KOHERENSI WACANA PADA BUKU BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN SMP/MTs KELAS VII TAHUN 2014

(1)

i

KOHERENSI WACANA PADA BUKU BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN

SMP/MTs KELAS VII TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

ANA FADRIANAH NIM. 201210080311077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(2)

ii


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Ana Fadrianah

Nim : 201210080311077

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas akhir dengan judul:

Koherensi Wacana pada Buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII Tahun 2014 adalah karya saya dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah tugas akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIAT, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 02 Mei 2016 Yang menyatakan,


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari

kejahatan) yang dikerjakannya (Q.S. Al Baqarah: 286)

“Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya dan bekerjalah untuk

akhiratmu seakan kamu esok tiada” (Penulis)

Rasa syukur kepada Allah SWT yang memberikan rahmat-Nya, nikmat-Nya dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis persembahkan tugas akhir ini untuk:

a. Ayah dan ibu, terima kasih atas semua yang telah diberikan dengan tulus ikhlas, membesarkan, menyayangi, membimbing, mendoakan, mendukung serta berkorban untuk masa depan penulis. Kalian selalu hadir dalam setiap doa-doa penulis.

b. Kakak Erni Emiyanti dan Arsyad Al Amin terima kasih atas kasih sayang, dukungan, serta nasihatnya selama ini, karena kalian saya bisa menjalani hidup bahagia.

c. Sahabat-sahabatku Isneni Riwayati, Faidatul Himah, Ernik Apriyanti, Arinal Jannah, Fajar Hariyadi, Imelda Indriarti, dan Nita Wulan Budiansyah, semuanya terima kasih atas motivasi dan dukungannya. Tidak lupa juga semua teman kos, Riska, Sita, Rulia, Dina dan teman-teman yang tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala saya panjatkan karena atas berkat rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya skripsi dengan judul

“Koherensi Wacana pada Buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan

SMP/MTs Kelas VII Tahun 2014” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat

serta salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabiyullah Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd., selaku pembimbing I yang telah sabar memberikan arahan, masukan, motivasi, dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Musaffak, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan,

motivasi, dan semangat untuk membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap hasil skripsi ini masih dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun karena keterbatasan penulis berharap saran dan kritik untuk penyempurnaannya.

Malang, 02 Mei 2016 Penulis


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Wacana ... 12

2.1.1 Pengertian Wacana ... 12

2.1.2 Unsur-unsur Wacana ... 13

2.1.3 Klasifikasi Wacana Berdasarkan Media Penyampaian... 16

2.2 Keutuhan Wacana ... 17

2.3 Koherensi ... 19

2.3.1 Pengertian Koherensi ... 19

2.3.2 Jenis Hubungan Koherensi ... 21


(8)

viii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ... 29

3.2 Metode Penelitian ... 30

3.3 Data dan Sumber Data ... 30

1) Data ... 30

2) Sumber Data ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Teknik Analisis Data ... 32

3.6 Instrumen Penelitian ... 35

3.7 Indikator Penelitian ... 35

3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan ... 37

3.9 Tahap-tahap Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Koherensi Wacana Pada Buku “Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII Tahun 2014 ... 40

4.1.1 Jenis Hubungan Koherensi Wacana ... 40

4.1.2 Unsur Penanda Koherensi Wacana ... 56

4.2 Temuan Penelitian Koherensi Wacana ... 61

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Analisis Jenis Hubungan Koherensi Wacana ... 33

3.2 Analisis Unsur Penanda Koherensi Wacana ... 34

3.3 Instrumen Penelitian... 35

3.4 Indikator Jenis Hubungan Koherensi ... 36


(10)

x

DAFTAR BAGAN Bagan

4.1 Jenis Hubungan Koherensi ... 55 4.2 Unsur Penanda Koherensi ... 60 4.3 Koherensi Wacana ... 61


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Jenis Hubungan Koherensi Wacana ... 68 Lampiran 2 Analisis Unsur Penanda Koherensi Wacana ... 101


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2005. Pokoknya Menulis: Cetakan Pertama. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Bustanul dan Rani, Abdul. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana.

