Komunikasi Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan SBY (Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Organisasi Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)

(1)

Komunikasi Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan

SBY

(Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Organisasi Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh : Tri Sulistiowati

08220288

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Tri Sulistiowati

Nim : 08220288

Konsentrasi : Studi Media dan Jurnalistik

Judul Skripsi : Komunikasi Politik Etnis Tionghoa

( Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Rabu

Tanggal : 8 februari 2012 Tempat : 607

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr.Wahyudi M, Si Dewan Penguji:

1.Joko Susilo, M.Si ( )

2.Widya Yutanti, MA ( )

3. M. Himawan, M.Si ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena melalui belas kasih-Nya dan sesuai pengaturan-kasih-Nya maka penulis diberi hikmat dan wahyu untuk dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul Komunikasi Politik Etnis Tionghoa ( Studi Kasus Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya). Karya Ilmiah (skripsi) ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa penyusunan usulan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan hadirnya karya ilmiah (skripsi) ini peneliti berharap dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dibidang komunikasi politik. Tetapi pada dasarnya adalah peneliti ingin membukakan wacana masayarakat luas bahwa kaum yang di anggap minoritas (etnis Tionghoa) selama ini adalah bagian dari bangsa kita dan mereka juga telah banyak memberikan sumbangsih pada negara. Ikut membangun danmensejahterakan bangsa dan sadar akan pentingnya komunikasi politik. Dan ikut serta dalam komunikasi dan berpartisipasi politik dalam bentuk praktis dan non- praktis.

Penulis menyadari bahwa dalam usulan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis berharap adanya ide, kritik, saran membangun yang bermanfaat untuk perbaikan penelitian ini. Harapan penulis semoga kedepannya penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga baik bagi mahasiswa


(4)

maupun masyarakat umum. Akhir kata penulis mohon maaf jika dalam proses penyusunan usulan skripsi ini terdapat kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Malang, 1 Februari 2012


(5)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... BAB I

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan ... 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis ... 1.4.2 Manfaat praktis ... 1.5 Tinjauan Pustaka ... 1.5.1 Komunikasi Politik ... 1.5.2 Komunikator Politik ... 1.5.3 Partisipasi politik ... 1.5.4 Sejarah Politik Etnis Tionghoa ... 1.5.5 Teori Kritis ... 1.6 Metodologi Penelitian ... 1.6.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian ... 1.6.2 Fokus penelitian ... 1.6.3 Lokasi Penelitian ... 1.6.4 Teknik penentuan Informan ... 1.6.5 Teknik Pengumpulan Data ... 1.6.6 Analisis Data ... 1.6.7 Keabsahan Data ... BAB II

2.1 Gambaran Umum Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya ... 2.2 Deskripsi Informan ... BAB III

3.1 Penyajian Data ... 3.1.1 Etnis Tionghoa Sadar Akan Pentingnya Komunikasi Politik ... ... ... 3.1.2 Doktrin Sejarah Mempengaruhi Kehidupan Golongan Muda ... ... ... 3.1.3 Etnis tionghoa memberikan pendidikan politik pada golongan tua dan

muda ... ... ... 3.1.4 Komunikator Politik ... ... ... 3.1.4.1 Kriteria komunikator etnis tionghoa ... ... 3.1.4.2 Penyaluran aspirasi pada komunikator ... ... 3.1.4.3 Netralitas politik pada komunikator ... ...


(6)

3.1.4.4 Advokasi dan lobi pemimpin opini pada etnis tionghoa ... ... 3.1.4.5 Media politik penyampaian pesan ... ... 3.1.5 Pesan ... ... 3.1.5.1 Masih munculnya permasalahan yang menyangkut etnis tionghoa .... ... 3.1.5.2 Berbagai masalah umum yang dikomunikasikan komunikator ... ... 3.1.6 Media ... ... 3.1.6.1 Kehadiran Warta Inti, membantu komunikator ... ... 3.1.6.2 Rendah ekspose media umum pada kegiatan etnis tionghoa ... ... 3.1.7 Partisipasi ... ... 3.1.7.1 Bentuk partisipasi etnis tionghoa pada Indonesia ... ... 3.1.7.2 Keinginan untuk terjun dalam politik praktis ... ... 3.1.8 Dukungan sesama etnis tionghoa pada pelaku politik praktis ... ... 3.2 Diskusi Teori ... ...

