Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center.

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

NINA JULIYANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Gaya
Kepemimpinan dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness
Development Center (ADC) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Nina Juliyana
NIM I34110090

ABSTRAK
NINA JULIYANA. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan
Kapasitas Petani Jambu Kristal mitra Agribussiness Development Center.
Dibawah bimbingan SITI AMANAH.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya
mempunyai karakteristik kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang berbedabeda untuk mempengaruhi anggotanya. Gaya dan karakteristik kepemimpinan
yang dimiliki seorang pemimpin serta katrakteristik petani berpengaruh terhadap
kapasitas anggotanya. Kapasitas anggota tersebut berkaitan dengan peningkatan
pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dilihat dari penguasaan
teknik budidaya dan kamampuan mengakses pasar petani jambu kristal mitra
Agribussiness Development Center. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan antara karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya
kepemimpinan dengan kapasitas petani jambu kristal mitra Agribussiness
Development Center. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan

menggunakan kuesioner serta didukung data kualitatif melalui wawancara
mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
karakteristik pemimpin yang bertanggungjawab dan komunikatif serta gaya
kepemimpinan berorientasi tugas dan proses dengan kapasitas petani jambu kristal
mitra Agribussiness Development Center.
Kata Kunci: kepemimpinan, organisasi, pemimpin, pengembangan kapasitas

ABSTRACT
NINA JULIYANA. The relationship between the style of leadership by the
capacity of cashew farmers crystalline agribussiness partner development center.
Supervised by SITI AMANAH.
A leader in implementing the activities of his leadership has the
characteristics of leadership style and different leadership to influence its
members. Style and characteristic of leadership that owned and the characteristic
of a farmer of impact on the capacity of its members. The capacity of the farmer
partner associated with increasing on aspects of knowledge, skill and attitude
owned by members seen from the cultivation mastery of technique and the ability
of accesing market of the farmer partner of crystal guava in Agribussiness
Development Center. Leadership Style influence on the capacity of a farmer
partner of crystal guava in Agribussiness Development Center. The purpose in

this research is analyzing the relationship between the characteristics of the
leader, characteristic of farmers and the style of leadership by the capacity of
cashew farmers partner crystal agribussiness development center. This research
is done with qualitative and quantitative methods using a questionnaire and indepth interviews. The results of research shows that there is the relationship
between the characteristics of a leader who was responsible and communicative
style of leadership and oriented duties and the process with the capacity of
cashew farmers partner crystal agribussiness development center.
Keywords: leadership, organization, leader, capacity building

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

NINA JULIYANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan
Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center
(ADC)” ini dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti
Amanah, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis

juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Suharjo dan Arsi selaku
orangtua yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang
sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM 48,
khususnya Nur Fitria, Kinan, Rifa, Dilla, Tidi, Yulita, Weninda, Dije, Kiki,
dan Nafiah yang telah memberikan dukungan dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2015
Nina Juliyana

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN

1
Latar belakang
1
Masalah penelitian
3
Tujuan penelitian
3
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS
5
Tinjauan pustaka
5
Kerangka pemikiran
11
Hipotesis penelitian
13
Definisi operasional
13
PENDEKATAN LAPANGAN

17
Lokasi dan waktu penelitian
17
Teknik pengambilan responden dan informan
17
Teknik pengumpulan data
17
Teknik pengolahan dan analisis data
17
Validitas dan reliabilitas instrumen
18
GAMBARAN UMUM AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER
19
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEMIMPIN
23
DAN TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER
Karakteristik pemimpin
23
Tingkat kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC

25
Hubungan karakteristik pemimpin dengan kapasitas petani jambu
27
kristal Mitra ADC
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI
33
DAN TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER
Karakteristik petani
33
Hubungan karakteristik petani dengan kapasitas petani jambu
35
kristal mitra ADC
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN
39
TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA
AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER
Gaya kepemimpinan
39
Hubungan gaya kepemimpinan dengan kapasitas petani jambu

40
kristal mitra ADC
SIMPULAN DAN SARAN
45
Simpulan
45
Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
47
DAFTAR LAMPIRAN
49
RIWAYAT HIDUP
61

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4


Tingkatan-tingkatan manajemen
Kerangka pemikiran
Produksi jambu kristal Tahun 2011-2014
Struktur organisasi ADC

6
12
20
21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12
13
14

Standar mutu jambu kristal dan harga beli ADC
Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin
Jumlah dan persentase kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC
Hubungan karakteristik pemimpin dengan penguasaan teknik
budidaya jambu kristal petani Mitra ADC
Hubungan karakteristik pemimpin dengan kemampuan mengakses
pasar petani jambu kristal Mitra ADC
Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik pemimpin dan
kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC
Jumlah dan persentase karakteristik petani
Hubungan karakteristik petani dengan penguasaan teknik budidaya
jambu kristal petani Mitra ADC
Hubungan karakteristik petani dengan kemampuan mengakses pasar
petani jambu kristal Mitra ADC
Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik petani dan kapasitas
petani jambu kristal Mitra ADC
Jumlah dan persentase gaya kepemimpinan
Hubungan gaya kepemimpinan dengan penguasaan teknik budidaya
jambu kristal petani Mitra ADC
Hubungan gaya kepemimpinan dengan kemampuan mengakses
pasar petani jambu kristal Mitra ADC
Hasil uji korelasi rank spearman gaya kepemimpinan dan kapasitas
petani jambu kristal Mitra ADC

