PARTISIPASI POLITIK ETNIS TIONGHOA PADA PEMILU ERA REFORMASI DI BINJAI.

(1)

PARTISIPASI POLITIK ETNIS TIONGHOA

PADA PEMILU ERA REFORMASI

DI BINJAI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan

Pendidikan Sejarah

Oleh:

SARAH AMANDA GULTOM 3123321050

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partispasi politik Etnis Tionghoa di Binjai mencakup faktor pendorong Etnis Tionghoa di binjai berpartisipasi dalam politik, dan juga untuk mengetahui bagaimana bentuk prtisipasi politik dan strategi Etnis Tionghoa dalam menentukan pilihannya dalam pemilu era Reformasi di Binjai. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field research), yaitu dengan mengumpulkan data-data secara objektif berdasarkan hasil wawancara warga masyarakat Tionghoa yang terdapat di Binjai dan didukung dengan buku - buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.Dari hasil penelitian, dapatlah diketahui, Pada pemilu 1999, perilaku etnis Tionghoa Binjai masih terlihat canggung dan malu-malu untuk terjun langsung kedalam politik praktis namun sangat antusias dalam hal pemberian suara. Pada pemilu 2004, perilaku politik etnis Tionghoa mulai menampakkan geliat yang cukup meningkat secara kuantitas. Dalam hal politik praktis, etnis Tionghoa mulai berani untuk mencalonkan diri sebagai caleg. Pada periode ini satu orang etnis Tionghoa berhasil memenangkan kursi di DPRD kota Binjai yaitu Sukiwi Tjong. Namun dalam hal pemberian suara, etnis Tionghoa cenderung untuk golput. Pada pemilu 2009, perilaku politik etnis Tionghoa lebih meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Peterus S.H, M.Si, berhasil memenangkan satu kursi di DPRD kota Binjai. Pada pemilu 2014, etnis Tionghoa semakin menunjukkan ketertarikannya dalam politik praktis, Sekitar 10 orang caleg yang berasal dari etnis Tionghoa, walaupun tidak ada satupun yang berhasil memenangkan kursi. Kata kunci : Partisipasi Politik Etnis Tionghoa, Pemilu Era Reformasi


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang dilimpakannya kepada penulis. Alhamdulillah atas izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi politik Etnis Tionghoa pada pemilu era Reformasi di Binjai”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, baik isi, tekhnik penelitian, maupun nilai ilmiahnya, mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada segala pihak yang mendoakan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu antara lain

 Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

 Ibu Dr. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

 Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

 Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A sebagai Dosen Pemimbimbing Skripsi yang telah sabar membimbing juga banyak membantu dan memberi masukan kepada peneliti

 Bapak Pristi Suhendro, S.Hum M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan penguji yang telah banyak memberi nasehat-nasehat bagi peneliti selama masa perkuliahan.


(7)

 Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen penguji atau pembanding utama yang banyak memberi masukan kepada peneliti.

 Ibu Dr. Samsidar Tanjung M.Pd selaku Dosen penguji atau pembanding utama yang banyak memberi masukan kepada peneliti

 Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah dan seluruh dosen dari fakultas lainnya yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan di Universiteas Negeri Medan.  Ayahanda Rismanda Gultom, Ibunda tercinta Almh. Sumiati Sitompul

yang melahirkan, dan Ibunda Shapasnida Rambe yang mendidik dan membesarkan peneliti, Karena doa dan restu mereka peneliti bisa menjadi saat sekarang ini dan sampai pada akhir untuk menyelesaikan studi dalam perkuliahan. Skripsi ini sengaja ananda persembahkan sebagai bukti bahwa ananda telah menyelesaikan amanat yang ayah dan ibu berikan kepada ananda. Kiranya Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada mereka.

 Buat keenam saudara peneliti, Nisa Ansyari Gultom, Syahri Ramadhani Gultom, Ismail Syahputra Gultom, Khairul Amal Gultom, Aulia Rahma Gultom dan Ikhwan Kurniawan Gultom yang telah banyak memberi peneliti dukungan dan smangat semasa proses penulisan skripsi ini.