BAB IV ... ...

4.1 Kesimpulan ... ... 4.2 Saran ... ...

DAFTAR PUSTAKA ... ...

LAMPIRAN ... ...


(7)

Daftar Pustaka

Alfian. 1991.Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Amir, Yasraf. 2000Propaganda Pemimpin Politik Indonesia. LP3S. Jakarta

Belvy, Benny. 2008.Aku Orang Cina?.PT Gramedia. Jakarta

Budiardjo, Meriam. 1972. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Bugin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta

Burton, Graeme. 2008.Yang Tersembunyi DiBalik Media. Jalasutra. Yogyakarta

Damsar. 2010.Pengantar Sosiologi Politik. Kencana. Jakarta

Efendi, Wahyu. 2008.Tionghoa dalam Cengkraman SKBRI. Visi Media. Jakarta

George, Ritzer., Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta

Gulo W. 2000.Metodologi Penelitia.Grasindo. Jakarta

Hardt, Hanno. 2005.Critical Communication Studies. Jalasutra. Yogyakarta

Maeswara, Garda. 2009. Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono. Narasi. Jakarta

Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia:Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Kencana Presada Media Group. Jakarta

Muzadi, Muchith. 2010.Gus Dur Bapak Pluralisme. LKis. Yogyakarta

Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik:Komunikator,Pesan,Media. PT Rosdakarya. Bandung

Raho, Bernard. 2007.Teori Sosiologi Modern.Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian SosiaI. Tiara Wacana. Yogyakarta

Setiono, Benny G. 2003.Tionghoa dalam Pusaran Politik. Elkasa. Jakarta

Sulistiowati, Tri. 2011. Bukan Fiksi:Kumpulan Kisah tentangKehidupan. LeutikaPlubliser. Yogyakarta


(8)

Suryadinata, Leo. 1986. Politik Tionghoa Peranakan Di Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Suryadinata, Leo. 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta

Suryadinata, Leo. 2010. Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Suryadinata Leo. 2010. Etnis Indonesia dan Nasionalisme Indonesia. Kompas. Jakarta

Suwardi, Harsono. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Galang Press. Yogyakarta

Suyatno, Bagong., Sutinah. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Kencana Prenada Media. Jakarta

Syam, Nina. 2009.Sosiologi Komunikasi .Humaniora. Bandung

http://id.inti.or.id/profile/20/

diakses 25 Agustus 2011, pukul: 13.00 wib

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1997 tentang Kepercayaan adat istiadat dan kebudayaan Cina. http://Daftar Instruksi Presiden Tahun 1967.legalitas.org

diakses 25 Agustus 2011, pukul: 13.30 wib

Bayu Pramutoko. Politik dan Kekuasaa.,

http://bayu96ekonomos.wordpress.com/anda-tertarik/artikel-politik/ diakses pada 27 Agustus 2011 pukul 10.00 wib

http://www.anie achira.com

diakses 17 November 2011 pukul: 14.00 wib

M. Hafidun Mahfud. Menelaah Paradigma Kritis dalam Komunikasi. .

http://hanifuin.blogspot.com/2007/03/menelaah-paradigma-kritis-dalam-kajian.html

diakses 25 November 2011 pukul 07.10 wib

http://www.scribd.com/doc/17187005/PARADIGMA-KOMUNIKASI-KRITIS Diakses: 25 November 2011 pukul 08.00

Catatan Kecil Sosiologi. 9 Maret 2011.


