Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan

(1)

Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada

Pasien yang di Rawat di Ruang ICU RSUD Dr. Pirngadi Medan

SKRIPSI

oleh

Irma Rahmawati 111101096

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada

Pasien yang di Rawat di Ruang ICU RSUD Dr. Pirngadi Medan

SKRIPSI

oleh

Irma Rahmawati 111101096

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

PRAKATA

Segala puji Kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya serta segala nikmat yang tidak terhingga yang diberikanNya. Shalawat dan salam tercurahkan untuk Rasulullah SWA. Alhamdulilah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul” Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Terima kasih yang tak terhingga peneliti mempersembahkan kepada ayahanda H Irsal Anwar dan ibunda Hj Hidayatul Nurmal yang telah memberikan motifasi dan dukungan nasehat dan selalu mendoakan selama menjalani pendidikan.

2. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nunung Febriani Sitepu, S.Kep, Ns, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku penguji 1 dan Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS penguji 2 dan yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses perkuliahan.

7. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep dan Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai validator yang memvalidasi instrumen dalam penelitian ini.

8. Seluruh staf dan dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 9. RSUD Dr Pirngadi Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian.

10.Terima kasih kepada saudara kandung peneliti abang kakak dan keluarga besar yang telah memberi motifasi kepada peneliti.

11.Terima kasih kepada Khairul Ikhwan yang selama ini memberikan dukungan dan motofasi kepada peneliti selama menjalani pendidikan selama ini dan selalu mendoakan.

12.Sahabat-sahabat sugianti, putri sari, novia, devi dan seluruh teman-teman Program Studi Keperawatan Stambuk 2011 yang selalu memberikan semangat dan monivasi yang tiada henti sehingga skripsi ini dapat diselesaiakn.


(8)

Peneliti menyelesaiakn skripsi ini dengan sungguh-sungguh. Peneliti juga menerima saran dan kritik serta masukan yang membangun. Peneliti berharap skripsi peneliti ini dapat memberikan menfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2015


(9)

Daftar Isi

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Skema ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

4.1 Bagi pendidikan keperawatan... 5

4.2 Bagi pelayanan keperawatan ... 5

4.3 Bagi penelitian keperawatan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. KonsepKeluarga ... 6

1.1.Peran keluarga ... 6

1.2.Penegrtian Keluarga ... 7

1.3.Fungsi Keluarga... 9

2. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas... 10

2.1.Definisi Spiritualitas ... 11

2.2.Karakteristik Spiritual ... 12

2.3.Fungsi Spiritual ... 14

2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual ... 15

2.5. Beberapa Orang yang Membutuhkan Bantuan Spiritual ... 17

3. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien ICU ... 18

3.1 Pasien ICU ... 19

3.2 Kebutuhan Spiritual Pasien ICU ... 20

3.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual oleh Keluarga... 21

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 22

2. Definisi Operasional ... 23

BAB4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasidan Sampel Penelitian... 27


(10)

3. Pertimbangan Etik ... 28

4. Instrumen Peneliitian ... 29

5. Uji Validitas dan Reliabilitas... 30

6. Pengumpulan Data... 31

7. Analisa Data ... 32

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HasilPenelitian ... 33

1.1.Karakteristik Responden ... 33

1.2.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pasien dirawat di ruang ICU . .34 1.2.1. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual yang dilakukan oleh Keluarga ... 37

1.2.2. Pemenuhan kebutuhan spiritual hubungan dengan Tuhan ... ... 37

1.2.3. Pemenuhan Kebutuhan spiritual hubungan dengan diri sendiri ... 38

1.2.4. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan orang 1.2.5. lain ... 39

1.2.6. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan lingkungan ... 39

2. Pembahasan ... 40

2.1.Karakteristik Responden ... 41

2.2.Keluarga Pasien ... 41

2.3.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh Keluarga ... 42

2.4.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan Tuhan... 43

2.5.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan diri sendiri 45 2.6.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan orang lain . 47 2.7.Pemenuhan Kebutuhan Spiritual hubungan dengan lingkungan 48 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

Daftar Pustaka ... 52

Lampiran 1 : Penjelasan Tentang Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuisioner Penelitian


(11)

Lampiran 5 : Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 6 : Hasil Analisis Data Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 9 : Surat Izin Uji Reliabilitas

LampirN 10 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran11 : Surat Izin Penelitian

Lampiran12 : Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran13 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 14 : Jadwal Penelitian Lampiran 15 : Anggaran Dana

Lampiran 16 : Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 17 : Riwayat Hidup


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...24 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Demografi Keluarga Responden ...34 Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh

Keluarga Pasein... 35 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Peresentase Pemenuhan Kebutuhan


(13)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Konseptual Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan...24


(14)

(15)

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam hubungan nya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap ada nya tuhan, dan pemohon maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Aziz, 2009). Spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Hover, 2002 dalam Young & Koopsen, 2007). David, Elizabeth, & Martha (2005) menyatakan bahwa spiritualitas mempengaruhi penyembuhan pada pasien gagal jantung yang dirawat di ruang perawatan intensif. Koenig (2001) menyatakan bahwa 90% pasien bertumpu pada spiritualitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kekuatan selama menjalani penyakit serius.

Sebuah penelitian di AS menunjukan bahwa 94% dari klien yang berkunjung ke rumah sakit menyakini kesehatan spiritual sama pentingnya dengan kesehatan fisik (Anandarajah, 2001). Koeng (2001 dalam Clark, 2008) menemukan bahwa 90% klien di beberapa area Amerika menyadarkan pada agama sebagai bagian dari aspek spiritual untuk mendapatkan kenyamanan dan kekuatan ketika merasa mengalami sakit yang serius. Dalam rohman (2009), menyatakan bahwa studi yang dilakukan Broen (2007) memperlihatkan 77% pasien menginginkan untuk membicarakan tentang keluhan spiritual mereka sebagai bagian dari asuhan kepada mereka.


(17)

Dampak sakit dan hospitalisasi menyebabkan perubahan peran, emosional, dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005). Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena kelurga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari (Aziz, 2009). Menurut Davis (2007) menyatakan bahwa keluarga beperan dalam perawatan pasien ICU khususnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang mempengaruhi penyembuhan pasien. Menurut Indriswari (2009) peran spiritual yang dapat dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan spiritual adalah peran motivator, peran fasilitator dan peran keluarga.

Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan distress spiritualitas yang membuat pasien kehilangan kekuatan dan harapan hidup, distress spiritualitas yang dialami oleh pasien ICU yaitu pasien tidak mampu melaksanakan praktik keagamaan, terisolasi dari orang-orang yang dibutuhkannya (Young, C., Koopsen, C. 2007). Menurut Talyor (2002) kebutuhan spiritual suatu faktor yang ditentukan oleh seseorang yang harus diberkembangkan atau dipertahankan untuk menjalin relasi dengan Tuhan, kebutuhan spiritual telah dideskripsikan sebagai tuntutan dari kedalaman nurani seseorang. Keluarga dan sahabat berfungsi sebagai rekan yang mendukung dengan bantuan doa, membacakan buku atau pun bernyanyi, menghibur, ambil bagian dalam ritual penyembuhan, atau menumpahkan segenap empati. Karena teman dan keluarga mempunyai ikatan


(18)

sejarah hidup dengan pasien, mereka mampu member dukungantertentu yang tak mampu disediakan oleh orang lain (Taylor, 2002).

