KONSTRUKSI PEMBERITAAN "NEGARA ISLAM INDONESIA" DI SURAT KABAR (Analisis Framing di Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

(1)

i KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM INDONESIA” DI

SURAT KABAR

(Analisis Framing di Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Wijdan NIM: 07220251

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Wijdan

Nim : 07220251

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM

INDONESIA” DI SURAT KABAR

(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Nurudin, Ssos, M.Si Dra. Frida Kusumastuti, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Wijdan

NIM : 07220251

Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media

Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM

INDONESIA” DI SURAT KABAR

(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Selasa

Tanggal : 09 Agustus 2011 Tempat : Ruang 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Dr. Muslimin Machmud, M.Si Penguji I ( )

2. Dra. Juli Astutik, M. Si Penguji II ( )

3. Nurudin S. Sos M.Si Penguji III ( )


(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Wijdan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1986

NIM : 07220251

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

KONSTRUKSI PEMBERITAAN KASUS “NEGARA ISLAM INDONESIA” DI SURAT KABAR

(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupum seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 16 Agustus 2011

Yang Menyatakan


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Wijdan

2. NIM : 07220251

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media

6. Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM

INDONESIA” DI SURAT KABAR

(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

7. Pembimbing : 1. Nurudin, S.sos, M.Si

2. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

3 Mei 2011 Acc. Judul

26 Mei 2011 Acc. Proposal

8 Juni 2011 Seminar Proposal

16 Juni 2011 Acc. BAB I

30 Juni 2011 Acc. BAB II

21 Juli 2011 Acc. BAB III

28 Juli 2011 Acc. BAB IV

28 Juli 2011 Acc. Seluruh

Naskah

Malang,16 Agustus 2011 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

vi KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua kenikmatan dan kemudahan kepada penulis. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada panutan hidup penulis, Rasullullah Muhammad SAW.

Berangkat dari kasus NII yang meresahkan warga Indonesia dengan ideologi barunya, maka muncullah keingintahuan yang besar dari penulis untuk memahami konstruksi dari media Kompas dan Republika dalam membingkai realitas tersebut. Kasus NII merupakan kasus besar, gerakan tersebut akan mendirikan negara di dalam negara Indonesia. Gerakan tersebut juga merekrut anggota barunya dengan melakukan modus cuci otak yang menyebabkan banyaknya korban hilang. Kasus tersebut mendapat perhatian pemerintah karena secara tidak langsung akan menggantikan negara Indonesia dengan Negara Islam Indonesia.

Banyak pandangan negatif yang timbul sebagai bentuk keresahan warga Indonesia atas kasus tersebut. Kasus ini tentunya juga melanda wartawan sebagai bagian dari masyarakat. Maka dengan adanya kecurigaan ini penulis memilih media Kompas dan Republika sebagai media yang memiliki perbedaan kepentingan ideologi. Dengan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana frame Kompas dan Republika mengenai kasus NII.

Hanya karena Allah segala sesuatu terjadi, dengan izin Allah pula karya ilmiah ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untk memperoleh gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilm Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiah Malang. Karya yang berjudul Konstruksi Pemberitaan Kasus NII di Harian Nasional ini juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang membantu penulis. Selama penelitian berlangsung hingga terselesainya penyusunan skripsi, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, kerja sama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih banyak kepada:


(7)

vii

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4. Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen wali Ilmu Komunikasi 2007.

5. Nurudin, S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan, dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai.

6. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, arahan, dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai.

7. Teman-Teman Ilmu Komunikasi 2007, terimakasih untuk kebersamaannya. 8. Segenap dosen Ilmu Komunikasi dan karyawan UMM yang banyak membantu

dalam proses belajarku semasa di kampus dan terimakasih telah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang begitu banyak dan bermanfaat. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis.

Malang, Agustus 2011 Penulis


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ...vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

E.1 Teori Konstruksi Sosial atas Realitas ... 7

E.2 Media Sebagai Konstruksi Realitas Sosial ... 9

E.3 Konsep Berita ... 14

E.3.1 Unsur-unsur Layak Berita ... 15

E.3.2 Nilai Berita... 17

E.3.3 Berita dalam Pandangan Konstruksionis ... 19

E.4 Analisis Framing ... 20

F. Definisi Konseptual ... 21

F.1 Konstruksi Media ... 21


(9)

ix

F.3 Framing ... 22

G. Metode Penelitian ... 23

G.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 23

G.2 Objek Penelitian ... 23

G.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

G.4 Teknik Analisi Data ...24

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA A. Gambaran Umum Harian Kompas ... 28

B. Gambaran Umum Harian Republika ...34

BAB III KONSTRUKSI PEMBERITAAN KASUS NII DI HARIAN NASIONAL A. Frame Teks Berita Kasus NII di Kompas ...………….….…...42