 Para Informan, Sukiwi Tjong S.E, Saosin S.E, Suwandi, Christine Effendi dan yang lainnya yang telah banyak memberi Informasi bagi peneliti.  Buat temen-teman yang telah membantu dan menyemangati peneliti


(8)

Fakhri Muliawan Situmorang, Duma Milanta Sembiring, Ema Manisa, Dian Puspita sari Sirait, Suriyanti Siagian, Janita Anggraini Sembiring, Nurul Azmi Sambas, Kartika Siregar, Uci Armayanti, Roziah Rambe, Muhammad Iqbal, Agnestasia Sinulingga, Masriani Ariyati Hutasuhut, dan teman-teman lainnya di kelas Ekstensi 2012.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengrapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.Semoga skripsi ini bermanfat bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi yang membacanya, khususnya di wilayah Faklutas Ilmu Sosial.

Medan, Juni 2016


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar BelakangPenelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah...5

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Konsep ... 8

2.1.1. Partisipasi Politik ... 8

2.1.2. Etnis Tionghoa ... 9

2.1.3. Pemilihan Umum ... 11

2.1.4. Era Reformasi...14

2.2. Kerangka Berfikir………...16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1. Metode Penelitian... 17

3.2. Sumber Data ... 17

1. Data Primer ... 18

2. Data Sekunder ... 19

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.4. Teknik Analisis Data ... 20


(10)

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 21

4.1.1. Kondisi geografis ... 21

4.1.2. KeadaanPenduduk ... 23

4.1.3. Kondisi Sosial ... 25

A. Etnis...25

B. Agama...………...………...28

C.Pendidikan...………...28

4.2. Sejarah Ringkas Kota Binjai dan Sejarah Etnis Tionghoa Binjai ... .29

4.2.1. Sejarah Ringkas Kota Binjai...29

4.2.2. Sejarah Etnis Tionghoa Binjai...33

4.3. Pemilu Era Reformasi...………...36

4.4. Partisipasi politik Etnis Tionghoa Binjai Era Reformasi ... .41

4.4.1. Faktor Pendorong Etnis Tionghoa Binjai dalam Berpartisipasi Politik pada Pemilu Era Reformasi ...54

4.4.2. Bentuk Partisipasi Politik Etnis Tionghoa Binjai...61

4.4.3. Strategi Etnis Tionghoa Binjai menentukan pilihan dalam Pemilu..68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(11)

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 luas wilayah menurut kecamatan di kota Binjai...23 Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk... 24 Tabel 4.3 Keadaan Penduduk BredasarkanJenis Kelamin Menurut

Kecamatan... 25 Tabel 4.4 Kondisi Sosial Masyarakat Kota Binjai Berdasarkan Etnis Tahun

2000...26 Tabel 4.5 Kondisi Sosial Masyarakat Kota Binjai Berdasarkan Etnis Tahun

2010...27 Tabel 4.6 Perkembangan Penduduk Etnis Tionghoa Binjai Era Reformasi...35 Tabel 4.7 Data Perolehan suara Etnis Tionghoa pada pemilu 1999, 2004, 2009


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berbicara tentang keturunan Tionghoa di Indonesia pada umumnya dan di kota Binjai khususnya, jarang sekali terdengar soal politik, mereka hanya melakukan peranan mereka di bidang ekonomi, khususnya di sektor perdagangan. Asumsi ini bertolak dari adanya anggapan bahwa Etnis Tionghoa mendominasi bidang itu. Orang-orang keturunan Tionghoa yang tergolong dalam kategori ini adalah mereka yang enggan ikut secara aktif dalam bidang itu, hal mana disebabkan oleh pengalaman pahit yang dialami mereka pada tahun 1965 ketika meletusnya G 30 S yang pada saat itu diduga PKI lah dalang meletusnya peristiwa tersebut. Mereka yang ikut mendukung partai tersebut dituduh sebagai aktivis-aktivis PKI. Akibatnya, hingga saat ini mereka selalu dibayangi rasa takut. Artinya takut terlibat secara langsung kepada golongan ataupun partai-partai yang ada sekarang ini, karena mereka khawatir bahwa pengalaman masa lalu itu bisa terulang lagi.

Di zaman Orde Baru, keikutsertaan orang Tionghoa dalam politik tanah air nyaris tidak pernah didengar. Pada saat itu, geliat orang Tionghoa masih terbatas atau diposisikan pada segi bisnis, korporasi ekonomi, industri dan manufaktur, sedangkan dari segi politik, mereka masih enggan terlibat dan dilibatkan. Etnis Tionghoa pun agaknya membatasi dirinya dengan dunia politik.