Suatu survey yang dilakukan oleh majalah TIME dan CNN (1996) serta USE Weekend (1996), menyatakan bahwa lebih dari 70 % pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Maha Esa, berdoa dan berzikir dapat membantu proses penyembuhan penyakit. Sementara itu lebih dari 64 % pasien yang menyatakan bahwa dokter hendaknya memberikan terapi psikoreligius, doa dan dzikir. Dari survey ini terungkap bahwa sebenarnya para pasien membutuhkan tenanga terapi keagamaan, selain dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya (Hawari, 2001).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Dina Resmita (2009) di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bahwa masih ada sebagian perawat yang tidak melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik. Sebanyak 20 orang perawat dari 30 (66,7%) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien hanya berkaitan hubungandengan Tuhan dan 17 orang perawat dari 30 (56,7%) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas lebih baik diserahkan kepada rohaniawan rumah sakit.Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa orang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan hubungan Tuhan dan praktik keagamaan.Salah seorang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang peling sering dilakukan oleh keluarga ketika menjenguk pasien ke ruangan dengan berdoa. Selain itu, sebagaian besar keluarga tidak dapat melakukan


(19)

pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik karena jam kunjungan keluarga terbatas. Apabila kondisi tersebut tidak ditangani

Uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien.Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat dilakukan oleh keluarga.Pada kenyataannya keluarga kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Orang yang hidupnya terancam atau dalam kondisi kesehatan kronis dapat memetik menfaat yang besar dari spiritulitas dan praktik keagamaan.Keluarga berperan dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien. Keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien dalam memberikan dukungan dan keyakinan pada mereka. Menurut Davis (2007) menyatakan bahwa keluarga beperan dalam perawatan pasien ICU khususnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang mempengaruhi penyembuhan pasien.

Berdasarkan studi pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan”.


(20)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan yang di lakukan oleh keluarga ?

3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan yang dilakukan oleh kelurga.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk diintegrasikan pada materi perkuliahan khususnya

4.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi penting dan pedoman bagi para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar tidak mengabaikan perawatan spiritualitas pada pasien.

4.3 Penelitian Keperawata

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk di kembangkan pada penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.2.1 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah lalu yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu system. Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak, et al 2009).

Peran keluarga adalah tingkah lalu spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga.Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapandan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdap dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan informal.

1. Peran Formal

Peran formal adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny.Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti masyarakat membagi peran-perannyya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu system.


(22)

Peran dasar yang membantu posisi social sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia,mengatur rumah tangga peran anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2. Peran Informal Keluarga

Peran-peran informal bersifat implicit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain:

a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan. b. Pengharmonisan yaitu berperan menegahi perbedaan yang terdapat

diantara para anggota, penghibur, dan menyatuhkan kembali perbedaan pendapat.

c. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

d. Pendamai bearti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.


(23)

e. Pencari nafka yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

f. Perawatan keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori kemunikasi dalam keluarga.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori kemunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing mendapat pengalaman baru.

i. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang bearti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangakat keakraban dan memerangi kepedihan.

j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

2.1.2 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan mengatakan sebagai mahluk sosial.Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi


(24)

2008). Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Duval dan Logan. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social dari setiap anggota keluarga

2.1.3 Fungsi Keluarga

Dalam keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi biologis adalah untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

2. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta member identitas pada keluarga.

3. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009).

4. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).


(25)

2.2 Pemenuhan kebutuhan spiritualitas

2.2.1 Definisi Spiritualitas

Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap ada nya Tuhan, dan pemohon maaf atas segala kesalahan yang perna diperbuat (Aziz 2009).Menurut Dossey, et al. (2000), spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti nafas, spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia.

Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberi kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya.Spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia.Spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia.Spiritualitas mencakup aspek non fisik dari keberadaan seorang manusia (Young & Koopsen, 2005).

2.2.2 Karikteristik spiritualitas

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada individu didasarkan pada kebutuhan spiritualitas individu yang terdiri dari kebutuhan spiritualitas yang berkaitan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan (Bukhardt 1993 dalam Kozier, Erb, & Blais, 1995).


(26)

a. Hubungan dengan Tuhan

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari individu dan memberikan ketenangan pada individu (Kozier, et al, 1995). Selain itu, doa dan ritual agama dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri pada seseorang yang sedang sakit yang dapat meningkatkan imunitas (kekebalan) tubuh sehingga mempercepat proses penyembuhan (Hawari, 2002).

b. Hubungan dengan diri sendiri

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas bersumber dari kekuatan diri individu dalam mengatasi berbagai masalah.Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan individu dengan diri sendiri melalui kekuatan diri seseorang yang meliputi kepercayaan, harapan, dan makna kehidupan (Kozier, et al, 1995).

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran logis. Kepercayaan memberikan kekuatan pada individu dalam menjalani kehidupan ketika individu mengalami kesulitan atau penyakit (Taylor, Lilis, & Le Mone, 1997; Kozier, et al, 1995)


(27)

2. Harapan

Harapan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan Tuhan yang didasarkan pada kepercayaan. Harapan berperan penting dalam mempertahankan kehidupan ketika individu sakit (Kozier, et al, 1995).

3. Makna Kehidupan

Makna kehidupan merupakan suatu hal yang bearti bagi kehidupan individu ketika individu memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Individu merasakan kehidupan sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih terarah, memiliki masa depan, dan meraskan kasih saying dari orang lain (Puchalski, 2004; Kozier, et al, 1995).

c. Hubungan dengan orang lain

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain. Pemenuhan spiritualitas tersebut meliputi cinta kasih dan dukungan social.Cinta kasih dan dukungan sosial merupakan keinginan individu untuk menjalin hubungan positif antar manusia melalui keyakinan dan cinta kasih.Keluarga dan teman dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk membantu individu dalam menghadapi penyakitnya (Hart, 2002; Kozier, et al, 1995).


(28)

d. Hubungan dengan lingkungan

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan.Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang.Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan.Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995).

2.2.3 Fungsi Spiritualitas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haris (1999 dalam Hawari, 2005) pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif yang diberikan pemenuhan kebutuhan spiritual hanya membutuhkan 11% pengobatan lebih lanjut. Hal ini juga didukung oleh Abernethy 2000 dalam Hawari, 2005) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan imunitas yaitu kadar interleukin-6 (IL-6) seseorang terhadap penyakit sehingga dapat mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis yang diberikan.

Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90 persen dari keseluruhan efek pengobatan Hal ini menunjukan bahwa pasien yang berdasarkan perkiraan medis memiliki harapan sembuh 30 persen atau bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total. Dalam hal ini bahwa spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit Young & Koospen, 2005).Selain itu, spiritualitas dapat meningkatkan imunitas, kesejahtraan, dan kemampuan mengatasi


(29)

peristiwa yang sulit dalam kehidupan (Koening, et al, 1997 dalam Young & Koospen).

Pada individu yang menderita suatu penyakit, spiritual merupakan sumber koping bagi individu.Spiritualitas membuat individu memiliki keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi bearti (Pulchaski, 2004).

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membantu individu menerima kondisinya ketika sakit dan memiliki pandangan hidup positif (Young, 1993 dalam Young & Koopsen, 2005). Menurut Young & Koopsen (2005) bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membantu individu dalam memerima keterbatasan kondisi mereka.Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan kekuatan pikiran dan tindakan pada individu. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam memjalani hidup dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan terpenuhi nya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekutan, dan bimbingan dalam perjalalanan hidup.


