Kualitas visual dan fungsional rumput golf Cynodon dactylon var Tifway yang diberi pupuk NPK pada media campuran pasir dan bentonit

(1)

KUALITAS VISUAL DAN FUNGSIONAL RUMPUT GOLF

Cyonodon dactylon

var Tifway

YANG DIBERI PUPUK NPK

PADA MEDIA CAMPURAN PASIR DAN BENTONIT

META WULANDARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

ABSTRAK

META WULANDARI. Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Golf Cynodon dactylon var Tifway yang Diberi Pupuk NPK pada Media Campuran Pasir dan Bentonit . Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Golf merupakan salah satu bentuk olah raga yang disukai oleh banyak orang untuk melepaskan penat setelah beraktivitas. Kualitas sebuah lapangan golf bergantung pada kualitas rumputnya. Salah satu cara mendapatkan kualitas lapangan rumput golf yang maksimal adalah dengan penggunaan dosis pupuk yang efisien dan media tanam yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kualitas visual dan fungsional rumput golf Cynodon dactylon var Tifway yang diberi perlakuan pupuk NPK dan media tanam pasir dengan bentonit ; serta untuk memberikan rekomendasi dosis pupuk dan komposisi campuran pasir dan bentonit yang tepat dan efisien. Percobaan dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok faktorial. Perlakuan terdiri dari dua faktor, NPK dosis 2.5 g/m2, 5 g/m2, dan 10 g/m2; media pasir 100%, pasir 87.5% dengan bentonit 12.5%, dan pasir 75% dengan bentonit 25%. Hasil menunjukkan pupuk dosis tertinggi dan media tanam campuran pasir dan bentonit memberikan efek terbaik bagi kualitas visual (warna rumput) dan kualitas fungsional (tinggi, bobot kering pangkasan, kepadatan pucuk). Rekomendasi dari penelitian ini adalah kombinasi pupuk NPK dosis 10 g N/m2/aplikasi dengan media tanam pasir 87.5% dengan bentonit 12.5%.

Kata kunci: bentonit, kualitas fungsional, kualitas visual, pasir, rumput bermuda

ABSTRACT

META WULANDARI. Visual and Functional Qualities of Golf Course Grass Cynodon dactylon var Tifway that Added with NPK Fertilizer in Sand and Bentonite Mixture Media. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

Golf is one of preferable sports that people do to maintain health. Golf course quality depends on the grass quality. Using the efficient fertilizer and the right growing media are the way to maintain the golf course grass quality. Therefore, the objectives of this research was to learn the visual and functional qualities of golf course grass Cynodon dactylon var Tifway that added with NPK fertilizer and sand with bentonite mixture and to suppose recommendation of the most appropriate and efficient fertilizer and growing media mixture composition. The experiment was arranged in factorial Randomized Block Design. The treatments consisted of two factor, NPK rate at 2.5 g/m2, 5 g/m2, and 10 g/m2; sand media 100 %, sand 87.5 % with bentonite 12.5 %, and sand 75% with bentonite 25%. The result showed that combination of highest NPK fertilizer dosage and media mixing of sand and bentonite created the best effect to visual quality (grass color) and functional qualities (grass height, yields, density). Combination NPK fertilizer dosage at 10 g N/m2/application and sand 87.5 % with bentonite 12.5 % was the recommendation of this research.


(3)

(4)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Golf merupakan salah satu bentuk olah raga yang disukai oleh banyak orang untuk melepaskan penat setelah beraktivitas. Hal ini karena menurut Klemme (1995) golf adalah olahraga yang meningkatkan interaksi manusia dengan alam. Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 140 lapangan golf (Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia 2008). Pengunjung lapangan golf berkisar 21 ribu hingga 54 ribu pertahun sesuai dengan hasil penelitian (Handy 2013). Tingginya permintaan akan lapangan golf yang berkualitas maksimal pun tak terhindarkan.

Lapangan golf yang memiliki kualitas tinggi sangat bergantung pada kualitas rumputnya. Turgeon (2005) menggolongkan kualitas rumput menjadi dua, yaitu kualitas visual, dan kualitas fungsional. Kerapatan pucuk, warna rumput, tekstur, keseragaman dan kehalusan/kerataan rumput termasuk ke dalam kualitas visual. Kepegasan, kekakuan, elastisitas rumput, ketegaran, hasil pangkasan, dan ball roll digolongkan termasuk kualitas fungsional.

Rumput pada lapangan golf difungsikan secara arsitektural sebagai lantai aktif para pemain golf. Pemain golf dengan injakan yang intensif, dan lalu lintas alat sering membuat rumput menurun kualitasnya sehingga diperlukan pengelolaan yang intensif dengan biaya pemeliharaan rumput yang besar.

Pemeliharaan rumput pada lapangan golf umumnya meliputi pemangkasan, pemupukan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, penyulaman, dan kegiatan perbaikan lahan/kultivasi seperti top dressing, aerating serta verticutting. Biaya pemeliharaan rumput ini termasuk dalam lima besar alokasi dana terbesar dalam rencana anggaran biaya pendapatan tahunan di Padang Golf Halim Perdanakusuma. Salah satu jenis pemeliharaan yang juga menentukan kualitas visual dan fungsional rumput adalah pemupukan. Kebutuhan pupuk suatu lapangan golf untuk luas area permainan sebesar 139 hektar per tahunnya dapat mencapai 3 900 kg (Handy 2013). Kelebihan pemupukan dapat menimbulkan efek yang buruk bagi rumput dan kualitas lingkungan, sehingga dosis yang tepat dibutuhkan untuk menghasilkan rumput terbaik.

Kualitas visual dan fungsional rumput yang maksimal dapat diperoleh selain melalui pemeliharaan yang intensif seperti pemupukan, juga melalui pemilihan media tanam yang sesuai. Media tanam yang sesuai memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan rumput. Hal ini karena sebagian nutrisi dan air yang dibutuhkan oleh rumput tersimpan dalam media tanam. Media tanam yang sering digunakan untuk lapangan rumput adalah pasir.

Pasir memiliki ruang pori yang besar (Hakim et al 1986) sehingga keberadaannya sebagai media tanam akan semakin memperlancar pergerakan udara dan air. Buruknya pasir dalam menahan air sebagai kebutuhan utama lapangan rumput, membuat semakin banyaknya jumlah air yang digunakan untuk penyiraman rumput. Hal ini dapat memperbesar anggaran biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeliharaan suatu lapangan rumput.

Satu lapangan golf di Jababeka Golf Country Club membutuhkan rata-rata 30 000 m3- 109 000 m3 air tiap bulan untuk penyiraman rumput (Yasmita 2007). Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan kebutuhan yang penting dan


(5)

2

diperlukan dalam jumlah besar untuk pemeliharaan lapangan rumput. Akibatnya, untuk mengurangi konsumsi air diperlukan suatu campuran media tanam yang dapat lebih memaksimalkan kemampuan pasir dalam menahan air.

Bentuk inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan mencampur pasir sebagai media tanam dengan bahan lain agar kemampuannya dalam menahan air dapat lebih dimaksimalkan (soil amendment). Salah satunya adalah dengan mencampur pasir menggunakan bentonit. Beberapa penelitian terus dilakukan agar didapat komposisi campuran yang sempurna.

Dosis pupuk yang tepat bagi rumput serta campuran media tanamnya menjadi penting diketahui supaya dapat menghasilkan suatu lapangan rumput dengan kualitas visual dan fungsional yang maksimal. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab tantangan untuk menghasilkan kualitas rumput yang maksimal dengan mengefisiensikan pemupukan dan komposisi campuran media tanam yang ideal.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kualitas visual dan fungsional rumput golf Cynodon dactylon var Tifway yang diberi perlakuan pupuk NPK dan media tanam pasir dengan bentonit ; serta untuk memberikan rekomendasi dosis pupuk dan komposisi campuran pasir dengan bentonit yang sesuai dan efisien agar diperoleh kualitas visual dan fungsional rumput bermuda yang terbaik.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan mengenai pemupukan dan penggunaan media tanam oleh pihak manajerial lapangan golf. Selain itu manfaat dari penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan turfgrass.

Kerangka Pikir

Golf sebagai salah satu olahraga yang banyak digemari, diharapkan selalu memiliki kualitas yang terbaik. Hal yang demikian mengakibatkan pengelolaan menjadi intensif dengan anggaran biaya pemeliharaan rumput yang besar. Dosis pupuk dan media tanam yang sesuai dapat mengefisiensikan anggaran pemeliharaan. Dosis pupuk yang tepat dapat menekan anggaran sehingga pemberiannya tidak berlebihan. Media tanam yang baik dapat mengurangi penyiraman sehingga pengeluaran dari penggunaan air dapat diminimumkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merekomendasikan dosis pupuk dan campuran media tanam yang sesuai dan efisien untuk mencapai kualitas rumput golf terbaik.


(6)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Bermuda (Cynodondactylon)

Rumput bermuda digolongkan menjadi rumput musim panas populer, yang akan berhenti pertumbuhannya pada suhu 16°C dan menjadi kecokelatan pada suhu 7°-10°C. Rumput bermuda yang umum dipakai sebagai turfgrass dibagi menjadi dua, yaitu rumput bermuda umum dan rumput bermuda hibrida. Rumput bermuda hibrida, seperti Tifway, Tifway II (419), Tiffine, Tifgreen, Tifdwarf, TifEagle, U-3, FloraDwarf, Champion, dan Midfield merupakan jenis turf yang memiliki kualitas tinggi tetapi membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif dan diperbanyak secara vegetatif karena tidak menghasilkan benih yang viabel (Emmons 2000).

Rumput bermuda hibrida sering dipakai untuk mewujudkan lawn yang berkualitas tinggi, lapangan olahraga, serta dipakai pada tee, fairway, dan green sebuah padang golf. Menurut Turgeon (2005), rumput bermuda varietas Tifway


(7)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Bermuda (Cynodondactylon)

Rumput bermuda digolongkan menjadi rumput musim panas populer, yang akan berhenti pertumbuhannya pada suhu 16°C dan menjadi kecokelatan pada suhu 7°-10°C. Rumput bermuda yang umum dipakai sebagai turfgrass dibagi menjadi dua, yaitu rumput bermuda umum dan rumput bermuda hibrida. Rumput bermuda hibrida, seperti Tifway, Tifway II (419), Tiffine, Tifgreen, Tifdwarf, TifEagle, U-3, FloraDwarf, Champion, dan Midfield merupakan jenis turf yang memiliki kualitas tinggi tetapi membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif dan diperbanyak secara vegetatif karena tidak menghasilkan benih yang viabel (Emmons 2000).

Rumput bermuda hibrida sering dipakai untuk mewujudkan lawn yang berkualitas tinggi, lapangan olahraga, serta dipakai pada tee, fairway, dan green sebuah padang golf. Menurut Turgeon (2005), rumput bermuda varietas Tifway


(8)

4

memiliki tinggi pangkasan yang ideal untuk lapangan olahraga dan fairways yaitu 1.3 cm (0.5 inch).