(9)

Diakses 25 November 2011 pukul 09.30

Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi:Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal. http://www.scribd.com/doc/15252080/Paradigma-Konstruktivisme-Paradigma-Kritikal

diakses 25 November 2011 pukul 10.00

Teori Kritika Sosial Menurut Jurgen Habermas, http://loekisno.wordpress.com/2008/03/01/teori-kritika-sosial-menurut-jurgen-habermas/

diakses 1 Desember 2011 pukul 08.55 wib

adi Suhardi, Jurgen Habermas dan Frankfrut Scholl, http://pangerankatak.blogspot.com/2008/05/jurgen-habaermas-dan-frankfut-scholl.html

diakses 1 Desember 2011 pukul 09.00wib

Mudjia Rahardjo. Triagulasi dalam Penelitian Kualitatif. 15 Oktober 2010. http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view

diakses 1 Desember 2011 pukul 08.00

Edy kollay. Pengertian Lobby dan Negoisasi. 10 Januari 2012. http://edykollay.blogspot.com/2012/01/pengaruh-lobby-zionist-yahudi.html

diakses 23 Januari 2012 pukul 10.33 wib

Krisna ketboardist magazine. Mahzab Frankfrut, Teori Kritis (critical theory).

http://bola80.blogspot.com/2011/06/mazhab-frankfurt-teori-kritis-critical.html diakses 31 Januari 2012 pukul 00.45 wib

Ind/cl/jpnn. 2012.Trauma,Warga Tionghoa Masih Alergi Politik.Jawa pos Tanggal, 23 Januari 2012 / hal.2

Ardian.2012. Naga dari Timur. Metro tv / Metro File


(10)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Etnis Tionghoa merupakan kelompok Etnis terbesar kedua setelah Etnis melayu yang ada di Indonesia. Jumlah dari Etnis ini sekitar satu koma lima sampai dua persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia1. Etnis Tionghoa mampu bertahan dan menetap di Indonesia hingga saat ini, walaupun banyak hal yang membuat kehidupan mereka terusik. Sekarang mereka mempunyai sebutan tersendiri yaitu orang Indonesia Tionghoa. Istilah ini digunakan untuk mengartikan warga negara Indonesia yang mempunyai keturunan Tionghoa.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan Etnis Tionghoa masih sangat menarik bila dikaji. Dan yang banyak menarik banyak perhatian massa saat dilakukan pengkajian adalah komunikasi dan partisipasi politik dari Etnis Tionghoa. Karena, mereka merupakan golongan minoritas yang mempunyai sejarah hidup yang sangat misterius, tertutup dan tragis dari jaman ke jaman. Mulai dari jaman penjajahan hingga puncaknya pada tragedi 13 Mei 1998.

Saat Indonesia masuk dalam era reformasi etnis tionghoa mulai diberikan kesempatan untuk berkiprah lebih luas. Tanda kongkritnya adalah muncul banyak organisasi dari etnis tionghoa. organisasi tersebut merupakan suatu wadah bagi etnis tionghoa untuk bersosialisasi dan menyampaikan aspirasi mereka. Warga Etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. dimana mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan

1


(11)

masyarakat asli lainnya. Dalam hal politik mereka mempunyai hak untuk ikut terjun didalamnya tanpa ada pembedaan.

Masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan politik dengan kata lain manusia tidak dapat dipisahkan dari politik. Hal ini juga tidak terkecuali pada Etnis Tionghoa. Dengan adanya hal ini berarti menandakan bahwa mereka mempunyai peranan yang penting dalam hal politik di Indonesia.

Komunikasi yang dilakukan akan menimbulkan efek yang nantinya itu berupa partisipasi. Didalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya komunikasi politik yang ada dalam warga Etnis tinghoa. Komunikasi politik tidak hanya dilakukan layaknya pada kampanye, tetapi dapat berupa hal lain yaitu melakukan diskusi politik atau diskusi yang menyangkut dengan kehidupan negara, kekuasaan, memberikan informasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dan Nimmo2 mendefinisikan komunikasi politik adalah proses komunikasi (segala cara orang bertukar simbol baik dengan cara verbal maupun non verbal) yang melibatkan pesan-pesan politik yang berhubungan dengan kebijakan, kekuasaan, kehidupan, konflik, negara,dll.

Komunikasi politik dapat diartikan bahwa proses penyampaian pesan dari komunikan kepada komunikator yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tidak terbatas oleh subyek yang menyampaikannya. Pesan disini adalah pesan – pesanyang memuat politik seperti kekuasaan, kepemimpinan, konflik, kebijakan, protes, kehidupan,dll.