(30)

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiiritualitas

Menurut Aziz (2009), ada beberapa factor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang yaitu

a. Tahap perkembangan

Usia perkembangan dapat menetukan proses pemenuhan kebutuhan spiritualitas, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara menyakini kepercayaan terhadap Tuhan.

b. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berintraksi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ras / suku

Suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritualitas pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

d. Agama yang dianut

Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritualitas.


(31)

e. Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu meningkatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya.

2.2.5 Beberapa Orang yang Membutuhkan Bantuan Spiritualitas

Menurut Aziz (2009), ada beberapa orang yang membutuhan bantuan spiritualitas yaitu:

a. Pasien kesepian

Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka meraskan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.

b. Pasien ketakutan dan kecemasan

Adanya ketakutan dan kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan dalam dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.

c. Pasien mengahadapi perbedaan

Menghadapi perbedaan adalah sesuatu yang sangat mengkhwatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itu lah keberadaan


(32)

pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien salalu membutuhkan bantuan spiritual.

d. Pasien yang harus mengubah gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka pasein akakn lebih membutuhkan dukungan spiritual.

2.3. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU

2.3.1 Pasien ICU

Pasien yang diarawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam keadaan terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan memerlukan perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya kritis sehungga memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara terus menerus (Hanafie, 2007; Rabb, 1998).

Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi memerlukan perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawat di ICU (Hanafie, 2007; Rabb, 1998) yaitu (1) pasien sakit berat, pasien yang tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat melalui infuse


(33)

secara terus menerus, seperti pasien gagal napas berat, pasien pasca bedah jantung terbuka, dan syok septic (2) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif sehingga komplikasi berat dapat di hindari atau dikurangi seperti pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, dan ginjal (3) Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi dari penyakitnya seperti pasien dengan tumor ganas dengan komplikasi infeksi dan penyakit jantung.

Dari pemaparan di atas bahwa kondisi pasien ICU yang mengalami masalah fisik seperti demikian akan mempengaruhi kondisi psikis, social, dan spiritualitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hupcey (2000) bahwa pasien 45 pasien ICU yang dirawat selama tiga hari di ICU mengalami distress spiritual. Distress spiritualitas merupakan suatu keadaan ketika pasien mengalami ngangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih dari kematian, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian didukung dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006).

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat dirumah sakit yang di lengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi


(34)

satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Setiap pasien yang keritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).

2.3.2 Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU

Kebutuhan spiritualitas adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampuan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Menurut Hamid (1999) bahwa kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan yang akan arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan serta kebutuhan mendapatkan pengampunan.

Ketika penyakit menyerang seseorang, kekutan spiritualitas sangat berperan penting dalam proses penyembuhan. Selama sakit, individu kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih tergantung pada orang lain. Individu yang memderita suatu penyakit mengalami distress spirituallitas. Distress spiritualitas menyebabkan individu mencari tahu sesuatu yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan individu merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain (Potter & Perry, 2005)


(35)

Pasien yang dirawat di ICU bukan hanya mengalami masalah fisik, psikis dan social, tetapi mengalami masalah pada spiritualitas sehingga pasien kehilangga hubungan dengan Tuhan dan hidup tidak berarti. Perasaan-perasaan tersebut menyebabkan seseorang menjadi stress dan depresi berat menurunkan kekebalan tubuh dan akan memperberat kondisinya (Young & Koopsen, 2005).

2.3.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Keluarga

Menurut Duval (1972 dalam Setiadi, 2008) bahwa keluarga merupakan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dari anggota keluarga.

Keluarga mempunyai funsi-fungsi yang terdiri dari funsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, fungsi pelestarian lingkungan (Setiadi, 2008). Keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien dalam memberikan dukungan dan keyakinan pada memreka.Menurut Davis (2007) menyatakan bahwa keluarga berperan dalam perawatan pasien ICU khususnya pada pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang mempengaruhi penyembuhan pasien. Keluarga dapat memberikan dukungan spiritual pada anggota keluarga nya yang sakit dengan bantuan doa, ritual agama, menghiburnya, merasakan pengertiaan yang dialami oleh anggota keluarga


(36)

yang sakit. Keluarga dapat memberikan dukungan spiritual tertentu yang tidak dapat diberikan oleh orang lain (Taylor, 2002 dalam Young & Koopsen, 2005).

Keluarga merupakan orang terdekat dari individu ketika sakit. Peran keluarga mengenai masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut merawat anggota keluarga yang sakit, dan memodifikasi lingkungan (Friedman, 1998). Menurut Burkhardt dan Nagai-Jocobson (2002) penyembuhan dan spiritualitas secara dekat saling berkaitan berdasarkan keyakinan bahwa spiritual merupakan hakikat dari siapa diri kita sebagai manusia kita percaya bahwa penyembuhan pada hakikatnya merupakan proses spiritual yang bertujuan agar manusia selalu sehat.


(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh keluarga. Pasien yang dirawat di ruang ICU mengalami distress spiritual yaitu pasien yang mengalami ketidakseimbangan antara nilai hidup, tujuan hidup, keyakinan, hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Hidayat, 2006).

Pasien yang dirawat di ruang ICU memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan dengan lingkungan (Bukhardt, 1993 dalam Kozier, et al, 1995). Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh keluarga berdasarkan kebutuhan spiritualitasnya yang berkaitan hubunga dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti merumuskan kerangka konseptual sebagai berikut:


(38)

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang di Berikan Oleh Keluarga Diruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan

Variabel Definisi

Operasional

Alat dan Cara Hasil Ukur Skala

Peran keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang di rawat di ruang ICU

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh keluarga berkaitan Hubungan dengan Tuhan Hubungan dengan orang lain Hubungan dengan diri sendiri Hubungan dengan lingkungan . Membagikan kuesioner kepada keluarga yang berisikan 16 pertanyaan pemenuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan pilihan jawaban tidak pernah (skor 1), jarang (skor 2), sering(skor 3), dan selalu (skor 4). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh keluarga Baik =40-64 Kurang baik =16-39 Ordinal Peran keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien yang

dirawat di ruang ICU • Baik


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

4.2.2 Sampel

Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumusan menurut Arikunto (2006) yaitu bila jumlah populasi kurang dari 100 maka jumlah sampel yang diambil adalah “total sampling” yaitu suatu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua orang populasi menjadi sampel peneliti. Jumlah sampel yaitu 20 orang, dengan kriteria sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU. b. Dapat membaca dan menulis.


(40)

c. Keluarga yang sering menjenguk pasien. d. Bersedia menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pirngadi Medan.Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai tempat penelitian yaitu.Rumah Sakit Pirngadi Medan merupakan rumah sakit dengan standar kelas rumah sakit tipe B sehingga memberi kemudahan pada peneliti untuk mendapatkan sampel penelitian. Di Rumah Sakit Pirngadi belum pernah dilakukan penelitian mengenai Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan Spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Rumah Sakit Pingadi Medan merupakan rumah sakit pendidiksan sehingga memberikan kemudahan dalam pengambilan sampel. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai dengan Juni 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan rektur Rumah Sakit Pirngadi Medan. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian adalah Self Determinationyaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah besedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian. Informed consent yaitu peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan menfaat penelitian. Jika responden


(41)

bersedia menjadi peserta penelitian maka responden dimintak menandatangani lembar persetujuan.Anonimity yaitu peneliti tidak mencamtumkan nama responden pada lembaran pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. Confidentiality yaitu peneliti menjaminkerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang di laporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner.Kuesioner data demografi dan pemenuhan kebutuhan spiritulitas yang di berikan oleh keluarga pasien yang di rawat diruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

4.5.1 kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengakaji data demografi responden dan mengatahui kondisi responden yang mempengaruhi penelitian.