Rumput bermuda menyebar dengan stolon yang agresif dan rhizoma. Stolon yang agresif tersebut dapat tumbuh 1.5 hingga 1.8 meter per tahun. Rumput bermuda memiliki daya pemulihan yang tinggi karena kemampuan menyebarnya yang cepat. Berbeda dengan rumput bermuda umum, rumput bermuda hibrida memproduksi thatch cukup banyak. Thatch adalah lapisan dari bagian rumput yang terdekomposisi tidak sempurna atau belum terdekomposisi yang berkumpul di atas permukaan tanah. Thatch yang terkumpul adalah bagian dari batang, stolon, rhizoma, dan akar rumput (Emmons 2000).

Kualitas Rumput

Kualitas rumput adalah fungsi dari tampilan, utilitas, dan kemampuan rumput untuk dipakai bermain bila digunakan untuk lapangan olahraga (Turgeon, 2005). Kualitas rumput berbeda-beda tergantung spesies dan varietas masing-masing rumput. Kondisi iklim, pemupukan dan pemangkasan dapat memberikan pengaruh yang besar juga terhadap kualitas hamparan rumput. (Emmons 2000).

Menurut Emmons (2000), terdapat empat karakteristik yang umum digunakan untuk menilai kualitas hamparan rumput, yaitu warna, tekstur, kepadatan, dan keseragaman. Namun Turgeon (2005) menambahkan kualitas rumput terdiri dari dua kategori, yaitu kualitas visual dan fungsional. Kualitas visual berkenaan dengan hal-hal yang dapat dilihat, seperti kepadatan, tekstur, warna, sifat pertumbuhan, dan kehalusan. Kualitas fungsional berkaitan dengan kemampuan rumput dimanfaatkan dalam permainan atau olahraga, seperti kekakuan, elastisitas, kepegasan, gelindingan bola, hasil pangkasan, ketegaran, perakaran, dan daya pemulihan.

Warna adalah sejumlah ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada umumnya semakin hijau warna rumput maka akan semakin terlihat menarik. Warna yang buruk dapat disebabkan oleh kekurangan nitrogen, kekeringan atau stress temperatur, serangan penyakit dan serangga, dan berbagai serangan lain. Tidak semua rumput berwarna hijau gelap, ada beberapa spesies dan varietas yang berwarna hijau terang sehingga kekurangan warna hijau pada rumput tidak selalu berarti rumput tersebut tidak sehat (Emmons 2000).

Kualitas rumput yang bergantung pada ukuran lebar helai daunnya adalah tekstur. Tekstur yang halus didapat bila helai daun sempit, sedangkan tekstur yang kasar apabila ukuran helai daun lebar. Umumnya tekstur yang halus lebih menarik dibanding tekstur yang kasar. Kepadatan pucuk yang tinggi dan pemangkasan yang pendek dapat meningkatkan kehalusan tekstur rumput (Emmons 2000).

Kepadatan (density) adalah ukuran dari jumlah pucuk/tunas per luas lahan. Kepadatan bergantung dari jenis rumput, lingkungan dan faktor budidaya seperti suplai pupuk dan air yang memadai, tinggi pangkasan yang rendah, terhindar dari hama penyakit serta tipe varietas. Rumput bermuda merupakan salah satu jenis rumput yang memiliki kepadatan tertinggi selain beberapa jenis bentgrass (Turgeon 2005).

Keseragaman (uniformity) adalah perkiraan keseragaman penampilan hamparan rumput yang terdiri dari keseragaman dari sisi kesamaan jumlah pucuk dan dari sisi kesamaan permukaan rumput. Keseragaman sulit diukur karena


(9)

5 ditentukan banyak faktor seperti tekstur, kepadatan, komposisi spesies dalam satu hamparan, warna, tinggi pangkasan, serta kemampuan rumput dipakai bermain (Turgeon 2005).

Sifat pertumbuhan (growth habit) adalah tipe pertumbuhan tunas suatu jenis rumput. Terdapat tiga tipe sifat pertumbuhan, yaitu bunch type yang tumbuh dan menyebar melalui biji, namum ada juga yang melalui tiller (Christians 2004); rhizomatous yang menyebar melalui tunas yang tumbuh dalam tanah atau disebut juga rhizoma; serta stoloniferous yang tumbuh dan menyebar melalui tunas yang tumbuh di atas tanah atau stolon (Turgeon 2005).

Kehalusan (smoothness) berkenaan dengan keadaan permukaan daun yang mempengaruhi kualitas visual dan permainan. Keadaan permukaan daun yang buruk dapat berupa ujung daun yang tidak rata karena pisau pangkas yang tumpul. Hal ini dapat menyebabkan kecepatan gelindingan bola berkurang.

Kekakuan (rigidity) adalah ketahanan daun rumput agar tetap tegak terhadap tekanan dari bola atau yang lain dan ketahanan penggunaan turf. Rumput zoysia dan rumput bermuda memiliki barisan turf yang kaku serta ketahanan pemakaian yang sangat bagus. Selain kekakuan ada pula elastisitas (elasticity), yaitu kecenderungan daun rumput untuk kembali ke posisi semula setelah mengalami tekanan.

Kepegasan (resliency) adalah kapastitas atau kemampuan rumput dalam menyerap kejutan dari bola atau injakan tanpa mengubah sifat permukaannya. Gelindingan bola (ball roll) adalah rata-rata jarak bola menggelinding pada permukaan lapangan rumput. Kecepatan gelindingan bola dapat diukur dengan stimpmeter.

Hasil (yield) adalah jumlah daun rumput yang dikumpulkan dari hasil pemangkasan. Hasil (yield) menunjukkan respons pertumbuhan rumput yang dipengaruhi oleh pemupukan, irigasi, faktor budidaya lainnya serta faktor lingkungan. Ketegaran (verdure) merupakan jumlah tunas dan seluruh bagian rumput (selain akar) yang berada di atas tanah setelah pemangkasan. Ketegaran pada beberapa jenis rumput umumnya berbanding lurus dengan kepegasan, kekakuan, dan kepadatan pucuk.

Perakaran (rooting) yang tebal dan dalam lebih disukai karena dapat mengantisipasi masalah kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Daya pemulihan (recuperative capacity) merupakan kapasitas rumput untuk memulihkan dirinya dari permasalahan seperti penyakit, hama, injakan yang berlebihan, dan sejenisnya.

Suatu padang rumput yang baik pada umumnya harus padat, seragam, dan memiliki warna yang menyenangkan. Lapangan olahraga harus menyediakan rumput yang memiliki karakteristik sesuai dengan masing-masing jenis permainan. Rumput pada lapangan sepak bola harus tahan injakan, kepegasan untuk menyerap kejutan, tahan pemakaian terus-menerus, pulih dengan segera setelah mengalami kerusakan. Namun untuk pada lapangan golf, rumput harus mampu menahan bola sehingga bola dapat meluncur di fairway tanpa hambatan dan dapat masuk pada lubang green dengan tepat (Turgeon 2005).

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan menyuplai sejumlah unsur esensial yang diperlukan tanaman sebagai bagian dari program budidaya. Dari berbagai


(10)

6

penelitian, tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah kebutuhan nutrisi optimum yang diperlukan oleh tanaman (Turgeon 2005).

Penelitian Nasrullah dan Tungggalini (2000) menunjukkan bahwa pupuk Polymer Coated Urea 42% (pupuk slow release) dengan dosis 13.5 g N/m2/aplikasi atau setara dengan 32.1 g/m2/aplikasi menghasilkan tinggi rumput, jumlah pucuk, kepegasan, warna, bobot basah dan bobot kering rumput terbaik. Semakin tinggi dosis yang diberikan untuk jenis pupuk slow release semakin tinggi kualitas pupuk yang diperoleh.

Bobot kering akar dan kandungan nitrogen total yang terbaik dihasilkan dari perlakuan urea (pupuk quick release) dengan dosis 13.5 g N/m2/aplikasi atau setara dengan 30 g/m2/aplikasi. Hasil terbaik untuk bobot kering rhizoma dihasilkan dari perlakuan pupuk slow release (PCU) dengan dosis 4.5 g N/m2/aplikasi atau setara dengan 10.7 g/m2/aplikasi.

Perlakuan pemupukan dengan slow release (PCU) memberikan respons awal yang lebih lambat dibandingkan pemupukan quick release (urea). Hal ini karena pupuk PCU lambat tersedia bagi rumput, sedangkan pupuk urea cepat tersedia bagi rumput sebagai nutrisi tanaman. Perlakuan yang dianjurkan untuk penggunaan di lapangan golf dari penelitian Nasrullah dan Tunggalini (2000) adalah perlakuan pupuk slow release (PCU) dengan dosis 13.5 g N/m2/aplikasi atau setara dengan 32.1 g/m2/aplikasi.

Pasir sebagai Media Tanam

Struktur tanah merupakan susunan dari partikel – partikel tanah. Ukuran pertikel tanah dan proporsi relatifnya dalam tanah membentuk tekstur tanah. Klasifikasi tekstur partikel tanah menurut USDA terbagi menjadi tujuh (Tabel 1). Apabila tanah tidak memiliki struktur, seperti satu agregat liat maka akan menjadi sangat plastis ketika basah dan pecah apabila kering. Pasir sebagai media tanam rumput golf dapat mengalami pemadatan walaupun pasir juga disebut tidak berstruktur. Pasir penting dalam mendukung aerasi tanah dan drainase, tetapi pasir yang terlalu halus (0.1 sampai 0.05 mm) juga tidak baik untuk drainase (Turgeon 2005).

Tabel 1 Klasifikasi Ukuran Partikel Tanah United States Department of Agriculture System (USDA)a

Golongan Ukuran diameter (mm)

Pasir sangat kasar 2.00-1.00

Pasir kasar 1.00-0.50

Pasir sedang 0.50-0.25

Pasir halus 0.25-0.10

Pasir sangat halus 0.1-0.05

Debu 0.05-0.002

Liat <0.002

a


(11)

7 Ruang pori total dan pori aerasi terendah yang dihasilkan dari penelitian Ansori (1999) berada pada perlakuan 100% pasir. Namun berdasarkan penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013), perlakuan pasir 100% memberikan hasil pori aerasi terbesar pada media tanam yang digunakannya. Pori aerasi yang besar ini mengakibatkan media tanam tidak dapat memegang air sehingga air tersedia bagi rumput menjadi rendah yaitu hanya 2.7%.

Bentonit sebagai Campuran Media Tanam

Wuryanti dan Nasrullah (2013) menggunakan bentonit, sekam padi dan pasir sebagai bahan campuran media tanam pada rumput bermuda (Cynodon dactylon var Tifdwarf) . Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan campuran media tanam pasir dan bentonit berpengaruh nyata meningkatkan tinggi rumput, kepadaan pucuk, penampakan warna rumput, dan kepegasan.