Kini, Indonesia sudah mantap dengan sistem demokrasinya dimana, hal ini telah dibuktikan dengan selesainya amandemen undang-undang dasar 1945 yang dilakukan pada bulan

2


(12)

Agustus 20023. Kini dalam menyelesaikan segala sesuatunya (konflik) selalu dilakukan proses komunikasi dengan segala perangkat negara seperti melibatkan birokrat, elit politis serta teknokrat. Hal ini dilakukan guna menjelaskan atau menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat agar tidak menimbulkan bias interpretasi yang dapat membingungkan publik.

Dengan melihat pentingnya komunikasi dan partisipasi politik dalam suatu negara maka peneliti tergelik untuk mengkaji mengenai komunikasi dan partisipasi politik orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya yang condong pada peran komunikator orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam INTI dalam mempengaruhi massa ( orang Indonesia Tionghoa). Ini merupakan Penelitian pertama yang dilakukan pada perhimpunan INTI yang berkaitan dengan komunikasi politik.

Sistem politik SBY adalah demokrasi yang ditandai dengan kompetisi didalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, partisipasi masyarakat dan adanya jaminan hak-hak sipil dan politik4. Selain itu salah satu kecenderungan SBY adalah untuk membanguan pertumbuhan perekonomian negara yang dimana SBY menggandeng banyak pengusaha untuk ikut membangun dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi bangsa5. Dengan melihat kedua hal tersebut maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Komunikasi

Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan SBY”.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dituliskan oleh peneliti maka muncul pertanyaan sebagai berikut :

3

Harsono Suwardi, Demokrasi dan Manajemen Komunikasi(Yogyakarta: GALANG PRESS, 2002), p. 5.

4

Kacung Marijan,Sistem Politik Indonesia :konsolidasi demokrasi pasca orde baru(Jakarta: KENCANA PRESADA MEDIA GROUP, 2010), p. 83.

5


(13)

1. Bagaimana komunikasi politik (komunikator) yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY? 2. Apa bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam

perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui komunikasi politik (komunikator) yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY.

2. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bentuk partisipasi yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpuanan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang akademis. Dimana, penelitian ini akan memberikan tambahan pengetahuan tentang komunikasi dan partisipasi politik yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpuanan INTI Surabaya pasca reformasi pada kalangan mahasiswa dan kalangan umum. Mengingat banyak orang yang menganggap mereka sebagai golongan minoritas.


(14)

Sebagai masukan bagi organisasi atau LSM non Etnis Tionghoa untuk bisa merangkul dan menghargai keberadaan Etnis Tionghoa yang selama ini hanya dipandang sebelah mata. Dan memberikan contoh pada organisasi-organisasi Tionghoa yang sejenis untuk bisa lebih baik dan mempunyai rasa nasionalisme tanpa melihat kesamaan marga dll.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Komunikasi politik

Komunikasi politik 6adalah suatu kegiatan atau proses penyampaian pesan yang berupa verbal atau non verbal yang mengandung pesan-pesan mengenai kebijakan, negara, pengambilan keputusan, dan kekuasaan. Komunikasi politik telah dilakukan oleh siapapun dan dimanapun tidak membedakan status dan gender.

Contoh paling sederhana komunikasi politik ini dapat kita jumpai dalam perbincangan dua orang atau sekompok orang yang sedang asik membicarakan kenaikan harga BBM di warung kopi. Dengan contoh seperti itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi politik tidak hanya dilakukan oleh para tokoh politik ataupun hanya pada orang- orang yang berada dalam parlemen.

1.5.2 Komunikator Politik

Setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, diakui bahwa relatif sedikit orang yang melakukan hal tersebut secara tetap dan kontinuitas. Mereka yang hanya sedikit tersebut tidak hanya bertukar pesan politik, tetapi mereka adalah pemimpin dalam proses opini. Mereka

6


(15)

biasanya disebut sebagai komunikator politik7. Bila dibandingkan antara komunikator politik dengan warga negara pada umunya, komunikator politik lebih bersungguh-sungguh bila berbicara dan berbuat. Komunikator politik8juga dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti, Politisi, Professional, Aktivis, Tokoh Masyarakat Elite Birokrasi, Penyambung lidah.

1.5.3 Partisipasi politik

Partisipasi politik9 adalah suatu kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi tersebut bisa bersifat individu atau kolektif, terorganisasi atau spontan, mantab atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.