Kuesioner data demografi keluarga, terdiri dari yaitu : usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, lama rawat inap pasien, dan hubungan keluarga dengan pasien.

4.5.2 kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritulitas

Kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritulitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan yang di lakukan oleh keluarga digunakan


(42)

adalah pertanyaan-pertanyaan yang memberikan karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga terdiri dari hubungan dengan Tuhan sebanyak 4 (No 1, 2, 3, 4), hubungan dengan diri sendiri sebanyak 4 pertanyaan ( No5, 6, 7, 8), hubungan dengan orang lain sebanyak4 pertanyaan (No 9, 10, 11, 12,), dan hubungan dengan lingkungan sebanyak 4 pertanyaan (No 13, 14, 15, 16). Jenis pertanyaan tertutup sehingga responden hanya memberikan jawaban berupa tanda checklist () pada jawaban yang tersedia.Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala Likert. Pertanyaan terdiri dari empat pilihan yaitu tidak pernah (skor 1), jarang (skor 2), sering (skor 3), dan selalu (skor 4). Sehingga diperoleh nilai minimum 0 dan nilai maksimum 64, semakin tinggi skor maka semakin baik peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ICU.Tingkat peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien ICU dikategorikan berdasarkan rumus statistika menurut Hidayat (2009).

I = rentang / banyak kelas

Dimana I merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi – nilai terendah). Dari hasil skoring peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien ICU nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 16, maka rentang kelas adalah 64 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas 2. Data untuk kuesioner Peran keluarga dikategorikan sebagai berikut :


(43)

16 – 39 = peran keluarga kurang baik

240-64 = peran keluarga baik

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan suatu alat ukuran yang menunjukkan tingkat kevalitan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu menggambarkan sejauh mana intstrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 1997). Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan metode validitas isi yaitu instrumen dibuat mengacu pada isi yang dilakukan dengan meminta bantuan orang yang ahli. Dilakukan ke pada 10 keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU.

Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur. Uji reliabilitas digunakan pada item-item yang valid, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan yaitu dengan uji reliabilitas internal konsitensi yaitu instrumen diuji coba sekali kemudian hasil yang diperoleh dianalisa melalui program komputerisasi dengan menggunakan formula cronbach’s alpha pada setiap item kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien di ruang ICU diharapkan hasil koefisien lebih dari 0,837 (Polit & Hungler, 1995).


(44)

4.7 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari pengempulan data pada kekuarga. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Melakukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mengirim surat izin penelitian dari fakultas ke Rumah Sakit Pirngadi Medan.Peneliti mendatangi ruangan ICU untuk bertemu dengan perawat ICU dan menjelaskan tujuan, dan prosedur penelitian.Peneliti mendatangi keluarga pasien ICU di lantai empat. Peneliti menjelaskan kepada keluarga tentang tujuan, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Peneliti meminta kesediaan kepada keluarga untuk mengikutu penelitian dengan menandatangani surat persetujuan (informed consent) menjadi responden dan mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk. Responden diberikan kesempatan bertanya jika ada yang tidak dimengerti. Peneliti mengamati pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga pada jam berkunjung ke ruangan ICU.Peneliti mengumpulkan data dari responden dan memastikan bahwa semua pertanyaan kuesioner telah diisi.

4.8. Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data meliputi persiapan, tabulasi, dan aplikasi data. Persiapan antara lain cek nama dan identitas, cek kelengkapan data, dan cek macam isian data. Tabulasi yaitu melakukan pemberian skor pada item, memberi kode pada


(45)

variabel yang tidak diberi skor, mengubah jenis data, melakukan modifikasi sesuai dengan teknis analisis yang digunakan, dan berikan kode.Kemudian dalam aplikasi data atau pengujian dilakukan penerapan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan uji statistik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.Pada penelitian ini digunakan denganbantuan komputerisasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan analisa univariat.

1. Analisa Univariat

Tujuan analisa univariat adalah untuk mendeskriptifkan karakter variabel yang diteliti. Dalam analisis data kuantitatif dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga grafik.Secara teknis pada dasarnya berupa kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi (Hastono, 2007).


(46)

BAB 5

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian mengenai karakteristik responden dan variabel pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan pada bulan Mei-Juni 2015. Jumlah sampel sebanyak 20 orang keluarga dari pasien yang dirawat diruang ICU Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan. Data hasil akan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar keluarga pasien adalah perempuan 16 orang (80%). Sedangkan untuk karakteristik usia keluarga pasien antara 39-49 tahun yaitu 8 orang (40,0%). Berdasarkan agama, responden terbanyak beragama Islam yaitu 14 orang (70,0%). Sedangkan untuk karakteristik pendidikan terakhir terbanayak bependidikan SMU sebanyak 8 orang (40,0%). Untuk lama perawatan pasien yaitu >3 hari sebanyak 19 orang (95,0%). Sebagian besar hubungan keluarga dengan pasien sebagai ibu yaitu 19 orang (95,0%). Distribusi karakteristik demografi keluarga pasien dapat dilihat pada tabel 5.1.


(47)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Keluarga Pasien di Ruang ICU Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan Bulan Mei –Juni Tahun 2015. (n= 20)

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Peresentase (%)

Usia

1. 17-27 Tahun 5 25,0

2. 28-38 Tahun 4 20,0

3. 39-49 Tahun 8 40,0

4. 50-60 Tahun 3 15,0

Jenis Kelamin

1. laki-laki 1 5,0

2. Perempuan 19 95,0

Agama

1. Islam 14 70,0

2. Kristen 6 30,0

Tingkat Pendidikan

1. SD 4 20,0

2. SMU 8 20,0

3. SERJANA 8 40,0

Hubungan keluarga dengan

Pasien

1. Ayah 1 5,0

2. Ibu 19 95,0

Lama perawatan pasien

1. 3 Hari 1 5,0


(48)

5.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual yang Dilakukan Oleh Keluarga

Distribusi frekuensi pemenuhan kebutuhan spiritual yang dilakukan oleh keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh Keluarga Pasein pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU RSUD Dr. Pirngadi Medan Bulan Mei-Juni 2015. (n= 20)

NO Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Selalu Total

1 membacakan doa untuk

pasien ketika jam berkunjung keruangan.

- - - 20 20(100%)

2 membawa peralatan ibadah kerumah sakit

1 - 19 - 20(100%)

3 mendatangkan pemuka

agama kerumah sakit.

4 12 - 4 20(100%)

4 mengajak pasien untuk tetap beribadah walau keadaan sakit

- - - 20 20(100%)

5 memberi dukungan yang menguatkan pasien dalam menghadapi kondisinya

- - - 20 20(100%)

6 menyakinkan pasien agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

- - - 20 20(100%)

7 meyakinkan pasian bahwa pengobatan yang diberikan sudah tepat

- - - 20 20(100%)

8 menceritakan tentang

harapan dimasa yang akan datang.