Perlakuan campuran media tanam terbaik dihasilkan dari campuran pasir 75% + bentonit 25 mesh 25%, yaitu dengan menghasilkan kepadatan pucuk terbaik, penampakan warna terbaik, dan kualitas fungsional terbaik. Perlakuan pasir 50% dan bentonit 100 mesh 50% menghasilkan kualitas visual terburuk, yaitu penutupan rumput yang tidak merata. Perlakuan dengan kualitas fungsional terburuk dihasilkan dari perlakuan campuran pasir 50% + bentonit 100 mesh 25% + sekam padi 25% (Wuryanti dan Nasrullah 2013).

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Martana (2002) menggunakan campuran pasir, bentonit dan sekam padi. Campuran media tanam ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas fungsional dan visual rumput bermuda, yaitu kepegasan rumput, bobot kering pucuk, bobot kering akar, panjang akar, dan penampakan warna rumput. Namun pada peubah tinggi dan kepadatan rumput, perlakuan campuran media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil terbaik pada kualitas fungsional di penelitian Martana (2002) ada pada perlakuan campuran pasir 50% dan sekam 50%. Sedangkan kualitas visual terbaik diperoleh dari perlakuan campuran pasir 50% dan bentonit 50% yang ditunjukkan oleh penampakkan warna yang lebih hijau.

Namun penggunaan bentonit dengan ukuran butiran yang sangat halus (100 mesh) mengakibatkan daya pegang air terlalu besar. Hal ini membuat media tanam menjadi lunak dan tidak mampu menahan injakan kaki manusia.

Batuan Mineral Bentonit dan Pemanfaatannya

Bentonit adalah batuan yang sebagian besar terdiri dari mineral liat montmorillonit. Selain montmorillonit, dalam jumlah sedikit bentonit juga terdiri dari quartz, feldspar, volcanic glass, gypsum, pirit. Nama bentonit pertama kali digunakan tahun 1848 oleh Knight untuk menunjuk material liat yang sangat plastis yang ditemukan di Fort Benton, Wyoming, Amerika Serikat (Grim 1953 dalam Clem dan Doehler 1961).

Bentonit termasuk pada golongan sumber daya mineral non logam kategori bahan industri bersama mineral lainnya seperti barite, potassium, sulfur, gypsum, dolomit. Tahun 2010 Indonesia memiliki sumber daya bentonit sebesar 614 601 020 ton, lebih sedikit jumlahnya dibanding dolomit namun jauh lebih banyak


(12)

8

dibanding barite, potassium, sulfur dan gypsum (Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral 2011).

Montmorillonit penting dipelajari untuk mengenal bentonit lebih dalam. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectite dengan komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama montmorillonit sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorillon Prancis yang dipublikasikan pada tahun 1853-1856 (Puslitbang Tekmira 2005).

Smectite adalah nama mineral yang diberikan untuk golongan Na, Ca, Mg, Fe, dan Li-Al silikat. Mineral yang termasuk dalam golongan smectite ini yang sering digunakan antara lain Na-montmorillonit, Ca-montmorillonit, saponit (Mg), nontronit (Fe) dan hektorit (Li). Batu yang dominan tersusun dari mineral smectite salah satunya adalah bentonit (Murray 1999).

Struktur montmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua silikon oksida tetrahedral dan satu alumunium oksida oktahedral dengan adanya renggangan antar unit lapisan (Gambar 1). Adanya ikatan oksigen pada masing – masing lapisan struktur montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan. Akibatnya volume bentonit akan mengembang bila dibasahi (Tan 1991). Selain itu karena adanya pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif karena ada

Gambar 2 Struktur Penyusun Montmorillonit (Grim 1953 dalam Clem dan Doehler 1961)


(13)

9 ketidakseimbangan muatan pada permukaan bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif dari bentonit yang dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik atau dari ion senyawa logam (Murray 1999).

Bentonit dibagi menjadi dua berdasarkan sifat mengembangnya dalam air, yakni bentonit yang mudah mengembang dan tidak mengembang. Bentonit yang mudah mengembang adalah bentonit natrium (Na-bentonit). Bentonit ini biasanya digunakan dalam pengeboran minyak dan gas bumi, industi minyak sawit, farmasi, dan lain-lain. Bentonit kalsium (Ca-bentonit) dan bentonit magnesium (Mg-bentonit) memang kurang mengembang bila dicelupkan dalam air, tetapi setelah diaktifkan atau secara alami bentonit ini memiliki sifat menghisap yang baik (Puslitbang Tekmira 2005). Bentonit jenis ini lebih banyak ditemukan di Indonesia dengan pemanfaatannya dalam industri baja, industri kimia sebagai katalisator, zat pemutih, zat penyerap, dan sebagainya. Campuran bentonit dengan sedikit air akan menghasilkan bentonit yang dapat digunakan sebagai pengikat, plasticizing, dan suspending (Clem dan Doehler 1961).

Tabel 2 Komposisi Bentonit di Berbagai Wilayah (%)

Senyawa b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 SiO2 61.3-61.4 62.12 66.26 59.16 55.14 50.20 51.45 65.00 Al2O3 19.80 17.33 12.95 13.48 20.14 16.19 13.13 10.00 Fe2O3 3.90 5.30 1.20 2.70 0.30 - 3.16 0.50 CaO 0.60 3.68 1.15 3.19 0.50 2.80 1.56 2.00 MgO 1.30 3.30 2.32 1.40 2.49 4.12 6.20 0.50

TiO2 - - 0.37 0.45 0.10 0.20 - -

Na2O 2.20 0.50 0.05 2.00 2.75 0.17 1.18 1.20 K2O 0.40 0.55 2.11 2.60 0.60 0.16 0.18 1.26

H2O 7.20 7.22 7.84 - - - - 7.50

SO3 - - 0.15 - - - - -

b

) 1 : Na-Bentonit (Puslitbang Tekmira 2005) 2 : Ca-Bentonit (Puslitbang Tekmira 2005)

3 : Bentonit Cidadap, Jabar (Munir,1980 dalam Martana 2002)

4 : Bentonit Nanggulan,Yogyakarta (Anwar et al,1983 dalam Martana 2002) 5 : Wyoming (Anwar et al, 1983 dalam Martana 2002)

6 : Missisipi (Anwar et al, 1983 dalam Martana 2002)

7 : Bentonit Sukabumi (Dwiyono,1995)

8 : Bentonit Karangnunggal, Tasikmalaya (Martana 2002)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kebun percobaan IPB di Sindang Barang, Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian adalah lahan milik Institut Pertanian Bogor dan


(14)

9 ketidakseimbangan muatan pada permukaan bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif dari bentonit yang dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik atau dari ion senyawa logam (Murray 1999).

Bentonit dibagi menjadi dua berdasarkan sifat mengembangnya dalam air, yakni bentonit yang mudah mengembang dan tidak mengembang. Bentonit yang mudah mengembang adalah bentonit natrium (Na-bentonit). Bentonit ini biasanya digunakan dalam pengeboran minyak dan gas bumi, industi minyak sawit, farmasi, dan lain-lain. Bentonit kalsium (Ca-bentonit) dan bentonit magnesium (Mg-bentonit) memang kurang mengembang bila dicelupkan dalam air, tetapi setelah diaktifkan atau secara alami bentonit ini memiliki sifat menghisap yang baik (Puslitbang Tekmira 2005). Bentonit jenis ini lebih banyak ditemukan di Indonesia dengan pemanfaatannya dalam industri baja, industri kimia sebagai katalisator, zat pemutih, zat penyerap, dan sebagainya. Campuran bentonit dengan sedikit air akan menghasilkan bentonit yang dapat digunakan sebagai pengikat, plasticizing, dan suspending (Clem dan Doehler 1961).

Tabel 2 Komposisi Bentonit di Berbagai Wilayah (%)

Senyawa b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 SiO2 61.3-61.4 62.12 66.26 59.16 55.14 50.20 51.45 65.00 Al2O3 19.80 17.33 12.95 13.48 20.14 16.19 13.13 10.00 Fe2O3 3.90 5.30 1.20 2.70 0.30 - 3.16 0.50 CaO 0.60 3.68 1.15 3.19 0.50 2.80 1.56 2.00 MgO 1.30 3.30 2.32 1.40 2.49 4.12 6.20 0.50

TiO2 - - 0.37 0.45 0.10 0.20 - -

Na2O 2.20 0.50 0.05 2.00 2.75 0.17 1.18 1.20 K2O 0.40 0.55 2.11 2.60 0.60 0.16 0.18 1.26

H2O 7.20 7.22 7.84 - - - - 7.50

SO3 - - 0.15 - - - - -

b

) 1 : Na-Bentonit (Puslitbang Tekmira 2005) 2 : Ca-Bentonit (Puslitbang Tekmira 2005)

3 : Bentonit Cidadap, Jabar (Munir,1980 dalam Martana 2002)

4 : Bentonit Nanggulan,Yogyakarta (Anwar et al,1983 dalam Martana 2002) 5 : Wyoming (Anwar et al, 1983 dalam Martana 2002)

6 : Missisipi (Anwar et al, 1983 dalam Martana 2002)

7 : Bentonit Sukabumi (Dwiyono,1995)

8 : Bentonit Karangnunggal, Tasikmalaya (Martana 2002)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kebun percobaan IPB di Sindang Barang, Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian adalah lahan milik Institut Pertanian Bogor dan


(15)

10

dikelola oleh pihak University Farm (Lampiran 2). Penelitian di lapang dilakukan selama 9 MST pada Juni 2014 hingga Agustus 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : lempeng rumput bermuda (Cynodon dactylon var Tifway) berukuran 5 cm x 5 cm, pupuk NPK Phonska 15:15:15 dan NPK Mutiara 16:16:16. Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir hitam serta bentonit dari Kebon Panas, Jasinga, Bogor, Jawa Barat.

Selain alat standar yang digunakan untuk menanam, pada penelitian ini ada pula alat yang digunakan untuk pengamatan, yaitu: neraca digital, stimpmeter, kamera digital, bola golf, kuadran 10 cm x 10 cm, oven, gunting pangkas; ring sample; plug cutter; counter serta software pengolah gambar Adobe Photoshop CS 2, pengolah data Microsoft Excel dan statistik IBM SPSS 20.