(14)

Selama masa orde baru berkuasa etnis Tionghoa banyak diperlakukan dengan diskriminatif, baik dalam bidang poltik maupun social budaya. Etnis tionghoa seperti lebih diarahkan kebidang ekonomi saja. Perlakuan diskriminatif politik dan budaya yang diberlakukan pada masa pemerintahan Orde Baru seperti adanya peraturan ganti nama yang diatur dalam Keputusan Presidium Kabinet N0.127/U/Kep/12/1966, Inpres No.14/1967 yang mengatur perayaan keagamaan/tradisi yang membatasi hanya di lingkungan sendiri (bukan tempat umum), pengenalan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia(SKBRI), pemberian kode khusus pada KTP, belum lagi deraan berupa trauma politik yang dialami oleh etnis Tionghoa di masa Orde Baru bahkan di buat satu Badan Intelegen yang khusus bertugas mengawasi Masalah Tionghoa, yaitu Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC), suatu penamaan yang mengesankan bahwa kedatangan Tionghoa di Indonesia merupakan masalah. Hal ini menimbulkan sikap eksklusif, apatis dan isolatif bagi etnis Tionghoa dalam dunia politik.

Era reformasi yang berlangsung sejak 1998 memiliki arti tersendiri tidak hanya bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga bagi kalangan kelompok Etnis Tionghoa. Jika di era Orde Baru orang kelompok Etnis Tionghoa kurang memiliki ruang gerak untuk berekspresi, kecuali hanya berkutat di bidang ekonomi dan perdagangan, di era Reformasi kelompok Etnis Tionghoa mulai mendapatkan kebebasan sebagaimana etnis lain di Indonesia. Kalangan kelompok Etnis Tionghoa bebas dan berhak memasuki bidang apa saja, termasuk bidang kesenian sehingga mereka bebas menggelar pertunjukan barongsai, bakan, mereka pun memiliki kebebasan yang sama dengan warga negara lain di Indonesia untuk


(15)

memasuki bidang politik yang di era Orde Baru ditabukan. Bahkan, kalangan kelompok Etnis Tionghoa bebas dan berhak mendirikan partai politik yang khusus membidik kalangan kelompok Etnis Tionghoa atau masuk menjadi bagian dari partai politik lain yang lebih inklusif (La Ode 2012: 133).

Sejak Mei 1998, Pemerintah Indonesia telah memberikan kebebasan kepada warga Indonesia entis Tionghoa untuk berbicara terbuka, mendirikan partai politik, menjalankan dan mempraktekkan adat kebiasaan mereka secara terbuka. Pasca runtuhnya Orde Baru dan berganti menjadi era Reformasi dijadikan momentum bagi orang Tionghoa membuka dan menyadarkan mereka akan pentingnya memperjuangkan aspirasi mereka melalui saluran-saluran politik. Hal ini didukung oleh iklim demokrasi yang lebih baik

Pada era Reformasi Pemerintah Gusdur dan Megawati menunjuk dan mengangkat Kwik Kian Gie menjadi salah satu kabinetnya yang berasal dari PDIP. Lain daripada itu setelah era Reformasi partai-partai lain pun mulai terbuka terhadap orang Tionghoa seperti PAN, PKB maupun PIB dan terakhir adalah Demokrat. Hal ini turut menandai membaiknya hubungan antar etnis di Indonesia setelah sekian lama terpolarisasi. Sumber: (Pussisunimed's Blog).

Bagaimana dengan Etnis Tionghoa di Binjai pada era Reformasi? Etnis Tionghoa di Binjai merupakan Etnis terbesar ke lima dari sepuluh Etnis terbesar di Binjai, setelah Jawa, Melayu, Mandailing dan Karo, yaitu sekitar 7,03 % dari jumlah seluruh penduduk kota Binjai. (Data Base Kota Binjai Tahun 2012, Bappeda Kota Binjai). Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar Etnis Tionghoa di Binjai bermata pencaharian sebagai seorang pedagang. Dalam dunia


(16)

politik, Etnis Tionghoa di Binjai mulai menunjukkan geliat untuk aktif berpolitik. Beberapa Etnis Tionghoa berpartisipasi dengan terjun sebagai anggota partai politik, dan mencalonkan diri dalam pemilihan anggota legislatif dan sebagian besar ikut aktif dalam pemberian suara pada pemilu dan pemilukada.