- - - 20 20(100%)

9 mengajak kerabat untuk menjenguk pasien.


(49)

10 mengajak teman-teman dekat untuk menjenguk pasien.

- - - 20 20(100%)

11 menyakinkan pasien bahwa banyak kerabat yang menantikan kesembuhan pasien.

- - - 20 20(100%)

12 memberikan sentuhan yang lembut pada pasien.

- - - 20 20(100%)

13 menciptakan suasana

lingkungan yang tenang.

- - - 20 20(100%)

14 membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan.

- - - 20 20(100%)

15 menciptakan lingkungan yang membuat pasien menjadi tenang dalam menjalani pengobatan(tidak mengotak-atik alat yang terpasang).

- - - 20 20(100%)

16 memakai masker dan baju yang disediakan rumah sakit sebelum masuk keruangan ICU.

1 - - 19 20(100%)

1.1.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual berkaitan Hubungan dengan Tuhan

Berdasarkan hasil penelitian pemenuhan kebutuhan spiritual yang berkaitan hubungan pasien dengan Tuhan keluarga selalu membaca doa untuk pasien ketika jam berkunjung ke ruangan yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu membawa peralatan ibadah ke rumah sakit yaitu 19 orang (95,0%). keluarga jarang berkerjasama dengan perawat untuk mendatangkan pemuka agama yaitu 12 orang (60,0%). Keluarga selalu mengajak pasien untuk tetap beribadah walau sedang sakit


(50)

yaitu 20 orang (100,0%). Distribusi frekuansi dan presentase pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan Tuhan dapat dilihat pada tabel 5.2.

1.1.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual berkaitan Hubungan dengan Diri

Sendiri

Pemenuhan kebutuhan spiritual yang berkaitan hubungan pasien dengan diri sendiri dari hasil penelitian bahwa keluarga pasien selalu memberikan dukungan yang menguatkan pasien dalam menghadapi kondisinya yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu menyakinkan pasien agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga pasien selalu menyakinkan pasien bahwa pengobatan yang diberikan sudah tepat yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga pasien selalu menceritakan tentang harapan masa yang akan datang yaitu 20 orang (100,0%). Distribusi frekuansi dan presentase pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan diri sendiri dapat dilihat pada tabel 5.2.

1.1.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual berkaitan Hubungan dengan Orang

Lain

Pemenuhan kebutuhan spiritual berkaitan hubungan dengan orang lain dari hasil penelitian bahwa keluarga selalu mengajak kerabat dekat untuk menjenguk yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu mengajak teman-teman dekat untuk menjenguk yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu menyakinkan pasien bahwa


(51)

banyak kerabat yang mentikan kesembuhan pasien yaitu 20 orang (100,0%). keluarga selalu memberikan sentuhan yang lebut pada pasien yaitu 20 orang (100,0%). Distribusi frekuansi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan orang lain dapat dilihat pada tabel 5.2.

1.1.2.4 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual berkaitan Hubungan dengan

Lingkungan

Pemenuhan kebutuhan spiritual berkaitan hubungan dengan lingkungan dari hasil penelitian bahwar keluarga selalumenciptakan suasana lingkungan yang tenang yaitu 20 orang (100,0%). Sebagian besar keluarga selalu membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu menciptakan lingkungan yang membuat pasien menjadi tenang dalam menjalani pengobatan (tidak mengotak-atik alat-alat yang terpasang pada pasien) yaitu 20 orang (100,0%). Keluarga selalu memakai masker dan baju yang disediakan rumah sakit sebelum masuk keruang ICU yaitu 19 orang (95,0%). Distribusi frekuansi dan peresentase pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan dengan lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.2.


(52)

Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di ruang ICU dikatagorikan baik dan kurang baik. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Peresentase Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan Bulan Mei-Juni Tahun 2015. (n=20)

No Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan Oleh Keluarga

Frekuansi(n) Presentase(%)

1 Baik 20 100,0

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan yang dilakukan oleh keluarga dalam kategori baik.

2. Pembahasan

Pembahasan ini menjelaskan tentang karakteristik demografi responden dan variabel pemenuhan kebutuhan spiritual oleh keluarga terhadap pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan. Menurut Young dan Koopsen (2007), spiritual merupakan aspek pribadi manusia yang memberi kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidup. Spiritual merupakan suatu dimensi yang berhubungan menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri dan lingkungan (Hamid, 2009).


(53)

Spiritualitas merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan penyakit. Penelitian menunjukan bahwa spiritualitas yang positif memengaruhi dan meningkatkan kesehatan, kualitas hidup, perilaku yang meningkatkan kesehatan, dan kegiatan pencegahan penyakit (Potter & Perry, 2005)

2.1 Karakteristik Demografi Responden

2.1.1 Keluarga Pasien

Berdasarkan usia, sebagian besar keluarga pasien berada pada usia dewasa tengah yaitu 8 orang (40,0%). Pada satu penelitian, peneliti menemukan bahwa individu dewasa yang menganut agama dan aliran spiritual serta berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dilaporkan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, depresi lebih sedikit, dan dukungan sosial yang lebih baik (Koenig et al.,2004). Menurut Potter & Perry (2005) bahwa pada usia dewasa tengah memiliki tugas untuk merawat dan membimbing orang lain. Selain itu, Taylor, et al (1997) menyatakan bahwa perkembangan spiritual pada masa dewasa tengah lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan. Hasil penelitian ini juga seiring dengan pendapat Hamid (2000) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah usia. Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah keluarga, latar belakang etnik budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis


(54)

dan perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkaid terapi dan asuhan keperawatan yang kurang sesuai.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar tingkat pendidikan terakhir keluarga pasein adalah SMU sebanyak 8 orang (40,0%), serjana sebanyak 8 orang (40,0%), sedangkan SD sebnyak 4 orang (20,0%). Menurut Notoadmojo (2003) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin baik pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pernyataan oleh Taylor, et al. (1997) bahwa perkembangan spiritualitas pada tahap ini sudah lebih matang, berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga mambuat individu mampu untuk mengatasi masalah. Pertumbuhan spiritualitas menunjukkan perkembangan perasaan identitas, penciptaan, dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain, dengan Tuhan, mampu menghargai alam, dam mengembangkan suatu kesadaran transendental (Young dan Koopsen, 2007).

Berdasarkan hubungan keluarga dengan pasien, sebagian besar hubungan keluarga dengan pasien yaitu sebagai ibu sebanyak 19 orang (95,0%). Keluarga merupakan tempat pertama kali individu memperoleh pengalaman dan pandangan hidup. Dari keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri (Taylor, et al, 1997). Hal ini juga didukung pernyataan Friedman (1998) bahwa dalam sebagian besar keluarga, peran-peran penting bertumpuh pada ibu yaitu posisi sebagai istri, dan pemberi asuhan kesehatan pada keluarga.


(55)

Berdasakan lama perawatan pasien, sebagian besar lama perawatan pasien yaitu > 3 hari sebanyak 19 orang (95,0%). Menurut Hamid (1999) bahwa ketika individu menderita suatu penyakit, kekuatan spiritual sangat berperan penting dalam proses penyembuhan. Selama sakit, individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain. Spiritual sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialaminya, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan dalam waktu yang lam dengan hasil yang belum pasti.