Alat laboratorium yang digunakan sudah disiapkan di Laboratorium Fisika Tanah, IPB, antara lain tabung silindris (untuk penetapan bulk density), tabung kuningan, gelas ukur, gelas piala, bak perendam, alat penetapan permeabilitas, jam, dan penggaris (untuk penetapan permeabilitas).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor, yaitu perlakuan dosis pupuk N dan perlakuan campuran media tanam. Rancangan terdiri dari tiga taraf dosis pupuk N serta tiga taraf campuran media


(16)

11 sehingga terdapat sembilan kombinasi perlakuan yang diberikan pada petakan rumput dengan tiga blok. Perlakuan tersebut dirinci sebagai berikut:

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

dengan dosis Phospor (P2O5) dan Kalium (K2O) mengikuti dosis Nitrogen (N). Petak yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m. Jarak antar petak dalam satu ulangan adalah 0.5 m dan jarak antar ulangan adalah 0.5 m. Dengan demikian penelitian ini memiliki jumlah 27 jumlah unit dan satuan percobaan dalam bentuk petakan rumput di lapangan (Lampiran 1 dan 2). Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

i = perlakuan 1,2,3,4,5,6 j = blok 1,2,3

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam blok ke- j µ = nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)

αi = pengaruh dari faktor A (dosis pupuk)

βj = pengaruh dari faktor B (campuran media tanam)

(αβ)ij = komponen interaksi faktor A dan faktor B

ρk = pengaruh aditif dari tiga kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan

εijk = pengaruh galat / error.

Pengolahan data menggunakan IBM SPSS 20 dan dilakukan analisis sidik ragam serta pengujian lanjut dengan Duncan Multiple Range Test taraf alpha (α) 5%. Analisis sidik ragam digunakan untuk menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan dosis pupuk dan campuran media tanam terhadap hasil yang diamati. Apabila dari hasil analisis ini diketahui ada perlakuan yang memberikan pengaruh yang nyata, uji lanjut DMRT dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing taraf perlakuan tersebut terhadap hasil.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan dan Bahan

Pembukaan lahan pertama kali dimulai tanggal 24 Mei 2014 dengan kegiatan membersihkan gulma lunak maupun berkayu pada lahan penelitian.


(17)

11 sehingga terdapat sembilan kombinasi perlakuan yang diberikan pada petakan rumput dengan tiga blok. Perlakuan tersebut dirinci sebagai berikut:

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

dengan dosis Phospor (P2O5) dan Kalium (K2O) mengikuti dosis Nitrogen (N). Petak yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m. Jarak antar petak dalam satu ulangan adalah 0.5 m dan jarak antar ulangan adalah 0.5 m. Dengan demikian penelitian ini memiliki jumlah 27 jumlah unit dan satuan percobaan dalam bentuk petakan rumput di lapangan (Lampiran 1 dan 2). Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

i = perlakuan 1,2,3,4,5,6 j = blok 1,2,3

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam blok ke- j µ = nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)

αi = pengaruh dari faktor A (dosis pupuk)

βj = pengaruh dari faktor B (campuran media tanam)

(αβ)ij = komponen interaksi faktor A dan faktor B

ρk = pengaruh aditif dari tiga kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan

εijk = pengaruh galat / error.

Pengolahan data menggunakan IBM SPSS 20 dan dilakukan analisis sidik ragam serta pengujian lanjut dengan Duncan Multiple Range Test taraf alpha (α) 5%. Analisis sidik ragam digunakan untuk menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan dosis pupuk dan campuran media tanam terhadap hasil yang diamati. Apabila dari hasil analisis ini diketahui ada perlakuan yang memberikan pengaruh yang nyata, uji lanjut DMRT dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing taraf perlakuan tersebut terhadap hasil.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan dan Bahan

Pembukaan lahan pertama kali dimulai tanggal 24 Mei 2014 dengan kegiatan membersihkan gulma lunak maupun berkayu pada lahan penelitian.


(18)

12

Persiapan lahan dilanjutkan kembali tanggal 16 Juni 2014 dengan kegiatan membuat petak tanam.

Bahan yang perlu dipersiapkan secara khusus adalah bentonit. Bentonit didapatkan dari produsen bentonit alam di wilayah Kebon Panas, Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Ukuran awal bentonit masih sebesar batu pada umumnya, yaitu 15 cm - 20 cm. Bentonit dipecah manual menggunakan martil hingga berukuran 2 mm atau seukuran sama dengan pasir. Bentonit kemudian diayak dengan kawat berukuran 5 mm untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Bentonit yang tidak lolos ayakan dikecilkan kembali sampai didapat ukuran yang sesuai. Kondisi fisik bentonit sebelum dan sesudah dipecahkan dapat dilihat pada Gambar 4.

Bahan lain yang perlu dipersiapkan adalah pasir dan rumput bermuda (Cynodon dactylon L). Pasir hitam didapatkan dari Ciomas dan volume yang dibutuhkan disesuaikan dengan kedalaman lubang tanam serta perbandingan campurannya dengan bentonit. Rumput bermuda didapatkan dari Sawangan Depok dengan jenis varietasnya adalah Tifway. Kebutuhan rumput juga disesuaikan dengan jumlah lempengan rumput yang ditanam tiap petak percobaan.

Pembuatan Petak

Petak percobaan diatur berdasarkan rancangan acak kelompok dua faktor, yaitu faktor pemupukan NPK dan faktor campuran media tanam. Setiap faktor terdiri dari tiga taraf dan diulang sebanyak tiga kali dalam bentuk blok sehingga ada 9 kombinasi perlakuan dan memerlukan petak sebanyak 27 petak.

Langkah pertama adalah pematokan lahan berukuran 13 meter x 4 meter. Selanjutnya pemasangan ajir untuk pembuatan masing-masing lajur blok. Setiap blok diukur 1 m x 1 m sebanyak sembilan kali untuk membuat sembilan petak, dengan memperhitungkan juga jarak antar petak yaitu 50 cm. Berikutnya petak diberi pembatas tali dan diulang untuk membuat blok kedua dan blok ketiga. Jarak antar blok sama dengan jarak antar petak, yaitu 50 cm.

a b

Gambar 4 Kondisi fisik bentonit (a) ukuran bentonit awal dan (b) yang sudah dipecahkan


(19)

13

Petak berukuran 1 m x 1 m digali sedalam 15 cm kemudian diisi dengan media tanam (Gambar 5). Ketebalan media setiap petak adalah 15 cm dan diisi oleh campuran pasir dan bentonit dengan perbandingan volume yang sudah ditentukan menggunakan hitungan ember. Terakhir sebelum media ditanami rumput, permukaan media tanam diratakan agar tidak terjadi penggenangan air bila hujan datang atau saat penyiraman.

Penanaman

Sebelum memulai penanaman, masing-masing petak yang sudah diisi oleh media tanam diberi tanda persegi berukuran 60 cm x 60 cm yang dipenuhi dengan lempengan rumput sehingga penutupan rumput di awal penanaman adalah 36 persen. Hal ini bertujuan menyeragamkan jumlah rumput yang akan ditanam sehingga error saat pengamatan variabel kepadatan pucuk nantinya dapat dihindari. Lempengan rumput bermuda yang sudah dikumpulkan pada persegi 60 cm x 60 cm kemudian dipotong hingga berukuran 5 cm x 5 cm. Rumput yang sudah dipotong lalu ditanam dengan susunan berseling pada petak tanam yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Pembuatan petak (a) penggalian petak (b) pengisian petak dengan media tanam

a b

Gambar 6 Penanaman rumput (a) sebelum top dressing dan (b) keadaan rumput setelah top dressing


(20)

14

Perlakuan dosis pupuk diberikan sebelum rumput ditanam dalam bentuk NPK pada awal penelitian (0 HST). Setelah pupuk diberikan dan diaduk bersama media tanam, rumput ditanam berselang seling kemudian diratakan. Hal ini agar permukaan rumput sama rata dengan media tanam. Rumput juga ditutupi pasir (top dressing) supaya mengurangi penguapan. Terakhir adalah rumput disiram hingga basah merata menggunakan gembor.

NPK Phonska perbandingan (15:15:15) digunakan untuk perlakuan pupuk pada awal penanaman rumput (0 HST). Pupuk NPK diberikan dalam bentuk butiran sebanyak 16.7 gram untuk dosis taraf 2.5 gram unsur N /m2/aplikasi, sebanyak 33.3 gram untuk dosis taraf 5 gram unsur N /m2/aplikasi dan sebanyak 66.7 gram untuk dosis taraf 10 gram unsur N /m2/aplikasi.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian gulma yang seluruhnya dilakukan secara manual. Penyiraman intensif dilakukan di awal penanaman selama 7 hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimum bagi rumput. Penyiraman dilakukan dengan selang di tiap petak setiap hari pada pagi, sore dan tiap rumput terlihat sedikit mengering. Rumput disiram dua kali sehari sejak 2 MST hingga 4 MST. Selanjutnya rumput disiram tiap hari satu kali bila tidak hujan hingga penelitian berakhir.

Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah pemupukan. Pemupukan diberikan dalam bentuk pupuk NPK butiran dengan cara disebar, tiap satu minggu dimulai pada 0 HST serta dilanjutkan pada 1 MST hingga 8 MST. Pupuk yang digunakan pada 0 HST adalah pupuk NPK Phonska (15-15-15) dengan tiga taraf dosis. Pemberian pupuk pada 1 hingga 8 MST menggunakan pupuk NPK Mutiara (16-16-16) dengan jumlah pemberian sebagai berikut:

M1 = 2.5 gram N/m2/aplikasi setara dengan 15.63 gram NPK (16:16:16) M2 = 5 gram N/m2/aplikasi setara dengan 31.25 gram NPK (16:16:16) M3 = 10 gram N/m2/aplikasi setara dengan 62.50 gram NPK (16:16:16) Pemangkasan dilakukan tiap minggu setelah 3 MST dengan tinggi pangkasan 10 mm menggunakan gunting pangkas. Kegiatan pemangkasan dilakukan sebelum pemupukan berlangsung. Setelah pemangkasan dan pemupukan, rumput disiram merata hingga pupuk terlarut dan tidak menempel di daun rumput. Butiran pupuk yang masih menempel pada daun rumput, dapat menyebabkan daun rumput mati terbakar.

Pengendalian hama yang berada di dalam petak pengamatan dibersihkan secara manual menggunakan sabit. Gulma yang sering ditemukan di lapangan percobaan adalah rumput teki, rumput paetan, gulma berdaun lebar, serta lumut yang terbawa dari tempat pembelian sejak awal yang akhirnya berkembang. Serangga yang sering ditemui di dalam petak adalah ulat tentara, semut, cacing tanah, dan belalang. Hama tidak diberikan pengendalian apapun karena keberadaannya tidak mengganggu pertumbuhan rumput dan rumput tidak menunjukkan gejala serangan.


(21)

15

Pengamatan dan Pengambilan Data

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tiga peubah sifat fisik media tanam dan sembilan peubah kualitas rumput dengan rincian sebagai berikut:

Analisis Sifat Fisik Media Tanam

Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi, permeabilitas dan porositas. Pengujian sifat fisik media tanam dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB.

