Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di Kabupaten Bogor

STRATEGI PENINGKATAN PENYALURAN KREDIT
BERDASARKAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN
FAKTOR EKSTERNAL BPR DI KABUPATEN BOGOR

PRIYANTIKA YULININGTYAS

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan
Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal
BPR di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015

Priyantika Yuliningtyas
NIM H24110097

ABSTRAK
PRIYANTIKA YULININGTYAS. Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit
berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan Faktor Eksternal BPR di Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang saat ini
mengalami perkembangan karena memiliki peran dalam pembiayaan usaha kecil
menengah. Di Kabupaten Bogor terdapat 25 BPR yang masing-masing memiliki
kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Berdasarkan analisis cluster diperoleh tiga
kelompok BPR yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan mengelola aset,
besarnya resiko kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional BPR.
Berdasarkan pengelompokan BPR dan analisis faktor internal dan eksternal masingmasing kelompok pada BPR dihasilkan strategi operasional untuk meningkatkan
penyaluran kredit BPR dan mengurangi kredit macet. Strategi bagi BPR kelompok
“A” yaitu pengembangan pasar, peningkatan fasilitas yang dimiliki BPR,

menerapkan sistem kredit tanggung renteng dan meningkatkan kehati-hatian dalam
menyalurkan kredit. Strategi bagi BPR kelompok “B” yaitu meningkatkan bunga
kredit, meningkatkan pelayanan dan fasilitas, penetrasi pasar dan bermitra dengan
bank umum. Terakhir, strategi bagi BPR kelompok “C” yaitu meningkatkan promosi,
meningkatkan pelayanan, meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Kata kunci: Analisis Cluster, Analisis SWOT, BPR

ABSTRACT
PRIYANTIKA YULININGTYAS. Strategy to Improvement of Loan
Distribution based on Financial Performance Analysis and BPR External Factors in
Bogor. Supervised by BUDI PURWANTO.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) is a financial institution that is currently
undergoing the development as having a role in the funding of small and medium
businesses. In Bogor district there are 25 BPR who each have different strengths and
weaknesses. Based on the analysis of clusters obtained three groups of BPR are
grouped based on ability to manage the assets, the extent of credit risk in traffic,
liquidity, profitability and the cost of operation of BPR. Based on the clusters of BPR
and analysis of factors internal and external to each group on BPR generated
operational strategy to increase distribution center credit BPR and reduce non

performing loan. Strategy for BPR group “A” are market developing, improving the
facilities owned by BPR, applying the loans system of joint liability groups,
improving BPR accuracy and prudence in giving loans. Strategy for BPR group “B”
are improving the interest credit, improving customer service and facilities, market
penetration and partnering with commercial banks to conduct training/comparative
study. Last, the strategy for the BPR group “C” are improving the promotion,
improving service, improving the amount of credit channelled and improving the
quality of human resources.
Keywords: BPR, Cluster Analysis, SWOT Analysis

STRATEGI PENINGKATAN PENYALURAN KREDIT
BERDASARKAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN
FAKTOR EKSTERNAL BPR DI KABUPATEN BOGOR

PRIYANTIKA YULININGTYAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi
Peningkatan Penyaluran Kredit berdasarkan Analisis Kinerja Keuangan dan
Faktor Eksternal BPR di Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir Budi Purwanto, ME
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Undang dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa

Priyo Harjanto.ST, mama Pudji Harijanti, adik-adikku Priyaningrum Army
Oktavia dan Rizky Prasetyana serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat
dan rekan seperjuangan Rachell Natasha yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dari awal sampai akhir proses penulisan skripsi ini serta sahabat dari
SMP, Nur Asni Puspita Sari yang jauh di Bali yang senantiasa memberikan doa
dan dukungannya untuk penulis. Teman-teman sepelayanan Devin, Nina, Heri,
Eva, Badia, Melpa, Icha dan Beta yang telah banyak memberikan dukungan.
Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu
bimbingan yaitu Galih, Elita, Melia, Fitriana Jubaena, Nurfitri Sari, Amalia, dan
Renza yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir masingmasing. Terakhir terimakasih atas doa dan dukungan teman-teman Manajemen 48
dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB selama penulis menuntut ilmu di institusi
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Priyantika Yuliningtyas

viii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4


Pengertian Bank dan BPR

4

Pengertian Kredit

4

Kinerja Perbankan

4

Faktor Eksternal BPR

5

Penelitian Terdahulu

6


METODE

8

Kerangka Penelitian

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Jenis dan Sumber Data

8

Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN


10
11

Pengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor

11

Faktor Internal pada BPR di Kabupaten Bogor

14

Faktor Eksternal pada BPR di Kabupetan Bogor

15

Analisis SWOT

17

Implikasi Manajerial


22

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

25

ix
LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Perkembangan jumlah BPR dan jumlah aset BPR di Kabupaten Bogor
Perkembangan kredit dan persentase NPL di Kabupaten Bogor periode
2008-2014 (dalam ribuan)
Matriks SWOT
Kelompok BPR di Kabupaten Bogor
Matriks SWOT untuk BPR kategori “A”
Matriks SWOT untuk BPR kategori “B”
Matriks SWOT untuk BPR kategori “C”

1
2
10
14
17
19
21

DAFTAR GAMBAR
Kerangka pemikiran
Rata-rata rasio KAP BPR tahun 2012-2014
Rata-rata rasio Non Performing Loan BPR tahun 2012-2014
Rata-rata rasio Return on Asset BPR tahun 2012-2014
Rata-rata rasio BOPO BPR tahun 2012-2014
Rata-rata rasio LDR BPR tahun 2012-2014
Pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor
GDP dengan harga konstan di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai
2014
9 Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014
10 Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014
11 Pangsa pasar BPR () dan Bank Umum ()

1
2
3
4
5
6
7
8

9
11
11
12
12
13
13
15
16
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Analisis cluster dengan SPSS 19
Laporan rata-rata kinerja BPR Kabupaten Bogor tahun 2012-2014
Daftar BPR di Kabupaten Bogor

