Usia maturasi seksual dan pertumbuhan badan laki-laki Kabupaten Sragen

(1)

i

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN

BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN

SURATNO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

i

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009 Suratno NIM G352070291


(3)

ii ABSTRACT

SURATNO. Age of Sexual Maturity and the Body Growth Pattern of Sragen Boys. Under direction of BAMBANG SURYOBROTO and DEDY DURYADI SOLIHIN.

Puberty occurs at end of juvenile stage and is an event of short duration (days or a few weeks): Reactivation of central nervous system mechanism for sexual development, dramatic increase in secretion of sex hormones. The development characteristics during puberty are growth spurt, sexual maturation. These characteristics are affected by nutrients and food, urban areas and social economic status. Stages of sexual maturation can be examined by measuring Sexual Maturation Ratting (SMR). It is the best and cheap method for clinical test. The common indication used to determine the timing of development is defined as Tanner genital maturation and pubic hair development. Body growth can be determined by calculating the Body Mass Index (BMI), which is the ratio between weight (kg) and the square of height (m2). The aim of this research was to investigate the sexual maturation and the pattern of body growth Sragen Boys. A population-based sample of 645 boys aged 9 to 19 years. Horizontal method was used to collect data. Data were analyzed using Probit and Avas method. The result showed that Sragen boys had their spermarche in the median age 12.60 year. Estimation of the median age at Tanner stage 2 for pubic hair development were 11.62 year, at stage 3 were 13.01 year, at stage 4 were 14.15 year, at stage 5 were 16.37 year. Weight growth spurt at the age 10 years old, height growth spurt at the age 13 years old. The correlation value between BMI and weight was 0.83, while the correlation value of the BMI to height was 0.29. Pubic hair develope very rapidly in the phase of puberty, especially after spermarche. The Body Mass Index tends to be determine by weight not by height.

Keywords: spermarche, pubic hair, development, sexual maturation, body growth, boys, Sragen


(4)

iii

RINGKASAN

SURATNO. Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan DEDY DURYADI SOLIHIN

Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase kanak-kanak berakhir. Pubertas menyatakan perubahan biologis yang berkaitan dengan kapasitas reproduksi. Pubertas adalah reaktifasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis.. Pada masa remaja terjadi pacu tumbuh dan maturasi seksual. Perbaikan nutrisi dan gizi, keadaan lingkungan urban (perkotaan) serta status sosial ekonomi mempengaruhi tingkat maturasi seksual. Tahap-tahap kematangan seksual dapat dilihat dari percepatan tercapainya stadium Tingkat Maturasi Seksual (TMS) yang merupakan cara yang baik dan murah untuk penilaian klinis. Spermarke (saat awal mengeluarkan sperma) merupakan tanda umum yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya maturasi pada laki-laki. Pencapaian stadium tingkat maturasi seksual dengan melihat perkembangan genital dan rambut pubis. Pertumbuhan badan dapat diketahui dengan cara menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan rasio antara berat badan (kg) dan kuadrat tinggi badan (m2). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji saat terjadinya maturasi seksual dan pola pertumbuhan badan laki-laki daerah urban di Kabupaten Sragen.

Subyek penelitian adalah anak laki-laki dengan jumlah 645 orang pada rentang usia 9 sampai 19 tahun. Kunjungan terhadap probandus untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 – Agustus 2008. Peneliti memberikan penjelasan atau diskusi terarah mengenai latar belakang penelitian kepada para siswa. Pengukuran hanya dilaksanakan bila sekolah menyetujui mengikuti kegiatan penelitian dan siswanya pun bersedia dengan sukarela untuk mengisi kuesioner dan pengamatan visual serta mendapatkan pengukuran antropometri. Selain itu informed consent (persetujuan) diperoleh dari orang tua siswa SD atau langsung dari siswa / anak yang bersangkutan. Probandus mengisi sendiri (kecuali pada usia SD; orang tua/wali) kuesioner yang berisi data pribadi beserta data orang tua. Pengisian formulir didampingi asisten peneliti untuk memberikan penjelasan jika diperlukan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode horizontal. Pengukuran hanya dilakukan sekali untuk setiap subyek.

Usia spermarke diperoleh dengan menanyakan langsung kepada subyek apakah dia sudah mengalami spermarke (metode status quo). Maturasi seksual pada subyek berdasarkan perkembangan rambut pubis ditentukan menurut deskripsi Marshall & Tanner (1970). Probandus yang diamati diminta membuka sebagian celana penutup genitalnya sedemikian rupa sehingga secara langsung dapat terlihat jelas pola penyebaran tumbuhnya rambut pubis di sekitar genital. Hasil pengamatan visual (visual inspection) selanjutnya diklasifikasikan menurut 5 tahapan Tanner.