Partisipasi politik sangat diperlukan oleh negara karena dengannya partisipasi dari seluruh masyarakatnya akan sangat membantu kondisi pembangunan negara, terutama di negara berkembang. Lester Milbrath10 Dia mengkategorikan partisipasi politik menjadi 3 tipe yaitu, Tipe penonton Tipe transisional, Tipe gladiator.

1.5.3 Sejarah Politik Orang Indonesia Tionghoa

Secara historis, Etnis Tionghoa telah diakui sebagai salah satu warga negara Indonesia sejak zaman penjajahn Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 163 IS11 (Indische Staatsregeling Wet Van 2 September 1854,Ned.S. 1854-2,S.1855-2.jo.1), yang membagi penduduk Indonesia dalam 3 golongan penduduk, yaitu : golongan Eropa, golongan Timur Asing seperti Tionghoa, India, dan Arab, dan golongan pribumi. Pengakuan tersebut telah pula

7

Dan Nimmo,op.cit.,p. 28.

8

Dan Nimmo,op.cit.,p. 33.

9

Damsar,loc.cit.

10

Damsar,loc.cit.

11


(16)

menyebabkan tindakan – tindakan diskriminatif terutama terhadap Etnis Tionghoa. Hal ini merupakan tujuan dari penjajah Belanda yang menerapkan politikdevide et impera12atau politik

mempecah belah. Dimana, ketika itu penjajah Belanda mengadu domba antara golongan pribumi dengan Etnis Tionghoa. Golongan pribumi seolah-olah golongan yang inferior, tidak dipercaya, tidak jujur, bodoh dan selalu memusuhi Etnis Tionghoa. Sebaliknya, eynis Tionghoa digambarkan sebagai suatu komunitas yang licik, mau menang sendiri, eksklusif (mengelompok), kikir, serigala ekonomi dan sebagainya. Dan politik ini dilanjutkan sampai pada pemerintahan orde baru dibawah pimpinan Soeharto.

Dalam perjalanan hidup orang Indonesia Tionghoa di tanah nusantara mereka sempat memberikan banyak respon pada negara dan pemerintah, walaupun banyak perilaku yang tidak sepatutnya yang mereka terima dari banyak kalangan. Sebagaian dari mereka terjun dalam dunia politik dan ikut memberikan pengaruh pada kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah saat itu.

Etnis tionghoa mengalami masa – masa yang cukup memprihatinkan hingga pemerintahan Soeharto. Saat, Indonesia masuk dalam era reformasi etnis tionghoa mendapatkan sedikit keleluasaan untuk beraktivitas. Dimana, tidak ada lagi perangan untuk agama, budaya, dan pembatasan aktivitas mereka. dan hal ini diperjelas lagi saat pemerintahan Gus Dur, dimana saat itu etnis tionghoa sangat dihormati dan dihargai.

1.5.4 Teori Kritis

Teori kritis mencoba mewarnai dunia komunikasi. Pada dasarnya teori kritis tumbuh untuk melawan keberadaan teori–teori posivistik. Teori kritis bertujuan untuk memperjuangkan

12


(17)

golongan marginal. Teori ini mulai dikembangkan diwilayah Jerman semenjak revolusi Uni Soviet. Tokoh – tokoh yang mewarnai tumbuhnya teori ini adalah Max, Hokheimer, Adorno, Herbert Mercuse, dan Jurgen Habermas.

Golongan terdahulu dalam pemikiran kritis Max, Hokheimer, Adorno, Herdert Mercuse lebih menekankan pemirikaran mereka pada tindakan pembebasan golongan minoritas dari budaya industri13. Jurgen Habermas adalah salah satu tokoh kritis yang termasyur dikalangan ilmuan kritis dimasa itu. Habermas lebih bertitik tekan pada teori tentang komunikasi dan masyarakat. Menurutnya, masyarakat harus mengerti tiga kepentingan utama14 yaitu : kerja, interaksi, dan power yang merupakan kondisi penting dan tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Emansipasi15 telah diperjuangkan oleh Habermas karena dia beranggapan bahwa dengan emasipasi dapat membebaskan diri dari sebuah situasi yang tidak objektif. Emasimasi ini lebih condong dilakukan oleh golongan marginal untuk lepas dari ketertindasan. Dan secara gaya historis, pemikiran Habermas ingin membuka sejarah yang telah ditutupi oleh aliran positivistik yang menganggap emansipasi tidak perlu karena akibat dari sejarah masa lalu.