27
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lembaga keuangan yang saat ini mengalami perkembangan karena
memiliki peran dalam pembiayaan usaha kecil menengah adalah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). BPR menjadi andalan dikalangan usaha kecil karena dalam
pemberian dan penyaluran kreditnya tergolong mudah dibandingkan dengan bank
umum. BPR juga melayani pinjaman dalam nominal kecil yang tidak dijangkau
oleh bank umum. Akan tetapi BPR memiliki beberapa kelemahan seperti sumber
pendanaan dari BPR masih terbatas dan fasilitas yang diberikan oleh BPR belum
mampu bersaing dengan bank umum. Hal tersebut menurunkan minat masyarakat
dalam menyimpan uang di BPR, sehingga penghimpunan Dana Pihak Ketiga
(DPK) oleh BPR masih tergolong rendah. Dalam penyaluran kreditnya, BPR
banyak bergantung dengan meminjam dana dari bank yang lebih besar, hal itu
mengakibatkan bunga kredit yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Akan tetapi,
selama tiga tahun terakhir BPR menunjukkan peningkatan jumlah aset yang cukup
besar, hal itu menunjukkan potensi BPR dalam membangun perekonomian
Kabupaten Bogor.
Tabel 1 Perkembangan jumlah BPR dan jumlah aset BPR di Kabupaten Bogor
Tahun Jumlah BPR
(unit)
2008
25
2009
26
2010
26
2011
25
2012
24
2013
25
2014
25
2015
25

Jumlah Aset
(dalam ribuan Rp)
365 177 156
427 414 968
517 655 386
303 537 415
331 016 054
397 018 028
471 576 161
598 140 424

Tingkat Pertumbuhan aset
(%/th)
17.04
21.11
-41.36
9.05
19.94
18.78
26.83

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2008-2014
Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UMKM) memberikan peluang dan
ancaman tersendiri bagi BPR. Peningkatan UMKM akan memberikan peluang
meningkatnya permintaan kredit kepada BPR. Akan tetapi, keberadaan bank
umum yang mulai merambah ke pasar kredit mikro mengancam peran BPR
sebagai penyalur kredit bagi usaha kecil menengah. Bank umum memiliki banyak
kelebihan seperti kecukupan modal, kemudahan dalam menghimpun dana dari
masyarakat, fasilitas-fasilitas yang memudahkan transaksi bagi nasabah dan
jangkauan yang semakin luas membuat BPR kesulitan dalam memenangkan
persaingan.
Menurut data dari Bank Indonesia, jumlah kredit yang diberikan oleh BPR
di Kabupaten Bogor selalu meningkat pada tahun 2008 sampai dengan 2013 akan
tetapi persentase jumlah kredit macet setiap tahun juga bertambah. Kredit macet
mengakibatkan biaya operasional yang tinggi bagi bank dan mengakibatkan
penurunan jumlah kredit yang diberikan serta penurunan jumlah UMKM yang
didanai oleh BPR. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia pasal 4 ayat 2 bahwa
bank memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya jika

2

memiliki rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) lebih dari 5% dari total
kredit.
Tabel 2 Perkembangan kredit dan persentase NPL di Kabupaten Bogor periode
2008-2014 (dalam ribuan)
No
1
2
3
4
5
6

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Total Kredit
(Rp)
162 536 995
184 878 231
219 715 395
260 867 331
296 377 897
341 694 093

Jumlah NPL
(Rp)
126 128.708
155 482.592
211 805.641
173 737.642
241 251.608
254 562.099

NPL
(%)
7.76
8.41
9.64
6.66
8.14
7.45

Laju Pertumbuhan
NPL (%/th)
0.65
1.23
-2.98
1.48
-0.69

Sumber : Bank Indonesia
BPR di Kabupaten Bogor berjumlah 25 BPR. Masing-masing BPR
memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta kekuatan dan kelemahan yang
beragam. Walaupun demikian masalah yang dihadapi oleh semua BPR dan tujuan
umum BPR tersebut pada dasarnya sama, yaitu BPR ingin mengurangi kredit
macet dan meningkatkan penyaluran kredit ke UMKM. Oleh karena itu,
diperlukan strategi-strategi yang berbeda untuk BPR yang memiliki karakterisik
berbeda tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bermaksud ingin
mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan perubahan penyaluran kredit pada
BPR di Kabupaten Bogor dan bagaimana strategi yang tepat bagi penyaluran
kredit bagi masing-masing kelompok BPR di Kabupaten Bogor agar jumlah
kredit macet semakin berkurang.

Perumusan Masalah
Permasalahan penyaluran kredit diantaranya dipengaruhi oleh tingkat
kesehatan bank yang diukur melalui ketersediaan modal BPR, adanya kredit yang
kurang lancar, aspek manajemen BPR, laba yang diterima, likuiditas bank,
besarnya laba sebelum pajak dan pendapatan operasional bank. Ketersediaan
modal BPR dipengaruhi oleh jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun
dari masyarakat melalui tabungan dan deposito. Kurangnya keinginan masyarakat
untuk menabung di BPR disebabkan oleh rendahnya kredibilitas BPR dan
tingginya persaingan dengan bank umum. Oleh karena itu untuk mendapatkan
modal, BPR lebih banyak melakukan peminjaman kepada bank umum yang
mengakibatkan suku bunga yang ditetapkan untuk kredit UMKM terlalu tinggi.
Suku bunga yang terlalu tinggi menjadi salah satu faktor penyebab tingginya
kredit macet oleh UMKM.
Faktor eksternal yang mempengaruhi BPR dalam menyalurkan kredit
adalah kondisi ekonomi dan persaingan antar bank penyedia kredit. Peningkatan
UMKM dilihat sebagai peluang usaha bagi bank umum sehingga saat ini banyak
bank umum yang menyediakan kredit bagi usaha kecil dan mengambil pangsa
pasar BPR. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan
karakteristiknya ?

3

2.
3.

Apakah faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya
penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor?
Apakah strategi yang tepat bagi masing-masing kelompok BPR dalam
meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dan mengurangi kredit
macet?