A.1. Megawati: Kita Harus Tegas soal Ideologi ...42

A.2. Parpol Disusupi NII ...49

A.3. Pembiaran Ideologi Non-Pancasila Berbahaya ...54

B. Frame Teks Berita Kasus NII di Harian Republika ...60

B.1. Polri akan Proses Gerakan NII ...60

B.2. NII Dibangkitkan oleh Intelijen ...65

B.3. Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII ...71

B.4. Pancasila Keropos NII Siap Merasuk ...75

C. Perbandingan Frame Harian Kompas dan Harian Republika dalam Mengonstruksi Realitas……...……….…..………....79

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ...86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

x DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Objek Penelitian ... 23 1.2 Kerangka Analisis Framing Pan-Kosicki ... 27 3.1 Struktur Berita Kompas Tanggal 1 Mei 2011

Judul Berita : Megawati: Kita Harus Tegas soal Ideologi ... 48 3.2 Struktur Berita Kompas Tanggal 3 Mei 2011

Judul Berita: Parpol Disusupi NII ... 53 3.3 Struktur Berita Kompas Tanggal 5 Mei 2011

Judul Berita: Pembiaran Ideologi Non-Pancasila Berbahaya ... 58 3.4 Struktur Berita Republika Tanggal 2 Mei 2011

Judul Berita: Polri akan Proses Gerakan NII ... 64 3.5 Struktur Berita Republika Tanggal 3 Mei 2011

Judul Berita: NII Dibangkitkan oleh Intelijen ... 70 3.6 Struktur Berita Republika Tanggal 4 Mei 2011

Judul Berita: Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII ... 74 3.7 Struktur Berita Republika Tanggal 5 Mei 2011

Judul Berita: Pancasila Keropos NII Siap Merasuk ... 78 3.8 Perbandingan Frame Harian Kompas dan Republika dalam Mengonstruksi


(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Model Hierarchy of Influence ... 11 1.2 Faktor Intrinsik dari Komunikator yang Mempengaruhi Isi Media ... 12


(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Effendy Onong Uchajana.1986. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rodaskarya.

Emka Zainal Arifin. 2005. Wartawan juga Bisa Salah. Surabaya : STIKOSA-AWS.

Eriyanto. 2009. Analisis Framming. Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta :

Granit.

Hamidi. 2007.Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian.Malang:UMM press. Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada

Media.

Kusumaningrat Hikmat. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Severin, J. Werner & James W.Tankard. Jr. 2005. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Bogor : Kencana.

Shoemaker, and Stephen D. Reese.1996.Mediating the Message : Theories of influence on Mass Media Content. Sechon Edition. Longman. New York.

Shaffat, Idri. 2008. Kebebasan, Tanggung jawab, dan penyimpangan. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sudibyo, Agus.2001.Politik Media dan Pertarungan Wacana.Yogyakarta.LKiS


(13)

xiii B. Sumber Lain

Puji A, Lilik, Skripsi S1, Ilmu Komunikasi UMM, Konstruksi Surat Kabar dalam Pemberitaan tentang Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Kepada Gusdur (Analisis Framing Berita pada Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas edisi 3-5 Januari 2010).

Christian,Yoseph(2011)“KeluargaLaporKontras”http://bumimars.wordpress.com/ 2011/04/24/keluarga-lapor-kontras Diakses 7 mei 2011, pukul 11.17.

Arman, Ayu “Meninggalkan (2011) "Negara Islam Indonesia": Berbincang denganMataharitimoerhttp://www.commongroundnews.org/article.php? id=21682&lan=ba&sp=0 Diakses 7 mei 2011, pukul 10.23.

G-Lucky (2011) “ Manfaat New Media untuk Masyarakat” http://www.nafesa28-glucky.co.cc/2010/11/manfaat-new-media-untuk masyarakat.html Diakses 8 mei 2011, pukul 13.16.

Doddy Wisnu Pribadi (2011) “ 15 Mahasiswa jadi korban perekrutan NII” http://regional.kompas.com/read/2011/04/19/21450332/15.Mahasiswa.J adi.Korban.Perekrutan.NII Diakses 8 Mei 2011, Pukul 20.23.


(14)

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kasus Negara Islam Indonesia (NII) telah memenuhi pemberitaan di berbagai media mulai dari cetak, elektronik dan online. Kasus banyaknya mahasiswa yang menjadi korban dan hilang, menjadikan kasus NII kembali diberitakan. NII yang nama awalnya adalah DI (Darul Islam) bermula dari gerakan politik yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 7 Agustus 1949. Saat Indonesia vakum dari pemerintahan akibat Perjanjian Renville. Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 4 Juni 1962 di wilayah Gunung Rakutak di Jawa Barat, Pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati Kartosoewirjo pada September 1962. Gerakan ini terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia karena bertentangan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila.

Visi dan misi NII seperti dinyatakan oleh Sang Imam, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo tahun 1949 adalah mengenai negara Islam terinspirasi oleh piagam Madinah yang diresmikan oleh Nabi Muhammad SAW. Selama masa Nabi, Madinah merupakan negeri yang adil baik terhadap orang Islam, Yahudi, Nasrani, dan siapa pun yang hidup pada masa itu. Penyelewengan yang paling prinsipil adalah mereka melakukan banyak tindakan yang merusak citra Islam. Mereka menganggap hanya kelompok merekalah yang representatif terhadap kebenaran, terhadap Islam. Mereka sulit menerima kritik dan mengandalkan


(16)

2 kekerasan ketimbang dialog. Ini menumbuhkan pandangan yang keliru terhadap Islam sebagai agama yang memberikan kasih sayang bagi seluruh dunia (rahmatan lil 'alamin) (Arman, 2007).