Jurgen habermas merumuskan ada dua hal penyebab terjadinya distorsi komunikasi16 yaitu:

a. Di tingkat norma sosial, penindasan normatif, mengurangi fleksibilitas dan refleksi individual.

b. Tidak mau menerima kritik atau saran.

13

Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2002), p. 84

14

Nina Syam,Sosiologi Komunikasi(Bandung:Humaniora,2009), p. 177.

15

George Ritzer and Douglas j.Goodman,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Kencana,2004), p. 189.

16


(18)

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang menggunakan paradigma kritis17. paradigma ini melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang didominasi oleh kalangan mayoritas. Paradigma ini sangat cocok dengan penelitian ini karena dengan menggunakan paradigma ini akan membantu peneliti untuk mengkritisi data yang ditemukan oleh peneliti. Selain itu, objek yang dipilih oleh peneliti adalah golongan minoritas (orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya) yang memang harus mempunyai kejelian untuk mengungkapkan kenyataan.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian ini akan mengamati realita sosial yang terjadi dalam kehidupan orang Indonesia Tionghoa dalam dunia politik, khususnya komunikasi politik dan partisipasi politik. selain itu, dengan menggunakan pendekatan ini pula peneliti dapat benar-benar mengetahui dan mendapatkan segala jawaban dari semua pertanyaan mengenai komunikasi dan partisipasi politik orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya, karena peneliti akan dapat dekat dengan objek penelitiannnya. Sifat dari penelitian ini adalah ekploratif18. Dengan sifat tersebut peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai komunikasi dan partisipasi politik etnis tionghoa.

1.6.2 Fokus Penelitian

fokus dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang komunikasi dan partisipasi politik yang dilakukan oleh warga Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI Surabaya.

17

Bagong.Suyanto dan Sutinah,Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), p. 166.

18


(19)

1.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian ini hendak dilakukan. Penelitian ini akan dilaksanakan di:

Nama Instansi : Perhimpuanan Orang Indonesia Tionghoa (INTI) cabang

Surabaya

Alamat : Jalan, Karet no 21-23 Surabaya

Waktu penelitian : Desember 2011–Januari 2012

1.6.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menentukan informan dengan cara teknik purposive. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari sumber yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut ini, adalah kriteria dari penentuan informan :

1. Informan atau narasumber merupakan orang keturunan Etnis Tionghoa.

2. Informan atau narasumber merupakan pengurus aktif dalam organisasi perhimpunan orang Indonesia Tionghoa ( INTI ) cabang Surabaya.

3. Informan atau narasumber mengerti arti dari Komunikasi politik dan partisipasi politik. 4. Informan atau narasumber melakukan aktivitas komunikasi dan partisipasi politik.

5. Informan atau narasumber bersedia untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.


(20)

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan19wawancara mendalam, Dokumentasi, Penelurusan pustaka.

1.6.6 Analisis Data

Data yang dihasilkan selama proses penelitian kualitatif akan diolah dan dianalisis untuk memudahkan pemaknaan data. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara20 Transkrip,Open coding, Axial coding,Selective coding.

1.6.7 Keabsahan data

Dalam penelitian ini peneliti akan menilai keabsahan data dengan cara21 triagulasi sumber data. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Untuk memperoleh kebenaran informasi maka peneliti menggunakan cara observasi, wawancara pada narasumber lain, hasil dokumentasi pribadi, dokumen tertulis, dan catatan sejarah untuk mengecek kebenaran dari hasil wawancara pada saat penelitian.

19

Ibid., p. 166.

20

Bugin.B,Analisis Data Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2003), p. 127.

21


(1)

biasanya disebut sebagai komunikator politik7. Bila dibandingkan antara komunikator politik dengan warga negara pada umunya, komunikator politik lebih bersungguh-sungguh bila berbicara dan berbuat. Komunikator politik8juga dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti, Politisi, Professional, Aktivis, Tokoh Masyarakat Elite Birokrasi, Penyambung lidah.