20
23
25
27
29
30
33
35
36
37
39
40
41
42

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Lokasi penelitian
Daftar petani jambu kristal Mitra ADC
Dokumentasi
Kuesioner
Panduan pertanyaan wawancara
Tulisan tematik

49
50
51
52
56
57

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan hal yang sentral dalam suatu organisasi.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari peran seorang
pemimpin. Sederhananya, kepemimpinan merupakan kegiatan atau upaya untuk
mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan menurut Thoha (1991) adalah kegiatan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus terikat
terjadi dalam suatu organisasi tertentu melainkan dapat terjadi dimana saja,
asalkan seorang menunjukkan kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain
kearah tercapainya tujuan tertentu. Kepemimpinan juga menjadi hal menarik
untuk dikaji dari waktu ke waktu. Hal tersebut terlihat dari hasil penelaahan yang
membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks,
sehingga kemampuan efektif kepemimpinan memerlukan proses pengembangan
yang terus-menerus berkesinambungan, ditanamkan, dirintis, dan dibina
sepanjang masa (Wiriadihardja, 1987). Seorang pemimpin dalam melaksanakan
aktivitas kepemimpinannya mempunyai karakteristik dan gaya kepemimpinan
yang berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya.
Karakteristik kepemimpinan merupakan sifat-sifat yang melekat atau yang
harus dimiliki seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai
karakteristik yang dapat memberikan pengaruh positif bagi anggotanya.
Sedangkan gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan
tersebut, misalnya instruksi, konsultatif, delegatif dan partisipatif yang digunakan
dalam pengambilan keputusan (Thoha, 1991).
Gaya kepemimpinan dan keberhasilan seorang pemimpin dalam suatu
organisasi, tentu tidak terlepas dari peran anggota atau orang yang dipimpinnya.
Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari keberhasilannya
mencapai tujuan, namun juga dilihat dari pengaruh kepemimpinannya dalam
pengembangan kapasitas anggota. Kapasitas anggota suatu organisasi harus selalu
dikembangkan, agar anggota dapat mencapai tujuan organisasi. Sumpeno, et al.
(2003) dalam Sugeng (2004) mengemukakan, bahwa: Capacity building adalah
suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem
masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung
kelembagaan dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi.
Selanjutnya secara detail dikemukakan, bahwa proses peningkatan atau perubahan
perilaku tersebut meliputi: (1) peningkatan kemampuan individu (pengetahuan,
keterampilan dan sikap), (2) peningkatan kemampuan kelembagaan (manajemen
organisasi, finansial dan kultur), dan (3) peningkatan kemampuan masyarakat
(kemandirian, keswadayaan dan antisipasi perubahan). Disinilah dapat terlihat
peranan kepemimpinan dalam pengembangan kapasitas anggotanya.
Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin,
berpengaruh terhadap pengembangan kapasitas anggota atau pengikutnya. Hal
tersebut juga terjadi pada Agribussiness Development Center (ADC) atau Pusat
Pengembangan Agribisnis. Agribussiness Development Center (ADC) merupakan

2

sebuah lembaga sosial kerjasama antara International Cooperation Development
Fund(ICDF) Taiwan melalui Misi TeknikTaiwan dengan IPB (Institut Pertanian
Bogor). Agribussiness Development Center (ADC) bergerak dibidang pertanian
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Kabupaten
Bogor. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain kemitraan dengan petani,
pembinaan dan pelatihan petani. Setelah enam tahun menjalin kerjasama, kontrak
antara Agribussiness Development Center (ADC) dan International Cooperation
Development Fund(ICDF) pun berakhir. Segala sumber daya di Agribussiness
Development Center (ADC) akan menjadi milik IPB dan dikelola oleh
Agribussiness Development Station (ADS).1 Kegiatan utama Agribussiness
Development Station(ADS) tetaplah sama denganAgribussiness Development
Center (ADC), yakni melakukan pendampingan petani melalui kegiatan produksi
dan pemasaran komoditas hortikultura, salah satunya adalah jambu kristal
(Psidium Guajava sp).
Fokus kajian pada penelitian ini adalah petani mitra khususnya petani
jambu kristal. Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan
adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah
dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan.2Kemitraan yang dijalankan oleh pihak
Agribussiness Development Center (ADC) lebih mengutamakan bagaimana untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Peningkatan kesejahteraan petani di
Kabupaten Bogor melalui kemitraan Agribussiness Development Center (ADC).
Agribussiness Development Center (ADC) merupakan salah satu wujud
pemberdayaan masyarakat desa khususnya petani. Hal tersebut karena penduduk
miskin di Indonesia didominasi oleh penduduk desa khususnya petani.
Pemberdayaan masyarakat desa tersebut diatur dalam Undang-Undang No.6
Tahun 2014 Tentang Desa, dimana “Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah
upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalahdan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.3Agribussiness Development Center (ADC)
juga dibangun untuk membantu petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi melalui pendampingan yang dimaksudkan untuk membina petani
menerapkan teknik produksi hingga pemasaran yang baik, sehingga petani
memiliki bargaining power dan produknya memiliki nilai tambah di pasar.
Kapasitas petani mitra Agribussiness Development Center (ADC) dapat dilihat
dari teknik produksi dan budidaya jambu kristal serta pemasaran yang baik. Agar
kapasitas petani mitra terus berkembang, perlu dilakukan pengembangan
kapasitas petani mitra melalui teknik budidaya jambu kristal dan pemasaran yang
baik yang dapat dilihat dari pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mitra.

