yang subur akan sangat baik
pertumbuhan dan perkembangannya, namun rumput ini dapat bertahan pula pada
kondisi tanah yang buruk (Emmons 2000). Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Turgeon (2002) bahwa rumput yang stress terhadap kondisi iklim dan
kondisi tanah yang buruk dapat menyebabkan matinya akar rumput.
Pemupukan
Ketersediaan unsur hara dalam tanah harus dipertahankan dalam jumlah
yang cukup dengan perbandingan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman secara
normal.Keadaan tersebut dapat dicapai dengan memberikan suplai hara untuk
melengkapi unsur hara yang tersedia. Jumlah yang diberikan harus disesuaikan
dengan yang diperlukan oleh tanaman dan yang tersedia di dalam tanah.
Kekurangan unsur hara akan memberikan akibat yang sangat nyata terhadp
pertumbuhan dan perpanjangan akar yang sejalan dengan pertumbuhan bagian
tanaman di atas tanah (Leikabessy dan Sutandi 1998). Secara umum kekurangan
unsur hara dalam tanah disebabkan beberapa faktor antara lain terangkut saat
panen, pencucian, penguapan dan terikat pada koloid tanah lain (Soepardi 1983).
Penelitian Nasrullah dan Tungggalini (2000) menunjukkan bahwa pupuk
Polymer Coated Urea 42% (pupuk slow release) dengan dosis 13.5 g
N/m2/aplikasi atau setara dengan 32.1 g/m2/aplikasi menghasilkan tinggi rumput,
jumlah pucuk, kepegasan, warna, bobot basah dan bobot kering rumput terbaik.
Semakin tinggi dosis yang diberikan untuk jenis pupuk slow release semakin
tinggi kualitas pupuk yang diperoleh.
Bobot kering akar dan kandungan nitrogen total yang terbaik dihasilkan dari
perlakuan urea (pupuk quick release) dengan dosis 13.5 g N/m2/aplikasi atau
setara dengan 30 g/m2/aplikasi. Hasil terbaik untuk bobot kering rhizoma
dihasilkan dari perlakuan pupuk slow release (PCU) dengan dosis 4.5 g
N/m2/aplikasi atau setara dengan 10.7 g/m2/aplikasi.
Perlakuan pemupukan dengan slow release (PCU) memberikan respons
awal yang lebih lambat dibandingkan pemupukan quick release (urea).Hal ini