1.5.3 Partisipasi politik

Partisipasi politik9 adalah suatu kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi tersebut bisa bersifat individu atau kolektif, terorganisasi atau spontan, mantab atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.

Partisipasi politik sangat diperlukan oleh negara karena dengannya partisipasi dari seluruh masyarakatnya akan sangat membantu kondisi pembangunan negara, terutama di negara berkembang. Lester Milbrath10 Dia mengkategorikan partisipasi politik menjadi 3 tipe yaitu, Tipe penonton Tipe transisional, Tipe gladiator.

1.5.3 Sejarah Politik Orang Indonesia Tionghoa

Secara historis, Etnis Tionghoa telah diakui sebagai salah satu warga negara Indonesia sejak zaman penjajahn Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 163 IS11 (Indische Staatsregeling Wet Van 2 September 1854,Ned.S. 1854-2,S.1855-2.jo.1), yang membagi penduduk Indonesia dalam 3 golongan penduduk, yaitu : golongan Eropa, golongan Timur Asing seperti Tionghoa, India, dan Arab, dan golongan pribumi. Pengakuan tersebut telah pula

7

Dan Nimmo,op.cit.,p. 28.

8

Dan Nimmo,op.cit.,p. 33.

9

Damsar,loc.cit.

10

Damsar,loc.cit.

11


(2)

menyebabkan tindakan – tindakan diskriminatif terutama terhadap Etnis Tionghoa. Hal ini merupakan tujuan dari penjajah Belanda yang menerapkan politikdevide et impera12atau politik mempecah belah. Dimana, ketika itu penjajah Belanda mengadu domba antara golongan pribumi dengan Etnis Tionghoa. Golongan pribumi seolah-olah golongan yang inferior, tidak dipercaya, tidak jujur, bodoh dan selalu memusuhi Etnis Tionghoa. Sebaliknya, eynis Tionghoa digambarkan sebagai suatu komunitas yang licik, mau menang sendiri, eksklusif (mengelompok), kikir, serigala ekonomi dan sebagainya. Dan politik ini dilanjutkan sampai pada pemerintahan orde baru dibawah pimpinan Soeharto.

Dalam perjalanan hidup orang Indonesia Tionghoa di tanah nusantara mereka sempat memberikan banyak respon pada negara dan pemerintah, walaupun banyak perilaku yang tidak sepatutnya yang mereka terima dari banyak kalangan. Sebagaian dari mereka terjun dalam dunia politik dan ikut memberikan pengaruh pada kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah saat itu.

Etnis tionghoa mengalami masa – masa yang cukup memprihatinkan hingga pemerintahan Soeharto. Saat, Indonesia masuk dalam era reformasi etnis tionghoa mendapatkan sedikit keleluasaan untuk beraktivitas. Dimana, tidak ada lagi perangan untuk agama, budaya, dan pembatasan aktivitas mereka. dan hal ini diperjelas lagi saat pemerintahan Gus Dur, dimana saat itu etnis tionghoa sangat dihormati dan dihargai.

1.5.4 Teori Kritis

Teori kritis mencoba mewarnai dunia komunikasi. Pada dasarnya teori kritis tumbuh untuk melawan keberadaan teori–teori posivistik. Teori kritis bertujuan untuk memperjuangkan

12


(3)

golongan marginal. Teori ini mulai dikembangkan diwilayah Jerman semenjak revolusi Uni Soviet. Tokoh – tokoh yang mewarnai tumbuhnya teori ini adalah Max, Hokheimer, Adorno, Herbert Mercuse, dan Jurgen Habermas.