Para jamaah NII menghalalkan segala cara dengan merampok, mencuri, menipu, memeras, merampas atau melacur asalkan demi kepentingan Negara atau Madinah. Hal tersebut disandarkan pada filosofi sesat atas kepemilikan wilayah teritori Indonesia oleh Negara Islam Indonesia, atas dasar Proklamasi NII dan ke-Khalifahan Kartosoewirjo pada tahun 1949, serta dalam rangka aplikasi atau praktek dari ayat “Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang Shalih”.

Dengan menekankan keyakinan bahwa pada dasarnya terhitung sejak proklamasi berdirinya NII tahun 1949, maka seluruh wilayah Indonesia beserta isi dan kekayaannya adalah milik NII dan segenap warganya. Namun karena hal itu kini dirampas dan dikuasai oleh Rezim Pancasila beserta rakyatnya, oleh karenanya wajib hukumnya mengambil kembali harta kekayaan milik NII tersebut dengan jalan apapun untuk kepentingan Negara Islam Indonesia. Inilah dasar falsafi adanya prinsip “tubarriru al washilah” menghalalkan segala cara. Doktrin ini diyakinkan melalui penyampaian secara berulang-ulang dalam materi tazkiyah untuk umat dan dalam acara irsyad untuk para mas‟ul.

Melakukan perubahan terhadap ketentuan-ketentuan yang definitif dalam bidang Syari‟ah dan Fiqh, berdasarkan selera nafsu dan logika akal yang lemah, seperti masalah Zakat Fithrah, „Udhiyah atau Qurban, Qiradl dan Infaq serta


(17)

3 Shadaqah yang bentuknya macam-macam, dan sangat mengada-ada, yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat Islam mana pun (http://nii-crisis-center.com).

Sekarang gerakan NII ini makin merajalela dan mengancam saudara-saudara kita. Sasaran utama mereka adalah remaja dan mahasiswa. Selama tiga tahun terakhir (mulai 2008) sebanyak 13 orang mahasiswa UMM nyaris menjadi korban bermodus perekrutan anggota NII yang kemudian berbuntut minta uang.

Doktrin ideologi negara Islam yang diduga dilakukan pelaku pencucian otak menimpa sembilan mahasiswa UMM memaksa Kodim 0833 Kota Malang ikut turun tangan. Alasannya karena sudah menyangkut keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pelaku akan mengembangkan jaringan untuk mewujudkan negara baru. Dalam kasus ini Negara Islam Indonesia (NII), atau Negara Serikat Islam (NSI). Dari aksinya para pelaku disinyalir kuat membawa dan membangun kelompok anti kemapanan. Dengan merekrut anggota baru, sebagai sasaran mahasiswa baru (Christian, 2011).

Nasrullah, Kepala Humas UMM dalam pemberitaan regional.kompas.com menjelaskan, meski berkedok sebagai proses perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII), oleh sebuah rantai organisasi yang tidak cukup jelas namun nyata ada, akhirnya para korban dibujuk untuk menyetorkan uang sebagai zakat atau sedekah pada NII, seorang korban bisa mengeluarkan uang Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta. Para korban mahasiswa ini direkrut oleh kawan-kawannya, sesama anggota suatu kelompok kegiatan, yang disebut mentoring, kegiatan pembimbingan mahasiswa baru di awal studi tahun 2008 pihaknya menemukan


(18)

4 tiga mahasiswa UMM jadi korban, membayar puluhan juta rupiah setelah mengikuti acara baiat oleh NII di Jakarta.

Kasus NII yang menuai kontroversi ini, dimuat ke berbagai media massa terutama di harian Kompas dan Republika yang menggali berita dan mengulas isu-isu yang merebak Pakar komunikasi Jalaludin Rakhmad menyatakan dimana media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Dengan kata lain, media dapat mempengaruhi orang untuk memikirkan atau memperhatikan sesuatu hal atau peristiwa.

Masalah menjadi besar apabila isi berita menyangkut masalah yang dipandang prinsipil dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal ini menyangkut agama. Peristiwa tersebut telah menjadi perhatian di berbagai media, khususnya media cetak yang berperan penting membentuk berita menjadi menarik untuk disajikan kepada publik. Secara normatif surat kabar sebagai media massa harusnya mengonstruksi berita berdasarkan realitas yang ada. Para gatekeeper

yang berperan serta dalam menulis berita mempengaruhi isi beritanya, dengan demikian ideologis berita sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya.

Nilai berita adalah produk konstruksi dari wartawan. Setiap hari ada jutaan peristiwa, dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial dibentuk menjadi berita. Kenapa hanya peristiwa tertentu yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi tertentu saja dari peristiwa yang ditulis oleh wartawan? Semua proses ini ditentukan oleh apa yang disebut sebagai nilai berita. Karenanya nilai berita dapat


(19)

5 dianggap sebagai ideologi profesional wartawan, yang memberi prosedur bagaimana peristiwa yang begitu banyak disaring dan ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2009:106).

