solusi penyelesaian masalah kesehatan, dan indikator mengevaluasi perencanaan dan menggunakannya sebagai dasar perencanaan selanjutnya. Hal
ini menunjukkan bahwa kelima indikator tersebut merupakan indikator yang sensitif. Oleh karena itu, bagi penelitian manajemen sumberdaya manusia
keluarga selanjutnya, disarankan untuk memasukkan kelima indikator tersebut ke dalam instrumen penelitian.
Tabel 23 Sebaran contoh dan statistik kategori manajemen sumberdaya manusia
Kategori Manajemen Sumberdaya Manusia
KM n=31 KTM n=37
Total n=68 n
n n
Rendah 0-33.3 28
90.3 9
24.3 37
54.4
Sedang 33.4-66.6 3
9.7 28
75.7 31
45.6 Tinggi 66.7-100
0.0 0.0
0.0 Min-max
9.16-41.00 16.09-66.35
9.16-66.35 Rataan ± SD
22.61±7.11 44.80±12.81
34.68±15.32 Nilai uji p
0.000
nyata pada p0.01
Hampir seluruh keluarga miskin 90.3 memiliki manajemen sumberdaya manusia dalam kategori rendah, sedangkan lebih dari separuh 75.7 keluarga
tidak miskin memiliki manajemen dalam kategori sedang Tabel 23. Hal ini terjadi karena tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi manajemen
sumberdaya manusia pada keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan keluarga miskin. Pada keluarga tidak miskin, keterlibatan suami dalam tahap
evaluasi pada aspek perumahan, pengasuhan, pendidikan, dan kesehatan cukup besar. Iskandar 2007 menyebutkan bahwa pengontrolan suami dalam keluarga
diantaranya adalah pengontrolan terhadap pendidikan anak. Adanya keterlibatan suami dalam tahap evaluasi menunjukkan adanya komunikasi yang baik antara
suami isteri untuk membahas masalah yang dihadapi keluarga demi tercapainya tujuan keluarga. Kebersamaan suami isteri dalam proses manajemen
menunjukkan adanya rasa saling membutuhkan satu sama lain yang merupakan salah satu komponen sumberdaya non fisik yang akan mempengaruhi
kesejahteraan sosial sebuah keluarga Sunarti 2001.
Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah suatu cara dalam menggunakan dan mengelola waktu sehingga seluruh perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selama satu
hari dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Manajemen waktu dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan penggunaan waktu, pelaksanaan
rencana, dan evaluasi. Perencanaan meliputi: 1 membuat perencanaan mingguan; 2 menuliskan rencana kegiatan mingguan; 3 membuat perencanaan
harian; 4 menuliskan perencanaan harian; 5 dalam agenda kegiatan diberi tandakode prioritas; 6 mendiskusikan perencanaan yang disusun pasangan; 7
menyusun urutan kegiatan; 8 mempertimbangkan fleksibilitas; 9 merencanakan aktivitas bersama keluarga; dan 10 mempertimbangkan kondisi ekonomi dalam
menyusun perencanaan penggunaan waktu. Tahap pelaksanaan meliputi 1 intensitas melaksanakan kegiatan; 2
berdiskusi dengan pasangan untuk memilih salah satu kegiatan; 3 memiliki catatan penggunaan waktu selama 1 minggu; dan 14 perubahan perencanaan
waktu karena hal-hal yang tidak direncanakan. Adapun tahap evaluasi meliputi: 1 melakukan evaluasi mingguan; 2 melakukan evaluasi bulanan; 3 melakukan
evaluasi tahunan; 4 mencatat masalah yang muncul; dan 5 menyusun rencana selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi.
Lebih dari dua pertiga keluarga tidak membuat perencanaan mingguan, dengan persentase masing-masing yaitu 67.7 persen keluarga miskin dan 70.3
persen keluarga tidak miskin Tabel 24. Hampir separuh 48.4 keluarga miskin membuat agenda kegiatan per hari sedangkan pada keluarga tidak miskin
hanya 13.5 persen yang membuat agenda kegiatan per hari. Seluruh keluarga miskin tidak menuliskan rencana kegiatan baik rencana mingguan maupun
harian, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 5.4 persen menuliskan rencana kegiatan mingguan dan 8.1 persen menuliskan rencana kegiatan per
hari. Sebagian besar 89.7 tidak memberikan kode tertentu untuk menunjukkan skala prioritas.
Dalam menyusun perencanaan waktu, contoh biasanya berdiskusi dengan suami, terutama jika berkaitan dengan kepentingan keluarga. Jika berkaitan
dengan kepentingan pribadi, biasanya contoh mengambil keputusan sendiri. Persentase contoh keluarga miskin dan tidak miskin hampir setara dalam hal
menyusun urutan kegiatan, yaitu sebesar 58.1 persen keluarga miskin dan 59.4 persen keluarga tidak miskin. Hal ini menunjukkan bahwa contoh melakukan
suatu rangkaian aktivitas berdasarkan urutan tertentu. Berdasarkan pengamatan, urutan kegiatan yang dibuat contoh mengacu pada kegiatan rutin sehari-hari.
Hanya sebagian kecil 6.4 keluarga miskin yang mempertimbangkan fleksibilitas dalam merencanakan penggunaan waktu. Hal ini menunjukkan
bahwa sifat manajemen waktu mereka cenderung kaku. Oleh karena itu lebih
dari separuh 64.5 keluarga miskin sangat mudah mengubah rencana mereka karena hal-hal yang tidak terduga. Keluarga tidak miskin memiliki proporsi 1.5
kali lebih banyak dibandingkan keluarga miskin dalam hal perencanaan aktivitas bersama
keluarga. Meskipun
demikian, sebagian
besar contoh
mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga dalam menyusun perencanaan waktu.
Tabel 24 Sebaran contoh dan koefisien uji beda indikator manajemen waktu
No Indikator Manajemen Waktu
KM n=31
KTM n=37
Uji Beda
1 Membuat perencanaan kegiatan mingguan
32.3 29.7
0.826 2
Menuliskan rencana kegiatan mingguan 0.0
5.4 0.160
3 Membuat agenda kegiatan per hari
48.4 13.5
0.002 4
Menuliskan agenda kegiatan per hari 0.0
8.1 0.083
5 Dalam agenda kegiatan diberi tandakode tertentu
untuk menunjukkan skala prioritas aktivitas 6.4
13.5 0.347
6 Mendiskusikan perencanaan yang disusun dengan
pasangan 45.2
51.3 0.617
7 Menyusun urutan kegiatan agar bisa memenuhi
kebutuhan pribadi dan keluarga 58.1
59.4 0.909
8 Mempertimbangkan fleksibilitas dalam
merencanakan penggunaan waktu 6.4
67.6 0.000
9 Merencanakan aktivitas bersama keluarga
38.7 62.2
0.055 10
Mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga dalam menyusun perencanaan penggunaan waktu
80.6 89.2
0.329 11
Selalu melaksanakan agenda kegiatan 58.1
48.6 0.446
12 Berdiskusi dengan pasangan ketika ada dua
aktivitas penting yang harus dikerjakan dalam waktu bersamaan
32.2 91.9
0.000 13
Memiliki catatan bagaimana menggunakan waktu selama 1 minggu
0.0 2.7
0.364 14
Sangat mudah mengubah perencanaan waktu karena hal-hal yang tidak direncanakan
64.5 48.6
0.195 15
Melakukan evaluasi mingguan 3.2
24.3 0.010
16 Melakukan evaluasi bulanan
3.2 19.0
0.036 17
Melakukan evaluasi tahunan 0.0
2.7 0.364
18 Mencatat masalah yang muncul dalam pelaksanaan
agenda kegiatan 0.0
0.0 -
19 Menggunakan hasil evaluasi dalam perencanaan
berikutnya 3.2
48.6 0.000
nyata pada p0.05, nyata pada p0.01
Lebih dari separuh 58.1 keluarga miskin selalu melaksanakan agenda kegiatan, sedangkan kurang dari separuh 48.6 keluarga tidak miskin yang
melakukan hal tersebut. Hampir seluruh 91.9 contoh keluarga tidak miskin berdiskusi dengan suami ketika harus memilih salah satu diantara dua aktivitas
dalam waktu bersamaan, sedangkan hanya sepertiga contoh keluarga miskin yang melakukan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga tidak miskin
mampu mengkomunikasikan masalah yang dihadapi kepada suami sehingga
keputusan yang diambil dirasakan contoh sebagai keputusan terbaik. Hampir seluruh contoh tidak memiliki catatan penggunaan waktu sehingga tidak dapat
mengevaluasi penggunaan waktu secara terperinci. Contoh kurang melakukan proses evaluasi dalam menggunakan waktu. Hal
ini dibuktikan dengan jumlah persentase yang rendah dalam proses evaluasi. Hanya 3.2 persen keluarga miskin yang melakukan evaluasi mingguan dan
bulanan, bahkan tidak ada yang melakukan evaluasi tahunan dan mencatat masalah yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan. Hanya 3.2 persen keluarga
miskin yang menggunakan hasil evaluasi dalam perencanaan selanjutnya. Adapun pada keluarga tidak miskin kurang dari sepertiga contoh yang melakukan
evaluasi mingguan dan bulanan, serta hanya sebagian kecil 2.7 yang melakukan evaluasi tahunan. Tidak ada contoh yang mencatat masalah, namun
hampir separuhnya 48.6 menggunakan evaluasi dalam perencanaan selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses evaluasi yang dilakukan
keluarga miskin dan keluarga tidak miskin bukanlah evaluasi yang bersifat rutin. Hasil uji beda pada setiap indikator, menunjukkan bahwa terdapat enam
indikator manajemen waktu yang berbeda nyata antara kedua kelompok contoh. Keeenam indikator tersebut adalah: 1 membuat agenda kegiatan per hari, 2
indikator mempertimbangkan fleksibilitas, 3 berdiskusi dengan pasangan ketika ada dua aktivitas penting yang harus dikerjakan dalam waktu bersamaan, 4
melakukan evaluasi mingguan, 5 melakukan evaluasi bulanan, dan 6 menggunakan hasil evaluasi dalam perencanaan selanjutnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa keenam indikator tersebut adalah indikator yang sensitif sehingga bagi penelitian manajemen waktu keluarga selanjutnya disarankan
untuk memasukkan kelima indikator tersebut. Tidak ada contoh yang mencatat masalah dalam pelaksanaan agenda kegiatan. Hal ini berarti, indikator tersebut
merupakan indikator yang tidak sensitif. Oleh karena itu, bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menghapus indikator tersebut.
Secara keseluruhan, sebagian besar contoh 86.8 memiliki manajemen waktu dengan kategori rendah Tabel 25. Hal ini juga terlihat pada pemaparan
sebelumnya bahwa tahap perencanaan dan evaluasi contoh tergolong rendah. Bahkan pada keluarga miskin, seluruh contoh memiliki pengelolaan sumberdaya
waktu dengan kategori rendah. Hal ini berarti mereka tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan seharusnya.
Tabel 25 Sebaran contoh dan statistik kategori manajemen waktu
Kategori Manajemen Waktu KM n=31
KTM n=37 Total n=68
n n
n
Rendah 0-33.3 31
100 28
75.7 59