Salah satu masyarakat Etnis Tionghoa yang ikut andil dalam politik yaitu Peterus salah satu mantan anggota DPRD Binjai. Ada juga, Sukiwi Tjong yang merupakan mantan anggota DPRD Binjai yang juga merupakan tokoh masyarakat Tionghoa Binjai. Baru baru ini beliau hadir dalam sebuah pertemuan yang dihadiri warga Tionghoa yang mewakili l5 kecamatan sekota Binjai. Pertemuan tersebut adalah untuk menyambut kedatangan dan mendukung salah satu pasangan calon walikota dan calon wakil walikota Binjai. Pertemuan tersebut dihadiri sekitar dua ribuan warga Etnis Tionghoa. Sumber: (harian Analisa, selasa 24 November 2015).

Tak hanya itu, kaum muda etnis Tionghoa Binjai juga tak kalah aktif dalam politik. Baru baru ini juga mereka menggelar deklarasi pemberian dukungan kepada salah satu calon walikota dan wakil walikota Binjai, di kelurahan Kartini kecamatan Binjai Kota (Harian Analisa, 14 desember 2015). Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat Etnis Tionghoa yang cukup besar dalam politik pada era reformasi ini.

Dari beberapa uraian di atas tentang perkembangan partisipasi politik etnis Tionghoa yang mengalami pasang surut, membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana Partisipasi Politik Etnis Tionghoa pada Pemilu Era reformasi di Kota Binjai. Selain itu, peneliti juga ingin melihat


(17)

apa dasar dan motif penduduk etnis Tionghoa untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu yang selalu diselenggarakan oleh pemerintah pada kurun waktu lima tahun sekali ini.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah:

1. Faktor pendorong dan penarik warga Etnis Tionghoa di Binjai ikut berpartisipasi dalam pemilu era Reformasi

2. Bentuk partisipasi politik Etnis Tionghoa di Binjai dalam pemilu era reformasi

3. Strategi Etnis Tionghoa dalam menentukan pilihan pada pemilu era reformasi di Kota Binjai

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memaksimalkan hasil penelitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Partisipasi politik Etnis Tionghoa pada Pemilu Era reformasi di Kota Binjai"


(18)

1.4. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah yang menjadi faktor pendorong dan penarik warga Etnis Tionghoa di Binjai ikut berpartisipasi dalam politik pemilu Era Reformasi

2. Bagaimana bentuk partisipasi politik Etnis Tionghoa di Binjai dalam Pemilu Era Reformasi?

3. Bagaimana strategi Etnis Tionghoa di Binjai dalam menentukan pilihan pada pemilu Era reformasi?

1.5. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mempermudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penarik warga Etnis Tionghoa di Binjai ikut berpartisipasi dalam politik terutama dalam pemilu Era Reformasi

2. Untuk mengetahui bentuk partisipasi politik Etnis Tionghoa dalam pemilu Era Reformasi di Kota Binjai.

3. Untuk mengetahui strategi Etnis Tionghoa dalam menentukan pilihan pada pemilu Era Reformasi di Kota Binjai.


(19)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh sesudah melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan peneliti tentang Partisipasi politik Etnis Tionghoa Binjai

2. Untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi para pembaca baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum tentang Partisipasi politik Etnis Tionghoa Binjai

3. Memperkaya informasi bagi masyarakat umum mengenai Etnis Tionghoa dan partisipasinya dalam bidang politik.

4. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khusunya jurusan Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami mengenai Etnis Tionghoa dan partisipasinya dalam bidang politik. 5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang

bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

6. Menambah daftar bacaan kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya Fakultas Ilmu Sosial Jurusuan Pendidikan Sejarah.


(20)

1 BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Era Reformasi yang ditandai dengan tumbangnya pemerintahan orde baru, iklim demokrasi secara nasional telah membuka ruang bagi warga keturunan Tionghoa di Binjai untuk berpartisipasi di bidang politk, walaupun terkesan pelan dan lambat. Pada umumnya mereka yang terlibat sebagai politisi adalah mereka yang mapan dari sisi ekonomi, sehingga orientasi mereka di kancah politik bukan untuk mencari sumber ekonomi, melainkan lebih pada eksistensi, pengabdian dan pelayanan.