Hal tersebut menentukan bobot dan isi dari pemberitaan yang diedarkan. Ini berkaitan dengan adanya realitas sosial yang tertangkap atau tidak tertangkap oleh wartawan. Realitas empirik ini banyak dan sebenarnya eksis serta nyata dalam kejadian tertentu, namun subjektivitas sudut pandang wartawan menjadikan realitas empirik ini tidak dapat terangkum semua. Atau, kalaupun dapat terangkum, akan ada mekanisme penyortiran berita oleh pihak wartawan sendiri atau oleh redaktur yang berkaitan.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang rill. Realitas tidak dioper begitu saja menjadi berita, ia adalah produk interaksi antara antara wartawan dan fakta. Dalam proses interaksi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut (Eriyanto, 2009:17).

Saat pemilu 1999, media massa mempunyai kebebebasan sangat luas dalam mengonstruksikan realitas. Satu-satunya patokan yang dipakai adalah kebijaksanaan redaksi (redactional concept) media masing-masing yang sangat boleh jadi hal itu dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideologis, politis dan ekonomis. Tetapi, apapun yang menjadi pertimbangan, yang relatif pasti adalah realitas yang ditonjolkan bahkan dibesar-besarkan, disamarkan, atau bahkan tidak


(20)

6 diangkat sama sekali dalam setiap pengonstruksian realitas (Ibnu Hamad, 2004:25).

Dari sini kita bisa melihat bagaimana media massa mengontruksikan berita demi kepentingan ideologinya dalam hal ini kepemilikkan surat kabar Kompas

dan Republika yang menggali berita dan mengulas isu-isu yang merebak dibalik gerakan NII. Dari hal tersebut peneliti ingin menginterpretasikan dan membandingkan antara kedua surat kabar tersebut dalam mengonstruksikan berita, terutama dalam kasus NII yang berkembang luas sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Surat Kabar Kompas dan Republika

mengonstruksikan berita melalui perangkat framing di surat kabar dalam pemberitaan Negara Islam Indonesia (NII)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan Surat Kabar Kompas dan Republika dalam mengonstruksikan pemberitaan Negara Islam Indonesia (NII).


(21)

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian analisis media khususnya tentang analisis framing.dan menambah wawasan bagi peneliti yang lain.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, diharapkan bagi dunia jurnalistik dapat memberikan pandangan akan pentingnya penyajian berita secara lebih objektif tanpa ditunggangi oleh kepentingan lain khususnya pada harian Kompas dan

Republika.

E. Tinjauan Pustaka

E.1 Teori Konstruksi Sosial atas Realitas

Pengonstruksian realitas terjadi pada proses produksi teks media massa melalui framing terhadap fakta-fakta atau realitas sosial yang disajikan di media massa. Caranya dengan mendefinisikan suatu realitas dalam bingkai tertentu, dari sudut pandang tertentu, dari struktur simbol bahasa tertentu. 1

Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ”kenyataan” dan ”pengetahuan”. Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara, pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu

1

Puji A, Lilik, Skripsi S1, Ilmu Komunikasi UMM, Konstruksi Surat Kabar dalam Pemberitaan tentang Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Kepada Gusdur (Analisis Framing Berita pada Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas edisi 3-5 Januari 2010).


(22)

8 nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik. Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivati dan internalisasi. Konstruksi sosial dalam pandangan mereka tidak berlangsung dalam ruang hampa namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Sobur, 2009:91).

Menurut Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. Seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal di dalam masyarakatnya.

Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger menyebutnya sebagai momen. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Kedua, objektivitas, yaitu hasil yang telah di capai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hal itu menghasilkan realitas objek yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivitas ini, masyarakat menjadi suatu


(23)

9 realitas suigeneris. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

Ketiga, internalisasi, proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial (Eriyanto, 2009:14-15).

E.2 Media Sebagai Konstruksi Realitas Sosial

Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser (1971, dalam AlZastrouw, 2000)2 menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan karena kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak kepada kelompok yang berkuasa (ideological states apparatus).

Oleh sementara orang, media (pers) acap disebut sebagai the fourth estate

(kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan ssosial-ekonomi dan politik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan

2

Al-Zastrouw Ng. 2000. “Membaca Berita yang tidak Diberitakan,” dalam Winarko, H.

Mendeteksi Bias Berita : Panduan untuk Pemula. Yogyakarta: Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat (KLIKR) untuk Garda Bangsa. Hlm. v-xii.


(24)

10 sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empirirs (Sobur, 2009:30).

Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas , ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri (Eriyanto, 2009:22).

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2009:88).

Apa yang disajikan media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam Pamela J. Shoemaker dan Stepen D Resse, meringkas faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan redaksi. Kedua ahli ini membaginya dalam lima faktor, yang pertama adalah faktor individual, yang kedua adalah faktor rutinitas


(25)

11 media (media routine), ketiga adalah faktor organisasi, keempat adalah ekstramedia dan yang terakhir adalah faktor ideologi (Sudibyo, 2001:7). Kelima faktor ini tidak hanya melihat media dalam cakupan internal media saja namun juga pada tataran ekternal media.