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan karakteristiknya.
Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal pada BPR di Kabupaten
Bogor dalam penyaluran kredit kepada UMKM.
Menganalisis alternatif strategi bagi masing-masing kelompok BPR dalam
meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dan mengurangi kredit
macet.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi BPR terutama BPR di Kabupaten Bogor dalam menetapkan
keputusan yang tepat terkait penyaluran kredit untuk mengurangi adanya kredit
macet dan risiko-risiko lain dalam penyaluran kredit ke masyarakat. Bagi UMKM
dapat menjadi sumber informasi dalam mengajukan kredit kepada BPR. Bagi
pembaca dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan
di bidang perbankan khususnya terkait kredit dan BPR. Bagi akademisi dapat
dijadikan sebagai salah satu literatur dalam bidang penyaluran kredit BPR.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengkaji faktor-faktor internal meliputi
kinerja keuangan BPR berdasarkan rasio NPL, ROA, BOPO, LDR dan KAP.
Faktor ekternal yang diteliti yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja BPR dalam
hal penyaluran kredit ke UMKM seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat
pengangguran dan persaingan. Pada penelitian ini tidak meneliti faktor eksternal
yang berasal dari UMKM karena karakteristik dan masalah dari setiap UMKM
berbeda-beda sehingga sulit diukur secara obyektif. BPR yang diteliti adalah BPR
yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Jumlah BPR yang diteliti yaitu
sebanyak 25 BPR. Data keuangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
laporan keuangan dari tahun 2012-2014.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Bank dan BPR
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk kredit lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Nurastuti 2011). Pengertian lain tentang Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha
mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan (Latumaerissa 2011)

Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihantagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam
berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga yang telah ditetapkan.
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah untuk :
1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat
memperluas usahanya.

Kinerja Perbankan
Analisis rasio likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
(Dendawijaya 2005). Loan to deposit ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

5

Analisis rasio rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas bank. Analisis rentabilitas bank antara lain return
on assets (ROA). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari
segi penggunaan asset. Selain itu terdapat rasio biaya operasional yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga
dan hasil bunga.
Analisis Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Salah
satu rasio yang digunakan yaitu Capital Adequacy ratio (CAR). CAR adalah rasio
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung resiko.

Faktor Eksternal BPR
Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja BPR dilihat dari sisi ekonomi
antara lain :
Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran mempengaruhi besarnya resiko kredit pada BPR.
Berdasarkan penelitian Yurdakul (2013) diperoleh hasil bahwa semakin tinggi
angka pengangguran maka resiko kredit juga semakin besar. Menurut Louzis dkk
(2010) dalam Farhan (2012), peningkatan pengangguran di negara berpengaruh
negatif terhadap pendapatan dari individu dan akan meningatkan beban utang
mereka. Menurut penelitian Sukma (2012), tingkat pengangguran mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kredit yang disalurkan. Selain itu penelitian
Harefa (2010) menunjukkan bahwa pada jangka pendek, pengaruh tingkat
pengangguran tidak begitu signifikan namun dalam jangka panjang pengaruhnya
mulai tampak.
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka jumlah kredit yang
disalurkan juga semakin besar (Yurdakul 2013). Menurut Yoga dan Yuliarmi
(2013) berdasarkan penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali, menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda diperoleh hasil bahwa secara simultan DPK, PDRB, SBK, NPL
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali triwulan
IV tahun 2000 – 2011. Berdasarkan penelitian Susanti (2010), secara parsial PDB

6

mempengaruhi pertumbuhan kredit secara signifikan
Indonesia tahun 2002 sampai 2009.

pada bank umum di

Inflasi
Berdasarkan penelitian dari Greenidge dan Grosvenor (2010)
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi pula
tingkat NPL. Inflasi juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang
berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat
menurunkan return perusahaan yang akan mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam membayar angsuran kredit sehingga meningkatkan angka Non Performing
Loan (Taswan, 2006).
Suku Bunga
Menurut Goeltom (2007), turunnya BI rate akan mengakibatkan
penurunan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit. Turunnya suku bunga
kredit akan direspon dengan meningkatnya jumlah kredit oleh para debitur dan
turunnya resiko kredit karena pembayaran bunga kredit lebih murah. Hal itu
didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwihandayani (2013) yang menyatakan
bahwa hubungan BI rate dengan NPL menunjukkan adanya pengaruh positif.
Tingkat Persaingan
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena
dianggap setiap produsen mempunyai kekuatan yang seimbang, dan sebaliknya
(Sukirno 2005).

Penelitian Terdahulu
No
Nama
Judul
Metode
1. Bayu
Analisis
analisis
Nuswantara Penyaluran
regresi
(2006)
Kredit Mikro berganda
dan Kecil pada
Beberapa
Lembaga
Keuangan
Mikro
di
Wilayah Jawa
Tengah

Hasil
Hasil dari penelitian ini adalah:
jumlah kantor koperasi, jumlah
anggota koperasi, jumlah aset
koperasi,
jumlah
giro
masyarakat, jumlah pinjaman
per nasabah, jumlah nasabah
per kantor bank, jumlah kantor
bank,
jumlah
tabungan
masyarakat,
dan
jumlah
simpanan deposito berpengaruh
nyata terhadap penyaluran
kredit mikro dan kecil di
wilayah Jawa Tengah.

7

No
Nama
Judul
2. Nur Fitriani Pengaruh
Bahri
Komponen
(2014)
Ukuran
Kesehatan
Bank terhadap
Jumlah
Penyaluran
Kredit BPR di
Indonesia
Periode Tahun
2009-2013
3. Chandra
Faktor-faktor
Dewi
yang
(2009)
Mempengaruhi
Strategi
Pemberian
Kredit
dan
Dampaknya
terhadap Non
Performing
Loan
(Studi
Kasus
pada
Bank
Perkreditan
Rakyat
di
Propinsi Jawa
Tengah)

4.

Metode
Regresi
linier
berganda

Analisis
deskriptif
dan
analisis
inferensial
dengan
Structural
Equation
Modeling
(SEM)

Hasil
Secara simultan komponen
ukuran kesehatan bank (CAR,
NPL, NPM, ROE, BOPO, dan
LDR) berpengaruh signifikan
terhadap jumlah penyaluran
kredit.