7

karena pupuk PCU lambat tersedia bagi rumput, sedangkan pupuk urea cepat
tersedia bagi rumput sebagai nutrisi tanaman. Perlakuan yang dianjurkan untuk
penggunaan di lapangan golf dari penelitian Nasrullah dan Tunggalini (2000)
adalah perlakuan pupuk slow release (PCU) dengan dosis 13.5 g N/m2/aplikasi
atau setara dengan 32.1 g/m2/aplikasi.
Bentonit
Bentonit adalah batuan dengan butiran yang sangat halus, terbentuk dari
proses dekomposisi abu vulkanik (Taylor 1960). O’Driscoll (1988)
mendefinisikan bentonit sebagai clay yang mengandung mineral-mineral esensial
dari kelompok mineral clay montmorillonit dengan sifat-sifat yang ditentukan
oleh mineral yang jumlahnya paling banyak. Menurut Cummins (1960) mineral
yang banyak ditemukan dalam bentonit adalah montmorillonit dengan rumus
kimia (Na,Ca)0,33(Al,Mg)2Si4O10(OH).nH2O, bentuk-bentuk mineral lainnya yang
mungkin dapat ditemukan dalam bentonit dalam jumlah kecil antara lain
kristobalit, biotit, chalcedony, kalsit, analsit, pirit, dolomit, dan plagioclase.
Bentonit memiliki warna yang bermacam-macam, misalnya keabu-abuan,
kuning, hijau, biru, hitam, putih kemerah-merahan, dan hijau kekuning-kuningan
(Grim 1968).Keragaman warna bentonit dipengaruhi oleh jenis dan banyaknya
mineral.Menurut Priatna (1982) dalam Harsa (2002), bentonit berwarna dasar
putih dengan sedikit kecoklatan atau kemerahan atau kehijauan tergantung dari
jenis dan jumlah fragmen mineral-mineralnya, selain itu bentonit bersifat sangat
lunak, ringan, mudah pecah, mudah menyerap air dan dapat melakukan pertukaran
ion.
Berdasarkan sifat mengembangnya, bentonit dibedakan menjadi dua yaitu
bentonit yang mudah mengembang dan yang tidak dapat mengembang.Bentonit
yang mudah mengembang adalah bentonit natrium (Na-bentonit).Bentonit natrium
digunakan dalam pengeboran minyak dan gas bumi, dalam industri minyak sawit,
industri farmasi, dan lain-lain.Bentonit yang tidak dapat mengembang adalah
bentonit kalsium (Ca-bentonit) dan bentonit magnesium (Mg-bentonit) yang
digunakan dalam industri besi baja, industri kimia sebagai katalisator, zat
pemutih, zat penyerap, pengisi, dan sebagainya.
Bentonit, terutama Na-bentonit mempunyai sifat yang mudah mengembang
apabila mengabsorbsi air.Bentonit jenis ini dapat mengembang sampai 15 kali
lebih besar dari volume asalnya (Sumardi 1982 dalam Harsa 2002). Ikatan
oksigen antar unit kristal monmorillonit yang lemah mengakibatkan kontaknya
dengan air menimbulkan terjadinya tegangan antar lapisan karena desakan air
yang mengisi ruang antar lapisan kristal montmorillonit. Hal ini menjadikan
volume bentonit tinggi bila dibasahi (Tan 1992). Menurut Rukiyah dan Supriyatna
(1991) dalam Harsa (2002), di dalam tanah, bentonit akan menahan laju
permeabilitas air sehingga air tercukupi bagi pertumbuhan tanaman. Nilai pH
bentonit natrium dalam air adalah 8,5-9,8 sedangkan bentonit kalsium adalah 4,7.
Bentonit memiliki kemampuan menyerap dan mempertukarkan kationkation seperti K+, Na+, Ca+, Mg+, NH4+, dan lain-lain. Kemampuan tersebut
muncul karena adanya muatan negatif pada permukaan spesifik mineral.Soedjoko
dan Adrianto (1987) dalam Harsa (2002) menemukan bahwa bentonit Indonesia
memiliki kapasitas tukar kation sebesar 50-100 meq/100 gr bentonit.