Pengukuran subyek penelitian menggunakan prosedur antropometri. Antropometri merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari bentuk , ukuran dan proporsi tubuh manusia. Dalam pengukuran tubuh subyek, prosedur antropometri dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan tebal


(5)

iv lipatan kulit. Data hasil pengukuran antropometri dicatat pada lembar data pengukuran. Berat badan biasanya digunakan untuk menentukan status nutrisi, terutama jika digabungkan dengan tinggi badan. Berat badan dan tinggi badan merupakan indikator yang relatif lebih baik untuk menggambarkan massa lemak tubuh secara keseluruhan. Parameter tersebut dapat ditransformasi menjadi indek cadangan energi tubuh yaitu IMT ( Indeks Massa Tubuh).

Untuk setiap kelas usia, peneliti menghitung berapa persen anak laki-laki yang sudah mengalami spermarke. Persentase-persentase ini diplotkan sepanjang kelas usia yang ada. Titik-titik ini mengikuti sebaran probit. Kurva yang cocok bagi titik-titik observasi ini dihitung dengan menggunakan metode Probit-GLM (Generalized Linear Models). Garis horizontal yang ditarik dari 50 % memotong kurva di suatu titik, usia titik ini adalah median usia spermarke. Metode ini juga digunakan untuk menentukan median usia pada setiap tahap/tingkatan perkembangan rambut pubis.

Regresi non-parametrik didasarkan pada prosedur Additivity and Variance Stabilization (AVAS). Regresi ini digunakan untuk menentukan nilai-nilai distribusi frekwensi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh untuk setiap kelompok usia. Distribusi data dinyatakan dalam persentil antara 2.3 dan 97.7 sehingga rentang datanya adalah 95.4 %. Persentil adalah sebuah nilai spesifik pada distribusi normal yang memberikan persentase keadaan diatas dan dibawah dari nilai spesifik tersebut. Median atau persentil ke-50 menunjukan bahwa 50 % dari seluruh data terletak di atas nilai P50 dan 50 % lagi terletak di

bawah nilai P50. Pola pertumbuhan merupakan gambaran rata-rata pertumbuhan

yang terjadi di suatu populasi. Pola pertumbuhan tersebut diperoleh dengan cara menghubungkan nilai median pada setiap kelompok usia.

Jumlah subyek yang sudah mengalami spermarke diperoleh 77.83 % dari total subyek yang ada (n=645). Berdasarkan metode status quo subyek yang mengalami spermarke paling awal pada usia 11.5 tahun (11.76 %) dan pada usia 15 tahun 100 % populasi sudah mengalami spermarke. Hasil menunjukkan bahwa laki-laki daerah urban di Kabupaten Sragen mengalami spermarke pada median usia 12.60 tahun. Median usia untuk mencapai maturasi seksual tahap 2 perkembangan rambut pubis pada usia 11.62 tahun, tahap 3 pada usia 13.01 tahun, tahap 4 pada usia 14.15 tahun, tahap 5 pada usia 16.37 tahun. Lonjakan laju pertumbuhan berat badan pada usia 10 tahun sebesar 6.20 kg/th, lonjakan laju tinggi badan pada usia 13 tahun sebesar 71.70 mm/th. Nilai korelasi IMT dan berat badan adalah 0.83, sedangkan tinggi badan dan IMT adalah 0.29. Perkembangan rambut pubis relatif sangat cepat ketika memasuki masa pubertas khususnya setelah usia spermarke. IMT lebih ditentukan oleh berat badan dari pada tinggi badan.

Berdasarkan usia saat spermarke dan perkembangan rambut pubis, maturasi seksual dan lonjakan laju pertumbuhan tinggi badan laki-laki Kabupaten Sragen terjadi pada usia 13 tahun.