Tahapan kerja dalam pengambilan sampel tanah untuk ketiga variabel adalah sebagai berikut:

a) tabung ring sample diletakkan tegak pada petakan rumput;

b) tabung ditekan sampai hampir seluruhnya (3/4 bagian) masuk ke dalam media tanam;

c) ring sample kedua diletakkan dan ditekan di atas ring sample pertama hingga seluruh tabung ring sample pertama terbenam di media tanam;

d) petakan sekitar tabung ring sample diiris menggunakan pisau besar hingga sedalam dan sampai mendekati tabung;

e) tabung diangkat dan lapisan atas (rumput) diiris kembali menggunakan pisau hingga yang didapat dalam tabung adalah murni media tanam; dan

f) ring sample ditutup kembali (Gambar 7) dan dibungkus dengan plastik bening.

1. Bobot Isi (Bulk density)

Bobot isi ditetapkan dengan metode sebagai berikut :

a) sampel media tiap perlakuan dengan menggunakan tabung ring sample;

b) contoh tanah ditimbang bersama dengan tabungnya (X g); c) tabung kosong ditimbang terpisah (Y g);

d) kadar air tanah ditetapkan (Z %); e) bobot isi dihitung dengan rumus :

b a


(22)

16

o o i i ( Y) ( + ) ol m m i

2. Permeabilitas

Permeabilitas ditetapkan dengan cara kerja sebagai berikut :

a) Sampel media tiap perlakuan dengan menggunakan ring sample. b) Sampel media dan ring sample direndam di dalam air pada bak

perendaman hingga setinggi 3 cm dari dasar bak selama 24 jam agar media dalam keadaan jenuh.

c) Sampel dan tabungnya dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas, kemudian air dari kran dialirkan ke alat tersebut.

d) Banyaknya volume air yang keluar dihitung setelah melalui massa media selama satu jam. Pengukuran volume air dilakukan lima kali selama empat hari.

Hari ke-1 : pengukuran I, yaitu 6-7 jam setelah peletakkan sampel media. Pengukuran II dilakukan satu jam kemudian setelah pengukuran I.

Hari ke-2 : penukuran III dilakukan pada jam yang sama pada saat peletakkan sampel hari pertama.

Hari ke-3 : pengkuran IV (24 jam setelah pengukuran III). Hari ke-4 : pengukuran V (24 jam setelah pengukuran IV).

e) Rata-rata jumlah volume air dihitung dari lima pengukuran tersebut. Nilai permeabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Hukum

D’ rcy :

=

Keterangan :

K : Permeabilitas (cm/jam)

Q : Banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml) T : Waktu pengukuran (jam)

h : Water head, yaitu tinggi permukaan air dari permukaan sampel tanah (cm)

L : Ketebalan sampel media contoh tanah (cm) A : Luas permukaan contoh tanah (cm2)

3. Porositas

Porositas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

oro i = o o j ni p r ik l( o o i i)

Kualitas Visual

1. Persentase penutupan tajuk dihitung tiap pekan selama rumput belum menutup secara merata yaitu dari 1 MST hingga 3 MST. Pengamatan menggunakan foto dari kamera digital dari tiap petak. Dihitung dengan rumus persentase penutupan tajuk (Tinche 2006 dengan penyesuaian).


(23)

17

r n p n p n j k = ri p n p n j k ri l p k

2. Tingkat kehijauan warna rumput menggunakan Munsell Colour Chart for Plant yang dapat dilihat dalam Tabel 3. Data diambil setiap pekan sejak 2 MST hingga 9 MST.

3. Tinggi rata-rata rumput untuk mengukur kecepatan tumbuh vertikal rumput, diambil dari tiga titik dan diambil rata-ratnya. Tinggi diukur setiap pekan mulai 4 MST hingga 9 MST, dari pangkal batang terbawah sampai ujung daun tertinggi pucuk pada kondisi rumput yang stabil.

4. Kepadatan pucuk untuk mengukur kerapatan pucuk dalam persegi empat berukuran 10 cm x 10 cm (Gambar 8). Sampel diambil dari rata-rata tiga titik acak dalam satu petak dan dihitung pucuk yang minimal memiliki tiga daun. Tabel 3 Skor warna rumput berdasarkan Munsell Colour Chart for Plant

Skor Tingkatan Warna Notasi Munsell

1 Kuning muda (2.5 GY P 9/6)

2 Kuning (2.5 GY B.1 8/9)

3 Hijau kekuningan (2.5 GY L.3 7.5/6)

4 Hijau (2.5 GY L.4 6/6.5)

5 Hijau tua (2.5 GY DI.3 5/6.5)

6 Hijau sangat tua (2.5 GY DI.4 4/6)

Kualitas Fungsional

1. Gelindingan bola (ball roll) rumput diukur dengan meluncurkankan bola golf dari ketinggian 1 meter dengan sudut 30° dengan papan berukuran 1 m (stimpmeter). Selisih jarak titik jatuh awal ke titik akhir menggelinding diukur dengan mistar. Pengukuran diulang tiga kali tiap petak dan dihitung rata-ratanya. Semakin besar jarak bola menggelinding maka kualitas rumput semakin baik. Gelindingan bola diukur setiap pekan setelah rumput menutup secara merata hingga 9 MST.

2. Bobot kering pangkasan (yield) diambil dari bobot rata-rata dua sampel tiap petak menggunakan kuadran 10 cm x 10 cm (Gambar 8). Rumput diambil menggunakan gunting sebelum tindakan pemangkasan saat pemeliharaan.

Pangkasan khusus dipotong sepanjang 10 mm, kemudian dikeringkan dalam

oven dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang menggunakan neraca digital. Pengamatan dilakukan setiap pekan setelah rumput menutup sempurna sejak 4 MST hingga 9 MST.

3. Pada akhir penelitian diukur bobot kering akar. Bobot kering diambil dari sampel menggunakan plug cutter kemudian dipisahkan dari bagian rumput yang di atas tanah menggunakan gunting. Akar kemudian dicuci dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang.


(24)

18

4. Verdure dihitung dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yang diambil bersamaan dengan bobot kering akar. Setelah dipisahkan dari akar, verdure diperlakukan sama dengan bobot kering akar yaitu dicuci dan dikeringkan dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang bobotnya.

5. Panjang akar diambil dari dua sampel acak tiap petak menggunakan plug cutter bersamaan dengan pengamatan bobot kering akar. Panjang akar diukur dari pangkal akar teratas sampai akar terbawah pada pekan terakhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung selama bulan Juni hingga September 2014. Secara umum keadaan lapang dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu pemupukan dan campuran media tanam serta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing faktor terdiri dari tiga perlakuan sehingga terdapat 27 jumlah petak percobaan.

Di awal masa penanaman, rumput selalu dijaga dalam keadaan cukup air sehingga tidak mengalami kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tindakan ini dinilai cukup efektif karena rumput dapat menutup secara merata dalam 4 MST. Pengambilan data peubah kualitas visual dan fungsional dimulai saat rumput berumur 4 MST. Peubah penutupan tajuk tanaman dan warna daun dimulai sejak 1 dan 2 MST. Pada minggu terakhir pengamatan, diambil pula data peubah panjang dan berat kering akar serta sampel tanah untuk diuji sifat fisiknya. Kemunculan hama dan gulma tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hama yang sering muncul adalah belalang (Valanga nigricornis

Gambar 8 Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan


(25)

18

4. Verdure dihitung dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yang diambil bersamaan dengan bobot kering akar. Setelah dipisahkan dari akar, verdure diperlakukan sama dengan bobot kering akar yaitu dicuci dan dikeringkan dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang bobotnya.

5. Panjang akar diambil dari dua sampel acak tiap petak menggunakan plug cutter bersamaan dengan pengamatan bobot kering akar. Panjang akar diukur dari pangkal akar teratas sampai akar terbawah pada pekan terakhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung selama bulan Juni hingga September 2014. Secara umum keadaan lapang dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu pemupukan dan campuran media tanam serta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing faktor terdiri dari tiga perlakuan sehingga terdapat 27 jumlah petak percobaan.

Di awal masa penanaman, rumput selalu dijaga dalam keadaan cukup air sehingga tidak mengalami kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tindakan ini dinilai cukup efektif karena rumput dapat menutup secara merata dalam 4 MST. Pengambilan data peubah kualitas visual dan fungsional dimulai saat rumput berumur 4 MST. Peubah penutupan tajuk tanaman dan warna daun dimulai sejak 1 dan 2 MST. Pada minggu terakhir pengamatan, diambil pula data peubah panjang dan berat kering akar serta sampel tanah untuk diuji sifat fisiknya. Kemunculan hama dan gulma tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hama yang sering muncul adalah belalang (Valanga nigricornis

Gambar 8 Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan


(26)

19 Burmeister.), semut (Dolichoderus thoracicus Smith) dan ulat tentara (Pseudelatia unipuncta Haworth). Gulma yang sering tumbuh di lapangan adalah rumput teki (Cyperus rotundus Linn), rumput paetan (Axonopus compressus (Sw.). P. Beauv), rumput bahia (Paspalum notatum Flugge), gulma berdaun lebar, lumut yang terbawa dari tempat pembelian rumput, serta tumbuhnya biji pohon petai cina di petak percobaan. Namun, kemunculan hama dan gulma masih dapat ditangani secara manual sehingga tidak menggunakan herbisida atau insektisida.

Gambar 9 Hama dan gulma yang ada pada petak pengamatan (a) ulat tentara (Pseudelatia unipuncta Haworth) dan (b) gulma berdaun lebar

Sifat Fisik Media Tanam

Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi, permeabilitas dan porositas. Hasil pengujian ketiga sifat fisik media tanam pada penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 10 Sifat fisik tiap perlakuan media tanam


(27)

20

Keterangan :

m0 : media 100% pasir

m1 : media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh

m2 : media campuran 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Sifat-sifat fisik tanah secara keseluruhan ditentukan oleh: ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah; jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini; keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilangannya; serta intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung (Hanafiah 2005).

Bobot Isi

Bobot isi atau bulk density (BD) merupakan bobot per satuan volume tanah yang dikeringkan dengan oven yang dinyatakan dalam g/cm3 (Foth 1988). Menurut Turgeon (2005) bobot isi berarti volume bobot kering tanah yang utuh atau tidak terganggu. Bobot isi pada media tanam yang digunakan di penelitian ini memiliki nilai antara 1.02 g/cm3 hingga 1.11 g/cm3.

Perlakuan m2 yaitu faktor perlakuan campuran media pasir 75% + bentonit 25% ukuran 25 mesh memberikan hasil bobot isi terbesar pada penelitian ini. Bobot isi terendah dimiliki oleh perlakuan media tanam 100% pasir (m0) sehingga secara umum penggunaan bentonit sebagai campuran media tanam bersama pasir cenderung memperbesar bobot isi.

Hal yang sama terjadi pula dengan penelitian Martana (2002). Penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013) juga menghasilkan bobot isi lebih tinggi dibanding media tanam pasir 100% saat menggunakan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25%. Tanah pasir yang diberi campuran bentonit yang sudah dimodifikasi keadaan kationnya (cation bentonite benefication) pada penelitian Croker et al (2004) cenderung memiliki bobot isi yang lebih tinggi dibanding media 100% tanah pasir (sandy soil).