Gambar 1.1

Model Hierarchy of Influence

(Sumber: Shoemaker dan Reese, 1996:64)

1) Individual Level (Tingkat Individu)

Fakor yang berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media yaitu bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak dimana

Tingkat Ideologi

Tingkat Ekstramedia Tingkat Organisasi

Tingkat Individu Tingkat Rutinitas Media


(26)

12 dilatarbelakangi oleh jenis kelamin, umur, atau agama dan kecenderungan orientasi pada suatu hal.

Gambar 1.2

Faktor Intrinsik dari Komunikator yang Mempengaruhi Isi Media

(Sumber: Shoemaker and Resse, 1996:65)

Ciri-ciri komunikator itu meliputi (jenis kelamin, etnis, dan berorientasi pada jenis kelamin). Latar belakang individu dan pengalaman mereka meliputi (keagamaan dan hubungan antara status orang tua mereka). Tidak hanya itu, latar belakang profesional dan pengalaman-pengalamannya (misalnya jika komunikator terjun ke dalam jurnalis atau sekolah film) berpengaruh langsung terhadap isi mass media. Pengalaman orang profesional (meliputi pekerjaan komunikasi

Karakteristik, latar belakang personal dan pengalaman komunikator

Efek dari karakteristik, latar belakang, pengalaman, sikap, nilai, agama, aturan, etika dan kekuasaan komunikator dalam isi media

Sikap, nilai dan kepercayaan (agama) komunikator Latar belakang profesi dan

pengalaman komunikator

Kekuatan/kekuasaan

komunikator dalam organisasi Aturan dan etika


(27)

13 mereka) kemudian bentuk dari komunikator merupakan peran profesional dan etika. Sedangkan pengaruh dari kebiasaan individu terhadap isi mass media adalah tidak langsung, pengoperasian hanya untuk jumlah dari kekuatan yang didirikan individu, tanpa organisasi media mencakupi untuk mengusai dari keprofesional dan atau organisasi yang dilakukan secara rutin.

2) Media Routines Level (Tingkat Rutinitas Media)

Faktor rutinitas media, faktor yang berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Sebagai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita.

3) Organization Level (Tingkat Organisasi)

Faktor yang berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Setiap organisasi berita selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofii, dari berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga peristiwa disajikan dalam berita.

4) Extramedia Level (Tingkat Extramedia)

Faktor Extramedia, faktor yang berhubungan dengan faktor lingkungan luar media. Meskipun berada diluar organisasi media, hal-hal ini sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan media. Termasuk di dalamnya ada sumber berita, sumber penghasilan media, pemerintah dan lingkungan bisnis.


(28)

14

5) Ideological Level (Tingkat Ideologi)

Berbeda dengan elemen-elemen sebelumnya yang tampak konkrit, level ideologi bersifat abstrak. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.

E.3 Konsep Berita

Salah satu kesimpulan umum dari banyak studi tentang isi berita adalah bahwa berita memperagakan pola menyeluruh yang agak stabil dan dapat diperkirakan apabila diukur dalam kaitannya dengan kualitas dan kategori konvensional dari pokok bahasan. Terdapat variasi dari satu negara ke negara yang lain dan dari satu medium ke medium yang lainnya dan polanya pada hakikatnya bersifat responsif pada berbagai peristiwa utama, seperti peperangan dan krisis dunia. Meskipun demikian, stabilitas isi berita seringkali agak luar biasa dan menggantungkan dukungan yang baik pada mereka yang berujar bahwa isi berita sangat ditentukan oleh keragaman kendala politis, ideologis, dan budaya secara intern. Sebagian dari persoalan ini telah dibahas dan disini kita hanya membincangkan kecenderungan internal yang dikaitkan dengan sifat berita uang berciri di atas.


(29)

15 Satu-satunya sumber yang sangat bernilai dalam upaya menjelaskan berasal dari karya Galtung dan Ruge (1965)3 yang mengidentifikasikan dan mengaitkan berbagai faktor penting yang mempengaruhi pemilihan berita (luar negri) pada dasarnya, terdapat tiga jenis faktor : yaitu faktor organisasi, faktor yang berkaitan dengan aliran, dan faktor sosial budaya. Faktor organisasi merupakan yang paling universal dan paling dapat dihindarkan yang mengandung konsekuensi „ideologis‟ tertentu. Dengan demikian, media berita lebih menyukai peristiwa „besar‟ (bersakala besar atau penting), peristiwa yang jelas dan tidak mendua peristiwa yang terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengann jadwal produksi normal (biasanya dalam 24 jam) peristiwa yang paling mudah diliput dan diilaporkan serta yang mudah dikenal dan dipandang relevan (keakraban budaya) (Denis McQuail, 1989:192).

E.3.1 Unsur-unsur Layak Berita 1. Berita Harus Akurat

Wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaannya mengingat dampak yang luas yang ditinbulkan oleh berita yang dibuatnya. Kehati-hatian dimulai dari kecermatannya terhadap ejaan nama, angka, tanggal dan usia serta disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa ulang atas keterangan dan fakta ynagg ditemuinya. Tidak hanya itu, akurasi juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh

3Galtung, J. And Ruge, M. (1965) „The Structure of Foreign News‟

Journal of Peace Research 1: 64-90. Also in J. Tunstall (ed), Media Sociology, London. Constable.