8

Penyiraman
Menurut Christians (2004), penyiraman merupakan proses pemberian air
tambahan ketika jumlah air hujan tidak mencukupi keperluan tanaman. Kegiatan
pengairan dengan frekuensi yang tepat merupakan bagian yang penting dalam
manajemen turfgrass.Jika penyiraman terlalu sering dilakukan, selain
meningkatkan biaya pengelolaan, hal tersebut juga dapat mengakibatkan
perakaran yang dangkal pada tanaman.Penyiraman yang baik adalah pemberian
air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Penyiraman sangat penting untuk mendukung pertumbuhan turfgrass. Air
dibutuhkan tanaman untuk proses fotosintesis, sebagai pelarut atau katalis dalam
proses metabolisme yang terjadi dalam sel hidup. Selain itu, air berfungsi sebagai
media transport atau pelarut oleh nutrisi tanaman, bahan organik, dan saluran
masuk untuk gas dan bergerak masuk ke jaringan turfgrass. Air juga berfungsi
sebagai penstabil suhu tanaman untuk menghindari kerusakan yang diakibatkan
oleh perubahan suhu (Beard 1982).
Emmons (2000) menyatakan bahwa penyiraman paling baik dilakukan
dalam volume tinggi sekali atau dua kali selama seminggu.Jumlah air yang
dibutuhkan tanaman dapat disimpan oleh tanah di zona perakaran. Pemberian air
setiap hari biasanya tidak disarankan jika permukaan tanah selalu berembun,
perakaran akan terus berada di dekat permukaan tanah. Beberapa inchi di bawah
permukaan tanah disarankan agar tetap kering sehingga memaksa akar tanaman
untuk tumbuh lebih dalam untuk mencari air.Akar rumput yang dekat permukaan
tanah lebih lemah dan lebih rentan terhadap stres dan kerusakan.Pemberian air
yang terlalu sering dapat menimbulkan penyakit dan gulma.Ketika permukaan
tanah terus basah, benih gulma dapat berkecambah dengan cepat.
Menurut Beard (1982), tingkat kebutuhan air pada turf rata-rata sekitar 0,1
sampai 0,3 inchi per hari. Sedangkan menurut Shearman dalam Christian (2004),
turf biasanya membutuhkan 1 hingga 1,5 inchi air per minggu untuk kondisi
perawatan normal.
Transpirasi dan Evapotranspirasi
Beard (1982) menyatakan bahwa sebagian besar kehilangan air ketika
transpirasi terjadi melalui daun, meskipun ada beberapa yang terjadi lewat bagian
tanaman yang berhubungan langsung dengan atmosfer. Ada dua tipe transpirasi
yaitu cuticular transpiration dan stomatal transpiration.Cuticular transpiration
ialah proses kehilangan air pada tanaman melalui lapisan kutikula. Pada cuticular
transpiration sebagian besar air hilang oleh evaporasi dari sel epidermal daun
ketika stomata tertutup.Stomatal transpiration ialah proses kehilangan air pada
tanaman melalui lubang stomata. Pada stomatal transpiration, stomata ialah
struktur penting yang memfasilitasi pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen
menjadi vital untuk proses fotosintesis.
Christians (2004) menyatakan bahwa evapotranspirasi merupakan salah satu
faktor yang menentukan kebutuhan tanaman terhadap air.Istilah ini berasal dari
dua kata. Evaporasi berarti proses kehilangan air dari permukaan tanah.
Transpirasi ialah proses kehilangan air dari tanaman. Pada turf, permukaan tanah

9

biasanya ditutupi oleh tajuk tanaman dan banyak air hilang disebabkan oleh
transpirasi.
Christians (2004) menyatakan kelembaban juga faktor penting yang
menentukan ET.Kehilangan air dari transpirasi terjadi karena gradient yang ada
antara kelembaban sel di dalam tanaman dan tingkat kelembaban di lingkungan
sekitar.Suhu juga memainkan peran penting pada kehilangan air akibat evaporasi.
Peningkatan suhu mengakibatkan evaporasi tinggi.Efek dari suhu pada
transpirasi sedikit lebih kompleks.Suhu tinggi dapat memicu penutupan stomata
yang dapat membantu menghemat air.Tetapi suhu tinggi membutuhkan jumlah air
lebih banyak untuk penyiraman.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakuan di rumah kaca yang berlokasi di Kebun Percobaan
Cikabayan, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Kegiatan penelitian dilakukan pada
bulan April sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput Cynodon
dactylon varevergreen, pupuk NPK Mutiara, kerikil, pasir, air, dan bentonit. Alat
yang digunakan adalah rumah kaca, pot, ayakan, palu, kuadran 10 cm x 10 cm, ,
ring sample, plug cutter, penggaris, gunting, timbangan, oven, dan Munsell
Colour Chart for Plant Tissue serta software pengolah gambar Adobe Photoshop
CS 4, pengolah data Microsoft Excel dan statistik SPSS 17.
Alat laboratorium yang digunakan sudah disiapkan di Laboratorium Fisika
Tanah, IPB, antara lain tabung silindris (untuk penetapan bulk density), tabung
kuningan, gelas ukur, gelas piala, bak perendam, alat penetapan permeabilitas,
jam, dan penggaris (untuk penetapan permeabilitas).
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah
penambahan bentonit yang terdiri dari 3 taraf yaitu B0 (100% pasir), B1 (87,5%
pasir + 12,5% bentonit 25mess), dan B2 (75% pasir + 25% bentonit 25mess).
Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 taraf yaitu A1 (tiap
satu hari sekali), A2 (tiap dua hari sekali), A3 (tiap tiga hari sekali) dengan
volume 400 ml/pot.Percobaan ini menggunakan tiga ulangan, sehingga terdapat
27 satuan percobaan.
Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk= μ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor A perlakuan ke-i, faktor B level ke-j,pada
ulangan ke-k