Kata kunci : spermarke, perkembangan rambut pubis, maturasi seksual, pertumbuhan badan,laki-laki Sragen


(6)

v

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

vi

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN

BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN

SURATNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Bio Sains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(8)

vii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. dr. Sri Budiarti


(9)

viii Halaman Pengesahan

Judul Tesis : Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen

Nama : Suratno NIM : G352070291

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(10)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 ini ialah maturasi seksual, dengan judul Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen. Sumber dana penelitian berasal dari beasiswa Departemen Agama Republik Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kepala SMK Negeri 2 Sragen, Bapak Kepala SMP Negeri 1 Sragen, Bapak Kepala SMP Negeri 2 Sragen, Ibu Kepala SMP Negeri 5 Sragen, Bapak Kepala SD Negeri 3 Sragen, dan Bapak Kepala MA Nahdlatul Ulama 1 Gondang-Sragen, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Kepada Endang Triningsih belahan jiwa yang senantiasa berdoa dan memberikan dukungan, penulis sangat bangga akan ketabahan, keshobaran dan pengorbanan yang telah dilakukan. Kepada Reshita, Heradhyta, Tristand-Zenna, dan Floradyna, semua adalah buah hati yang selalu menjadi kebanggaan dan motivasi tersendiri bagi penulis. Kepada ibu Hj. Budjo, bude Hj. Rosy, Om Darto, dan semua saudara, penulis mengucapkan terima kasih atas doa, kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama menjalankan penelitian hingga penulisan tesis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu Tetri, ibu Irma, pak Mahran, ibu Sekar, mbak Dian_Fu, mas Arip, dan rekan-rekan BUD Depag 2007

serta seluruh warga “Pondok Asad”, khususnya mas Novan, mas Omad, mas

Yudhi, kang Ikhsan, Alwin_si-Tampan, mas Eko, mas Zuand dan mas Yasril, atas saran, diskusi serta dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009 Suratno


(11)

i

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN

BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN

SURATNO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

i

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009 Suratno NIM G352070291


(13)

ii ABSTRACT

SURATNO. Age of Sexual Maturity and the Body Growth Pattern of Sragen Boys. Under direction of BAMBANG SURYOBROTO and DEDY DURYADI SOLIHIN.

Puberty occurs at end of juvenile stage and is an event of short duration (days or a few weeks): Reactivation of central nervous system mechanism for sexual development, dramatic increase in secretion of sex hormones. The development characteristics during puberty are growth spurt, sexual maturation. These characteristics are affected by nutrients and food, urban areas and social economic status. Stages of sexual maturation can be examined by measuring Sexual Maturation Ratting (SMR). It is the best and cheap method for clinical test. The common indication used to determine the timing of development is defined as Tanner genital maturation and pubic hair development. Body growth can be determined by calculating the Body Mass Index (BMI), which is the ratio between weight (kg) and the square of height (m2). The aim of this research was to investigate the sexual maturation and the pattern of body growth Sragen Boys. A population-based sample of 645 boys aged 9 to 19 years. Horizontal method was used to collect data. Data were analyzed using Probit and Avas method. The result showed that Sragen boys had their spermarche in the median age 12.60 year. Estimation of the median age at Tanner stage 2 for pubic hair development were 11.62 year, at stage 3 were 13.01 year, at stage 4 were 14.15 year, at stage 5 were 16.37 year. Weight growth spurt at the age 10 years old, height growth spurt at the age 13 years old. The correlation value between BMI and weight was 0.83, while the correlation value of the BMI to height was 0.29. Pubic hair develope very rapidly in the phase of puberty, especially after spermarche. The Body Mass Index tends to be determine by weight not by height.

Keywords: spermarche, pubic hair, development, sexual maturation, body growth, boys, Sragen


(14)

iii

RINGKASAN

SURATNO. Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan DEDY DURYADI SOLIHIN

Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase kanak-kanak berakhir. Pubertas menyatakan perubahan biologis yang berkaitan dengan kapasitas reproduksi. Pubertas adalah reaktifasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis.. Pada masa remaja terjadi pacu tumbuh dan maturasi seksual. Perbaikan nutrisi dan gizi, keadaan lingkungan urban (perkotaan) serta status sosial ekonomi mempengaruhi tingkat maturasi seksual. Tahap-tahap kematangan seksual dapat dilihat dari percepatan tercapainya stadium Tingkat Maturasi Seksual (TMS) yang merupakan cara yang baik dan murah untuk penilaian klinis. Spermarke (saat awal mengeluarkan sperma) merupakan tanda umum yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya maturasi pada laki-laki. Pencapaian stadium tingkat maturasi seksual dengan melihat perkembangan genital dan rambut pubis. Pertumbuhan badan dapat diketahui dengan cara menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan rasio antara berat badan (kg) dan kuadrat tinggi badan (m2). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji saat terjadinya maturasi seksual dan pola pertumbuhan badan laki-laki daerah urban di Kabupaten Sragen.

