Adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan udara atau cairan. Pergerakan sesuai aliran udaraair yang menerpa kulit angin, kipas angin.
Bila seseorang telanjang maka kehilangan 15 dari kehilangan panas total. 4. pembuangan panas secara evaporasi penguapan
Kulit dilengkapi dengan kelenjar keringat dengan jumlah sekitar 2,5 juta dan tersebar di seluruh permukaan tubuh, terutama di telapak tangan,
telapak kaki dan leher. Bilamana diperlukan maka kelenjar keringat akan membentuk keringat yang akan dicurahkan ke permukaan kulit, kemudian
diuapkan. Besar pembuangan panas secara evaporasi ditentukan oleh banyaknya keringat yang berhasil diuapkan, bukan oleh banyaknya keringat
yang dihasilkan. Jumlah keringat yang diproduksi tergantung beberapa faktor dan
meningkat seiring dengan peningkatan intensitas, aktivitas, temperatur dan kelembaban udara. Latihan yang lama menimbulkan hilangnya cairan dan
elektrolit dari tubuh melalui keringat. Bahkan lebih jauh Bloomfield dikutip Giriwijoyo dalam Ronald 2009 menegaskan : “Faktor-faktor yang
menentukan banyaknya keringat yang diuapkan yaitu : 1 suhu tubuh dan atau suhu lingkungan, 2 jumlah keringat yang dihasilkan, 3 besar aliran
udara konveksi, 4 kelembaban udara.”
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Aklimatisasi Tubuh Terhadap Panas
Kemampuan aklimatisasi seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor Indra: 2007 :
1. Usia Suatu studi yang melakukan pengontrolan terhadap beberapa faktor
seperti komposisi dan ukuran tubuh, tingkatan kebugaran aerobik, derajat kemampuan pengaturan suhu atau kemampuan untuk
menyesuaikan pada iklim aklimatisasi. Akan tetapi atlet yang lebih tua tidak dapat secara efektif mampu melakukan pemulihan dan dehidrasi,
dihubungkan dengan suatu kontrol mekanisme haus, membuat mereka cenderung lebih rentan terkena status hypohydrasi kronis, sehingga
menyebabkan kekurangan volume plasma dari kondisi optimal yang akan mempengaruhi kemampuan thermoregulatory Mack dalam Indra:
2007 2. Komposisi lemak tubuh
Panas yang di hasilkan oleh lemak lebih besar dibanding otot, insulator lemak memperlambat hantaran panas melalui konduksi ke
permukaan tubuh. Akhirnya orang yang gemuk mempunyai rasio area permukaan yang lebih kecil untuk penguapan keringat dibandingkan
dengan seorang yang lebih kecil atau kurus 3. Banyaknya kelenjar keringat
Kelenjar keringat merupakan salah satu media tubuh untuk mengeluarkan panas dari dalam ke lingkungan sekitarnya selain melalui
urin dan fase ekspirasi bernafas. Semakin banyak jumlah kelenjar keringat seseorang, semakin tinggi kemampuannya melepaskan panas
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan suhu.
2.5 Olahraga dan Aklimatisasi Panas
Semua pengaturan dalam tubuh manusia menggunakan umpan balik negatif, dalam arti jika naik akan diturunkan, dan jika turun akan
dinaikkan. Satu-satunya pengaturan dengan umpan balik positif hanya tekanan darah. Suhu tubuh akan diatur dengan umpan balik negatif.
Ketika berolahraga efektivitas penggunaan energi maksimal 37 . Oleh karena itu lebih dari 63 energi akan menjadi panas, dan tidak akan
lebih dari 37 yang dapat menjadi energi gerak. Sudah barang tentu jika latihan berjalan cukup lama akan memungkinkan kenaikan suhu
yang berlebihan. Untuk menghindari hal tersebut maka pembuluh- pembuluh darah tepi akan melebar, pori-pori kulit juga melebar agar
dapat keluar banyak keringat.
Atlet memerlukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas. Akan tetapi jika suhu terlalu tinggi otak yang akan mengalami gangguan
pertama. Pada lari Marathon sangat memungkinkan terjadinya suhu tubuh yang berlebihan, karena panas akan terus diproduksi sampai lebih
dari tiga jam. Oleh karena itu bagi pelari Marathon, dalam hal mengikuti lomba tidak diperkenankan melebihi tiga target dalam kurun
waktu satu tahun. Hal demikian untuk menghindari otak agar tidak terlalu sering mengalami suhu yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan kelainan fungsinya. Produksi panas tubuh sangat tergantung pada Basal Metabolisme,
tingkat kerja katabolisme, dan Effisiensi kerja. Tingkat kerja yang makin besar, makin besar pula panas yang ditimbulkan metabolisme.
Pada atlet terlatih effisiensi kerja dinamis cukup tinggi ± 37 , sehingga produksi panas yang terjadi pada kerja dinamis - ± 63 . Jadi
orang terlatih yang melakukan gerak dinamis pada tingkat kerja yang sama dengan orang biasa, maka suhu yang diproduksi oleh tubuhnya
lebih rendah. Akibatnya proses warming-up atlet terlatih relatif memerlukan waktu lebih lama.
Panas tubuh yang terjadi pada saat berolahraga akan sangat berbahaya apabila tidak ada upaya proses pendinginan tubuh. Banyak
usaha tubuh untuk melakukan proses pendinginan tubuh, salah satunya adalah berkeringat. Pembuangan panas tubuh merupakan masalah
keselamatan bagi semua orang khususnya olahragawan Bloomfield seperti yang dikutip Giriwijoyo dalam Ronald 2009 menjelaskan
bahwa: “kegagalan membuang panas pada orang dalam keadaan istirahat akan menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 6 jam,
sedangkan dalam olahraga dapat terjadi dalam waktu dari 30 menit.” Oleh karena itu harus ada pembuangan panas tubuh, pembuangan
panas tubuh tubuh kehilangan panas yang paling besar dilakukan oleh kulit ± 87 , baik secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
Radiasi sangat tergantung pada suhu sekitar. Kalau suhu sekitar ± 35 º C
maka proses radiasi tubuh ke udara sekitar mengalami gangguan. Konduksi adalah dengan rambatan karena bersinggungan dengan benda
dingin. Makin tinggi suhu benda makin kecil proses konduksi panas. Misal mandi dengan air yang suhunya ± 24 º C, berarti proses
konduksi akan besar sehingga tubuh akan kehilangan panas besar. Konveksi adalah proses mengganti udara sekitar tubuh dengan udara
baru, sehingga sebenarnya adalah proses radiasi angin. Evaporasi adalah proses penguapan cairan yang ada di kulit tubuh normal adalah
keringat, proses penguapan ini sangat tergantung pada kadar uap air udara humidity sekitar dan angin. Makin kecil kadar uap air kering,
maka proses evaporasi akan meningkat dan menyebabkan suhu tubuh turun atau pembuangan panas bertambah.
2.6 Pembuangan Panas Tubuh pada Olahraga