Strategi pemberian kredit untuk
menekan/menurunkan NPL,
yaitu mempertimbangkan
faktor alam
dalam strategi pemberian kredit
di sektor pertanian,
menganalisis kondisi ekonomi
dan persaingan usaha saat ini
dan melakukan forecasting /
peramalan terhadap
kondisi yang akan datang,
melakukan pelatihan kepada
AO
untuk
mempertajam
analisis
kredit,
menjamin
bahwa proses pengajuan dan
pencairan kredit yang cepat dan
mudah menyediakan berbagai
alternatif pilihan bagi debitur
untuk membayar kreditnya,
melihat
dan
menganalisis
laporan keuangan dari usaha
yang dijalankan oleh debitur,
dan mencari informasi
mengenai ada tidaknya ikatan
antara debitur dengan lembaga
keuangan yang lain, mengecek
status usaha dan tempat tinggal
debitur.
Himawan
Strategi
Matriks
Posisi penyaluran KUR berada
Nugraha S Peningkatan
IFE
dan pada kotak II dengan strategi
(2013)
Penyaluran
EFE,
grow and built. Berdasarkan
Kredit Usaha matriks IE, matriks QSPM, strategi terbaik
Rakyat pada Analisis
yang
dilakukan
adalah
Bank
ABC SWOT dan mempertahankan bunga kredit
Cabang
matriks
dan lamanya waktu angsuran.
Pangkalpinang QSPM

8

METODE
Kerangka Penelitian
Bank Perkreditan Rakyat adalah salah satu lembaga keuangan yang
aktivitas utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan kredit kepada
masyarakat. Jumlah BPR di Kabupaten Bogor sebanya 25 BPR dan masingmasing memiliki kinerja keuangan yang beragam sehingga perlu dilakukan
clustering untuk mengelompokkan BPR yang sejenis. Pengelompokkan BPR
dilakukan dengan menggunakan analisis cluster non-hierarki. Dalam menyalurkan
kredit kepada masyarakat khususnya kepada UMKM, BPR sering menghadapi
beberapa masalah baik dari internal maupun eksternal BPR tersebut. Oleh karena
itu penelitian ini menganalisis tentang faktor-faktor internal dan eksternal masingmasing kelompok BPR dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Faktor internal
berisi tentang kekuatan dan kelemahan BPR sedangkan faktor eksternal berisi
tentang peluang dan ancaman yang dihadapi BPR. Berdasarkan analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman disusun alternatif strategi bagi BPR dengan
menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menghasilkan strategi-strategi
operasional bagi masing-masing kelompok BPR. Kemudian hasil penentuan
tersebut direkomendasikan kepada manajemen BPR untuk dapat memperbaiki
sistem dan meningkatkan penyaluran kredit pada BPR. Kerangka penelitian ini
ditunjukkan oleh Gambar 1.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPR Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor
dipilih secara sengaja dengan pertimbangan Bogor merupakan daerah penyangga
ibukota yang perkembangan kreditnya terus meningkat akan tetapi jumlah kredit
macet BPR tergolong tinggi. Jumlah BPR yang diteliti adalah 25 BPR yang
tersebar di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai
Maret 2015.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa laporan keuangan BPR dan data kualitatif berupa analisis peluang dan
ancaman yang dihadapi BPR. Sumber data yang diperoleh adalah data primer dan
data sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak
manajemen BPR dan pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari studi literatur dan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia serta Badan
Pusat Statistik.

9

BPR di
Kabupaten Bogor
Kinerja keuangan
BPR

KAP

ROA

BOPO

NPL

LDR

Analisis Cluster :
Non-hirarki

BPR A

BPR B

BPR C

Analisis faktor
internal dan
eksternal

Analisis faktor
internal dan
eksternal

Analisis faktor
internal dan
eksternal

Analisis SWOT :
strategi operasional

Analisis SWOT :
strategi operasional

Analisis SWOT :
strategi operasional

Rekomendasi
Strategi
Gambar 1 Kerangka pemikiran

10

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode
analisis berikut :
Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan suatu kelas teknik, dipergunakan untuk
mengkalsifikasi objek atau kasus (responden) ke dalam kelompok yang relatif
homogen, yang disebut cluster dimana obyek dalam setiap kelompok cenderung
mirip satu sama lain dan berbeda jauh dengan obyek dari cluster lainnya
(Supranto 2004). Langkah-langkah dalam melakukan analisis cluster antara lain :
1. Merumuskan masalah dengan mendefinisikan variabel yang digunakan
dalam pengklasteran.
2. Memilih ukuran jarak dengan pembakuan (standarisasi).
3. Memilih prosedur pengklasteran.
4. Menentukan banyaknya cluster.
5. Mengintepretasikan profil cluster.
Analisis SWOT
Menurut David (2006) terdapat 8 (delapan) langkah dalam membentuk
Matriks SWOT :
a. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.
b. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan
c. Buat daftar kekuatan internal perusahaan.
d. Buat daftar kelemahan internal perusahaan.
e. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada
sel strategi SO.
f. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada
sel strategi WO.
g. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman ekstemal dan catat hasilnya pada
sel strategi ST.
h. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada
sel strategi WT.
Tabel 3 Matriks SWOT
Peluang (O) :
Ancaman (T)
a. ...
a. ...
b. ...
b. ...
c. dst
c. dst
Kekuatan (S)
Strategi S-O
Strategi S-T
a. ...
a. ...
a. ...
b. ...
b. ...
b. ...
c. dst
c. dst
c. dst
Kelemahan (W)
Strategi W-O
Strategi W-T
a. ...
a. ...
a. ...
b. ...
b. ...
b. ...
c. dst
c. dst
c. dst

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelompokkan BPR di Kabupaten Bogor

RAsio KAP (%)

BPR di Kabupaten Bogor berjumlah 25 BPR yang tersebar di berbagai
kecamatan (Lampiran 3). Masing-masing BPR memiliki karakteristik yang
berbeda dilihat dari kinerja keuangannya. Berikut adalah gambaran umum BPR di
Kabupaten Bogor berdasarkan kinerja keuangan.
1. Asset
BPR yang nilai Kualitas Aktiva Produktif (KAP) diatas 9% tergolong
tidak mampu memanfaatkan aktivanya dengan baik. Pada gambar terlihat
bahwa BPR memiliki rata-rata KAP kurang dari 9% sehingga dapat
dikategorikan bahwa BPR di Kabupaten Bogor memiliki kemampuan yang
cukup baik dalam mengelola aktiva.
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BPR

Gambar 2 Rata-rata rasio KAP BPR tahun 2012-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Management
Analisis mengenai manajemen BPR didasarkan pada kemampuan
manajemen BPR dalam mengelola kredit macet sehingga analisis ini
menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL). Pada gambar terlihat
bahwa rata-rata NPL BPR memiliki nilai rasio diatas 5% hal itu menunjukkan
bahwa BPR kurang mampu mengelola kredit macet.
60
50
Rasio NPL (%)

2.