10

μ
αi
βj
(αβ)ij
Εijk

= Rataan umum
= Pengaruh bentonit pada level ke-i
= Pengaruh frekuensi penyiraman pada level ke-j
= Pengaruh interaksi perlakuan bentonit dan frekuensi penyiraman
= Galat percobaan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j pada
ulangan ke-k
Data hasil penelitian dianalisis dengan uji F. Apabila hasil analisis menunjukkan
pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’sMultiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5%. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan Dimention
Factor.

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Tempat dan Bahan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan tempat rumah kaca
pada tanggal 6 Januari, kemudian melakukan pra penelitian hingga Maret 2015.
Bahan yang perlu dipersiapkan secara khusus adalah bentonit. Bentonit
didapatkan dari produsen bentonit alam di wilayah Kebon Panas, Jasinga, Bogor,
Jawa Barat. Ukuran awal bentonit masih sebesar batu pada umumnya, yaitu 10
cm-15 cm. Bentonit dipecah manual menggunakan palu hingga berukuran 1 mm
atau seukuran sama dengan pasir. Bentonit kemudian diayak untuk hingga
berukuran 25 mesh. Bentonit yang tidak lolos ayakan dipecah kembali dengan
palu sampai didapat ukuran yang sesuai. Kondisi fisik bentonit sebelum dan
sesudah dipecahkan dapat dilihat pada Gambar 2.

a
Gambar 2 Kondisi fisik bentonit (a) sebelum dipecahkan dan (b) setelah
diayak
Bahan lain yang perlu dipersiapkan adalah pasir, kerikil, air, dan rumput
bermuda (Cynodon dactylon var evergreen). Pasir hitam didapatkan dari
Cimangkok dan volume yang dibutuhkan disesuaikan dengan perbandingan
campurannya dengan bentonit.Kerikil didapatkan dari Toko Material di
Cibanteng, Bogor. Kebutuhan air sudah disediakan dari kran air di dalam rumah
kaca. Rumput bermuda didapatkan dari Rancamaya Golf dengan jenis varietasnya
adalah evergreen.

b

11

Alat yang digunakan sebagai wadah adalah pot yang didapatkan di pasar
Leuwiliang. Pot berwarna hitam dengan diameter 39 cm dan tinggi 20 cm. Bagian
bawah pot diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Lubang berdiameter 1
cm yang diberi jarak 10 cm antar lubang.Lubang dibuat melingkari bagian bawah
pot dengan menggunakan besi yang dipanaskan.Pot yang telah siap kemudian
diisi dengan kerikil setinggi 5 cm, kemudian diisi dengan pasir dan bentonit sesuai
dengan perbandingan penelitian (Gambar 3). Pot dan media di dalamnya yang
telah siap kemudian diberi label sebagai penanda.