Djajasudarma, Fatimah. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung. PT. Refika Aditama.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Bandung. Rajawali Pers.

Eriyanti, Ribut Wahyu. 2016. Koherensi Pertanyaan Guru pada Pembelajaran. Jurnal KEMBARA, 1 (3): 319-331.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.

Keraf, Gory. 1984. Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.

_________.1988. Komposisi. Ende. Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Lubis, A. Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Rani, Abdul, Bustanul, Arifin, dan Martutik. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.

Sakri, Adjat. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ferdina Eko. 2012. Keutuhan Struktur Wacana Opini Dalam Media Masa Cetak Kompas Edisi Bulan Maret 2012. Skripsi tidak diterbitkan.


(13)

xiii

Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Soedjito. 1989. Sinonim. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Wulandari, Sri. 2015. Koherensi Wacana monolog dalam Acara Redaksiana Trans 7 Edisi November 2014. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry G. dan Tarigan, Djago. 1990. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung.

Zabadi, Fairul dkk. 2014. Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kurikulum 2013 menyadari bahwa peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orang lain (Nuh dalam Zabadi, 2014:iv). Ketidaksempurnaan pemahaman bahasa akan menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam proses pemahaman terhadap pengetahuan. Semua yang akan disampaikan pendidik kepada peserta didiknya hanya dapat dipahami dengan baik apabila bahasa yang dipergunakan dapat dipahami dengan baik oleh kedua belah pihak.

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII yang disajikan dalam buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan disusun dengan berbasis teks. Buku tersebut berisi tentang berbagai cara penyajian pengetahuan dengan macam jenis teks. Pemahaman terhadap jenis, kaidah, dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna yang terkandung dalam teks maupun menyajikan gagasan dalam bentuk teks yang sesuai.

Buku teks ialah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu. Buku tersebut merupakan buku standar dan disusun oleh pakar di bidangnya yang ditujukan bagi tujuan instruksional tertentu dilengkapi dengan sarana yang serasi dan mudah dipakai di sekolah-sekolah salah satunya SMP/MTs, sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran (Tarigan dan Djago, 1990:37). Buku teks yang baik haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum.


(15)

2

Buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII diharapkan, peserta didik mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual (Zabadi, 2014:vi).

Buku teks pelajaran hendaknya mampu menyajikan bahan ajar dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada buku tersebut dapat dilihat penggunaan bahasanya wajar, menarik, dan sesuai dengan perkembangan peserta didik atau tidak. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi peserta didik harus sesuai dengan jenjang pendidikannya, yakni hal-hal yang berhubungan dengan kemudahan membaca bentuk tulisan, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat baca peserta didik.

Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis seperti, deskripsi, penceritaan (recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Sesuai dengan kurikulum 2013, buku siswa Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII berisi delapan bab. Peserta didik mempelajari jenis teks laporan hasil observasi, deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek.


(16)

3

Buku teks merupakan pegangan wajib bagi peserta didik pada saat proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, buku teks harus memiliki aspek keter-bacaan yang berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) baik dan benar. Teks yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII harus menggunakan kosakata, kalimat, dan paragraf yang mudah agar dapat dipahami oleh peserta didik. Deretan kalimat yang disusun menjadi paragraf, dan paragraf yang saling berkaitan dalam kesatuan merupakan suatu bentuk wacana yang utuh.