Bobot isi yang baik menurut Beard (1982) berdasarkan standar United States Golf Association (USGA) untuk zona akar adalah 1.4 g/cm3 dengan nilai bobot isi terendah yang masih diterima adalah 1.2 g/cm3 dan tertinggi 1.6 g/cm3. Penelitian ini menghasilkan bobot isi yang belum sesuai dengan standar USGA karena rentang nilai yang masih dibawah 1.2 g/cm3.

Porositas

Porositas atau ruang pori total adalah persentase volume ruang pori total dari tanah yang ditempati oleh udara dan air (Foth 1988). Hanafiah (2005) menjelaskan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara sehingga dapat sebagai indikator kondisi aerasi dan drainase tanah. Persentase ruang pori menurut Turgeon (2005) hanya menunjukkan jumlah porositas total dan tidak dapat menunjukkan secara langsung distribusi pori yang berbeda ukuran (makropori, mesopori, dan mikropori).

Porositas tertinggi dimiliki oleh perlakuan m0, yaitu sebesar 61.81% sedangkan porositas terendah didapatkan perlakuan m2 yaitu sebesar 58.22%. Hal


(28)

21 ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara porositas dan bobot isi. Semakin besar ruang pori total maka bobot isi media tanam akan semakin ringan karena media tanam dominan terisi oleh udara dan air.

Nilai porositas lebih tinggi saat menggunakan media pasir 100% (m0) dan pasir 87.5% + bentonit 12.5% (m1). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penambahan bentonit dapat mengurangi porositas media tanam tetapi tidak sampai mengganggu pertumbuhan akar. Padahal menurut Foth (1988), tanah dengan permukaan berpasir memiliki porositas yang lebih kecil dibanding tanah dengan permukaan liat. Komposisi 75% pasir + 25% bentonit (ukuran 25 mesh dan 100 mesh) juga memberikan porositas lebih rendah dibandingkan pasir 100% pada penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013). Namun, pemberian 25% sekam padi pada 50% pasir + 25% bentonit memberikan porositas tertinggi.

Penelitian ini menghasilkan porositas dengan rentang 58.22% sampai 61.81% yang melebihi nilai ideal standar dari USGA. Zona akar yang baik harus memiliki porositas (gabungan mikropori dan makropori) antara 40 sampai 55 persen. Distribusi ideal dari komposisi tersebut hedaknya terdiri dari 25% pori kapiler dan 25% ruang pori nonkapiler. Hal ini agar zona akar selalu bisa dilewati air yang perkolasi setiap saat (Beard 1982).

Permeabilitas

Permeabilitas adalah tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air. Permeabilitas ini sangat berkaitan dengan porositas dan kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah atau perkolasi (Hanafiah 2005).

Hasil yang ditampilkan pada Gambar 10 menunjukkan nilai permeabilitas tercepat dimiliki oleh media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) yakni sebesar 83.22 cm/jam. Selanjutnya permeabilitas yang lebih lambat dimiliki oleh perlakuan m2 (77.85 cm/jam), dan yang permeabilitas yang paling lambat adalah perlakuan media pasir 100% (m0) dengan nilai 73.91 cm/jam.

Berdasarkan kriteria kelas laju permeabilitas mengacu pada United States Soil Conservation Service (USSCS), rentang permeabilitas yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong kelas cepat yang sangat cepat (Tabel 4). Permeabilitas yang sangat cepat ini menunjukkan bahwa media tanam sulit menahan air, sehingga air melalu dengan cepat. Hanafiah (2005) menambahkan bahwa dengan permeabilitas yang cepat, harus diperhatikan pula suplai pupuk dan bahan amelioran karena akan sering tercuci bersama aliran massa air.

Penelitian Croker et al (2004) menunjukkan bahwa pencampuran tanah pasir dengan bentonit yang sudah digunakan untuk meng-klarifikasi minyak kelapa (soil + palm oil bentonite) sebanyak 5-10 ton/ha masih dapat meneruskan air dengan baik. Namun, bila semakin tinggi taraf bentonit yang digunakan, yaitu 20-40 ton/ha media tanam tersebut permeabilitasnya sangat rendah sehingga sudah tidak dapat lagi meneruskan air atau sangat menahan air (extremely water repellent).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bila sama-sama dibandingkan dengan media yang dicampur bentonit, penambahan bentonit yang lebih banyak akan mengurangi permeabilitas media pasir sehingga lebih dapat menahan air. Namun, bila dibanding dengan media pasir 100%, penelitian ini menunjukkan bahwa pasir masih lebih baik dalam menahan air.


(29)

22

Kombinasi perlakuan yang paling dapat menahan aliran massa air (permeabilitas terendah) adalah perlakuan dosis pupuk 5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 100% pasir (M2m0), yaitu sebesar 65.53 cm/jam. Permeabilitas terendah kedua sebesar 74.3 cm/jam diperoleh kombinasi dosis pupuk sedang dengan campuran media tanam bentonit terbanyak (M1m2). Hal ini menunjukkan pasir masih dapat menahan air lebih baik dibanding dengan mencampurnya dengan bentonit. Menurut Hanafiah (2005), pasir memiliki kemampuan permeabilitas yang cepat. Kemunduran jadwal pengambilan data sifat fisik tanah akibat keterbatasan yang ada, diduga menjadi penyebab hasil permeabilitas mengalami beberapa penyimpangan.

Tabel 4 Kriteria kelas laju permeabilitas dan perkolasi tanah (USSCS)a

Kelas Permeabilitas (cm/jam) Perkolasi (menit/inchi) Lambat 1. Sangat lambat < 0.125 < 1 200

2. Lambat 0.125-0.5 300-1 200

Sedang 3 Agak lambat 0.5-1.6 75-300

4. Sedang 1.6-5 24-75

5. Agak cepat 5 – 16 12 - 24

Cepat 6. Cepat 16-25 6 - 12

7. Sangat cepat >25 < 6 a

Sumber : Hanafiah (2005)

Kualitas Visual Persentase Penutupan Tajuk

Persentase penutupan tajuk menunjukkan kecepatan tumbuh rumput menutup petakan yang diamati sejak 1 MST hingga 3 MST. Persentase awal rumput saat ditanam (0 HST) adalah 36%. Besarnya 36% ini didapat dari lebar lempengan rumput yang diberikan saat awal penanaman yaitu persegi berukuran 60 cm x 60 cm. Selanjutnya lempengan dipotong berukuran 5 cm untuk kemudian ditanam secara menyebar pada petak berukuran 1 m x 1 m. Data persentase penutupan tajuk rumput dari umur satu minggu setelah tanam hingga berumur tiga minggu disajikan dalam Tabel 5.

Perlakuan dosis pupuk pada penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil perluasan penutupan tajuk rumput saat 1 hingga 3 MST. Perlakuan campuran media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata positif terhadap hasil hanya pada minggu pertama.

Pemberian dosis pupuk yang tinggi terbukti memberikan pengaruh positif terhadap penutupan tajuk rumput. Dosis pupuk 5 gram N/m2/aplikasi (M2) memberikan pengaruh nyata menaikkan penutupan tajuk rumput saat 2 dan 3 MST sedangkan dosis 10 gram N/m2/aplikasi (M3) memberikan pengaruh nyata positif terhadap penutupan tajuk rumput sejak 1 MST hingga 3 MST.

Perlakuan campuran media tanam yang memberikan pengaruh nyata menambah penutupan tajuk rumput hanya terjadi saat 1 MST, yaitu pada taraf


(30)

23 campuran media pasir 87.5% + 12.5% bentonit 25 mesh (m1). Campuran media tanam tidak menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap hasil pada 2 MST dan 3 MST (Tabel 5).

Tabel 5 Persentase Penutupan Tajuk Umur 1 MST – 3 MST (%)

Perlakuan Minggu ke-

1 2 3

Dosis pupuk

M1 79.29b 91.20b 94.46b

M2 79.11b 93.27a 96.35a

M3 82.84a 94.29a 96.72a

Media tanam

m0 80.20ab 93.12b 96.39b

m1 82.27a 93.07b 95.93b

m2 78.77b 92.57b 95.20b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Berdasarkan pengamatan, kombinasi perlakuan yang paling rendah penutupan tajuknya pada 1 MST adalah M2m2, yaitu kombinasi dosis pupuk sedang dengan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25% 25 mesh. Penutupan tajuk rumput tertinggi dimiliki oleh M3m0, yaitu kombinasi perlakuan dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam pasir 100%.

Kombinasi perlakuan M1m1, yaitu pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi dan campuran media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh memiliki penutupan tajuk rumput yang buruk pada 2 MST. Namun perlakuan M3m0 tetap memberikan hasil penutupan tajuk rumput terbaik saat 2 MST.

Penutupan tajuk rumput yang paling baik pada 3 MST tetap dihasilkan dari kombinasi perlakuan M3m0, yaitu sebesar 97.50% berdasarkan data hasil pengamatan. Kombinasi perlakuan yang memberikan hasil penutupan tajuk rumput terburuk pada 3 MST adalah kombinasi M1m2 (93.81%), yaitu dosis pupuk terendah dengan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25% 25 mesh. Dengan demikian secara konsisten kombinasi perlakuan pupuk 10 g N/m2/aplikasi dan media tanam 100% pasir menghasilkan tajuk rumput yang paling cepat menutup tanah.

Laju penutupan tajuk rumput tercepat terjadi saat 0 HST menuju 1 MST. Seluruh rumput percobaan mengalami pertumbuhan pesat yang ditunjukkan dari laju penutupan tajuk naik rata-rata sebesar 44.42% dalam waktu satu minggu


(31)

24

dengan laju tercepat dimiliki oleh perlakuan M3m0. Laju penutupan tajuk rumput pada 1 MST menuju 2 MST sebesar 12.5% dan pada 2 MST menuju 3 MST laju penutupan rumput hanya sebesar 2.92%.

Pemberian pupuk dosis lebih tinggi memberikan pengaruh yang baik terhadap pertambahan penutupan tajuk karena rumput memperoleh lebih banyak nutrisi dari suplai pupuk. Nutrisi ini digunakan untuk rumput untuk tumbuh sehingga dapat menyebar dan menutup tajuk dengan lebih cepat. Media tanam pasir yang dicampur dengan bentonit umumnya tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap perluasan penutupan tajuk rumput diduga karena bentonit sudah menyediakan air untuk akar sehingga akar tidak harus bergerak lebih meluas.