b

a

Gambar 3 Pengisian dalam pot(a) kerikil dan (b) campuran media tanam
Penanaman
Sebelum memulai penanaman, rumput yang berupa stolon dibersihkan
terlebih dahulu dari tanah dan partikel lain yang didapatkan dari lahansebelumnya.
Rumput dicuci dan diletakkan secara rapat sampai permukaan pot terisi penuh.
Rumput kemudian diambil, dicuci kembali, dan ditimbang. Berat rumput yang
didapat adalah 300 gram yang kemudian dijadikan patokan berat rumput untuk
seluruh pot. Rumput yang sudah ditimbang kemudian ditanam secara rapat di
dalam pot yang sudah terisi media. Setelah itu, rumput disiram dengan volume air
400 ml/pot.Penanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Penanaman rumput dalam pot

12

Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyiraman,
pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan gulma. Penyiraman
dilakukan sesuai perlakuan pada penelitian, yaitu tiap satu hari sekali, dua hari
sekali, dan tiga hari sekali. Volume air yang diberikan yaitu 400ml/pot. Pada
minggu pertama hingga minggu kedua, belum dilakukan perlakuan frekuensi
penyiraman, sehingga penyiraman dilakukan setiap hari dengan volume yang
sama, yaitu 400ml/pot/hari. Hal ini karena perbanyakan rumput dalam penelitian
ini dengan menggunakan stolon.
Pemangkasan dilakukan setiap minggu sekali pada 3 MST. Pemangkasan
dilakukan hingga rumput setinggi 1 cm dengan menggunakan gunting.
Pemupukan dilakukan dengan dosis 10 gram N/m2 setara dengan 7,65 gram
NPK/pot dengan pupuk NPK Mutiara (16-16-16). Berdasarkan penelitian
Wulandari (2015), dosis pupuk NPK 10 gram N/m2/minggu serta penambahan
bentonit pada media tanam pasir dengan komposisi perbandingan 87.5% pasir :
12.5% bentonit, umumnya memberikan kualitas rumput yang terbaik. Pemupukan
dilakukan dengan dosis 7,65 gram NPK/pot/minggu pada 3 MST dengan cara
pupuk ditabur kemudian disiram dengan air (400ml). Pada 5 MST hingga 11
MST, pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali dengan dosis 3,82 gram
NPK/pot dengan cara pupuk dilarutkan dalam air kemudian disiramkan dalam pot.
Gulma yang sering ditemukan yaitu rumput teki, lumut, dan gulma berdaun
lebar sedangkan hama yang ditemukan yaitu ulat grayak. Pengendalian hama dan
gulma dilakukan dengan cara manual. Gulma dicabut hingga akar sedangkan
hama diambil kemudian dibuang.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan dilakukan dengan mengamati tiga peubah sifat fisik media
tanam dan sembilan peubah kualitas rumput sebagai berikut:
Analisis Sifat Fisik Media Tanam
Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi,
permeabilitas dan porositas.Pengujian sifat fisik media tanam dilakukan di
Laboratorium Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan,
IPB.
Tahapan kerja dalam pengambilan sampel tanah untuk ketiga variabel
adalah sebagai berikut:
a) Tabung ring sample diletakkan tegak pada petakan rumput;
b) Tabung ditekan sampai hampir seluruhnya (3/4 bagian) masuk ke dalam media
tanam;
c) Ring sample kedua diletakkan dan ditekan di atas ring sample pertama hingga
seluruh tabung ring sample pertama terbenam di media tanam;
d) Petakan sekitar tabung ring sample diiris menggunakan pisau besar hingga
sedalamdan sampai mendekati tabung;
e) Tabung diangkat dan lapisan atas (rumput) diiris kembali menggunakanpisau
hingga yang didapat dalam tabung adalah murni media tanam; dan

13

f) Ring sample ditutup kembali dan dibungkus dengan plastikbening.
Pengambilan sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5.

a

b

c

d

Gambar 5 Pengambilan sampel media tanam (a) ring sample diletakkan
dan ditekan (b) media tanam diiris hingga rata (c) media
tanam dalam ring sample (d) ring sample ditutup kembali