(30)

16 penyajian detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada fakta-faktanya.

2. Berita Harus Lengkap, Adil, dan Berimbang

Keakuratan sesuatu fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti. Fakta-fakta yang akurat yang dipilh atau disusun secara longgar atau tidak adil sama menyesatkannya dengan kesalahan yang sama sekali palsu. Dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit memberi tekanan, dengan menyisipkan fakta-fakta yang tidak relevan atau dengan menghilangkan fakta-fakta yang seharusnya ada disana, pembaca mungkin mendapat kesan yang palsu.

3. Berita Harus Objektif

Artinya berita itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. Lawan objektif adalah subjektif, yaitu sikap yang diwarnai oleh prasangka pribadi. Memang ada beberapa karya jurnalistik yang lebih persuasif, artinya ada sikap subjektif di dalamnya, dan objektifitasnya agak kendur, misalnya dalam tulisan editorial atau komentar.

4. Berita Harus Ringkas dan Jelas

Mitchel V. Charnley berpendapat, bahwa pelaporan berita dibuat dan ada untuk melayani. Untuk melayani sebaik-baiknya, wartawan harus mengembangkan ketentuan-ketentuan yang disepakati tentang bentuk dan cara membuat berita. Berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan yang ringkas, jelas, dan sederhana. Tulisan


(31)

17 berita harus tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung, dan padu.

5. Berita Harus Hangat

Berita adalah padanan kata News dalam bahasa inggris. Kata News

itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu apa yang new, apa yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat.

E.3.2 Nilai Berita

Pandangan modern tentang nilai berita terutama dihubungkan dengan nama Walter Lippmann, wartawan Amerika yang terkenal pada awal abad lalu. Ia menggunakan istilah nilai berita untuk pertama kalinya dalam bukunya “Public Opinion” pada tahun 1992. Disitu ia menyebutkan bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika di dalamnya ada unsur kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise), ada unsur kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik personalnya.

Jika diringkaskan, nilai berita itu tidak lebih daripada asumsi-asumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi khalayak tertentu, yakni apa yang mendapat perhatian mereka. Pengelompokkan tentang nilai berita ini pertama diberikan oleh Wilbur Schramm dalam tulisannya berjudul “The Naturre of News”. Dalam tulisannya itu Schramm

membedakan jenis-jenis berita dalam dua kelompok, yaitu yang memberikan kepuasan yang tertunda dan yang memberikan kepuasan yang


(32)

18 segera kepada pembaca. Di antara berita-berita yang masuk kelompok kedua adalah berita-berita kriminal dan berita-berita korupsi, berita-berita kecelakaan dan bencana, olahraga dan rekreasi serta peristiwa-peristiwa sosial. Sedangkan berita-berita yang tertunda antara lain informasi tentang masalah kemasyarakatan, masalah ekonomi, masalah sosial, masalah ilmiah, pendidikan, keadaan cuaca dan kesehatan (Hikmat Kusuma Ningrat, 2006:60).

Tetapi, kriteria tentang nilai berita ini sekarang sudah disederhanakan dan disistematikkan sehingga sebuah unsur kriteria mencakup jenis-jenis berita yang lebih luas. Inilah kriteria berita atau unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita. 1. Aktualitas

Bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan

Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Stieler dan Lippmann menyebutkan sebagai kedekatan secara geografis.

3. Dampak

Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat, misalnya pengumuman kenaikan harga BBM, memiliki nilai berita tinggi. Mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa ini juga dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, “berapa banyak manusia


(33)

19 yang terkena dampaknya, seberapa luas dan untuk berapa lama?” Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menentukan apakah kita menghadapi berita besar atau biasa.

4. Human Interest

Kata Human Interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Definisi mengenai istilah Human Interest senantiasa berubah-ubah menurut redaktur surat kabar masing-masing dan menurut perkembangan jaman. Tetapi, yang pasti adalah bahwa dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah khalayak yang membacanya.

E.3.3 Berita Dalam Pandangan Konstruksionis

Dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita bukanlah representasi dari realitas. Berita uang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah buku jurnalistik. Semua proses konstruksi (Mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.

Dalam menilai Objektifitas jurnalistik, hasil kerja jurnalistik tidak bisa dinilai dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya positivis. Hal ini karena berita adalah produk dari konstruksi dan


(34)

20 pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda pula. Karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bisa dipakai. Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya maka tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas (Eriyanto, 2009:24).

E.4 Analisis Framing

Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi, Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis) Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologi, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya (Sobur, 2009:162).

Ada dua apek dalam framing. Pertama : Memilih fakta/ realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilh (Included) dan apa yang dibuang (exluded).


(35)

21 Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapakan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.

Konsep Framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi. Tetapi secara umum, teori framing dapat dilihat dalam dua tradisi, yaitu psikologi dan sosiologi. Pendekatan psikologi terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu, atau gagasan tertentu (Eriyanto, 2009:68).

Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menajadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan (Sobur, 2009:163).