Subyek penelitian adalah anak laki-laki dengan jumlah 645 orang pada rentang usia 9 sampai 19 tahun. Kunjungan terhadap probandus untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 – Agustus 2008. Peneliti memberikan penjelasan atau diskusi terarah mengenai latar belakang penelitian kepada para siswa. Pengukuran hanya dilaksanakan bila sekolah menyetujui mengikuti kegiatan penelitian dan siswanya pun bersedia dengan sukarela untuk mengisi kuesioner dan pengamatan visual serta mendapatkan pengukuran antropometri. Selain itu informed consent (persetujuan) diperoleh dari orang tua siswa SD atau langsung dari siswa / anak yang bersangkutan. Probandus mengisi sendiri (kecuali pada usia SD; orang tua/wali) kuesioner yang berisi data pribadi beserta data orang tua. Pengisian formulir didampingi asisten peneliti untuk memberikan penjelasan jika diperlukan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode horizontal. Pengukuran hanya dilakukan sekali untuk setiap subyek.

Usia spermarke diperoleh dengan menanyakan langsung kepada subyek apakah dia sudah mengalami spermarke (metode status quo). Maturasi seksual pada subyek berdasarkan perkembangan rambut pubis ditentukan menurut deskripsi Marshall & Tanner (1970). Probandus yang diamati diminta membuka sebagian celana penutup genitalnya sedemikian rupa sehingga secara langsung dapat terlihat jelas pola penyebaran tumbuhnya rambut pubis di sekitar genital. Hasil pengamatan visual (visual inspection) selanjutnya diklasifikasikan menurut 5 tahapan Tanner.

Pengukuran subyek penelitian menggunakan prosedur antropometri. Antropometri merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari bentuk , ukuran dan proporsi tubuh manusia. Dalam pengukuran tubuh subyek, prosedur antropometri dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan tebal


(15)

iv lipatan kulit. Data hasil pengukuran antropometri dicatat pada lembar data pengukuran. Berat badan biasanya digunakan untuk menentukan status nutrisi, terutama jika digabungkan dengan tinggi badan. Berat badan dan tinggi badan merupakan indikator yang relatif lebih baik untuk menggambarkan massa lemak tubuh secara keseluruhan. Parameter tersebut dapat ditransformasi menjadi indek cadangan energi tubuh yaitu IMT ( Indeks Massa Tubuh).

Untuk setiap kelas usia, peneliti menghitung berapa persen anak laki-laki yang sudah mengalami spermarke. Persentase-persentase ini diplotkan sepanjang kelas usia yang ada. Titik-titik ini mengikuti sebaran probit. Kurva yang cocok bagi titik-titik observasi ini dihitung dengan menggunakan metode Probit-GLM (Generalized Linear Models). Garis horizontal yang ditarik dari 50 % memotong kurva di suatu titik, usia titik ini adalah median usia spermarke. Metode ini juga digunakan untuk menentukan median usia pada setiap tahap/tingkatan perkembangan rambut pubis.

Regresi non-parametrik didasarkan pada prosedur Additivity and Variance Stabilization (AVAS). Regresi ini digunakan untuk menentukan nilai-nilai distribusi frekwensi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh untuk setiap kelompok usia. Distribusi data dinyatakan dalam persentil antara 2.3 dan 97.7 sehingga rentang datanya adalah 95.4 %. Persentil adalah sebuah nilai spesifik pada distribusi normal yang memberikan persentase keadaan diatas dan dibawah dari nilai spesifik tersebut. Median atau persentil ke-50 menunjukan bahwa 50 % dari seluruh data terletak di atas nilai P50 dan 50 % lagi terletak di

bawah nilai P50. Pola pertumbuhan merupakan gambaran rata-rata pertumbuhan

yang terjadi di suatu populasi. Pola pertumbuhan tersebut diperoleh dengan cara menghubungkan nilai median pada setiap kelompok usia.

Jumlah subyek yang sudah mengalami spermarke diperoleh 77.83 % dari total subyek yang ada (n=645). Berdasarkan metode status quo subyek yang mengalami spermarke paling awal pada usia 11.5 tahun (11.76 %) dan pada usia 15 tahun 100 % populasi sudah mengalami spermarke. Hasil menunjukkan bahwa laki-laki daerah urban di Kabupaten Sragen mengalami spermarke pada median usia 12.60 tahun. Median usia untuk mencapai maturasi seksual tahap 2 perkembangan rambut pubis pada usia 11.62 tahun, tahap 3 pada usia 13.01 tahun, tahap 4 pada usia 14.15 tahun, tahap 5 pada usia 16.37 tahun. Lonjakan laju pertumbuhan berat badan pada usia 10 tahun sebesar 6.20 kg/th, lonjakan laju tinggi badan pada usia 13 tahun sebesar 71.70 mm/th. Nilai korelasi IMT dan berat badan adalah 0.83, sedangkan tinggi badan dan IMT adalah 0.29. Perkembangan rambut pubis relatif sangat cepat ketika memasuki masa pubertas khususnya setelah usia spermarke. IMT lebih ditentukan oleh berat badan dari pada tinggi badan.