2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian secara umum bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU oleh keluarga pasien sebanyak 20 orang (100,0%) dalam kategori Baik. Hal ini sesaui dengan pernyataan Burkhardt dan Nagai-Jacobson (2002) bahwa penyembuhan dan spiritualitas secara dekat saling berkaitan berdasarkan keyakinan bahwa spiritualitas merupakan hakikat dari diri kita sebagai manusia, kita percaya bahwa penyembuhan pada hakikatnya merupakan proses spiritual yang bertujuan agar manusia selalu sehat. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Potter & Perry (2005) ketika salah satu anggota keluarga sakit maka keluarga berperan dalam mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarga yang sakit, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.


(56)

Sebanyak 19 orang (95,0%) dari hasil penelitian bahwa lama perawatan. Menurut Potter & Perry (2005) menanyakan bahwa semakin lama seseorang menghadapi stersor maka individu dapat beradaptasi dengan stresor yang dialaminya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hamid (1999) bahwa ketika individu menderita suatu penyakit, kekuatan spiritualitas sangat berperan penting dalam proses penyembuhan, selama sakit individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri sendiri dan lebih tergantung pada orang lain spiritualitas sangat di perlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialaminya khususnya jika penyakit tersebut mememrlukan proses penyembuhan dalam waktu yang lama.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu membacakan doa ketika jam berkunjung ke ruangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Friedman (1998) menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu cara bagi keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit dan sebagai suatu cara menghadapi stresor yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Taylor (2002) doa secara nyata berpengaruh dalam proses penyembuhan menunjukkan untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan selama masa kritis dalam perawatan. Dan diperkuat oleh riset yang dilakukan Matthews (2000) yang menyatahkan bahwa tentang dampak biologis dari doa dan penyembuhan spiritual terus berkembang dan mencakup studi tentang micro organisme, tanaman obat, sel kanker, binatang dan manusia. Doa secara nyata berpengaruh dalam proses penyembuhan riset menunujukan bahwa praktik keagamaan seperti menghadiri


(57)

ibadah dan doa menyokong kesehatan fisik dan emosional, terdapat bukti kuat akan adanya hububungan erat antara praktik keagamaan dan kesehatan Yang baik (Taylor, 2002).

Sebanyak 19 orang keluarga pasien selalu membawah peralatan untuk ibadah kerumah sakit menurut Burkhardt dan Nagai-Jocobson (2002) selama mengalami sakit, yang menantang seluruh keberadaan kita fisik, emosi, mental dan spiritual membantu orang dalam mempertalikan dengan sumber terdalam dalam dirinya dan dengan keluarga, komunitas, Tuhan, kekuatan dan kebijaksanaan. Pertalian ini mendukung dan menyokong proses penyembuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hawari (2005) yang menyatakan kepercayaan kepada Tuhan dapat membangkitkan motivasi seseorang dalam menjalani hidup, termasuk dalam keadaan sakit, dimana keyakinan tersebut menjadi meditasi terapeutik individu sehingga dapat meningkatkan kesembuhan penyakit. Namun, 1 orang keluarga pasien menjawab tidak pernah membawa peralatan ibadah kerumah sakit. Menurut Torrance & Seginson (1997) bahwa ketidak pastian diagnosa menyebabkan tingkat kecemasan keluarga meningkat sehingga keluarga lebih berfokus kepada penyakit pasien.

Sebanyak 12 orang keluarga pasien (60,0%) jarang berkerjasama dengan perawat dalam mendatangkan pemuka agama. Menurut Taylor (2002) berdoa bersama pasien merupakan tindakan intim dan seharusnya didekati secara seksama dan hormat. Pentingnya untuk berdoa dengan cara yang tepat. Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan Burkhardt et, al. (2002) selama mengalami sakit, yang menetang


(58)

seluruh keberadaan kita-fisik, emosional mental dan spiritual-ritual membantu orang dalam mempertalikan dengan sumber terdalam dalam dirinya dan dengan keluarga, komunitas, Tuhan, kekuatan dan kebijaksanaan, pertalian ini mendukung dan menyokong proses penyembuhan. Namun, sebanyak 4 orang keluarga pasien tidak pernah mendatangkan pemuka agama ke rumah sakit. Menurut Taylor (2002) doa sebagai ritual dapat menyembuhkan dan menenteramkan hati. Akan tetapi, penyelenggara perawatan kesehatan harus mengetahui bahwa doa belum tentu cocok untuk setiap orang. Jika seseorang menolak berdoa, penyelenggara perawatan kesehatan tidak boleh memaksakan keyakinan pribadinya pada pasien.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak pasien untuk tetap mengingat Tuhan menurut Miller (1995) menyatakaan spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan atau sumber kehidupan.Menurut Matthews dan Clark (1998), riset membuktikan bahwa mereka menghadiri ibadah/upacara keagamaan satu kali atau lebih dalam seminggu memiliki angka kematian yang secara dramatik lebih rendah dari pada mereka yang tidak menghadari secara rutin.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 20 orang keluarga (100,0%) selalu memberikan dukungan yang memnguatkan pasien dalam menghadapi kondisinya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Cuman (2004) menyatakan bahwa ketika salah satu anggota keluarga sakit, keluarga membutuhakan dukungan anggota


(59)

keluarga yang lain untuk mencegah penumpukan stress pada keluarga sehingga dapat mengembangkan koping positif dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menyakinkan pasien agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dayson et al (1997) menyatakan bahwa jika Tuhan didefinisikan sebagai konstruk yang menunjukkan nilai utama dalam hidup seseorang, dan membentuk kepercayaaan, nilai dan pilihan yang dianut orang itu, maka baik sistem kepercayaan religius dan non-religius harus dipandang sangat penting dalam eksplorasi tentang spiritualitas.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menyakinkan pasein bahwa pengobatan yang diberikan sudah tepat. Menurut Fitra (2004) menyatahkan bahwa keluarga berperan penting memilihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta keberhasilan suatu tindakan pengobatan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menceritakan tentang harapan di masa yang akan datang. Menurut Burkhardt dan Nagai-Jacobson (2002) kesejahteraan spiritual merupakan kemampuan menemukankan makna, nilai dan tujuan hidup, sehingga manusia merasa puas dan bahagia. Kesejahteraan spiritual juga berkaitan dengan relasi saling menguatkan hidup, energi kreatif kesehatan seseorang dan dimensi kesehatan, iman pada Tuhan, pemberdayaan sumber batiniah seseorang, dan kekuatan batin.


(60)

Berdasarkan penelitian bahwa 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak kerabat untuk menjenguk pasien. Menurut Taylor (2002) menyatahkan bahwa keluarga dan sahabat berfungsi sebagai rekan yang mendukung dengan bantuan doa, menbaca buku, bernyanyi, menghibur, ambil bagian dalam ritual penyembuhan, atau menumpahkan segenap empati. Sesuai dengan fungsi keluarga menurut Friedman (1998) setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memeliki, perasaan yang berarti dan merupakan sumber kasih sayang,.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak teman-teman dekat untuk menjenguk pasien. Menurut Taylor (2002) menyatahkan bahwa teman dan keluarga mempunyai ikatan sejarah hidup dengan pasien, mereka mampu memberi dukungan tertentu yang tidak mampu diberikan oleh orang lain.