F. Definisi Konseptual F.1 Konstruksi Media

Realitas yang disajikan dalam bentuk teks berita muncul karena dihadirkan dalam konsep subjektif dari media itu sendiri serta pandangan-pandangan lain yang ikut mempengaruhi struktur penampilan isi media. Dengan kata lain realitas tercipta lewat konstruksi, dengan berbagai sudut pandang lainnya yang ikut membentuk realitas dalam berita. Dalam proses konstruksi, mulai dari memilih


(36)

22 fakta, pemakaian kata, gambar sampai penyuntingan, memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.

F.2 Pemberitaan

Pemberitaan adalah proses atau kegiatan pembuatan berita. Dalam proses pembuatan berita tersebut telah terjadi kepentingan didalamnya. Bagaimana suatu media memilih fakta dan sumber berita, serta memandang dan memaknai suatu peristiwa akan berpengaruh pada pembentukan konstruksi berita pada masing-masing media. Karena itulah berita yang dihasilkan bukan hanya menggambarkan realitas, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimiliknya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Sehingga realitas yang terbentuk di Sejumlah surat kabar bisa jadi berbeda satu sama lain.

F.3 Framing

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin,4 adalah sebuah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa

4

The Whole World is Watching:Mass Media in the Making and Unmaking of the New Left,


(37)

23 untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.

G. Metode Penelitian

G.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitattif Interpretatif menggunakan pendekatan analisis teks media. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005:6)5 adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis framing untuk membandingkan dua media dalam mengonstruksi berita yang sama, dalam hal ini mengenai NII. Peneliti menggunakan metode analisis Framing model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

G.2. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah harian Kompas dan Republika edisi 1-5 Mei 2011 Sebanyak 3 berita pada surat kabar Kompas dan 4 berita pada surat kabar

Republika mengenai berita NII. Dapat dikatakan keduanya memiliki kepentingan tersendiri tersebut. ada fakta yang dipilih dan yang disembunyikan oleh keduanya.

5


(38)

24

Tabel 1.1 Objek Penelitian

Judul Berita Tanggal Terbit

Megawati: Kita Harus Tegas Soal Ideologi Kompas, 1 Mei 2011

Parpol Disusupi NII Kompas, 3 Mei 2011

Pembiaran Ideologi Non Pancasila Berbahaya

Kompas, 5 Mei 2011 Polri akan Proses Gerakan NII Republika, 2 Mei 2011 NII Dibangkitkan oleh Intelijen Republika, 3 Mei 2011 Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII Republika, 4 Mei 2011 Pancasila Keropos, NII Siap Merasuk Republika, 5 Mei 2011

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara mengkliping berita mengenai Negara Islam Indonesia (NII) yang terdapat pada harian Kompas dan Republika edisi 1 – 5 Mei 2011 Selain itu, referensi jurnal, artikel dan data lainnya yang terkait dengan penelitian ini juga akan menambah kelengkapan dokumentasi data.

G.4. Teknik Analisis Data

Dokumentasi mengenai berita NII yang diperoleh dari harian Kompas dan

Republika akan dirangkum dan ditulis dalam uraian yang terperinci. Data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan desain analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Yaitu analisis yang dimaksudkan untuk membongkar konstruksi teks media dengan mengoperasikan empat dimensi struktural teks


(39)

25 berita sebagai perangkat Framing. antara lain ; sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

1. Sintaksis

Dalam pengertian umum sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Sedangkan dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Dengan melihat pemilihan judul, lead, dan latar informasi lainnya oleh

Kompas dan Republika, kita dapat menemukan bagaimana kedua surat kabar tersebut mengonstruksikan berita mengenai kasus NII.

2. Skrip

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena menulis berita dapat disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi.

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H (who, what, when, where, why and how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.


(40)

26 Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.

4. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, menonjolkan sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur ini melihat cara wartawan menggunakan idiom, grafik, gambar dan metafora untuk mendukung tulisan dan menekankan arti tertentu pada pembaca. Begitupula yang dilakukan oleh Kompas dan Republika dalam upaya menonjolkan aspek tertentu mengenai kasus NII.

Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata


(41)

27 atau idiom yang dipilih. Pendekatan itu dapat digambarkan ke dalam bentuk skema sebagai berikut:

Tabel 1.2

Kerangka Analisis Framing Pan dan Kosicki

STRUKTUR

PERANGKAT FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W + 1H

TEMATIK

Cara wartawan menulis fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Paragraf, proporsisi, kalimat, hubungan antar kalimat

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, grafik


(1)

22 fakta, pemakaian kata, gambar sampai penyuntingan, memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.

F.2 Pemberitaan

Pemberitaan adalah proses atau kegiatan pembuatan berita. Dalam proses pembuatan berita tersebut telah terjadi kepentingan didalamnya. Bagaimana suatu media memilih fakta dan sumber berita, serta memandang dan memaknai suatu peristiwa akan berpengaruh pada pembentukan konstruksi berita pada masing-masing media. Karena itulah berita yang dihasilkan bukan hanya menggambarkan realitas, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimiliknya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Sehingga realitas yang terbentuk di Sejumlah surat kabar bisa jadi berbeda satu sama lain.