Golongan terdahulu dalam pemikiran kritis Max, Hokheimer, Adorno, Herdert Mercuse lebih menekankan pemirikaran mereka pada tindakan pembebasan golongan minoritas dari budaya industri13. Jurgen Habermas adalah salah satu tokoh kritis yang termasyur dikalangan ilmuan kritis dimasa itu. Habermas lebih bertitik tekan pada teori tentang komunikasi dan masyarakat. Menurutnya, masyarakat harus mengerti tiga kepentingan utama14 yaitu : kerja, interaksi, dan power yang merupakan kondisi penting dan tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Emansipasi15 telah diperjuangkan oleh Habermas karena dia beranggapan bahwa dengan emasipasi dapat membebaskan diri dari sebuah situasi yang tidak objektif. Emasimasi ini lebih condong dilakukan oleh golongan marginal untuk lepas dari ketertindasan. Dan secara gaya historis, pemikiran Habermas ingin membuka sejarah yang telah ditutupi oleh aliran positivistik yang menganggap emansipasi tidak perlu karena akibat dari sejarah masa lalu.

Jurgen habermas merumuskan ada dua hal penyebab terjadinya distorsi komunikasi16 yaitu:

a. Di tingkat norma sosial, penindasan normatif, mengurangi fleksibilitas dan refleksi individual.

b. Tidak mau menerima kritik atau saran.

13

Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2002), p. 84

14

Nina Syam,Sosiologi Komunikasi(Bandung:Humaniora,2009), p. 177.

15

George Ritzer and Douglas j.Goodman,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Kencana,2004), p. 189.

16


(4)

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang menggunakan paradigma kritis17. paradigma ini melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang didominasi oleh kalangan mayoritas. Paradigma ini sangat cocok dengan penelitian ini karena dengan menggunakan paradigma ini akan membantu peneliti untuk mengkritisi data yang ditemukan oleh peneliti. Selain itu, objek yang dipilih oleh peneliti adalah golongan minoritas (orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya) yang memang harus mempunyai kejelian untuk mengungkapkan kenyataan.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian ini akan mengamati realita sosial yang terjadi dalam kehidupan orang Indonesia Tionghoa dalam dunia politik, khususnya komunikasi politik dan partisipasi politik. selain itu, dengan menggunakan pendekatan ini pula peneliti dapat benar-benar mengetahui dan mendapatkan segala jawaban dari semua pertanyaan mengenai komunikasi dan partisipasi politik orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya, karena peneliti akan dapat dekat dengan objek penelitiannnya. Sifat dari penelitian ini adalah ekploratif18. Dengan sifat tersebut peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai komunikasi dan partisipasi politik etnis tionghoa.

1.6.2 Fokus Penelitian

fokus dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang komunikasi dan partisipasi politik yang dilakukan oleh warga Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI Surabaya.

17

Bagong.Suyanto dan Sutinah,Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), p. 166.

18


(5)

1.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian ini hendak dilakukan. Penelitian ini akan dilaksanakan di:

Nama Instansi : Perhimpuanan Orang Indonesia Tionghoa (INTI) cabang

Surabaya

Alamat : Jalan, Karet no 21-23 Surabaya

Waktu penelitian : Desember 2011–Januari 2012

1.6.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menentukan informan dengan cara teknik purposive. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari sumber yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut ini, adalah kriteria dari penentuan informan :

1. Informan atau narasumber merupakan orang keturunan Etnis Tionghoa.

2. Informan atau narasumber merupakan pengurus aktif dalam organisasi perhimpunan orang Indonesia Tionghoa ( INTI ) cabang Surabaya.

3. Informan atau narasumber mengerti arti dari Komunikasi politik dan partisipasi politik. 4. Informan atau narasumber melakukan aktivitas komunikasi dan partisipasi politik.

5. Informan atau narasumber bersedia untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.


(6)

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan19wawancara mendalam, Dokumentasi, Penelurusan pustaka.

1.6.6 Analisis Data

Data yang dihasilkan selama proses penelitian kualitatif akan diolah dan dianalisis untuk memudahkan pemaknaan data. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara20 Transkrip,Open coding, Axial coding,Selective coding.

1.6.7 Keabsahan data

Dalam penelitian ini peneliti akan menilai keabsahan data dengan cara21 triagulasi sumber data. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Untuk memperoleh kebenaran informasi maka peneliti menggunakan cara observasi, wawancara pada narasumber lain, hasil dokumentasi pribadi, dokumen tertulis, dan catatan sejarah untuk mengecek kebenaran dari hasil wawancara pada saat penelitian.

19

Ibid., p. 166.

20

Bugin.B,Analisis Data Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2003), p. 127.

21