Sebanyak 20 orang keluarga (100,0%) selalu meyakinkan pasien bahwa banyak kerabat yang menatikan kesembuhan pasien. Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukungbagi anggota keluarga. Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan Fitra (2004) bahwa kelaurga berperan penting memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta keberhasilan suatu tindakan pengobatan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu memberikan sentuhan yang lembut pada pasien. Menurut Kuntjoro (2002) bahwa keluarga turut


(61)

mendampingi pasien selama masa perawatan karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 20 orang keluarga (100,0%) selalu menciptkan suasana lingkungan yang tenang. Menurut Long (2001) menyatakan bahwa menciptakan lingkungan yang tenang secara spiritual yang memungkinkan pasien untuk mencapai penyembuhan, lingkungan yang sehat dan ruangan yang bersih merupakan cara yang sangat kuat untuk membantu proses penyembuhan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan. Menurut Sari (2003) menyatakan bahwa lingkungan yang nyaman mendukung proses penyembuhan pasien. Faktor lingkungan mempunyai pengaru sebesar 40% dalam proses penyembuhan. Dan juga didukung pernyataan Hamid (2009) dengan kedamaian, seseorang akan merasa lebih nyaman dan tenang sehingga dapat meningkatkan status kesehatan seseorang.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menciptakan lingkungan yang membuat pasien menjadi tenang dalam menjalani pengobatan (tidak mengotak-atik alat yang terpasang). Menurut Long (2001) menyatakan bahwa menciptakan lingkungan yang tenang secara spiritual yang memungkinkan pasien untuk mencapai penyembuhan, lingkungan yang sehat dan ruangan yang bersih merupakan cara yang sangat kuat untuk membantu proses penyembuhan.


(62)

Sebanyak 19 orang keluarga pasien (95,0%) selalu memakai masker dan baju yang di sediakan rumah sakit sebelum masuk keruang ICU. Menurut Sari (2003) menyatakan bahwa lingkungan yang nyaman mendukung proses penyembuhan pasien. Faktor lingkungan mempunyai pengaru sebesar 40% dalam proses penyembuhan. Hal yang sama dikemukakan oleh kozier, et al. (1995) bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas itu melalui kedamaian dan lingkungan atau suasanayang tenang, kedamaian merupakan keadilan, empati membuat individu menjadi tenang dan dapt meningkatkan status kesehataan.Namun, 1 orang keluarga pasien tidak pernah memakai masker dan baju yang disediakan rumah sakit sebelum masuk keruangan ICU. Menurut Leibrock (2000) menuliskan, “Daya penyembuhan di lingkungan perawat kesehatan berasal dari hal-hal sederhana, rangcangan yang terinci sehingga memberdayakan pasien untuk bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri”. Melalui pemahaman mereka tentang peran lingkungan dalam penyembuhan, penyelenggara perawatan kesehatan dapat membantu menciptakan dan mendukung ruang spiritual yang suci dan lingkungan yang sehat sehingga memaksimalkan kontrol pasien; mendukung kesejahteraan, pencegahan penyakit, dan perawatan diri.


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil penelitian yang di adakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan, maka ditemukan kesimpulan bahwa Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan oleh keluarga pasien keseluruhan dalam kategori Baik.

2. Saran

Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil penelitian, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

2.1. Saran terhadap praktek Keperawatan dan Rumah Sakit

Dari hasil penelitian diperoleh, secara umum pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dilakukan oleh keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan yang di lakukan oleh keluarga pasien dalam katagori baik. Oleh karena itu, perawat di ruang ICU agar bisa mempertahan supaya keluarga selalu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada pasien yang di rawat di ruang ICU.


(64)

2.2 Saran terhadap Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa perlu memberi penekanan materi tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang di berikan kepada pasien yang di rawat diruang ICU. sehingga pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien ICU terpenuhi dan membantu memberi pendidikan dalam peningkatan spiritualitas.

2.3 Saran terhadap Riset Keperawatan

Pada penelitian selanjutnya dapat meneliti dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh keluarga pasien.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anandarajah, G. & Hight, E. (2001). Spirituality and Medical Practice: Using the HOPE Questions as a Practical Tool for Spiritual Assessment. American Family Physician, 63, 81-92.

Arikunto, S. (2002).ProsedurPenelitiansuatuPendekatanPraktek.Jakarta: PT RinekaCipta.

Aziz, A. (2009). KebutuhanDasarManusia1 :AplikasiKonsepdan Proses Keperawatan. Jakarta: SelembaMedika.

Boudreaux, E. D., O’Hea, E., &Chasuk, R. (2002). Spiritual role in healing: Analternative way of thinking. Primary Care: Clinics in Office Practice, 29(2), viii, 439-454.

Burkhardt, M. A., & Nagai-Jacobson, M. G. (2002). Spirituality: Living our connectedness, New York: Delmar Thomson Learning.

Carpenito, L. J. (2000). DiagnosaKeperawatanAplikasipadaPraktikKlinik. Edisi 6.Jakarta: EGC.

David, T., Elizabeth, C., & Martha, T .M. (2005). The Intesivist in Aspiritual Care Training program Adopted for Clinicians. Journal of The Society of CriticalCare Medicine, 33(12), 2733-27736. Diambil darihttp://www3.interscience.wiley.com/journal/121582771/aabstract pada 17 Oktober 2014

Dossey,B. M., Keegan, L., &Guzzetta, C. E. (2000). Holistic nursing :A handbook for practice (3rd ed.). Gaithersburg, MD: Aspen.

Dyson, J., Cobb, M.,& Forman, D. (1997). The meaning of spirituality: A literature review. Journal of Advanced Nersing, 26(6), 1183-1188.

Fitra. (2004). Sembuh dari Kanker. Diambil dari

http://www.kesehatanreproduksi.com pada 5 Oktober 2014

Friedman, M. M. (1992). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: Widya Medika.

Efendi, F. (2007).KeperawatanKesehatanKomunitas: Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan.Jilid1 .Jakarta :SelembaMedika.

Hamid, A. Y. (1999).Buku Ajar Aspek Spiritual dalamKeperawatan.Jakarta: Widya Medika.


(66)

Hidayat, A. A. (2006).PengantarKebutuhanDasarManusia1 :Aplikasi KonsepdanProses Keperawatan. Jakarta. SalembaMedika.

Hawari, D. (2002). DimensiReligidalamPraktekPsikiatridanPsikologi. Jakarta: Gaya Baru.

Long, R. (2001). Healing by design: Eight Key considerations for buling therapeutic environments. Health Facilities Management,14(11),2022. Koenig, H. G. (2001). Religion, Spirituality, and Medicine: Application to

ClinicalPractice. Journal American Medicine Association, 284, 1789-1709. Diambil dari

http://jama.amaasssn.org/cgi/content/full/284/13/1708pada 7 November 2014

Kozier, B.,Erb, G., &Blais, K. (1995). Fundamental of Nursing: concepts, Process, and Practice. (5thed). California: Wesley Publishing Company.

Kuntjoro. (2002). Dukungan Sosial pada Lansia. Diambil dari http://www.epsikologi.com pada 15 November 2014

Miller, M. (1995). Culture, spirituality, and women’s health. JOGNN Clinical Issues, 24(3), 257-263.

Mubarak, W.I, dkk. (2009). IlmuKeperawatanKomunitas.Jakarta: Selemba Medika.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam.(2003). KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta: SelembaMedika.

Polit&Hungler.(1995). Nersing Research Principle and Merhods. Philadelphia: Lippincot.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC. Prijosaksono, A. &Erningpraja, 1. (2003). Spiritual danKualitasHidup.