Warna

Warna adalah indikator yang berguna untuk mengetahui kondisi tanaman secara umum (Turgeon 2005). Rumput yang memberikan respons warna yang kurang hijau dari biasanya dapat diperkirakan bahwa rumput mengalami kekurangan nutrisi, air, cahaya, ataupun terserang penyakit. Hasil pengamatan tingkat kehijauan warna daun disajikan dalam Tabel 6.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dapat dilihat di Tabel 6, faktor dosis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata meningkatkan kehijauan warna daun pada 3 MST hingga 9 MST. Faktor campuran media tanam juga memberikan hasil yang berbeda nyata pada 3, 4, 5, 6, 7 dan 9 MST. Tingkat kehijauan warna daun saat pengamatan pada penelitian ini memiliki skor antara 3.33 - 5.67 atau dari hijau kekuningan hingga hijau sangat tua.

Tabel 6 Tingkat Kehijauan Warna Daun Umur 2 MST - 9 MST (skor)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Perlakuan Minggu ke-

2 3 4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 4.22b 4.33b 4.00b 3.89b 5.00a 4.00b 3.78b 4.33b

M2 4.56b 4.44b 4.33ab 4.11b 4.33b 4.22b 4.22b 4.60b

M3 4.56b 4.89a 4.89a 4.67a 4.89a 4.78a 4.78a 5.11a

Media tanam

m0 4.22b 4.22b 3.89b 3.78b 4.11b 4.11b 4.22b 4.22b

m1 4.56b 4.44b 4.67a 4.44a 5.00a 4.56a 4.11b 4.78a


(32)

25 Penambahan bentonit relatif memberikan pengaruh yang berbeda nyata untuk meningkatkan kehijauan warna daun. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT di Tabel 6, warna daun yang diberikan bentonit pada campuran media tanamnya berkisar antara hijau tua hingga hijau sangat tua (Gambar 11). Warna ini umumnya adalah kisaran warna yang disukai oleh pemain golf.

Bentonit merupakan batuan dengan kandungan mineral didominasi oleh montmorillonit sehingga memiliki KTK yang tinggi. Kation yang umumnya dipertukarkan adalah Ca, Na, Mg, Fe, dan Li (Murray 1999) serta kemampuan jerap yang dimiliki bentonit sebagai koloid tanah menjadikan kation tersebut lebih mudah tersedia sebagai nutrisi bagi tanaman (Hanafiah 2005) .

Campuran bentonit pada media pasir diduga membuat N dari suplai pupuk menjadi mudah tersedia bagi rumput sehingga rumput tampak lebih hijau. Hal ini karena unsur N yang disuplai dari pemupukan tidak mudah hilang tercuci karena terjerap oleh bentonit dibandingkan dengan media yang tidak memiliki campuran bentonit.

Menurut Christians (2004) N merupakan komponen penting dalam proses biokimia tanaman dan berperan penting dalam produksi klorofil. Namun, keberadaannya sangat mobil (mudah berpindah atau hilang) dan mudah mengalami perubahan susunan kimia baik di tanah maupun di atmosfer. Peran N


(33)

26

dalam memproduksi klorofil ini membuat N mampu membuat rumput tampak lebih hijau sehingga pemupukan N untuk rumput sangat diperlukan.

Penambahan bentonit dalam media tanam pasir pada lapangan rumput terutama untuk lapangan golf diharapkan dapat mengurangi frekuensi ataupun jumlah pemupukan yang berlebihan. Hal ini diduga karena N yang terjerap oleh bentonit menjadi mudah tersedia karena terhindar dari pencucian dalam tanah sehingga warna hijau pada rumput dapat dipertahankan dan pemupukan N yang berlebihan dapat dihindari.

Secara umum tingkat warna hijau terendah dimiliki oleh M1m0, yakni perlakuan dengan kombinasi dosis pupuk NPK terendah dan media tanam 100% pasir. Warna hijau pada perlakuan ini cenderung lebih terang dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Asupan nitrogen dari pupuk yang lebih sedikit dan media tanam tidak mengandung bentonit yang dapat membantu tersedianya unsur N sebagai pembentuk klorofil diduga sebagai faktor penyebab terangnya warna rumput pada perlakuan M1m0.

Perlakuan dosis pupuk tinggi (M3) menunjukkan respons terbaik, yaitu memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata sehingga memperoleh skor warna hijau tertinggi pada penelitian ini. Hal ini karena asupan nitrogen yang mencukupi dapat memberikan warna hijau yang menarik. Selain itu, campuran media tanam dengan bentonit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap warna rumput. Perlakuan campuran media tanam, baik pada taraf 12.5% bentonit 25 mesh ataupun 25% bentonit 25 mesh, memberikan respons semakin meningkatnya warna hijau rumput sehingga dalam hal peubah tingkat kehijauan warna daun rumput direkomendasikan untuk mengaplikasikan kombinasi dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam 82.5% pasir + 12.5 % bentonit 25 mesh (M3m1).

Terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk dengan campuran media tanam pada peubah warna saat 6 MST. Bentuk interaksi antar perlakuan saat 6 MST dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Interaksi antar perlakuan pada peubah warna rumput saat 6 MST

Perlakuan m0 m1 m2

M1 4.00d 6.00a 5.00bc

M2 4.00d 4.33cd 4.67cd

M3 4.33cd 4.67cd 5.67ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada 6 MST, perlakuan pupuk pada berbagai taraf yang diaplikasikan pada media tanam bercampur bentonit secara


(34)

bersama-27 sama berinteraksi menaikkan tingkat kehijauan daun dibanding bila diaplikasikan pada media tanpa bentonit. Kombinasi perlakuan M1m1 menghasilkan kualitas warna daun terbaik, yaitu pada skala 6. Hal ini berarti apabila kedua perlakuan berinteraksi secara nyata, tingkat kehijauan warna rumput terbaik bisa diperoleh dengan mengaplikasikan dosis 2.5 g N/m2/aplikasi pada campuran media 87.5% pasir + 12.5% bentonit. Pemberian pupuk dan bentonit yang lebih banyak (M3m2) menjadi tidak efisien saat kedua perlakuan menunjukkan interaksi yang nyata.

Faktor cuaca dan waktu pengamatan diduga ikut mempengaruhi kualitas visual rumput terutama tampilan warna. Cuaca dengan awan yang mendung cenderung menghasilkan warna yang lebih gelap. Begitu pula bila pengamatan dilakukan pada waktu yang terlalu pagi atau menuju sore hari, cenderung lebih gelap karena sinar matahari yang direfleksikan rumput tidak maksimal. Oleh karena itu pengamatan peubah warna pada penelitian ini dilakukan saat pagi menjelang siang hari.

Tinggi Rumput

Perlakuan dosis pupuk pada penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput saat 5, 7, 8, dan 9 MST serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada 4 dan 6 MST. Dosis pupuk taraf sedang dan tinggi (M2 dan M3), yaitu 5 g N/m2/aplikasi dan 10 g N/m2/aplikasi memberikan masing-masing pengaruhnya saat 5, dan 8 MST. Namun pada 7 MST, perlakuan M2 dan M3 memberikan respon yang sama. Pada 9 MST dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi (M3) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput (Tabel 8).

Perlakuan campuran media tanam juga memberikan pengaruhnya dalam meningkatkan tinggi rumput yang berbeda nyata, yaitu saat di 4 dan 5 MST. Perlakuan campuran media tanam taraf 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh (m2) inilah yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput. Namun saat di 5 MST, perlakuan campuran media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) turut memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan campuran media tanam taraf m2. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bentonit sebagai campuran media pasir memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap ketinggian rumput golf.

Tabel 8 Tinggi Rumput Umur 4 MST - 9 MST (cm)

Perlakuan Minggu

4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 3.17b 3.62c 2.86c 2.07b 2.44c 2.11b

M2 3.53b 4.10b 3.06c 2.29a 2.72b 2.24b

M3 3.28b 4.68a 3.31c 2.43a 3.02a 2.58a

Media tanam

m0 3.11b 3.68b 2.88b 2.19b 2.69b 2.20b

m1 3.20b 4.19a 3.07b 2.28b 2.84b 2.36b


(35)

28

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Berdasarkan hasil selama pengamatan, kombinasi perlakuan dosis pupuk rendah tanpa campuran bentonit dalam media tanam (M1m0) pada peubah tinggi rumput relatif memberikan hasil yang buruk. Perlakuan kombinasi pupuk dosis 10 g N/m2/aplikasi dengan media pasir bercampur bentonit (M3m1 dan M3m2) terbukti lebih sering memberikan hasil tinggi rumput terbaik pada penelitian ini.

Kombinasi lain yang memberikan hasil terbaik pada peubah tinggi tanaman adalah M2m2. Kombinasi M2m2, yaitu perlakuan dosis pupuk 5 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh memberikan hasil tinggi rumput terbaik pada 4 MST. Hal ini memperlihatkan peranan bentonit memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman.

Selain itu, antar perlakuan pada peubah tinggi rumput juga menunjukkan interaksi saat rumput berumur 7 MST. Interaksi antar perlakuan tersebut disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Interaksi antar perlakuan peubah tinggi rumput saat 7 MST

Perlakuan m0 m1 m2

M1 2.00c 2.06bc 2.14bc

M2 2.31bc 2.47ab 2.11bc

M3 2.25bc 2.30bc 2.75a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi yang nyata dari perlakuan pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (M2m1) memberikan respon yang sama baiknya dengan kombinasi M3m2. Hal ini menunjukkan penggunaan dosis pupuk dan campuran bentonit taraf sedang sudah dapat menghasilkan respon ketinggian rumput yang sama baiknya dengan kombinasi pupuk dan media tanam bercampur bentonit taraf tinggi. Oleh karena itu penggunaan dosis pupuk yang lebih tinggi dan campuran bentonit yang lebih banyak menjadi tidak efisien.


(36)

29

KepadatanPucuk

Kepadatanpucuk menunjukkan tingkat pertumbuhan dan penyerapan nutrisi oleh rumput. Kombinasi perlakuan pupuk yang tinggi dengan jumlah bentonit yang cukup banyak dalam campuran media tanam memiliki kepadatan pucuk yang tinggi. Hal ini karena jumlah nutrisi yang tersedia lebih banyak dibanding dengan perlakuan dosis pupuk rendah. Kepadatan pucuk yang tinggi akhirnya menyebabkan pola pertumbuhan rumput meninggi ke atas karena tidak tersedia lagi ruang untuk rumput bergerak menyebar.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 10), terdapat perlakuan dosis pupuk yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kepadatan pucuk saat 5 hingga 9 MST. Begitu pula dengan perlakuan campuran media tanam, saat 4, 5, dan 7 MST terdapat perlakuan campuran media tanam yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata yang menaikkan jumlah kepadatan pucuk.