Pada pemilu 1999, perilaku etnis Tionghoa Binjai masih terlihat canggung dan malu-malu untuk terjun langsung kedalam politik praktis namun sangat antusias dalam hal pemberian suara. Pada pemilu 2004, perilaku politik etnis Tionghoa mulai menampakkan geliat yang cukup meningkat secara kuantitas. Dalam hal politik praktis, etnis Tionghoa mulai berani untuk mencalonkan diri sebagai caleg. Pada periode ini satu orang etnis Tionghoa berhasil memenangkan kursi di DPRD kota Binjai yaitu Sukiwi Tjong. Namun dalam hal pemberian suara, etnis Tionghoa cenderung untuk golput. Pada pemilu 2009, perilaku politik etnis Tionghoa lebih meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Peterus S.H, M.Si, berhasil memenangkan satu kursi di DPRD kota Binjai. Pada pemilu 2014, etnis Tionghoa semakin menunjukkan ketertarikannya dalam politik praktis,


(21)

2

Sekitar 10 orang caleg yang berasal dari etnis Tionghoa, walaupun tidak ada satupunyang berhasil memenangkan kursi.

Etnis Tionghoa ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa berpolitik, Etnis Tionghoa ingin membuktikan bahwa mereka mencintai Negara Indonesia. Etnis Tionghoa ingin ikut membela negara. Etnis Tionghoa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berpolitik. Etnis Tionghoa menyadari dengan berpolitik mereka dapat menunjukkan rasa peduli dan tanggung jawab mereka terhadap negara Hal inilah yang membuat Etnis Tionghoa antusias untuk berpolitik pada era reformasi. Karena mereka warga Negara Indonesia, mereka lahir di Indonesia, mencari makan di Indonesia, teman-teman mereka ada di Indonesia, maka mereka merasa wajib terlibat dalam politik di Indonesia.

bentuk partisipasi politik yang biasa dilakukan oleh etnis Tionghoa di era reformasi adalah bentuk partisipasi konvensional, yaitu yang meliputi, pemberian suara (voting); diskusi kelompok; kegiatan kampanye; membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan dan Komunikasi individual dengan pejabat politik/administrative. Etnis Tionghoa di era reformasi ini, jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah terlibat dalam bentuk partisipasi politik non-konvensional.

Etnis Tionghoa memilih golput bukan karena ketidak pedulian mereka atau sikap apatis mereka terhadap perpolitikan Indonesia. Mereka memiliki alasan tersendiri. Apabila pada suatu periode pemilu, tidak ada calon pemimpin yang


(22)

3

layak dipilih berdasarkan pandangan mereka, maka mereka tidak akan menyumbangkan suaranya dan memilih abstain pada periode tersebut.

Etnis Tionghoa dalam menentukan pilihan pada pemilu memiliki strategi. Etnis Tionghoa cenderung untuk memilih berdasarkan kelayakan calon pemimpin atau wakil rakyat tersebut. Strategi mereka antara lain dengan mencari tahu tentang reputasi, profil, serta riwayat hidup para calon-calon legislatif ataupun calon presiden dan wakilnya dari berita di media masa, baik itu dari televisi, koran, ataupun pemberitaan di internet. Etnis Tionghoa juga melihat visi dan misi juga program kerja dari calon dan partai yang mengusungnya.

5.2. Saran

Partisipasi politik merupakan dasar dalam kehidupan politik bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa, maupun masyarakat yang berada di daerah terpencil sekalipun karena dengan keikutsertaan dalam partisipasi politik ini masyarakat dapat ikut andil dalam sistem demokrasi di Indonesia Oleh sebab itu, warga etnis Tionghoa khususnya di kota Binjai lebih aktif lagi dalam kegiatan partsipasi politik dalam pemilu. Perlunya keaktifan mereka dalam segala kegiatan politik tentu akan membawa dampak yang postif bagi mereka, salah satunya sebagai pengalaman dalam berorganisasi ataupun lainnya Sebagai warga etnis Tionghoa yang juga diberikan hak yang sama dengan warga Indonesia lainnya dan juga hak-hak mereka yang telah dilindungi undang-undang seharusnya mereka tidak ada lagi alasan untuk minder ataupun takut dalam terjun ke ranah perpolitikan


(23)

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sukarno Basuki. 2012. Reformasi dan jatuhnya Soeharto. Buku kompas. Jakarta.