Diambildari; http://www.sinar_harapan.co.id

Rab, T. (2007).Agenda gawatdarurat (criticsl care) jilid 1, Edisi2., Bandung: PT Alumni.


(67)

Rasmita, D. (2009). Karateristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan. Diamabil dari http://www.usurepositoryskripsi.co.id. Pada 3 September 2014

Sari, S. M. (2007). Kebutuhan Keluarga yang Anggota Keluarganya Dirawat di Ruangan ICU Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Dimensi Interior, 1(2), 141-156. Diambil dari http://www.petra.puslit.ac.id/journals/interior . Pada 3 Maret 2015 Setiawati, dkk.(2008). PenuntunPraktikAsuhanKeperawatanKeluarga.

Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta :Trans Info Media.

Setiadi.(2008). Konsepdan Proses KeperawatanKeluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Skokan, L., & Bader, D. (2000).Spirituality and healing.Health progress, 81(1), 38-42.

Taylor, E. J. (2002). Spiritual Care.Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Young, C., Koopsen, C. (2007). Spiritualitas, Kesehatan, danPenyembuhan.


(68)

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Irma Rahmawati/111101096 adalah mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Univerasitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014-2015. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelsaikan tugas akhir di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Samatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dan lembar cheklis dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembaran persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Terima kasih atas partisipan Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Mei 2015

Responden (Irma Rahmawati)

( )


(69)

Kuesioner Data Demografi Untuk Keluarga

Kode : Tanggal : Petunjuk pengisian:

Responden diharapkan menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan berdasarkan uraian tertulis di lembar kuesioner dan memberikan tanda

checklist (√) untuk kolam yang tersedia. Apabila ada pernyataan yang

kuran jelas silahkan bertanya kepada penelitian. A. Data Demografi

1. Usia :……..tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Agama :1. ( ) Islam

2. ( ) Krisrten 3. ( ) Hindu 4. ( ) Budha

5. ( ) Lain-lain sebutkan….. 4. Pendidikan Teraakhir :1. ( ) Tidak Sekolah

2. ( ) SD 3. ( ) SLTP 4. ( ) SMU

5. ( ) Lain-lain sebutkan…… 6. Lama Rawat Inap Pasien: 1. ( ) 3 Hari


(70)

7. Hubungan Keluarga dengan Pasien :1. ( ) Ayah 2. ( ) Ibu 3. ( ) Kakak 4. ( ) Adik


(71)

B. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritulitas Oleh Keluarga

Petunjuk Pengisian :

Responden diharapkan menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan berdasarkan uraian tertulis di lembar kuesioner dan memberikan tanda

checklist (√) untuk kolam yang tersedia. Apabila ada pernyataan yang

kuran jelas silahkan bertanya kepada penelitian.

keterangan : TP : Tidak Pernah SR : Sering

SL : Selalu KK : Kadang-kadang

No Pertanyaan TP KK SR SL

1. Membacakan doa untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

2. Membacakan kitab suci untuk pasien ketika kunjungan ke ruangan.

3. Bekerjasama dengan perawat dalam memfasilitasi pemuka agama.

4. Memperdengarkan lagu-lagu rohani kepada pasien.

5. Memberi dukungan untuk menguatkan pasien dalam menghadapi kondisinya.

6. Menceritakan tentang pengalaman masa lalu pasien yang menyenangkan.

7. Menyakinkan pada pasien bahwa pengobatan yang diberikan sudah tepat.

8. Menceritakan tentang harapan-harapan yang sering dikatakan pasien pada masa lalu.

9. Mengajak kerabat untuk menjenguk pasien. 10. Mengajak teman-teman dekat untuk

menjenguk pasien.

11. Ikut serta dalam perawatan pasien

(contoh: ikut membantu perawat seperti memandikan pasien).


(72)

12. Menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

13. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang dan tidak menimbulkan keributan ketika menjenguk pasien ke ruangan pada waktu jam berkunjung.

14. Membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan.

15. Menciptakan lingkungan yang membuat pasien menjadi tenang dalam menjalani pengobatan ( tidak mengotak-atik alat yang terpasang).

16. Memakai masker dan baju yang disediakan rumah sakit sebelum masuk keruang ICU.


(73)

(74)

(75)

GET

FILE='E:\New folder\hhasil.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. RELIABILITY

/VARIABLES=q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR /SUMMARY=TOTAL MEANS.

Reliability

[DataSet1] E:\New folder\hhasil.sav

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 10 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,841 ,828 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

q1 2,8000 ,42164 10

q2 2,8000 ,42164 10

q3 2,8000 ,42164 10

q4 2,8000 ,42164 10

q6 2,6000 ,51640 10

q7 2,9000 ,31623 10

q8 2,8000 ,42164 10

q9 2,8000 ,42164 10

q10 2,9000 ,31623 10

q11 2,7000 ,48305 10


(76)

q13 2,9000 ,31623 10

q14 2,9000 ,31623 10

q15 2,9000 ,31623 10

q16 2,8000 ,42164 10

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum /

Minimum

Variance N of Items

Item Means 2,820 2,600 2,900 ,300 1,115 ,007 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

q1 39,5000 8,722 ,803 . ,809

q2 39,5000 9,167 ,609 . ,822

q3 39,5000 11,167 -,158 . ,868

q4 39,5000 8,722 ,803 . ,809

q6 39,7000 8,900 ,563 . ,826

q7 39,4000 10,711 ,043 . ,851

q8 39,5000 9,833 ,336 . ,840

q9 39,5000 8,722 ,803 . ,809

q10 39,4000 10,711 ,043 . ,851

q11 39,6000 8,489 ,774 . ,809

q12 39,4000 10,711 ,043 . ,851

q13 39,4000 9,378 ,734 . ,819

q14 39,4000 9,378 ,734 . ,819

q15 39,4000 10,711 ,043 . ,851

q16 39,5000 8,722 ,803 . ,809

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(77)

KelompokUmur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

17-27 5 25,0 25,0 25,0

28-38 4 20,0 20,0 45,0

39-49 8 40,0 40,0 85,0

50-60 3 15,0 15,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 4 20,0 20,0 20,0

perempuan 16 80,0 80,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

agama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

islam 14 70,0 70,0 70,0

kristen 6 30,0 30,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

pendidikanterakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 4 20,0 20,0 20,0

SMU 8 40,0 40,0 60,0

lain-lain 8 40,0 40,0 100,0


(78)

lamarawatinap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

3 hari 1 5,0 5,0 5,0

lebih dari 3 hari 19 95,0 95,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

hubklgdgnpasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ayah 1 5,0 5,0 5,0

ibu 19 95,0 95,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

p1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak pernah 1 5,0 5,0 5,0 selalu 19 95,0 95,0 100,0 Total 20 100,0 100,0


(79)

p3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak pernah 4 20,0 20,0 20,0 jarang 12 60,0 60,0 80,0 selalu 4 20,0 20,0 100,0 Total 20 100,0 100,0

p4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0


(80)

p7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0


(81)

p12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0

p15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid selalu 20 100,0 100,0 100,0


(82)

p16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

sering 1 5,0 5,0 5,0 selalu 19 95,0 95,0 100,0 Total 20 100,0 100,0

total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

42 1 5,0 5,0 5,0

44 1 5,0 5,0 10,0

45 2 10,0 10,0 20,0

46 12 60,0 60,0 80,0

48 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

hasil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)