Wacana yang utuh adalah wacana yang lengkap, yaitu mengandung aspek-aspek yang terpadu dan menyeluruh. Aspek-aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah kohesi, koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis, dan aspek semantis (Mulyana, 2005:25-26). Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada keutuhan wacana yaitu koherensi wacana. Sama halnya dengan kohesi, koherensi juga memiliki kaitan erat dengan wacana untuk mem-bentuk wacana yang baik tidak cukup hanya mengandalkan piranti kohesi, tetapi juga diperlukan suatu kekoherensian sebuah teks. Beberapa kalimat dapat menjadi wacana jika kalimat itu memiliki hubungan makna yang koherensif. Koherensi dapat terbentuk jika teks tersebut telah kohesif dan kepaduan hubungan maknawi dalam sebuah wacana sehingga menciptakan ide tertentu yang dapat dipahami oleh khalayak.

Lubis (1993:99) mengatakan, koherensi adalah kekompakan hubungan antarkalimat yang terdapat pada suatu wacana. Waktu membaca suatu teks, merasakan bahwa sebuah kalimat berhubungan dengan kalimat sebelumnya dan demikian seterusnya sampai akhir kalimat. Tali-tali (benang-benang) halus yang


(17)

4

menghubungkan kalimat itu menjadi wacana yang baik dan sempurna. Wahyudi (dalam Mulyana, 2005:30) berpendapat bahwa hubungan koherensi ialah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki ciri-ciri, susunannya teratur dan amanatnya terjalin rapi, sehingga mudah diinterpretasikan. Jadi, koherensi merupakan salah satu aspek yang paling penting, paling dasar, dan sangat menentukan di dalam wacana.

Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Sejalan dengan hal tersebut, Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005:31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi. Oleh karena itu, kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri.

Keutuhan tersebut diwujudkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antarunsur (bagian) secara semantis. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantis antarunsur bagian dalam wacana. Hubungan tersebut kadang terjadi melalui alat bantu kohesi, namun kadang-kadang dapat terjadi tanpa bantuan alat kohesi. Hubungan semantis antarbagian dalam wacana ini terjadi antarproposisi. Secara keseluruhan hubungan makna yang bersifat ko-heren menjadi bagian dari organisasi semantis.

Kridalaksana (dalam Lubis, 1993:100) mengatakan bahwa terdapat 13 jenis hubungan semantik. Hubungan koherensi tersebut di antaranya; (1) hubungan


(18)

5

sebab-akibat, (2) hubungan perbandingan, (3) hubungan parafrastis, (4) hubungan amplikatif, (5) hubungan aditif, (6) hubungan sarana-hasil, (7) hubungan latar-kesimpulan, (8) hubungan sarana tujuan, (9) hubungan kelonggaran hasil, (10) hubungan syarat-hasil, (11) hubungan identifikasi, (12) hubungan generik-spesifik, (13) hubungan ibarat. Selain itu, terdapat faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi wacana antara lain, latar belakang pengetahuan pemakai bahasa atas bidang permasalahan (subject matter), pengetahuan atas bidang budaya dan sosial, dan kemampuan membaca hal-hal yang tersirat (membuat praanggapan) (Arifin dan Rani, 2000:122).

Selain jenis hubungan koherensi, adapun unsur-unsur koherensi wacana

untuk mengetahui keutuhan suatu wacana. D’Angelo (dalam Tarigan, 1987:105)

menyatakan bahwa unsur-unsur koherensi wacana terdiri dari 13 unsur, tetapi di sini peneliti membatasi unsur tersebut agar tidak meluas pada jenis hubungan koherensi. Unsur-unsur tersebut yaitu; (1) unsur repetisi (pengulangan), (2) pronomina (kata ganti), (3) sinonim, dan (4) lokasi tempat. Keberadaan unsur koherensi sebenarnya tidak pada satuan teks semata (secara formal), melainkan pada kemampuan pembaca/pendengar dalam menghubungkan makna dan menginterpretasikan suatu bentuk wacana yang diterimanya (Mulyana, 2005:31).

Buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII, dipilih sebagai objek peneliti karena buku tersebut merupakan buku bacaan atau buku pegangan peserta didik ketika proses pembelajaran di kelas. Buku ini juga merupakan buku baru yang berbasis teks pada kurikulum 2013. Buku SMP kelas VII dipilih karena peserta didik kelas VII masih dalam masa peralihan dari Sekolah Dasar menuju ke Sekolah Menengah Pertama. Pada buku tersebut peserta


(19)

6

didik kelas VII juga masih dalam tahap perkenalan dengan beberapa teks seperti, teks observasi, deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek. Selain itu, penggunaan penanda koherensi pada buku tujuannya ialah agar terciptanya susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Jika koherensi tersusun dengan baik, pemahaman terhadap wacana juga akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami maksud dan makna yang terdapat pada buku teks tersebut.

Penelitian lain tentang koherensi juga pernah dilakukan oleh Susanto (2012) dengan judul Keutuhan Struktur Wacana Opini dalam Media Masa Cetak Kompas Edisi Maret 2012. Hasil penelitian ini adalah deskripsi bentuk piranti kohesi dan koherensi yang digunakan dalam wacana opini media massa cetak. Bentuk piranti kohesi dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kohesi antarkalimat dan kohesi antarparagraf. Piranti kohesi gramatikal yang ditemukan penggunaannya adalah referensi, elipsis, substitusi, dan konjungsi, untuk piranti kohesi leksikal ditemu-kan penggunaan repetisi, kolokasi, hiponim, antonim, sinonim. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi.

Struktur koherensi juga dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu koherensi antarkalimat dan koherensi antarparagraf. Struktur koherensi yang ditemukan dalam wacana opini dalam Kompas hubungan sebab-akibat, hubungan misalan-contoh, hubungan amplikatif, dan hubungan penambahan. Wujud penggunaan hubungan sebab-akibat dapat ditandai dengan kata ‘akibatnya’. Wujud penggunaan hubungan amplikatif dapat dilakukan dengan menambahkan


(20)

7

penambahan dapat ditandai dengan kata ‘selain itu’. Hubungan misalan-contoh dapat ditandai dengan kata ‘misalnya’, ‘umpamanya’. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto menggunakan objek media cetak kompas, berbeda dengan peneliti ini menggunakan objek penelitian wacana buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII.

Penelitian kedua tentang Koherensi Wacana monolog dalam Acara Redaksiana Trans 7 Edisi November 2014 yang dilakukan oleh Wulandari (2015). Objek kajian yang digunakan yaitu wacana lisan program pada program acara redaksiana Tran 7. Hasil dari penelitian tersebut yaitu hubungan semantik antarbagian wacana dan kesatuan latar belakang semantis yang lebih dominan adalah hubungan sebab akibat sebanyak 12, hubungan sarana hasil sebanyak 4, hubungan sarana tujuan sebanyak 3, hubungan latar kesimpulan sebanyak 3, kelonggaran hasil sebanyak 2, hubungan syarat hasil sebanyak 3, hubungan perbandingan 1, hubungan parasfrastis 3, hubungan aditif 1, hubungan identifikasi sebanyak 3, hubungan generik-spesifik sebanyak 3 dan hubungan perumpamaan sebanyak 4, sedangkan koherensi wacana berdasarkan kesatuan latar belakang semantis seperti; kesatuan topik terdapat 2, hubungan sosial antar partisipan sebanyak 3, jenis medium pembicaraan sebanyak 2.

Terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Kesamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang koherensi wacana. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, selain dari objek yang digunakan, penelitian ini juga berfokus pada jenis hubungan koherensi dan penggunaan unsur penanda koherensi wacana tulis yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII, sedangkan pada


(21)

8

penelitian tentang koherensi wacana sebelumnya hanya fokus dari segi hubungan semantik antarbagian wacana dan kesatuan latar belakang semantis pada wacana monolog acara Redaksiana Trans 7.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti jenis hubungan koherensi dan unsur koherensi dalam wacana teks buku Bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII. Penggunaan koherensi

pada sebuah teks akan memudahkan peserta didik dalam memahami maksud dan makna pada teks. Secara akademik penelitian ini penting dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang, karena hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang valid tentang koherensi yang terdapat di dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII. Dilihat dari penelitian sebelumnya, buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs kelas VII belum pernah digunakan dalam penelitian. Mengingat pentingnya penelitian ini, maka judul penelitian ini adalah Koherensi Wacana pada Buku “Bahasa Indonesia

Wahana Pengetahuan” SMP/MTs Kelas VII Tahun 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimana jenis hubungan koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014?