40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BPR

Gambar 3 Rata-rata rasio Non Performing Loan BPR tahun 2012-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

12

Earning (profitabilitas)
Profitabilitas BPR diukur dengan menggunakan rasio Return on Asset
(ROA) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Keuntungan
BPR dalam mengelola aset yang dimiliki diukur dengan rasio ROA. BPR
dikatakan mengalami kerugian apabila ROA bernilai negatif. Pada Gambar 4
terlihat bahwa sebagian besar BPR memiliki rasio ROA diatas 0% yang
berarti bahwa keuntungan BPR yang dihasilkan dari mengelola aset
tergolong baik. Tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh BPR untuk
kegiatan operasional diukur dengan rasio BOPO. BPR yang memiliki rasio
BOPO lebih dari 97% memiliki tingkat efisiensi yang sangat buruk. Pada
Gambar 5 terlihat bahwa sebagian besar BPR memiliki rasio BOPO kurang
dari 97% yang berarti bahwa tingkat efisiensi BPR Kabupaten Bogor
tergolong cukup baik.

Rasio ROA (%)

3.

50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BPR

Gambar 4 Rata-rata rasio Return on Asset BPR tahun 2012-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
250
Rasio BOPO (%)

200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BPR

Gambar 5 Rata-rata rasio BOPO BPR tahun 2012-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
4.

Liquidity
Likuiditas BPR dihitung menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) (Dendawijaya 2005). Pada Gambar 6 terlihat bahwa secara
keseluruhan BPR di Kabupaten Bogor memiliki likuiditas yang tergolong
sangat baik karena rasio LDR bernilai kurang dari 120%.

13

120

Rasio LDR (%)

100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BPR

Gambar 6 Rata-rata rasio LDR BPR tahun 2012-2014
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dari kinerja keuangan BPR tersebut menunjukkan bahwa BPR di
Kabupaten Bogor memiliki kemampuan pengelolaan dan penyaluran kredit yang
berbeda-beda. Pengelompokan BPR menggunakan analisis cluster membagi 25
BPR di Kabupaten Bogor menjadi 3 kelompok BPR berdasarkan lima faktor yaitu
aset, kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional BPR.
Berdasarkan analisis cluster dengan metode non-hierarki, diperoleh tiga kelompok
BPR sebagai berikut :

Penyaluran
Kredit
BPR
A

BPR
B

Kredit
Macet

BPR
C

Gambar 7 Pengelompokan BPR di Kabupaten Bogor
Gambar 7 menunjukkan bahwa BPR kelompok “A” adalah BPR yang
memiliki resiko penyaluran kredit yang tinggi karena jumlah kredit yang

14

disalurkan juga tinggi. BPR kelompok “B” adalah BPR yang jmlah penyaluran
kreditnya rendah akan tetapi memiliki resiko kredit macet yang cukup tinggi.
BPR kelompok “C” adalah BPR yang memiliki resiko kredit macet yang rendah
dan penyaluran kredit yang rendah. Berikut adalah anggota masing-masing
kelompok BPR :
Tabel 4 Kelompok BPR di Kabupaten Bogor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

BPR A
BPR Karunia
BPR Parasahabat
BPR Artha Jaya
BPR Indomitra
BPR Sebaru
BPR Parung
BPR Pancoran
BPR Leuwiliang
BPR Bona Pasogit 2
BPR Datagita
BPR Berfasi
BPR Hitamajaya
BPR Bona Pasogit 14
BPR Nature

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

BPR B
BPR Muliatama
BPR Artha Bersama
BPR Artha Kurnia
BPR Citeureup
BPR Tricipta
BPR Artha Mitra
BPR Surya Kencana
BPR Artha Karya

BPR C
1. BPR Samarason
2. BPR Cileungsi
3. BPR Lumbanmual

Faktor Internal pada BPR di Kabupaten Bogor
Berdasarkan pengelompokan BPR dengan analisis cluster diperoleh tiga
kelompok BPR. Dari ketiga kelompok BPR tersebut terdapat beberapa
karakteristik yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya.
BPR kelompok “A”






Karakteristik dari BPR pada kelompok “A” adalah sebagai berikut :
Memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola aktiva
Memiliki resiko kedit macet yang tinggi
Jumlah kredit yang disalurkan tergolong tinggi
Memiliki profitabilitas yang baik
Biaya operasional tergolong rendah

BPR kelompok “B”






Karakteristik dari BPR pada kelompok “B” adalah sebagai berikut :
Memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva
Memiliki resiko kedit macet yang rendah
Jumlah kredit yang disalurkan cukup tinggi
Memiliki profitabilitas yang kurang baik
Biaya operasional tergolong tinggi

15

BPR Kelompok “C”
Karakteristik dari BPR pada kelompok “C” adalah sebagai berikut :
Memiliki kemampuan yang kurang baik dalam mengelola aktiva
Resiko kredit macetnya rendah
Jumlah kredit yang disalurkan tergolong rendah
Memiliki profitabilitas yang baik
Biaya operasional tergolong rendah







Faktor Eksternal pada BPR di Kabupetan Bogor
Faktor eksternal yang dianalisis adalah faktor eksternal yang
mengakibatkan peningkatan kredit macet serta tingkat persaingan pada BPR di
Kabupaten Bogor. Dimana faktor eksternal ini memiliki pengaruh yang sama bagi
semua BPR. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi penyaluran kredit serta
kredit macet pada BPR di Kabupaten Bogor adalah :
Pertumbuhan Ekonomi
Pada penelitian ini pertumbuhan ekonomi ditinjau dari Gross Domestic
Product yang dihasilkan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Gambar 8, terlihat
bahwa dari tahun 2009 sampai 2014, GDP Kabupaten Bogor terus meningkat, hal
itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor juga meningkat.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi menjadi peluang bagi BPR dalam
meningkatkan penyaluran kreditnya. Semakin meningkatnya pertumbuhan
ekonomi maka kredit yang disalurkan juga semakin meningkat dan resiko kredit
macet BPR semakin kecil (Yurdakul 2013)
10