AIPI. 1990. Jurnal Ilmu Politik 6. Gramedia. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Gramedia

pustaka. Jakarta.

Chaidar, Al. 1419H. Reformasi Prematur:Jawaban Islam Terhadap Reformasi

Total. Darul Falah. Jakarta.

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Ombak. Yogyakarta.

Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

G. Tan, Melly. 2008. Etnis Tionghoa di Indonesia.Penerbit Yayasan Obor

Indonesa. Jakarta.

Gatara, Sahid. 2009. Ilmu Politik: Memahami dan Menerapkan. Pustaka Setia.

Bandung.

Haricahyono, Cheppy. 1986. Ilmu Politik dan perspektifnya. Tiara Wacana.

Yogyakarta.

I Wibowo. 2001. Harga Yang Harus Dibayar Cina. Gramedia Pustaka. Jakarta

La Ode. 2012. Etnis Cina Indonesia Dalam Politik : Politik Etnis Cina Pontianak

dan Singkawang di Era Reformasi 1998-2008. Y.O.I. Jakarta.

Liem, yusiu. 2000. Prasangka Terhadap Etnis Cina : Evaluasi 33 Tahun Di

Bawah Rejim Soeharto. Djambatan dan penerbit Pena Klasik. Jakarta

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejara Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia.

Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV. Jakarta

Suryadinata, Leo. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa. LP3ES. Jakarta

Suryadinata, Leo. 1999. etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. LP3ES.

Jakarta

Syamsudin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta.

Syarbani, syahrial. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Ghalia Indonesia.


(1)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh sesudah melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan peneliti tentang Partisipasi politik Etnis Tionghoa Binjai

2. Untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi para pembaca baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum tentang Partisipasi politik Etnis Tionghoa Binjai

3. Memperkaya informasi bagi masyarakat umum mengenai Etnis Tionghoa dan partisipasinya dalam bidang politik.

4. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khusunya jurusan Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami mengenai Etnis Tionghoa dan partisipasinya dalam bidang politik.

5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

6. Menambah daftar bacaan kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya Fakultas Ilmu Sosial Jurusuan Pendidikan Sejarah.


(2)

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Era Reformasi yang ditandai dengan tumbangnya pemerintahan orde baru, iklim demokrasi secara nasional telah membuka ruang bagi warga keturunan Tionghoa di Binjai untuk berpartisipasi di bidang politk, walaupun terkesan pelan dan lambat. Pada umumnya mereka yang terlibat sebagai politisi adalah mereka yang mapan dari sisi ekonomi, sehingga orientasi mereka di kancah politik bukan untuk mencari sumber ekonomi, melainkan lebih pada eksistensi, pengabdian dan pelayanan.

Pada pemilu 1999, perilaku etnis Tionghoa Binjai masih terlihat canggung dan malu-malu untuk terjun langsung kedalam politik praktis namun sangat antusias dalam hal pemberian suara. Pada pemilu 2004, perilaku politik etnis Tionghoa mulai menampakkan geliat yang cukup meningkat secara kuantitas. Dalam hal politik praktis, etnis Tionghoa mulai berani untuk mencalonkan diri sebagai caleg. Pada periode ini satu orang etnis Tionghoa berhasil memenangkan kursi di DPRD kota Binjai yaitu Sukiwi Tjong. Namun dalam hal pemberian suara, etnis Tionghoa cenderung untuk golput. Pada pemilu 2009, perilaku politik etnis Tionghoa lebih meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Peterus S.H, M.Si, berhasil memenangkan satu kursi di DPRD kota Binjai. Pada pemilu


(3)

Sekitar 10 orang caleg yang berasal dari etnis Tionghoa, walaupun tidak ada satupunyang berhasil memenangkan kursi.