2) Bagaimana penggunaan unsur penanda koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014?


(22)

9

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan jenis hubungan koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014.

2) Mendeskripsikan penggunaan unsur penanda koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.

1) Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil-hasil penelitian pada jurusan Bahasa Indonesia terutama dalam pengembangan teori kebahasaan, khususnya dalam bidang wacana.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah literatur dalam bidang pendidikan, yaitu sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu bahasa khususnya penelitian yang berkaitan dengan koherensi.

2) Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam memilih wacana yang baik pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan pemahaman dalam memahami suatu teks.


(23)

10

c. Dapat digunakan bahan pertimbangan dalam penelitian lain khususnya penelitian yang berkaitan dengan koherensi.

1.5Definisi Operasional

Definisi operasional istilah yang digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca. Ada beberapa definisi operasional istilah yang perlu dalam penelitian ini. Istilah tersebut sebagai berikut.

1) Wacana

Wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat (J.S. Badudu dalam Badara, 2012:16).

2) Buku Teks

Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut dengan maksud dan tujuan instruksional, diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang mudah dipahami oleh peserta didik di sekolah (Tarigan, 1990:13).

3) Koherensi

Koherensi merupakan kekompakan hubungan antarkalimat yang terdapat pada suatu wacana (Lubis, 1993:99).


(24)

11

4) Jenis Koherensi

Jenis koherensi merupakan hubungan yang direpresentasikan oleh pertautan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat lainnya (Kridalaksana dalam Lubis, 1993:100).


(1)

didik kelas VII juga masih dalam tahap perkenalan dengan beberapa teks seperti, teks observasi, deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek. Selain itu, penggunaan penanda koherensi pada buku tujuannya ialah agar terciptanya susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Jika koherensi tersusun dengan baik, pemahaman terhadap wacana juga akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami maksud dan makna yang terdapat pada buku teks tersebut.

Penelitian lain tentang koherensi juga pernah dilakukan oleh Susanto (2012) dengan judul Keutuhan Struktur Wacana Opini dalam Media Masa Cetak Kompas Edisi Maret 2012. Hasil penelitian ini adalah deskripsi bentuk piranti kohesi dan koherensi yang digunakan dalam wacana opini media massa cetak. Bentuk piranti kohesi dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kohesi antarkalimat dan kohesi antarparagraf. Piranti kohesi gramatikal yang ditemukan penggunaannya adalah referensi, elipsis, substitusi, dan konjungsi, untuk piranti kohesi leksikal ditemu-kan penggunaan repetisi, kolokasi, hiponim, antonim, sinonim. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi.

Struktur koherensi juga dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu koherensi antarkalimat dan koherensi antarparagraf. Struktur koherensi yang ditemukan dalam wacana opini dalam Kompas hubungan sebab-akibat, hubungan misalan-contoh, hubungan amplikatif, dan hubungan penambahan. Wujud penggunaan hubungan sebab-akibat dapat ditandai dengan kata ‘akibatnya’. Wujud penggunaan hubungan amplikatif dapat dilakukan dengan menambahkan ‘contoh’ untuk memperkuat pernyataan kalimat sebelumnya. Hubungan makna


(2)

penambahan dapat ditandai dengan kata ‘selain itu’. Hubungan misalan-contoh dapat ditandai dengan kata ‘misalnya’, ‘umpamanya’. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto menggunakan objek media cetak kompas, berbeda dengan peneliti ini menggunakan objek penelitian wacana buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII.