(%)

8
7.85

6
4

5.58

5.96

5.99

6.04

2011
Tahun

2012

2013

5.09
4.14

2
0
2008

2009

2010

2014

Gambar 8 GDP dengan harga konstan di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai
2014
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2014
memperlihatkan tren penurunan. Hal itu menjadi peluang bagi BPR karena dengan
menurunnya pengangguran, resiko kredit macet juga menurun (Yurdakul 2013)

16

15

13.6
11.24

10.64

10.73
9.07

7.87

8.25

(%)

10

5

0
2008

2009

2010

2011
Tahun

2012

2013

2014

Gambar 9 Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Inflasi
Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2014
menunjukkan angka yang fluktuatif, hal ini menjadi ancaman bagi BPR karena
dampak tingginya inflasi akan mempengaruhi pembayaran kredit oleh UMKM.
Ketika inflasi tinggi maka resiko kredit macet juga tinggi (Greenidge dan
Grosvenor 2010).
15

14.2

(%)

10
5

6.57

4.06

2.16

0
2008

2009

8.55

2.85

2010

2011

2012

0.74
2013

2014

Tahun

Gambar 10 Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2008 sampai 2014
Sumber : BPS Kabupaten Bogor
Kondisi Persaingan
Ekspansi bank umum ke dalam pasar kredit mikro memberikan pengaruh
terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR. Tingkat persaingan pada BPR
dapat diketahui dengan membandingkan pangsa pasar yang dimiliki BPR dan
bank umum. Berdasarkan data perkembangan posisi kredit mikro, kecil dan
menengah yang diberikan bank umum dan BPR di Kabupaten Bogor selama tiga
tahun terakhir menunjukkan bahwa bank umum menguasai lebih dari 90% pangsa
pasar kredit untuk UMKM. Bank Umum menjadi ancaman bagi BPR ketika Bank
Umum tersebut mulai memasuki pasar BPR. Persaingan yang terjadi dalam
penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum dan BPR adalah persaingan tidak
sempurna karena tidak mempunyai kekuatan yang seimbang (Sukirno 2005).

17

Tk. Persaingan (%)

100
94.86

95.19

5.14

4.81

95.26

80
60
40
20

4.74

0
2012

2013
Tahun

2014

Gambar 11. Pangsa pasar BPR () dan Bank Umum ()
Sumber : BPS Kabupaten Bogor (data diolah)

Analisis SWOT
Berdasarkan analisis cluster, diperoleh tiga kelompok BPR dimana
masing-masing kelompok memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda.
Sehingga dalam perumusan strategi pun diperlukan strategi yang berbeda bagi
ketiga kelompok BPR tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
dirumuskan strategi-strategi operasional bagi masing-masing kelompok BPR
dengan menggunakan analisis SWOT. Berikut adalah strategi operasional bagi
ketiga kelompok BPR :
BPR Kelompok “A”
Strategi operasional bagi BPR kelompok “A” antara lain :
Tabel 5 Matriks SWOT untuk BPR kategori “A”
Opportunity :
Threat :
1. Pertumbuhan ekonomi
1. Persaingan dengan
Kabupaten Bogor rata-rata
bank umum yang
meningkat 0,48%/tahun
tidak sehat
2. Pengangguran di Kabupaten 2. Inflasi yang
Bogor menunjukkan tren
berfluktuasi
penurunan dengan rata-rata
penurunan 0.89%/tahun
Strenght :
Strategi S-O :
Strategi S-T :
1. Kemampuan BPR
Pengembangan Pasar
Meningkatkan fasilitas
dalam mengelola aset
BPR
dalam
hal
tergolong sangat baik.
penyaluran kredit ke
2. Likuiditas sangat baik
masyarakat.
3. Profitabilitas baik
4. Biaya operasional
rendah
Weakness :
Strategi W-O :
Strategi W-T :
1. NPL tinggi
Menerapkan sistem kredit Meningkatkan kehatiberkelompok tanggung renteng hatian
dalam
menyalurkan kredit

18



Strategi S-O berupa pengembangan pasar
BPR dalam kelompok ini memiliki kinerja keuangan yang sangat baik.
Disamping itu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat
pengangguran juga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh BPR ini. Sehingga
strategi yang tepat bagi BPR ini berdasarkan kekuatan dan peluang yang dimiliki
adalah strategi pengembangan pasar. BPR dapat memperluas jangkauan pasarnya
serta meningkatkan kredit yang disalurkan kepada pasar-pasar baru. BPR dalam
kelompok ini dapat membuka kantor cabang di wilayah geografis yang baru
apabila aset dan modal yang dimiliki mencukupi untuk pembukaan kantor cabang
baru.


Strategi S-T berupa peningkatan fasilitas BPR
Strategi yang dapat digunakan berkaitan dengan kekuatan dan ancaman
yaitu dengan meningkatkan fasilitas yang dimiliki BPR. BPR memiliki modal dan
aset yang termasuk kategori sangat baik, hal itu berarti BPR memiliki kesempatan
yang besar untuk meningkatkan kinerjanya. Selama ini, masyarakat cenderung
lebih senang menabung di bank umum karena bank umum memiliki fasilitas yang
memudahkan masyarakat seperti ATM, dan pelayanan di bank umum yang
nyaman. Masyarakat tidak jenuh mengantri selama berjam-jam di bank umum
karena disuguhi oleh tayangan televisi dan berbagai bacaan. Oleh karena itu,
dengan modal dan aset yang dimiliki, BPR dapat menambah beberapa fasilitas
kantornya agar masyarakat semakin nyaman dan percaya dengan BPR. . Selain
fasilitas fisik di kantor BPR, BPR dalam kelompok ini juga dapat meningkatkan
fasilitas diluar kantor yang mendukung interaksi BPR dengan masyarakat
langsung. Misalnya dengan menyediakan tenda BPR di lokasi yang terdapat
banyak nasabah, misalnya pasar. Sehingga nasabah yang ingin menikmati layanan
BPR dapat dengan dilakukan dengan mudah dan nyaman.