Etnis Tionghoa ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa berpolitik, Etnis Tionghoa ingin membuktikan bahwa mereka mencintai Negara Indonesia. Etnis Tionghoa ingin ikut membela negara. Etnis Tionghoa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berpolitik. Etnis Tionghoa menyadari dengan berpolitik mereka dapat menunjukkan rasa peduli dan tanggung jawab mereka terhadap negara Hal inilah yang membuat Etnis Tionghoa antusias untuk berpolitik pada era reformasi. Karena mereka warga Negara Indonesia, mereka lahir di Indonesia, mencari makan di Indonesia, teman-teman mereka ada di Indonesia, maka mereka merasa wajib terlibat dalam politik di Indonesia.

bentuk partisipasi politik yang biasa dilakukan oleh etnis Tionghoa di era reformasi adalah bentuk partisipasi konvensional, yaitu yang meliputi, pemberian suara (voting); diskusi kelompok; kegiatan kampanye; membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan dan Komunikasi individual dengan pejabat politik/administrative. Etnis Tionghoa di era reformasi ini, jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah terlibat dalam bentuk partisipasi politik non-konvensional.

Etnis Tionghoa memilih golput bukan karena ketidak pedulian mereka atau sikap apatis mereka terhadap perpolitikan Indonesia. Mereka memiliki alasan tersendiri. Apabila pada suatu periode pemilu, tidak ada calon pemimpin yang


(4)

layak dipilih berdasarkan pandangan mereka, maka mereka tidak akan menyumbangkan suaranya dan memilih abstain pada periode tersebut.

Etnis Tionghoa dalam menentukan pilihan pada pemilu memiliki strategi. Etnis Tionghoa cenderung untuk memilih berdasarkan kelayakan calon pemimpin atau wakil rakyat tersebut. Strategi mereka antara lain dengan mencari tahu tentang reputasi, profil, serta riwayat hidup para calon-calon legislatif ataupun calon presiden dan wakilnya dari berita di media masa, baik itu dari televisi, koran, ataupun pemberitaan di internet. Etnis Tionghoa juga melihat visi dan misi juga program kerja dari calon dan partai yang mengusungnya.

5.2. Saran

Partisipasi politik merupakan dasar dalam kehidupan politik bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa, maupun masyarakat yang berada di daerah terpencil sekalipun karena dengan keikutsertaan dalam partisipasi politik ini masyarakat dapat ikut andil dalam sistem demokrasi di Indonesia Oleh sebab itu, warga etnis Tionghoa khususnya di kota Binjai lebih aktif lagi dalam kegiatan partsipasi politik dalam pemilu. Perlunya keaktifan mereka dalam segala kegiatan politik tentu akan membawa dampak yang postif bagi mereka, salah satunya sebagai pengalaman dalam berorganisasi ataupun lainnya Sebagai warga etnis Tionghoa yang juga diberikan hak yang sama dengan warga Indonesia lainnya dan juga hak-hak mereka yang telah dilindungi undang-undang seharusnya mereka tidak ada lagi alasan untuk minder ataupun takut


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sukarno Basuki. 2012. Reformasi dan jatuhnya Soeharto. Buku kompas. Jakarta.

AIPI. 1990. Jurnal Ilmu Politik 6. Gramedia. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Gramedia pustaka. Jakarta.

Chaidar, Al. 1419H. Reformasi Prematur:Jawaban Islam Terhadap Reformasi

Total. Darul Falah. Jakarta.

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Ombak. Yogyakarta.

Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

G. Tan, Melly. 2008. Etnis Tionghoa di Indonesia.Penerbit Yayasan Obor Indonesa. Jakarta.

Gatara, Sahid. 2009. Ilmu Politik: Memahami dan Menerapkan. Pustaka Setia. Bandung.

Haricahyono, Cheppy. 1986. Ilmu Politik dan perspektifnya. Tiara Wacana. Yogyakarta.

I Wibowo. 2001. Harga Yang Harus Dibayar Cina. Gramedia Pustaka. Jakarta La Ode. 2012. Etnis Cina Indonesia Dalam Politik : Politik Etnis Cina Pontianak

dan Singkawang di Era Reformasi 1998-2008. Y.O.I. Jakarta.

Liem, yusiu. 2000. Prasangka Terhadap Etnis Cina : Evaluasi 33 Tahun Di

Bawah Rejim Soeharto. Djambatan dan penerbit Pena Klasik. Jakarta

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejara Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV. Jakarta

Suryadinata, Leo. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa. LP3ES. Jakarta

Suryadinata, Leo. 1999. etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. LP3ES. Jakarta

Syamsudin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Syarbani, syahrial. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Ghalia Indonesia.