Penelitian kedua tentang Koherensi Wacana monolog dalam Acara Redaksiana Trans 7 Edisi November 2014 yang dilakukan oleh Wulandari (2015). Objek kajian yang digunakan yaitu wacana lisan program pada program acara redaksiana Tran 7. Hasil dari penelitian tersebut yaitu hubungan semantik antarbagian wacana dan kesatuan latar belakang semantis yang lebih dominan adalah hubungan sebab akibat sebanyak 12, hubungan sarana hasil sebanyak 4, hubungan sarana tujuan sebanyak 3, hubungan latar kesimpulan sebanyak 3, kelonggaran hasil sebanyak 2, hubungan syarat hasil sebanyak 3, hubungan perbandingan 1, hubungan parasfrastis 3, hubungan aditif 1, hubungan identifikasi sebanyak 3, hubungan generik-spesifik sebanyak 3 dan hubungan perumpamaan sebanyak 4, sedangkan koherensi wacana berdasarkan kesatuan latar belakang semantis seperti; kesatuan topik terdapat 2, hubungan sosial antar partisipan sebanyak 3, jenis medium pembicaraan sebanyak 2.

Terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Kesamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang koherensi wacana. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, selain dari objek yang digunakan, penelitian ini juga berfokus pada jenis hubungan koherensi dan penggunaan unsur penanda koherensi wacana tulis yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII, sedangkan pada


(3)

penelitian tentang koherensi wacana sebelumnya hanya fokus dari segi hubungan semantik antarbagian wacana dan kesatuan latar belakang semantis pada wacana monolog acara Redaksiana Trans 7.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti jenis hubungan koherensi dan unsur koherensi dalam wacana teks buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII. Penggunaan koherensi pada sebuah teks akan memudahkan peserta didik dalam memahami maksud dan makna pada teks. Secara akademik penelitian ini penting dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang, karena hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang valid tentang koherensi yang terdapat di dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII. Dilihat dari penelitian sebelumnya, buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/ MTs kelas VII belum pernah digunakan dalam penelitian. Mengingat pentingnya penelitian ini, maka judul penelitian ini adalah Koherensi Wacana pada Buku “Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan” SMP/MTs Kelas VII Tahun 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimana jenis hubungan koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014?

2) Bagaimana penggunaan unsur penanda koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014?


(4)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan jenis hubungan koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014.

2) Mendeskripsikan penggunaan unsur penanda koherensi wacana pada buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs kelas VII tahun 2014.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.

1) Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil-hasil penelitian pada jurusan Bahasa Indonesia terutama dalam pengembangan teori kebahasaan, khususnya dalam bidang wacana.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah literatur dalam bidang pendidikan, yaitu sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu bahasa khususnya penelitian yang berkaitan dengan koherensi.

2) Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam memilih wacana yang baik pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan pemahaman dalam memahami suatu teks.


(5)

c. Dapat digunakan bahan pertimbangan dalam penelitian lain khususnya penelitian yang berkaitan dengan koherensi.

1.5Definisi Operasional

Definisi operasional istilah yang digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca. Ada beberapa definisi operasional istilah yang perlu dalam penelitian ini. Istilah tersebut sebagai berikut.

1) Wacana

Wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat (J.S. Badudu dalam Badara, 2012:16).

2) Buku Teks

Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut dengan maksud dan tujuan instruksional, diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang mudah dipahami oleh peserta didik di sekolah (Tarigan, 1990:13).

3) Koherensi

Koherensi merupakan kekompakan hubungan antarkalimat yang terdapat pada suatu wacana (Lubis, 1993:99).


(6)

4) Jenis Koherensi

Jenis koherensi merupakan hubungan yang direpresentasikan oleh pertautan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat lainnya (Kridalaksana dalam Lubis, 1993:100).