Strategi W-O berupa menerapkan sistem kredit berkelompok tanggung
renteng
Pertumbuhan ekonomi menjadi peluang bagi BPR untuk meningkatkan
penyaluran kreditnya, akan tetapi kurangnya kemampuan BPR dalam mengelola
kredit macet menjadi hambatan dalam peningkatan penyaluran kredit kepada
UMKM. Oleh karena itu untuk tetap meningkatkan penyaluran kredit dan
mengurangi resiko kredit macet strategi yang dapat diimplementasikan oleh BPR
adalah menerapkan sistem kredit berkelompok tanggung renteng. Maksud dari
sistem kredit berkelompok tanggung renteng yaitu pemberian kredit dilakukan
kepada sekelompok pemilik UMKM dan dalam pembayarannya dilakukan secara
bersama-sama oleh satu kelompok tersebut dan apabila ada salah satu anggota
yang kesulitan dalam membayar maka anggota yang lain dalam kelompok
tersebut wajib membantu. Dengan sistem tanggung rentang, kredit macet oleh
UMKM dapat ditekan. Untuk saat ini hanya ada satu BPR di Kabupaten Bogor
yang menerapkan sistem kredit seperti ini.


Strategi W-T berupa meningkatkan kehati-hatian dan pelayanan BPR
Tingginya rasio NPL yang dimiliki oleh BPR pada kelompok ini serta
adanya persaingan dari bank umum serta tingkat inflasi yang fluktuatif
menyebabkan BPR ragu-ragu dalam menyalurkan kredit. Ditengah fluktuasi nilai

19

inflasi yang menyebabkan meningkatnya resiko kredit, BPR harus berhati-hati
dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Sebelum BPR mencairkan kredit
kepada UMKM, terlebih dahulu Accounting Officer melakukan survei atau
pengecekan ke lokasi usaha untuk melihat kemampuan UMKM dalam
mengembalikan kredit. Dalam kegiatan ini, tim AO harus teliti dan cermat dalam
melakukan survei. Survei tidak hanya dengan wawancara kepada pemilik tetapi
juga wawancara kepada orang-orang di lingkungan sekitar pemilik UMKM. Tim
AO juga harus mampu memprediksi peluang usaha dari UMKM tersebut. Hal itu
dilakukan agar BPR tidak salah dalam memberikan kredit dan untuk mengurangi
kredit macet. Selain itu, untuk mengahadapi persaingan dari Bank Umum, BPR
juga harus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BPR harus selalu
menjaga hubungan baik dengan nasabah dan memberikan pelayanan-pelayanan
tambahan seperti menghantarkan kredit langsung ke nasabah yang tidak bisa
datang ke BPR.
BPR Kelompok “B”
Strategi operasional bagi BPR kelompok “B” antara lain :
Tabel 6 Matriks SWOT untuk BPR kategori “B”

1.
2.

1.

2.
3.

Opportunity :
1. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bogor rata-rata
meningkat 0,48%/tahun
2. Pengangguran di Kabupaten
Bogor menunjukkan tren
penurunan dengan rata-rata
penurunan 0.89%/tahun
Strenght :
Strategi S-O :
Memiliki resiko kedit Meningkatkan bunga kredit
macet yang rendah
Jumlah kredit yang
disalurkan cukup tinggi
Weakness :
Strategi W-O :
Memiliki kemampuan Penetrasi pasar
yang
kurang
baik
dalam
mengelola
aktiva
Memiliki profitabilitas
yang kurang baik
Biaya
operasional
tergolong tinggi


Threat :
1. Persaingan
dengan bank
umum yang
tidak sehat
2. Inflasi yang
berfluktuasi
Strategi S-T :
Meningkatkan
pelayanan

Strategi W-T :
Bermitra dengan
Bank Umum

Strategi S-O berupa meningkatkan bunga kredit
Peningkatan suku bunga kredit dilakukan untuk meningkatkan
profitabilitas BPR. Akan tetapi dalam penetapan suku bunga kredit, BPR harus
memperhitungkan kemampuan UMKM dalam membayar serta suku bunga kredit
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peningkatan suku bunga kredit yang terlalu

20

tinggi dapat menyebabkan UMKM yang akan mengajukan kredit beralih ke bank
lain.
 Strategi S-T berupa meningkatkan pelayanan
Persaingan yang ketat antar BPR ataupun dengan bank umum menjadi
ancaman yang serius bagi BPR. Agar bisa menjadi pemimpin pasar, kepuasan
nasabah adalah hal yang mutlak bagi BPR. Meningkatkan kepuasan nasabah dapat
dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dalam hal kecepatan dan ketepatan.
Selain itu pemberian nilai tambah bagi nasabah juga meningkatkan keunggulan
bersaing bagi BPR. BPR dapat menawarkan berbagai layanan tambahan seperti
penghantaran ataupun penjemputan uang sehingga nasabah tidak perlu datang ke
kantor ataupun menyediakan layanan panggilan 24 jam dan lain-lain.


Strategi W-O berupa penetrasi pasar.
BPR dalam kelompok ini memiliki kemampuan pengelolaan aset yang
tergolong buruk sehingga BPR dalam kelompok ini sulit memanfaatkan peluang
yang ada. Oleh karena itu, rekomendasi strategi bagi BPR ini adalah penetrasi
pasar. Maksud dari penetrasi pasar yaitu menjaga pangsa pasar BPR saat ini agar
nasabah yang ada tidak berpindah ke bank lain dan meningkatkan pangsa pasar
terhadap nasabah lama. Berbagai cara dapat ditempuh BPR untuk dapat
menerapkan strategi ini misalnya dengan meningkatkan profesionalitas kepada
nasabah serta memberikan pelayanan ekstra bagi nasabah lama. Selain itu BPR
juga dapat memberikan manfaat tambahan bagi nasabah yang sudah lama
menabung di BPR, ataupun bagi debitur yang tepat waktu dalam membayar kredit.
Manfaat tambahan yang bisa ditawarkan dengan memberikan souvenir kepada
nasabah atau memberikan spanduk yang berisi nama toko dengan mencantumkan
nama BPR pemberi kredit. Dengan demikian nasabah akan semakin setia menjadi
nasabah tetap di BPR tersebut.


Strategi W-T berupa bermitra dengan bank umum
Ditengah kinerja keuangannya yang buruk dan adanya ancaman yang
berupa persaingan dengan bank umum serta fluktuasi nilai inflasi maka strategi
yang dapat diterapkan oleh BPR dalam kelompok ini yaitu BPR dapat bermitra
dengan bank umum untuk mengadakan pelatihan/study banding. Pelatihan
dimaksudkan agar BPR dapat mencontoh kinerja profesional ataupun metodemetode yang diterapkan oleh bank umum seperti cara bank umum mengurangi
NPL ataupun cara bank umum memilih UMKM untuk diberikan kredit.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, bank umum memiliki kinerja yang lebih
baik dari BPR, sehingga BPR dapat belajar dari bank umum agar kinerjanya
semakin meningkat. Strategi ini dapat diimplementasikan oleh semua BPR di
Kabupaten Bogor terlebih oleh BPR yang memiliki kinerja keuangan yang kurang
baik.

21

BPR Kelompok “C”
Strategi operasional bagi BPR kelompok “C” antara lain :
Tabel 7 Matriks SWOT untuk BPR kategori “C”
Opportunity :
1. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bogor rata-rata
meningkat 0,48%/tahun
2. Pengangguran di Kabupaten
Bogor menunjukkan tren
penurunan dengan rata-rata
penurunan 0.89%/tahun
Strenght :
Strategi S-O :
1. Resiko kredit macetnya Meningkatkan promosi
rendah
2. Memiliki
profitabilitas
yang baik
3. Biaya
operasional
tergolong rendah

Threat :
1. Persaingan
dengan bank
umum yang
tidak sehat
2. Inflasi yang
berfluktuasi

Weakness :
Strategi W-O :
1. Memiliki
kemampuan Meningkatkan jumlah kredit
yang kurang baik dalam yang disalurkan
mengelola aktiva
2. Jumlah
kredit
yang
disalurkan
tergolong
rendah

Strategi W-T :
Meningkatkan
kualitas SDM

Strategi S-T :
Meningkatkan
pelayanan dan
fasilitas yang
dimiliki



Strategi S-O berupa meningkatkan promosi
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat serta angka pengangguran yang
menurun merupakan peluang bagi BPR untuk menjaring pasar baru. Dengan
adanya profitabilitas yang tinggi dan rendahnya biaya operasional saat ini hal itu
dapat dimanfaatkan BPR untuk meningkatkan promosi agar BPR bisa menarik
nasabah baru dan meningkatkan kepercayaan nasabah lama. Promosi dapat
dilakukan dengan membuat iklan di radio lokal, suurat kabar lokal ataupun
pembuatan poster maupun spanduk di area umum.


Strategi S-T berupa meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang dimiliki
Persaingan yang ketat antar BPR ataupun dengan bank umum Agar bisa
menjadi pemimpin pasar, kepuasan nasabah adalah hal yang mutlak bagi BPR.
Meningkatkan kepuasan nasabah dapat dilakukan dengan meningkatkan
pelayanan dalam hal kecepatan dan ketepatan. Selain itu pemberian nilai tambah
bagi nasabah juga meningkatkan keunggulan bersain bagi BPR. BPR dapat
menawarkan berbagai layanan tambahan seperti penghantaran ataupun
penjemputan uang sehingga nasabah tidak perlu datang ke kantor ataupun
menyediakan layanan panggilan 24jam dan lain-lain.

22



Strategi W-O berupa meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan
Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan dapat diterapkan di pasar lama
ataupun pasar baru. BPR dapat meningkatkan kredit pada pasar lama dengan
menawarkan kembali kredit kepada nasabah yang hampir berakhir kontrak
kreditnya. BPR bisa juga mencari pasar baru yang potensial sebagai penerima
kreditnya. Dengan meningkatkan promosi, BPR akan memperoleh pasar baru dan
dapat meningkatkan kredit yang disalurkan.


Strategi W-T berupa meningkatkan kualitas SDM
Ditengah tingginya persaingan, BPR juga menghadapi kedala berupa
kurangnya kemampuan dalam mengelola aktiva dan rendahnya jumlah kredit yang
disalurkan. Oleh karena itu, karyawan BPR perlu memperoleh pelatihan dalam
meningkatkan pelayanan, mengelola aktiva dan menyalurkan kredit ke UMKM.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi strategi yang
dilakukan oleh tim manajemen agar BPR dapat meningkatkan penyaluran kredit
dan mengurangi resiko kredit macet. Berikut merupakan langkah strategis yang
perlu diperhatikan :
1. BPR di Kabupaten Bogor memiliki kinerja keuangan yang berbeda-beda.
Terdapat BPR yang kinerjanya sangat baik akan tetapi ada BPR yang
kinerjanya kurang baik. Dilihat dari kemampuan BPR dalam menyalurkan aset
dan mengelola kredit macet, BPR tersebut dikelompokkan menjadi tiga. Ketiga
BPR memiliki kemampuan yang berbeda sehingga membutuhkan strategi yang
berbeda. Oleh karena itu BPR di Kabupaten Bogor dapat menerapkan strategi
yang sesuai dengan kategori BPR tersebut.
2. Terkait dengan aset, pada umumnya BPR di Kabupaten Bogor memiliki
asetyang tergolong baik, akan tetapi ada beberapa BPR yang kurang mampu
mengelola asetnya. Aset yang tidak dimanfaatkan dengan baik selain tidak
memberikan keuntungan bagi BPR juga menyebabkan opportunity cost bagi
BPR. Sehingga bagi BPR yang memiliki nilai KAP diatas 9% dapat
memanfaatkan aset yang dimiliki untuk meningkatkan keuntungan bagi BPR.
3. Terkait dengan inflasi di Kabupaten Bogor yang berfluktuasi, BPR dapat
menyesuaikan jumlah kredit yang disalurkan dengan kondisi inflasi saat itu.
Ketika inflasi tinggi, jumlah kredit yang disalurkan harus dikurangi dan BPR
harus lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit karena ketika inflasi tinggi
maka resiko kredit macet juga tinggi. Pada saat inflasi rendah, BPR dapat
meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan karena resiko kredit macetnya
rendah.

23

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. BPR di Kabupaten Bogor berdasarkan kemampuan mengelola aset, resiko
kredit macet, likuiditas, profitabilitas dan biaya operasional dikelompokkan
menjadi 3. Kelompok BPR “A” adalah BPR yang memiliki kemampuan yang
baik dalam mengelola aktiva, memiliki resiko kedit macet yang tinggi,
jumlah kredit