SEMINAR AKHIR MAHASISWA ACICIS ANGKATAN 33

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
acicis.umm.ac.id

SEMINAR AKHIR MAHASISWA ACICIS ANGKATAN 33
Tanggal: 2011-12-22

Senin, (12/12/2011) UMM. Ruang 611 pada pukul 08.00 sudah terlihat ramai. Para
mahasiswa dan mahasiswi ACICIS sibuk mempersiapkan presentasi seminar akhir
mereka. Beberapa dosen juga terlihat menghadiri seminar akhir ini. Diantaranya Bapak
Asep Nurjaman, Bapak Abdullah Masmuh, Ibu Frida Kusumastuti, Bapak Himawan dan
dosen-dosen lainnya. Selain dihadiri para dosen, seminar akhir mahasiswa/i ACICIS ini
juga dihadiri oleh ketua ACICIS Indonesia Phillip King, dan beberapa media internal
kampus UMM seperti Humas dan Bestari.

Sebelum memulai presentasi, ada beberapa sambutan dari Bapak Asep yang
mewakili dekan FISIP dan Phillip representasi ACICIS Indonesia. Pak Asep
menyempaikan bahwa dia merasa bangga pada mahasiswa/i ACICIS angkatan 33. Hal
ini dikarenakan mereka mampu mengeksplor penlitian mereka sampai ke tema yang
“tidak biasa.” Sementara itu, pada sambutannya Phillip menyampaikan kepada
mahasiswa/i ACICIS untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menggunakan

Bahasa Indonesia yang baik. Sambil tersenyum Phillip juga menghimbau mereka untuk
melakukan kontak dengan audiencenya. Lebih lanjut mengenai penelitian para
mahasiswa/i ACICIS Phillip merasa bangga. “ Saya merasa puas dengan hasil penelitian
kalian semua. Walalupun tahun ini agak berat, tapi kalian semua bekerja keras untuk
menyelesaikan penelitian kalian.” Terang Phillip.
Sebagai pembuka presentasi seminar akhir pertama pada hari itu, Tasman
membahas hasil penelitiannya yang berjudul, “ Dampak dari Jembatan Suramadu
Terhadap Masyarakat Bangkalan.” Dalam menyampaikan presentasinya, Tasman
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan lancar. Dalam penelitiannya, Tasman
menerangkan bahwa keadaan dan penolakan dari beberapa kalangan masyarakat di
Bangakalan merupakan fokus penelitian.
Tidak kalah menarik dari judul penelitian Tasman, tanggapan dari audience yang
dating di seminar pagi itu juga menarik. Seperti Phillip yang menanyakan dengan
antusias, “ Daritadi anda menerangkan kalau yang melakukan penolakkan terhadap
pembangunan jembatan itu orang Madura. Sebenarnya siapa orang Madura yang harus
kita takuti itu?” Tanya Phillip antusias yang diikuti tawa audience lain. Tasman
kebingungan menjawab pertanyaan dari Phillip karena dia juga tidak menangkap jelas
maksud pertanyaan Phillip. Momen ini merupakan momen menarik yang terjadi di dalam
seminar di ruang 611 Senin pagi itu.
Selain Tasman, ada 4 orang mahasiswa lain yang mempresentasikan hasil

penelitian mereka. Yaitu : Melanie Kate Tulloch yang membahas tentang “
Membayangkan bangsa ideal : studi kasus Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di
Indonesia , ” Benjamin Bilson
dengan penelitian berjudul, “Bangunan peninggalan
tempoe doeloe sebagai penunjang kepariwisataan di Malang,” Katherine Michelle
Gratton “Pendapat Perempuan tentang perempuan dalam politik pada era reformasi di
Kota Malang” dan Arjuna Dibley “ Pemohon Masyarakat Sipil di Depan Mahkamah

page 1 / 2

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
acicis.umm.ac.id

Konstitusi.”
Beberapa audience yang datang ke seminar akhir pagi itu terpukau oleh
judul-judul penelitian yang dibahas oleh mahasiswa/i ACICIS angakatan 33. Bahkan ada
kejadian lucu di mana salah satu dari audience yang hadir tidak jadi bertanya saat Arjuna
yang membahas soal hukum presentasi. Sambil mengacung, dia berkata, ” Ah, tidak jadi.
Berat sekali bahasannya. Soal hukum sih, saya kurang paham.” Ujar orang tersebut.

Spontan Arjuna dan dosen pembimbingnya tertawa dengan reaksi dari audience
tersebut.
Seminar hari itu pun ditutup oleh presentasi dari Benjamin Bilson yang membahas
mengenai Bangunan peninggalan tempoe doeloe sebagai penunjang kepariwisataan di
Malang. Di dalam penelitiannya, Ben menjelaskan tempat-tempat mana saja yang biasa
menjadi tempat tujuan orang ketika mengunjungi Malang. Diantara pilihan yang terdapat
dalam penelitian Ben, ada tempat-tempat seperti Gunung Bromo, Candi, Kota Batu dan
lain-lain. Presentasi Ben menerangkan bahwa peninggalan-peninggalan di kota Malang
tidak menjadi perhatian Pemerintah setempat. Hal ini pula yang mengakibatkan
pariwisata di Malang untuk segi sejarahnya tidak begitu maksimal. Maka dari itu saat
ditanya oleh Phillip siapakah yang sebaiknya memegang sector pariwisata di Malang,
audience rata-rata menjawab untuk mempercayakannya pada pihak swasta.
Siang hari itu seminar ditutup dengan menikmati makan siang bersama.
Beberapa dari mahasiswa/i yang telah mempresentasikan hasil penelitiannya terlihat
lega. Seminar akhir mahasiswa/i ACICIS angakatan 33 kemudian dilanjutkan pada hari
berikutnya.(Ct)

page 2 / 2