F.3 Framing

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin,4 adalah sebuah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa

4

The Whole World is Watching: Mass Media in the Making and Unmaking of the New Left, (California: University of California Press, 1880), hlm 6.


(2)

23 untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.

G. Metode Penelitian

G.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitattif Interpretatif menggunakan pendekatan analisis teks media. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005:6)5 adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis framing untuk membandingkan dua media dalam mengonstruksi berita yang sama, dalam hal ini mengenai NII. Peneliti menggunakan metode analisis Framing model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

G.2. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah harian Kompas dan Republika edisi 1-5 Mei 2011 Sebanyak 3 berita pada surat kabar Kompas dan 4 berita pada surat kabar Republika mengenai berita NII. Dapat dikatakan keduanya memiliki kepentingan tersendiri tersebut. ada fakta yang dipilih dan yang disembunyikan oleh keduanya.

5


(3)

24 Tabel 1.1

Objek Penelitian

Judul Berita Tanggal Terbit

Megawati: Kita Harus Tegas Soal Ideologi Kompas, 1 Mei 2011 Parpol Disusupi NII Kompas, 3 Mei 2011 Pembiaran Ideologi Non Pancasila

Berbahaya

Kompas, 5 Mei 2011 Polri akan Proses Gerakan NII Republika, 2 Mei 2011 NII Dibangkitkan oleh Intelijen Republika, 3 Mei 2011 Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII Republika, 4 Mei 2011 Pancasila Keropos, NII Siap Merasuk Republika, 5 Mei 2011

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara mengkliping berita mengenai Negara Islam Indonesia (NII) yang terdapat pada harian Kompas dan Republika edisi 1 – 5 Mei 2011 Selain itu, referensi jurnal, artikel dan data lainnya yang terkait dengan penelitian ini juga akan menambah kelengkapan dokumentasi data.

G.4. Teknik Analisis Data

Dokumentasi mengenai berita NII yang diperoleh dari harian Kompas dan Republika akan dirangkum dan ditulis dalam uraian yang terperinci. Data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan desain analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Yaitu analisis yang dimaksudkan untuk membongkar konstruksi teks media dengan mengoperasikan empat dimensi struktural teks


(4)

25 berita sebagai perangkat Framing. antara lain ; sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

1. Sintaksis

Dalam pengertian umum sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Sedangkan dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Dengan melihat pemilihan judul, lead, dan latar informasi lainnya oleh Kompas dan Republika, kita dapat menemukan bagaimana kedua surat kabar tersebut mengonstruksikan berita mengenai kasus NII.

2. Skrip

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena menulis berita dapat disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi.

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H (who, what, when, where, why and how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.


(5)

26 Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.

4. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, menonjolkan sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur ini melihat cara wartawan menggunakan idiom, grafik, gambar dan metafora untuk mendukung tulisan dan menekankan arti tertentu pada pembaca. Begitupula yang dilakukan oleh Kompas dan Republika dalam upaya menonjolkan aspek tertentu mengenai kasus NII.

Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata


(6)

27 atau idiom yang dipilih. Pendekatan itu dapat digambarkan ke dalam bentuk skema sebagai berikut:

Tabel 1.2

Kerangka Analisis Framing Pan dan Kosicki

STRUKTUR

PERANGKAT FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W + 1H

TEMATIK

Cara wartawan menulis fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Paragraf, proporsisi, kalimat, hubungan antar kalimat

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, grafik


Dokumen yang terkait

Analisis Peningkatan Kualitas Surat Kabar Waspada Berdasarkan Penilaian Terhadap Atributnya

0 17 136

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Surat Kabar (Studi Analisis Isi Penerapan Pasal 4 dan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik di Rubrik Siantar Raya dalam Surat Kabar Siantar 24 Jam Edisi Januari 2013)

15 131 91

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP KEGIATAN CSR CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Analisis Framing pada Surat Kabar Republika edisi Maret­ Mei 2007)

0 3 2

KONSTRUKSI SURAT KABAR DALAM PEMBERITAAN TENTANGPEMBERIAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL KEPADA GUS DUR(Analisis Framing Berita pada Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas Edisi 3-5 Januari 2010)

0 19 3

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN FILM INNOCENCE OF MUSLIMS PADA SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA DAN KOMPAS

0 3 234

PENDAHULUAN KONSTRUKSI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN BAKTERI SAKAZAKII PADA SUSU FORMULA BULAN FEBRUARI 2011 (Studi Analisis Framing Dalam Pemberitaan Bakteri Sakazakii Pada Surat Kabar Harian Kompas Bulan Februari 2011).

0 5 21

PENUTUP KONSTRUKSI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN BAKTERI SAKAZAKII PADA SUSU FORMULA BULAN FEBRUARI 2011 (Studi Analisis Framing Dalam Pemberitaan Bakteri Sakazakii Pada Surat Kabar Harian Kompas Bulan Februari 2011).

0 3 23

PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA - MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya - Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015).

0 3 10

KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA TENTANG NEGARA ISLAM INDONESIA (ANALISIS FRAMING REPUBLIKA DAN KOMPAS)

0 0 17