1

Website: ipbmag.ipb.ac.id
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2013)
3
Badan Pertanahan Nasional (2004)
2

3

Masalah Penelitian
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan peran
seorang pemimpin. Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas
kepemimpinannya mempunyai karakteristik dan gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya. Gaya kepemimpinan yang
dimiliki seorang pemimpin berpengaruh terhadap kapasitas anggotanya. Kapasitas
petani mitra Agribussiness Development Center (ADC) dapat dilihat dari teknik
budidaya jambu kristal dan pemasaran yang baik. Agar kapasitas petani mitra
terus berkembang, Agribussiness Development Center (ADC) mengadakan
pelatihan mengenai teknik budidaya dan pemasaran yang baik. Kemitraan yang
dijalankan antara petani dan Agribussiness Development Center (ADC) telah
berhasil menjadikan petani produsen unggulan jambu kristal yang dapat dilihat
dari fluktuasi jumlah produksi jambu kristal dari tahun 2011-2014. Dimana pada
tahun 2011-2013 jumlah produksi jambu kristal selalu mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013-2014 jumlah produksi jambu kristal menurun drastis sebesar
26746.5 kilogram. Penurunan tersebut bersamaan dengan berakhirnya kontrak
International Cooperation Development Fund(ICDF) dan IPB.
Kapasitas petani berarti kemampuan petani untuk melakukan kegiatan
pertanian, mempunyai kesanggupan dalam menjawab tantangan, serta memenuhi
syarat sebagai petani yang unggul (Anantayu, 2011). Kapasitas petani mitra jambu
kristal merupakan hal utama yang mempengaruhi keberlanjutan usaha agribisnis
jambu kristal. Di dalam ADC terdapat peran karakteristik pemimpin dan petani
serta gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi tingkat kapasitas petani
jambu kristal mitra Agribussiness Development Center (ADC) menjadi produsen
unggulan jambu kristal. Hal tersebut memunculkan pertanyaan bagaimana
kapasitas petani mitra jambu kristal di Agribussiness Development Center (ADC)
dan kaitannya dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya
kepemimpinan diAgribussiness Development Center (ADC)?
2. Sejauh mana tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal diAgribussiness
Development Center (ADC)?
3. Sejauh mana hubungan karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan
gaya kepemimpinan dengan tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal
diAgribussiness Development Center (ADC)?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Menganalisis karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya
kepemimpinan di Agribussiness Development Center (ADC)
2. Menganalisis tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal di Agribussiness
Development Center (ADC)
3. Menganalisis hubungan karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan
gaya kepemimpinan dengan tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal di
Agribussiness Development Center (ADC)

4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi perusahaan dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang
dapat mengembangan kapasitas anggotanya
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai hubungan gaya kepemimpinan, karakteristik
pemimpin dan anggota dengan tingkat kapasitas anggotanya

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kepemimpinan
Pada dasarnya pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda.
Secara etimologis pemimpin dan kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang
mengandung beberapa arti, yaitu: mempelopori, berjalan di muka, menuntun,
membimbing, mendorong, mengambil langkah/prakarsa pertama, bergerak lebih
awal, berbuat lebih dahulu, memberi contoh, menggerakkan orang lain melalui
pengaruh. Pemimpin (leader) adalah seorang yang dengan cara apapun, mampu
mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak
orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan seseorang yang dengan cara apapun mampu
mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan
kehendak orang itu, sehingga barhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Sholehuddin (2008), kepemimpinan juga berhubungan dengan
keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang
Tannebeum dan Massarik (1957) dalam Wiriadihardja (1987) menjelaskan
pemimpin adalah suatu pengaruh antar personal yang dilaksanakan dalam suatu
keadaan yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan khusus, melalui proses
komunikasi.
Thoha (1991) menjelaskan bahwa kepemimpinan dan manajemen
seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian,
antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada
hakekatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan
manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari
kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan
di antara dua konsep pemikiran ini terjadi saat dan dimana pun asalkan ada
seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok,
tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Kepemimpinan berarti bisa saja karena
berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama
atau tidak selaras dengan tujuan organisasi. Apabila kepemimpinan itu dibatasi
oleh tatakrama birokrasi atau dikaitkan terjadinya dalam suatu organisasi tertentu,
maka dinamakan manajemen. Seorang manajer dapat berperilaku sebagai seorang
pemimpin, asalkan mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, seorang pemimpin belum tentu harus
menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan
kata lain, seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi
seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin. Manajer
merupakan istilah yang sering digunakan dalam organisasi bisnis, diorganisasi
lain, kadangkala peran manajer dijalankan oleh seorang ketua, wakil ketua,
ataupun ketua bagian, ketua departemen dan lain sebagianya. Sule dan
Saefullah(2005) menyatakan bahwa manajer pada dasarnya adalah subjek dari
kegiatan manajemen . Ada beberapa tingkatan manajemen sebagaimana
dikemukakan oleh Nickels, McHugh and McHugh (1997) dalam Sule dan
Saefullah (2005). Tingkatan-tingkatan manajemen tersebut meliputi:

6

Manajemen Tingkat Puncak
Manajemen Tingkat Menengah

Manajemen Tingkat pertama/Supervsi
Manajemen Nonsupervisi

Gambar 1 Tingkatan-Tingkatan Manajemen
1. Manajemen Tingkat Puncak atau Top Management, yang biasanya terdiri dari
direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Untuk manajemn tingkat
ini, keahlian yang terutama diperlukan adalah keahlian dalam hal konseptual,
komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen global dan manajemen
waktu.
2. Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Management, yang biasanya
terdiri dari para manjer, kepala divisi atau departemen atau kepala cabang.
Untuk manajemen tingkat menengah ini, kehalian yang diperlukan di antaranya
adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen
waktu dan teknikal.
3. Manajemen Tingkat Supervisi atau Tingkat Pertama atau Supervisory atau
First-Line Management, yang biasanya terdiri dari para supervisi, ketua
kelompok, dan lain sebagainya. Di antara keahlian yang terutama perlu dimiliki
adalah komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal.
4. Manajemen Nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, yang biasanya
terdiri dari para tenaga kerja tingkat bawah pada umumnya seperti buruh,
pekerja bangunan, dan lain-lain. keahlian yang terutama dimiliki dalam level
ini adalah keahlian teknikal, komunikasi dan manajemen waktu.
Karakteristik Kepemimpinan
Karakteristik kepemimpinan dapat diperinci dalam hal-hal yang lebih
mendetail, misalnya saja dalam hal ciri-ciri dan watak kepemimpinan. Secara
umum menurut Tjiptono dan Diana (2003) dalam Sholehuddin (2008), pemimpin
yang baik harus memiliki karakteristik seperti: (1) tanggung jawab seimbang,
keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan
tersebut; (2) model peranan yang positif, peranan disini adalah tanggung jawab,
perilaku, atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi
khusus tertentu; (3) memiliki keterampilan komunikasi yang baik, dalam hal ini
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan berbagai ide,
pemikiran instruksi, dan langkah-langkah strategis kepada pengikutnya (4)

7

memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik mampu mempengaruhi para
pengikutnya untuk melakukan sesuai dengan yang diharapkan; (5) mempunyai
kemampuan untuk meyakinkan orang lain melalui komunikasi dan kegiatan
mempengaruhi kepada para pengikutnya.
Wiriadihardja (1987) menyatakan terdapat enam karakteristik
kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lainnya mengutip dari
kepustakaan manajemen, yaitu:
a. Toleransi. Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutupi diri terhadap
berbagai ide dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan
dengan asumsi, bahwa setiap pengusul gagasan bertanggungjawab dan
dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan
yang dimajukan
b. Keuletan. Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki
keuletan dan kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri
sendiri dan menguasai dirinya sendiri, sekalipuntidak dalam segala hal.
Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.
c. Keterbukaan. Seorang pemimpin bersifat terus menerus, jujur adil dalam
segala urusan. Dia sangat bijaksana dan diplomatis dalam segala tindakan.
d. Teguh Pendirian. Penelitian terhadap sekelompok pemimpin yang
dianggap berhasil, menunjukkan skor yang sangat tinggi mengenai unsur
“teguh pendirian” dan tidak bersifat plin-plan. Dia menunjukkan
kemahiran dalam menilai situasi dan kondisi keseluruhan, tajam dalam
memilih dan membedakan fakta-fakta sebagai landasan penarikan
kesimpulan secara realistis mengenai sesuatu permasalahan. Dia tidak
mudah berbelok dan mengingkari kesimpulan yang dianggapnya layak dan
rasional.
e. Rasa Kesungguhan. Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda
kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya,
organisasi dan masa depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil
kemajauan yang dicapai oleh usahanya atau usaha organisasinya. Dia
berpegang pada tugasnya, belajar serta menarik pengalaman sebaikbaiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk
dapat diserahi tanggungjawab.
f. Tenang. Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifatyang
tidak menonjolkan keakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala
ketidaktertiban. Bilamana diperolok-olokkan, dia bisa juga marah akan
tetapi dengan cara yang terkendalikan. Hambatan dan tantangan dalam
tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus diperhitungkan dalam
setiap perjuangan hidupnya.
g. Kesepakatan. Pimpinan atau manajer yang digolongkan pimpinan,
memperoleh kesepakatan (diterima) dan kepercayaan dari orang lain, baik
dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun dari masyarakat luas. Dia
didukung, diakui sebagai pemimpin dan selalu membutuhkan inspirasi dan
kepercayaan
h. Kecakapan Menganalisis. Mampu menganalisis permasalahan yang
kompleks serta mampu menarik kesimpulan yang sehat daripadanya.
Menguasai situasi dan selalu membuat keputusan yang tepat. Mengambil