Tabel 10 Kepadatan Pucuk Umur 4 MST – 9 MST (pucuk/100cm2)

Perlakuan Minggu

4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 76.61c 82.67c 87.44b 95.07b 120.04b 144.81b M2 82.99c 92.10b 97.05a 107.04a 128.48a 160.30a

M3 83.70c 98.63a 99.93a 112.19a 130.93a 160.81a

Media tanam

m0 79.10ab 86.56b 94.81b 98.93b 123.78b 152.04b m1 76.03b 88.82a 92.00b 104.37ab 124.22b 154.19b m2 88.18a 98.04a 97.59b 111.00a 131.45b 159.70b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Kepadatan pucuk menunjukkan peningkatan jumlah dari minggu ke minggu. Pada minggu keempat, campuran media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan kepadatan pucuk. Sebaliknya, perlakuan dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kepadatan pucuk. Pemberian dosis pupuk tertinggi (M3) pada 4 MST menghasilkan kepadatan pucuk tertinggi, yaitu sebanyak 83.70 pucuk/100 cm2. Pengaruh yang sangat nyata pada 4 MST diberikan oleh perlakuan campuran media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh. Perlakuan taraf m2 ini juga menunjukkan hasil kepadatan pucuk tertinggi, yakni sebanyak 88.18 pucuk/100 cm2.


(1)

46

Lampiran 5 Hasil Sidik Ragam Peubah Tinggi

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

4 MST

Pupuk 0.62 2 0.31 1.49 0.26

Media 1.63 2 0.82 3.91 0.04

Blok 1.35 2 0.68 3.24 0.07

Pupuk * Media 0.59 4 0.15 0.70 0.60

Galat 3.34 16 0.21

Total 7.52 26

5 MST

Pupuk 5.05 2 2.53 11.76 0.00

Media 3.30 2 1.65 7.69 0.00

Blok 0.06 2 0.03 0.14 0.87

Pupuk * Media 0.28 4 0.07 0.32 0.86

Galat 3.44 16 0.21

Total 12.12 26

6 MST

Pupuk 0.90 2 0.45 1.19 0.33

Media 0.70 2 0.35 0.94 0.41

Blok 2.21 2 1.11 2.94 0.08

Pupuk * Media 2.31 4 0.58 1.54 0.24

Galat 6.02 16 0.38

Total 12.15 26

7 MST

Pupuk 0.62 2 0.31 6.44 0.01

Media 0.10 2 0.05 1.02 0.38

Blok 0.40 2 0.20 4.18 0.03

Pupuk * Media 0.59 4 0.15 3.06 0.05

Galat 0.77 16 0.05

Total 2.48 26

8 MST

Pupuk 1.53 2 0.76 14.09 0.00

Media 0.19 2 0.09 1.71 0.21

Blok 0.04 2 0.02 0.39 0.68

Pupuk * Media 0.04 4 0.01 0.20 0.93

Galat 0.87 16 0.05

Total 2.66 26

9 MST

Pupuk 1.07 2 0.54 9.67 0.00

Media 0.17 2 0.08 1.50 0.25

Blok 0.30 2 0.15 2.72 0.10

Pupuk * Media 0.24 4 0.06 1.09 0.40

Galat 0.89 16 0.06


(2)

47 Lampiran 6 Hasil Sidik Ragam Peubah Kepadatan Pucuk

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

4 MST

Media 719.41 2 359.71 4.22 0.03

Blok 208.64 2 104.32 1.22 0.32

Pupuk * Media 406.50 4 101.63 1.19 0.35

Galat 1363.55 16 85.22

Total 2972.30 26

5 MST

Pupuk 1159.43 2 579.72 18.02 0.00

Media 665.86 2 332.93 10.35 0.00

Blok 1497.26 2 748.63 23.27 0.00

Pupuk * Media 232.17 4 58.04 1.80 0.18

Galat 514.85 16 32.18

Total 4069.57 26

6 MST

Pupuk 768.45 2 384.22 5.30 0.02

Media 140.79 2 70.39 0.97 0.40

Blok 80.44 2 40.22 0.56 0.58

Pupuk * Media 436.27 4 109.07 1.51 0.25

Galat 1159.49 16 72.47

Total 2585.44 26

7 MST

Pupuk 1387.53 2 693.77 10.77 0.00

Media 658.06 2 329.03 5.11 0.02

Blok 1140.75 2 570.38 8.85 0.00

Pupuk * Media 902.57 4 225.64 3.50 0.03

Galat 1030.93 16 64.43

Total 5119.84 26

8 MST

Pupuk 587.60 2 293.80 4.43 0.03

Media 333.55 2 166.78 2.52 0.11

Blok 160.32 2 80.16 1.21 0.32

Pupuk * Media 83.13 4 20.78 0.31 0.86

Galat 1060.69 16 66.29

Total 2225.28 26

9 MST

Pupuk 1488.01 2 744.01 3.63 0.05

Media 281.66 2 140.83 0.69 0.52

Blok 2270.57 2 1135.28 5.55 0.01

Pupuk * Media 771.03 4 192.76 0.94 0.47

Galat 3274.86 16 204.68


(3)

48

Lampiran 7 Hasil Sidik Ragam Peubah Gelindingan Bola

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

5 MST

Pupuk 358.59 2 179.29 4.80 0.02

Media 64.48 2 32.24 0.86 0.44

Blok 155.30 2 77.65 2.08 0.16

Pupuk * Media 454.98 4 113.74 3.04 0.05

Galat 597.83 16 37.36

Total 1631.18 26

6 MST

Pupuk 380.66 2 190.33 4.52 0.03

Media 97.35 2 48.68 1.16 0.34

Blok 277.93 2 138.97 3.30 0.06

Pupuk * Media 196.14 4 49.04 1.16 0.36

Galat 674.27 16 42.14

Total 1626.36 26

7 MST

Pupuk 464.41 2 232.20 2.62 0.10

Media 57.50 2 28.75 0.32 0.73

Blok 43.34 2 21.67 0.24 0.79

Pupuk * Media 114.90 4 28.73 0.32 0.86

Galat 1420.02 16 88.75

Total 2100.17 26

8 MST

Pupuk 44.37 2 22.19 0.37 0.70

Media 17.52 2 8.76 0.14 0.87

Blok 347.96 2 173.98 2.87 0.09

Pupuk * Media 204.62 4 51.15 0.84 0.52

Galat 970.45 16 60.65

Total 1584.92 26

9 MST

Pupuk 123.12 2 61.56 2.25 0.14

Media 17.61 2 8.80 0.32 0.73

Blok 516.09 2 258.04 9.45 0.00

Pupuk * Media 212.15 4 53.04 1.94 0.15

Galat 436.80 16 27.30

Total 1305.76 26

Lampiran 8 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Kering Pangkasan

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b


(4)

49 Lampiran 8 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Kering Pangkasan (lanjutan)

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

4 MST

Media 0.02 2 0.01 2.36 0.13

Blok 0.04 2 0.02 4.11 0.04

Pupuk * Media 0.01 4 0.00 0.81 0.53

Galat 0.07 16 0.00

Total 0.22 26

5 MST

Pupuk 0.09 2 0.05 5.64 0.01

Media 0.04 2 0.02 2.30 0.13

Blok 0.09 2 0.04 5.55 0.01

Pupuk * Media 0.05 4 0.01 1.68 0.20

Galat 0.13 16 0.01

Total 0.40 26

6 MST

Pupuk 0.07 2 0.04 0.93 0.41

Media 0.07 2 0.03 0.87 0.44

Blok 0.25 2 0.12 3.27 0.06

Pupuk * Media 0.18 4 0.05 1.22 0.34

Galat 0.60 16 0.04

Total 1.16 26

7 MST

Pupuk 0.28 2 0.14 21.33 0.00

Media 0.01 2 0.01 1.10 0.36

Blok 0.01 2 0.00 0.52 0.61

Pupuk * Media 0.01 4 0.00 0.37 0.83

Galat 0.10 16 0.01

Total 0.41 26

8 MST

Pupuk 0.22 2 0.11 1.80 0.20

Media 0.09 2 0.05 0.78 0.47

Blok 0.03 2 0.01 0.25 0.78

Pupuk * Media 0.25 4 0.06 1.03 0.42

Galat 0.97 16 0.06

Total 1.56 26

9 MST

Pupuk 0.23 2 0.11 8.35 0.00

Media 0.04 2 0.02 1.40 0.28

Blok 0.03 2 0.01 1.06 0.37

Pupuk * Media 0.15 4 0.04 2.70 0.07

Galat 0.22 16 0.01


(5)

50

Lampiran 9 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Akar

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

10 MST

Pupuk 0.00 2 0.00 1.68 0.22

Media 0.00 2 0.00 2.09 0.16

Blok 0.00 2 0.00 1.27 0.31

Pupuk * Media 0.00 4 0.00 0.50 0.74

Galat 0.00 16 0.00

Total 0.00 26

Lampiran 10 Hasil Sidik Ragam Peubah Bobot Verdure

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

13 MST

Pupuk 0.02 2 0.01 1.14 0.35

Media 0.07 2 0.03 3.71 0.05

Blok 0.05 2 0.03 2.83 0.09

Pupuk * Media 0.12 4 0.03 3.29 0.04

Galat 0.14 16 0.01

Total 0.39 26

Lampiran 11 Hasil Sidik Ragam Peubah Panjang Akar

Umur Sumber

Keragaman JK DB KT F hitung Sig.

b

10 MST

Pupuk 12.31 2 6.16 1.82 0.19

Media 1.43 2 0.71 0.21 0.81

Blok 0.17 2 0.09 0.03 0.97

Pupuk * Media 29.42 4 7.36 2.18 0.12

Galat 54.00 16 3.37

Total 97.34 26

b

Sig. : Signifikansi. Bila Sig. < 0.05 maka tolak H0 (pengaruh berbeda nyata) Lampiran 12 Hasil sifat fisik media tanam (data sebelum diolah)

Perlakuan Bobot Isi

(g/cm3) Porositas (%) Permeabilitas (cm/jam)

M1m0 1.03 61.17 74.97

M1m1 1.02 61.42 75.49

M1m2 1.13 57.19 74.31

M2m0 1.15 56.57 65.53

M2m1 1.26 52.39 90.18

M2m2 1.14 57.08 78.09


(6)

51 Lampiran 13 Hasil sifat fisik media tanam (data sebelum diolah) (lanjutan)

Perlakuan Bobot Isi

(g/cm3) Porositas (%) Permeabilitas (cm/jam)

M3m1 0.93 64.85 83.99

M3m2 1.05 60.38 81.14

Keterangan :

M1m0 : pupuk 2.5 gram N/m2/aplikasi + 100% pasir.

M1m1 : pupuk 2.5 gram N/m2/aplikasi + 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh. M1m2 : pupuk 2.5 gram N/m2/aplikasi + 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh. M2m0 : pupuk 5 gram N/m2/aplikasi + 100% pasir.

M2m1 : pupuk 5 gram N/m2/aplikasi + 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh. M2m2 : pupuk 5 gram N/m2/aplikasi + 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh. M3m0 : pupuk 10 gram N/m2/aplikasi + 100% pasir.

M3m1 : pupuk 10 gram N/m2/aplikasi + 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh. M3m2 : pupuk 10 gram N/m2/aplikasi + 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh.