Aklimatisasi Panas AKLIMATISASI TUBUH TERHADAP PANAS 2.1 Suhu Tubuh

sore, lalu menurun kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadian tidak berubah seiring usia. e. Stres Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi. f. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak- anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien. g. Perubahan suhu Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.

2.3 Aklimatisasi Panas

Pengertian umum dari aklimatisai merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan lingkungan Pratama: 2011. Aklimatisasi ini ditandai dengan Robinson: 1967 : a Berkurangnya kecepatan denyut jantung dan peningkatan stabilitas peredaran darah , berakibat pada bertambahnnya kefektifan vasokonstriksi kompensasi dalam viscera dan volume darah diperluas . perubahan ini memungkinkan aliran darah kulit meningkat dan konduktansi panas b perbaikan secara bertahap dalam efisiensi pendinginan evaporative , dan dalam sensitivitas dan kapasitas mekanisme berkeringat c perbaikan secara bertahap dalam pengaturan suhu , sehingga pada hari kedelapan paparan , jika panas yang bekerja tidak terlalu kuat , individu dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan panas dengan peningkatan gradien antara suhu rektal dan kulit dan tanpa suhu inti yang lebih besar dan metabolisme daripada ketika mereka melakukan tugas yang sama dalam lingkungan yang dingin d berkurangnya kecepatan dalam pengeluaran air dari ginjal dan elektrolit , dan penurunan perlahan konsentrasi keringat sodium , ini merupakan akibat dari peningkatan berkeringat . Berdasarkan suhu tubuh makhluk hidup tingkat tinggi seperti hewan dan manusi dibagi menjadi dua, yaitu makhluk hidup yang memiliki suhu tubuh relatif konstan homeotherms, dan makhluk hidup yang suhu tubuhnya beradaptasi dengan perubahan lingkungan poikilotherms . Manusia memiliki kemampuan untuk tidak tergantung atau dipengaruhi oleh suhu lingkungannya karena dapat memelihara suhu tubuh yang konstan sedangkan pada makhluk hidup yang tergolong poikilotherms ketika suhu lingkungan dingin, suhu tubuhnya menjadi rendah dan laju metaboliknya menurun atau bahkan tidak aktif, akan tetapi pada suhu lingkungan yang panas, mereka harus mencari tempat untuk berlindung atau bahkan dapat mengalami kematian. Manusia sebagai makhluk hidup tingkat tinggi yang keberfungsian aktivitas fisiologis dalam tubuhnya, seperti pengangkutan oksigen, metabolisme selular dan kontraksi otot tidak begitu terpengaruh oleh suhu lingkungan, baik panas ataupun dingin pada batasan normal selama suhu internal tubuh terpelihara. Saat berolahraga terjadi kontraksi otot yang menyebabkan perubahan energi menjadi panas. Panas yang terbentuk dialirkan secara cepat dari otot melalui darah kepermukaan tubuh. Panas tubuh kemudian dibebaskan ke atmosfer lewat keringat yang keluar dari tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Irawan dalam Ronald 2009 yang menyatakan “Hal lain yang sangat penting selama melakukan olahraga adalah mempertahankan atau memelihara suhu tubuh. Oleh karena, kontraksi otot menghasilkan energi. Energi yang terbentuk dari kontraksi otot sebagian besar berupa energi panas yaitu sebanyak 75 dan sisanya 25 berupa energi gerak.” Perubahan energi menjadi panas ketika berolahraga menyebabkan tubuh akan melakukan adaptasi terhadap kombinasi tekanan dari panas yang dihasilkan oleh metabolisme internal dan suhu lingkungan yang tinggi. Kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan melakukan latihan pada suhu lingkungan yang panas disebut sebagai aklimatisasi tubuh terhadap panas Heat Acclimatization HA Indra: 2007. Aklimatisasi panas meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengendalikan suhu tubuh, meningkatkan berkeringat dan meningkatkan aliran darah melalui kulit, dan memperluas volume darah memungkinkan jantung untuk memompa darah lebih banyak untuk otot, organ dan kulit yang diperlukan Pratama: 2011 Tubuh selalu mempertahankan suhu normalnya , karena itu ketika berolahraga tubuh melakukan pembuangan panas yang bertujuan untuk mempertahankan suhunya Lebih jauh Giriwijoyo dalam Ronald 2009 menjelaskan mekanisme pembuangan panas, tubuh mempunyai beberapa cara, yaitu: 1. pembuangan panas secara radiasi pancaran Panas dipindahkan dengan cara dipancarkan. Hal ini contohnya pada waktu seseorang berdiri di dekat api, maka orang itu akan merasa hangat bahkan semakin lama akan merasa panas, hal ini terjadinya karena pancaran panas dari api ke sekitarnya termasuk kepada tubuh orang tersebut. Radiasi diartikan sebagai kehilangan panas dalam bentuk gelombang panas infra merah gelombang elektromagnetik. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas kesegala jurusan. Pembuangan panas secara radiasi ini dapat bersifat positif dan negatif. Pada suhu lingkungan sekitar 21 o C pembuangan panas tubuh secara radiasi meliputi jumlah 60 dari seluruh pembuangan panas tubuh. Pada suhu lingkungan 24-33 o C pembuangan panas tubuh secara radiasi menjadi lebih sulit, sehingga peranannya menurun menjadi 20-35 dari seluruh pembuangan panas tubuh. Bila suhu lingkungan meningkat menjadi lebih tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh tidak dapat membuang panas dari lingkungan melalui radiasi seperti halnya bila seseorang berdiri di dekat api. 2. pembuangan panas secara konduksi Adalah pemindahan panas secara langsung dari tubuh ke suatu benda yang lebih dingin. Mis : tubuh pada kursi besi, meja, tempat tidur dll. Termasuk udara dan air. Bila seseorang telanjang maka akan kehilangan 3 dari kehilangan panas total. Dalam keadaan biasa, pembuangan panas tubuh secara konduksi berlangsung kecil saja, yaitu hanya kepada selapis tipis udara yang melekat ke tubuh. Hal ini disebabkan karena udara bukan penghantar panas yang baik. 3. pembuangan panas secara konveksi Adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan udara atau cairan. Pergerakan sesuai aliran udaraair yang menerpa kulit angin, kipas angin. Bila seseorang telanjang maka kehilangan 15 dari kehilangan panas total. 4. pembuangan panas secara evaporasi penguapan Kulit dilengkapi dengan kelenjar keringat dengan jumlah sekitar 2,5 juta dan tersebar di seluruh permukaan tubuh, terutama di telapak tangan, telapak kaki dan leher. Bilamana diperlukan maka kelenjar keringat akan membentuk keringat yang akan dicurahkan ke permukaan kulit, kemudian diuapkan. Besar pembuangan panas secara evaporasi ditentukan oleh banyaknya keringat yang berhasil diuapkan, bukan oleh banyaknya keringat yang dihasilkan. Jumlah keringat yang diproduksi tergantung beberapa faktor dan meningkat seiring dengan peningkatan intensitas, aktivitas, temperatur dan kelembaban udara. Latihan yang lama menimbulkan hilangnya cairan dan elektrolit dari tubuh melalui keringat. Bahkan lebih jauh Bloomfield dikutip Giriwijoyo dalam Ronald 2009 menegaskan : “Faktor-faktor yang menentukan banyaknya keringat yang diuapkan yaitu : 1 suhu tubuh dan atau suhu lingkungan, 2 jumlah keringat yang dihasilkan, 3 besar aliran udara konveksi, 4 kelembaban udara.”

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Aklimatisasi Tubuh Terhadap Panas