8

i.

j.

k.

l.

m.

n.

fakta kemudian menganalisis sedemikian rupa sehingga memperoleh
kepastian.
Dorongan dan Inisiatif. Memiliki daya memenuhi serta dorongan untuk
menyelesaikan sesuatu. Waspada dan siap siaga menghadapi hal-hal yang
harus diselesaikan. Aktif dan enerjik, memiliki daya tangkap yang tajam,
dengan hanya sedikit penjelasan saja sudah memahami persoalan.
Mendorong dan membina dirinya dan orang lain.
Terarah. Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai
wibawa, kesetiaan dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai
reputasi sebagai pemimpin tangguh, teguh pendirian tetapi adil.
Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan
efektif.
Tanggap dan Terampil. Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan
penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi dan lingkungan baru secara
tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi berdasarkan itu membuat
keputusan yang tepat.
Organisasi yang Efektif. Selalu bertindak menurut jalur-jalur komando.
Melaksanakan hubungan kerjasama secara patuh menurut jalur lini dan
staf. Selalu mengusahakan organisasinya sesuai dengan tugas yang harus
diselesaikan.
Pengabdian kepada Masyarakat. Tidak melupakan tujuan berpemerintahan
atau tujuan pokok organisasi, memberi pelayanan kepada masyarakat
secara baik.
Cakap dan Luwes. Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang. Memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman dan kecakapan
yang diperlukan untuk menyukseskan tanggungjawabnya. Mampu
mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain,
sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata.
Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggungjawaban, melaksanakan dan
menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para pembantunya yang cakap.

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Gaya kepemimpinan merupakan
norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan
dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang
kondusif dan membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan
akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Pemimpin tidak dapat
menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya,
namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam
tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu
dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang
dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti

9

bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi
kelemahan yang mereka miliki.
Thoha (1991) menjelaskan perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam
mengambil keputusan, terbagi atas empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Instruksi
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan, yang
dicirikan oleh komunikasi satu arah, pemimpin memberikan batasan peranan
pengikutnya dan memberitahu mereka tentang mekanisme pelaksanaan
berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan proses pembuatan keputusan
semata-mata dilakukan oleh pemimpin.
2. Konsultatif
Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, masih banyak memberikan pengarahan dan pengambilan keputusan,
tetapi diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan
perilaku mendukung, dengan mendengar perasaan pengikut, baik berupa ide
maupun saran mereka tentang keputusan yang dibuat. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
3. Partisipatif
Perilaku pemimpin yang tinggi dan rendah pengarahan, dalam hal ini posisi
kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan di pegang secara
bergantian. Selain itu, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung jawab
dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut.
4. Delegatif
Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan, pemimpin
mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan, sehingga tercapai
kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan
didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Bawahan memiliki kontrol
untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin
memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan
pertunjukkan mereka sendiri, karena mereka memiliki kemampuan dan
keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka
sendiri.
Teori tentang gaya kepemimpinan, juga dikemukakan oleh Fred Fiedler
dalam Thoha (1991) yang disebut dengan Model Kepemimpinan Kontingensi.
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan tersebut, yaitu: hubungan
pemimpin-anggota, derajat dari struktur tugas dan posisi kekuasaan pemimpin
yang dicapai lewat otorita formal. Suatu situasi akan dapat menyenangkan
pemimpin jika ketiga dimensi di atas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata
lain, suatu situasi akan menyenangkan jika:
1. Pemimpin diterima oleh para pengikutnya (derajat hubungan pemimpinanggota tinggi)
2. Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengan tugas ditentukan secara jelas
(derajat dari strktur tugas tinggi)

10

3. Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi
pemimpin (derajat posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas
formal tinggi)
Di dalam pengembangan kapasitas masyarakat terkandung makna
pengembangan kapasitas manusia sebagai aktor yang membentuk masyarakat.
Penjabarannya adalah pengembangan kapasitas manusia dapat berupa
pengembangan wawasan dan tingkat pengetahuan, peningkatan kemampuan untuk
merespon dinamika lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses terhadap
informasi, peningkatan akses dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai
perubahan yang terencana, yang direncanakan adalah bagaimana memberikan
rangsangan dan dorongan agar masyarakat terbangun dan berkembang
kapasitasnya. Rangsangan dan dorongan tersebut dapat berasal dari faktor
eksternal. Faktor eksternal tersebut misalnya adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan suatu organisasi dapat mempengaruhi kinerja anggota oraganisasi
sehingga kapasitas anggota meningkat dan tujuan organisasi dapat dicapai.
Karakteristik Petani Jambu Kristal
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
seorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan
terhadap lingkungannya (Mislini 2006). Menurut Hilman (2010), petani sebagai
pelaku usaha agribisnis umumnya memiliki karakteristik tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan, kemampuan manajerial, akses terhadap modal dan informasi
rendah.Karakteristik petani yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, tingkat
pendidikan, lama bermitra dan luas lahan yang ditanami jambu kristal.
Usia petani mitra jambu kristal dalam penelitian ini dilihat dari masa hidup
yang dilalui petani sampai saat ini.Tingkat pendidikan petani mitra dilihat dari
tahun sukses petani selama menempuh pendidikan formal. Lamanya petani
bermitra atau bekerjasama dilihat dari rentang waktu petani selama bermitra
dengan Agribussiness Development Center (ADC). Karakteristik petani jambu
kristal tersebut berhubungan dengan tingkat kapasitas petani jambu kristal itu
sendiri.
Kapasitas Petani Jambu Kristal
Soetomo (2012) menyatakan bahwa perubahan dalam proses
pembangunan masyarakat merupakan sinergi dari perubahan spontan dan
perubahan terencana menuju kondisi kehidupan yang lebih diharapkan. Arah yang
diharapkan adalah perubahan masyarakat yang dewasa, yang memiliki
kemampuan untuk merespon tuntutan kebutuhan yang selalu meningkat,
merespon peluang yang terbuka dan merespon potensi yang ada, disamping tidak
kalah pentingnya mengantisispasi tantangan dan masalah yang muncul sejalan
dengan proses perubahan yang berlangsung. Pengembangan kapasitas masyarakat
merupakan salah satu unsur utama proses pemberdayaan di samping pemberian
kewenangan (Soetomo, 2011).
Kapasitas atau capacity, menurut Kamus Webster dalam Anantayu (2011),
merujuk pada kemampuan untuk atau melakukan (ability for or to do);
kesanggupan (capability); suatu keadaan yang memenuhi syarat (a condition of

11

being qualified). Kapasitas petani berarti kemampuan petani untuk melakukan
kegiatan pertanian, mempunyai kesanggupan dalam menjawab tantangan, serta
memenuhi syarat sebagai petani yang unggul. Kapasitas atau kemampuan petani
merupakan salah satu prasyarat bagi petani untuk berpartisipasi dalam
pembangunan pertanian. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui
pengembangan kelembagaan. Salah satu
tindakan strategis dalam
mengembangkan kelembagaan petani yaitu melalui peningkatan kapasitas petani.
Peningkatan kapasitas petani dapat dilakukan melalui:
a. Peningkatan pendidikan, baik formal maupun non-formal, bagi petani yang
mendukung bidang usaha atau agribisnis.
b. Memfasilitasi dalam berbagai kegiatan agribisnis.
c. Mendorong kemampuan berusaha untuk meningkatkan pendapatan.
d. Memfasilitasi penyediaan sarana kegiatan agribisnis bagi petani.
e. Menyediakan sumber-sumber belajar termasuk informasi yang diperlukan oleh
petani.
Sumpeno et al. (2003) dalam Sugeng (2004) mengemukakan, bahwa:
Capacity buliding adalah suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku
individu, organisasi dan sistemmasyarakat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Capacity building sebagai strategi untuk
meningkatkan daya dukung kelembagaan dalam mengantisipasi masalah dan
kebutuhan yang dihadapi. Selanjutnya secara detail dikemukakan, bahwa proses
peningkatan atau perubahan perilaku tersebut meliputi: (1) peningkatan
kemampuan individu (pengetahuan, keterampilan dan sikap), (2) peningkatan
kemampuan kelembagaan (manajemen organisasi, finansial dan kultur), dan (3)
peningkatan kemampuan masyarakat (kemandirian, keswadayaan dan antisipasi
perubahan). Kapasitas petani jambu kristal mitra ADC dalam penelitian ini, dilihat
dari dua aspek, yaitu: teknik budidaya jambu kristal dan pemasaran. Teknik
budidaya jambu kristal yang dilakukan oleh petani dilihat dari pra produksi dan
pasca produksi. Kemampuan petani jambu kristal mitra ADC, meliputi:
pemasaran di dalam ADC sendiri maupun di luar ADC, seperti petani mitra jambu
kristal menjual sendiri produk jambu kristalnya. Pengembangan kapasitas petani
jambu kristal mitra ADC ditunjukkan oleh petani jambu kristal menjadi produsen
unggulan jambu dan produknya mampu bersaing di pasaran dengan produk lain.
Kapasitas anggotanya yang semakin berkembang, menunjukkan adanya peran
kepemimpinan yang berhasil dalam pengembangan kapasitas anggota. Hal inilah
yang diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.
Kerangka Pemikiran
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan peran
seorang pemimpin. Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas
kepemimpinannya mempunyai karakteristik kepemimpinan dan gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya.
Karakteristik kepemimpinan dalam penelitian ini merujuk pada Tjiptono dan
Diana (2003) dalam Sholehuddin (2008) yang dapat dilihat dari lima hal, yaitu:
sifat pemimpin yang bertanggungjawab, pemimpin mampu menjadi model
peranan yang positif, komunikatif, mampu memotivasi anggotanya dan mampu
meyakinkan orang lain. gaya kepemimpinan dalam penelitian ini, merujuk pada
Thoha (1991), yaitu: instruksi, konsultatif, partisipatif dan delegatif. Gaya

12

kepemimpinan instruksi kemudian dijelaskan dalam penelitian ini dengan
orientasi tugas, gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif dijelaskn dalam
penelitian ini dengan orientasi tugas dan proses serta gaya kepemimpinan
delegatif dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi proses. Karakteristik
pemimpin dan gaya kepemimpinan tersebut berhubungan dengan tingkat kapasitas
anggotanya. Pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya, tentunya tidak
bekerja sendiri, namun juga dibantu oleh anggota atau pengikutnya. Anggota atau
pengikut juga mempunyai karakteristik yang dapat mempengaruhi tingkat
kapasitas anggota itu sendiri. Tingkat kapasitas anggota atau dalam penelitian ini
adalah petani mitra jambu kristal yang dilihat dari dua aspek, yaitu: teknik
budidaya jambu kristal dan kemampuan mengakses pasar.
(X1) Karakteristik Pemimpin
(X1.1) Bertanggungjawab
(X1.2) Mampu menjadi Model
Peranan yang Positif
(X1.3) Komunikatif
(X1.4) Mampu Memotivasi
(X1.5) Mampu Meyakinkan Orang
Lain
(X2) Karakteristik Petani

(Y1) Tingkat Kapasitas Petani

(X2.1) Usia

(Y1.1) Penguasaan terhadap
Teknik Budidaya
Jambu Kristal
(Y1.2) Kemampuan
Mengakses Pasar

(X2.2) Pendidikan
(X2.3) Lamanya Bermitra
(X2.4) Luas lahan
(X3) Gaya Kepemimpinan
(X3.1) Orientasi Tugas
(X3.2) Orientasi Proses
(X3.3) Orientasi Tugas dan Proses

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Berhubungan
Petani mitra ADC diajarkan mengenai teknik produksi dan budidaya
jambu kristal serta pemasaran yang baik. Agar kapasitas petani mitra terus
berkembang, harus dilakukan pengembangan kapasitas melalui teknik produksi
dan budidaya jambu kristal serta pemasaran yang baik yang dapat dilihat dari
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mitra. Tingkat kapasitas petani

13

mitra ADC tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin dan gaya
kepemimpinannya serta karakteristik dari petani mitra itu sendiri.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka
hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pemimpin dengan tingkat
kapasitas petani jambu kristal mitra ADC
2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat kapasitas
petani jambu kristal mitra ADC
3. Diduga terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kapasitas
petani jambu kristal mitra ADC
Definisi Operasional
1. Karakteristik Pemimpin adalah ciri dan sifat yang melekat yang dimiliki dari
seorang pemimpin. Terkait dengan tujuan penelitian, karakteristik pemimpin
yang dimaksud adalah bertanggungjawab, mampu menjadi model peranan
yang positif, komunikatif, mampu memotivasi dan mampu meyakinkan orang
lain. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan rendah adalah “1”,
jika sedang adalah “2” dan jika tinggi adalah “3”. Definisi operasional masing
masing variabel karakteristik pemimpin, adalah sebagai berikut:
a. Bertanggungjawab adalah pemimpin melaksanakan seluruh tugasnya
sebagai pemimpin dengan baik. Variabel bertanggungjawab diukur
berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat
setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju
dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh
karena itu, variabel bertanggungjawab dibedakan ke dalam skala ordinal,
yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
b. Mampu menjadi model peranan yang positif adalah pemimpin mampu
membudidayakan jambu kristal dengan baik dan menjelaskan teknik
budidaya jambu kristal kepada petani mitra. Variabel mampu menjadi
model peranan yang positif diukur berdasarkan skor total dari pernyataan,
skor “4” untuk jawaban sangat setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor
“2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak
setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel mampu menjadi
model peranan yang positif dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
c. Komunikatif adalah kemampuan pemimpin dalam menjelaskan,
mendialogkan dan menginformasikan mengenai teknik budidaya dan
pemasaran pada jambu kristal. Variabel komunikatif diukur berdasarkan
skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat setuju, skor “3”
untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1”

14

untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu,
variabel komunikatif dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
d. Mampu memotivasi adalah keberadaan pemimpin dapat mendorong petani
jambu kristal untuk melakukan budidaya jambu kristal dan menghasilkan
jambu kristal secara maksimal. Variabel mampu memotivasi diukur
berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat
setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju
dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh
karena itu, variabel mampu memotivasi dibedakan ke dalam skala ordinal,
yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
e. Mampu meyakinkan orang lain adalah kepercayaan petani mitra terhadap
apa yang disampaikan oleh pemimpin. Variabel mampu meyakinkan orang
lain diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban
sangat setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak
setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap
pernyataan. Oleh karena itu, variabel mampu mampu meyakinkan
dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
2. Karakteristik petani mitra adalah ciri dan sifat yang melekat yang dimiliki oleh
seorang petani. Terkait dengan tujuan penelitian, karakteristik petani mitra
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, lamanya bermitra
dan luas lahan yang ditanami jambu kristal oleh petani. Definisi operasional
masing masing variabel karakteristik pemimpin, adalah sebagai berikut:
a. Usia adalah masa hidup yang telah dilalui seseorang mulai lahir sampai saat
ini. Variabel usia meujuk kepada Sensus Penduduk 2010, yang dibagi ke
dalam usia produktif dan non produktif. Pengkategoriannya, adalah:
i. Usia produktif
: 15-64 tahun
ii. Usia non produktif : 64 tahun
b. Pendidikan adalah lamanya tahun sukses seseorang dalam menempuh
pendidikan formal yang pernah diikuti. Pendidikan dibedakan ke dalam
skala ordinal, yaitu:
i. Pendidikan Rendah : 0-6 tahun
ii. Pendidikan Sedang : 6-12 tahun
iii. Pendidikan Tinggi : >12 tahun
c. Lamanya bermitra adalah rentang waktu petani menjadi petani mitra di
ADS. Alat ukur yang digunakan adalah menggunakan skala rasio dan
dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:
i. Rendah
: 1-2 tahun
ii. Sedang
: 3-4 tahun

15

iii. Tinggi
: 5-7 tahun
d. Luas lahan adalah lahan yang dimiliki petani mitra dan digunakan dalam
kegiatan usahatani jambu kristal. Alat ukur yang digunakan adalah
menggunakan skala rasio dengan tiga kategori dari yang sempit hingga
luas, yaitu:
i. Sempit
: < 1543,814 m²
ii. Sedang
: 1543,814-3214,086 m²
iii. Luas
: > 3214, 086 m²
3. Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
mempengaruhi anggota atau pengikutnya. Gaya kepemimpinan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terbagi menjadi empat yaitu
instruksi, delegatif, konsultatif, dan partisipatif. Gaya kepemimpinan tersebut
dilihat dari orientasi tugas, orientasi proses serta orientasi tugas dan proses.
Gaya kepemimpinan instruksi kemudian dijelaskan dalam penelitian ini dengan
orientasi tugas, gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif dijelaskn dalam
penelitian ini dengan orientasi tugas dan proses serta gaya kepemimpinan
delegatif dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi proses. Gaya
kepemimpinan yang diukur adalah gaya kepemimpinan dari fasilitator petani
mitra ADC atau disebut dengan counterpart. Untuk mengukur gaya
kepemimpinan, kuesioner mengenai gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga
aspek bagian, yaitu gaya kepemimpinan berorientasi tugas, berorientasi proses
serta berorientasi tugas dan proses. Skor untuk masing-masing variabel jika
dikategorikan rendah adalah “1”, jika sedang adalah “2” dan jika tinggi adalah
“3”. Gaya kepemimpinan yang memiliki rataan skor tertinggi merupakan gaya
kepemimpinan yang selalu diterapkan oleh pemimpin ADC. Definisi
operasional masing-masing variabel gaya kepemimpinan, adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi tugas adalah pemimpin mengutamakan hasil pada setiap tugas
yang diberikan. Variabel orientasi tugas diukur berdasarkan skor total dari
pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban
sering, skor “2” untuk jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak
pernah dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi tugas
dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
b. Orientasi tugas dan proses adalah pemimpin mengutamakan hasil dan cara
petani mitra jambu kristal dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan.
Variabel orientasi tugas dan proses diukur berdasarkan skor total dari
pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban
sering, skor “2” untuk jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak
pernah dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi tugas dan
proses dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
c. Orientasi proses adalah pemimpin mengutamakan cara petani mitra jambu
kristal dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Variabel orientasi

16

proses diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk
jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban sering, skor “2” untuk
jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak pernah dari setiap
pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi proses dibedakan ke dalam
skala ordinal, yaitu:
i. Rendah
: jika skor total pernyataan berjumlah 4-8
ii. Sedang
: jika skor total pernyataan berjumlah 9-12
iii. Tinggi
: jika skor total pernyataan berjumlah 13-16
4. Tingkat Kapasitas Petani adalah tingkat kemampuan yang dimiliki oleh petani
dalam berusaha tani jambu kristal dari pra produksi sampai pasca produksi.
Terkait dengan tujuan penelitian, variabel dari tingkat kapasitas petani yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan teknik budidaya jambu
kristal dan kemampuan mengakses pasar. Skor untuk masing-masing variabel
jika dikategorikan rendah adalah “1”, jika sedang adalah “2” dan jika tinggi
adalah “3”. Definisi operasional masing masing variabel karakteristik
pemimpin, adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan teknik budidaya jambu kristal adalah kemampuan petani dalam
menanam dan memproduksi jambu kristal sesuai dengan yang diajarkan dari
produksi sampai pra produksi. Variabel penguasaan teknik b