Peubah yang diamati antara lain:
1. Bobot Isi (Bulk density)
Bobot isi ditetapkan dengan metode sebagai berikut :
a) Sampel media tiap perlakuan dengan menggunakan tabung ring sample;
b) Contoh tanah ditimbang bersama dengan tabungnya (X g);
c) Tabung kosong ditimbang terpisah (Y g);
d) Kadar air tanah ditetapkan (Z %);
e) Bobot isi dihitung dengan rumus :

2. Porositas
Porositas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

14

3. Permeabilitas
a) Sampel media diambil dengan menggunakan ring sample.
b) Sampel tanah dan ring sample direndam dalam air pada bak perendam
sampai setinggi 3 cm dari dasar bak selama 24 jam.
c) Sampel dan tabungnya dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas, lalu
air dari kran dialirkan ke alat tersebut.
d) Banyaknya air yang keluar dihitung setelah melalui massa media selamasatu
jam. Pengukuran volume air dilakukan 5 kali dalam waktu 4 hari.
Hari ke-1 : pengukuran I, yaitu 6-7 jam setelah peletakan sampel media.
Pengukuran II dilakukan satu jam setelah pengukuran I.
Hari ke-2 :pengukuran III dilakukan pada jam yang sama pada saat
peletakan sampel hari ke-1.
Hari ke-3 : pengukuran IV (24 jam setelah pengukuran III).
Hari ke-4 : pengukuran V (24 jam setelah pengukuran IV).
e)Rata-rata jumlah volume air dihitung dari 5 pengukuran tersebut.
Nilaipermeabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hukum
D’arcy:

Keterangan:
K : Permeabilitas (cm/jam)
Q : Banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
T : Waktu pengukuran (jam)
h : Water Head (tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah)
L : Ketebalan sampel media (cm)
A : Luas permukaan contoh tanah (cm2)

Kualitas Visual
1. Persentase penutupan tajuk dihitung tiap pekan selama rumput belum menutup
secara merata yaitu dari 3 MST hingga 10 MST. Pengamatan menggunakan
foto dari kamera digital dari tiap pot. Penutupan dihitung dengan rumus
persentase penutupan tajuk (Tinche 2006 dengan penyesuaian).

2. Tinggi rumput diambil dari tiga titik dari tiap pot dan diambil rata-ratnya.
Tinggi rata-rata rumput untuk mengukur kecepatan tumbuh vertikal rumput.
Tinggi diukur setiap pekan mulai 7 MST hingga 12 MST, dari pangkal batang
terbawah sampai ujung daun tertinggi pucuk pada kondisi rumput yang stabil.
3. Kepadatan pucuk untuk mengukur kerapatan pucuk dalam persegi empat
berukuran 10 cm x 10 cm (Gambar 6). Sampel diambil dari rata-rata tiga titik
acak dalam satu petak dan dihitung pucuk yang minimal memiliki tiga
daun.Kepadatan pucuk dihitung setiap pekan mulai 7 MST hingga 12 MST.

15

4.

Warna rumput ditentukan dengan Munsell Colour Chart for Plant yang
dapat dilihat dalam Tabel 1. Data diambil setiap pekan sejak 7 MST hingga
12 MST.
Tabel 1 Skor warna daun berdasarkan Munsell Colour Chart
Skor

Warna

1
2
3
4
5
6

Notasi Munsell
(2.5 GY P 9/6)
(2.5 GY B.1 8/9)
(2.5 GY L.3 7.5/6)
(2.5 GY L.4 6/6.5)
(2.5 GY DI.3 5/6.5)
(2.5 GY DI.4 4/6)

Kualitas Fungsional
1.

Bobot kering pangkasan (yield) diambil dari bobot rata-rata tiga sampel tiap
pot dalam kuadran 10 cm x 10 cm (Gambar 6). Rumput dipangkas dengan
gunting hingga rumput setinggi 1 cm. Hasil pangkasan rumput kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 80° C selama 2x24 jam. Selanjutnya,
rumput yang telah dioven ditimbang dengan neraca digital. Pengam