Berdasarkan usia saat spermarke dan perkembangan rambut pubis, maturasi seksual dan lonjakan laju pertumbuhan tinggi badan laki-laki Kabupaten Sragen terjadi pada usia 13 tahun.

Kata kunci : spermarke, perkembangan rambut pubis, maturasi seksual, pertumbuhan badan,laki-laki Sragen


(16)

v

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(17)

vi

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN

BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN

SURATNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Bio Sains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(18)

vii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. dr. Sri Budiarti


(19)

viii Halaman Pengesahan

Judul Tesis : Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen

Nama : Suratno NIM : G352070291

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(20)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 ini ialah maturasi seksual, dengan judul Usia Maturasi Seksual dan Pertumbuhan Badan Laki-laki Kabupaten Sragen. Sumber dana penelitian berasal dari beasiswa Departemen Agama Republik Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kepala SMK Negeri 2 Sragen, Bapak Kepala SMP Negeri 1 Sragen, Bapak Kepala SMP Negeri 2 Sragen, Ibu Kepala SMP Negeri 5 Sragen, Bapak Kepala SD Negeri 3 Sragen, dan Bapak Kepala MA Nahdlatul Ulama 1 Gondang-Sragen, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Kepada Endang Triningsih belahan jiwa yang senantiasa berdoa dan memberikan dukungan, penulis sangat bangga akan ketabahan, keshobaran dan pengorbanan yang telah dilakukan. Kepada Reshita, Heradhyta, Tristand-Zenna, dan Floradyna, semua adalah buah hati yang selalu menjadi kebanggaan dan motivasi tersendiri bagi penulis. Kepada ibu Hj. Budjo, bude Hj. Rosy, Om Darto, dan semua saudara, penulis mengucapkan terima kasih atas doa, kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama menjalankan penelitian hingga penulisan tesis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu Tetri, ibu Irma, pak Mahran, ibu Sekar, mbak Dian_Fu, mas Arip, dan rekan-rekan BUD Depag 2007

serta seluruh warga “Pondok Asad”, khususnya mas Novan, mas Omad, mas

Yudhi, kang Ikhsan, Alwin_si-Tampan, mas Eko, mas Zuand dan mas Yasril, atas saran, diskusi serta dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009 Suratno


(21)

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 21 Maret 1969 dari ayah Soedjiman Martopawiro dan ibu Lasmini. Penulis merupakan putra ketujuh dari sepuluh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di program Biologi-MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, lulus pada tahun 1997.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister Sains Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2007. Penulis memilih mayor Biosains Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Agama Republik Indinesia.

Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar sejak tahun 1998 dan tahun 2002 ditempatkan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Sragen, Jawa Tengah. Bidang yang diampu sampai sekarang adalah Guru Mata Pelajaran Biologi.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Manusia pada tahun 2008/2009.


(22)

xi DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Remaja dan Pubertas ... 4 Pubertas pada Laki-laki ... 5 Karakteristik Seks Primer ... 5 Karakteristik Seks Sekunder ... 6 Tingkat Maturasi Seksual Laki-laki ... 6 Karakteristik Seks Sekunder yang lain ... 7 Fisiologi Maturasi Seksual Laki-laki ... 8 Pertumbuhan Badan Laki-laki ... 9 Puncak Kecepatan Tumbuh (Peak Height Velocity) ... 9 Pertumbuhan Jaringan Lemak ... 10 Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Presentase Lemak Tubuh (PLT) ... 11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Maturasi ... 12 METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian (Probandus) ... 13 Pengamatan Maturasi Seksual ... 16 Usia Spermarke ... 16 Perkembangan Rambut Pubis ... 17 Pengukuran Pertumbuhan Badan ... 19 Tebal Lipatan Kulit ... 19 Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 19 Persentase Lemak Tubuh (PLT) ... 21 Analisis Data ... 21 Maturasi Seksual ... 21 Pola Pertumbuhan Badan ... 22 HASIL

Maturasi Seksual Laki-laki ... 23 Spermarke ... 23 Perkembangan Rambut Pubis ... 24 Pola Pertumbuhan Badan ... 27 Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) ... 27 Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 29


(23)

xii Persentase Lemak Tubuh (PLT) ... 29 Korelasi PLT dan IMT ... 31 PEMBAHASAN

Maturasi Seksual Laki-laki ... 32 Spermarke ... 32 Perkembangan Rambut Pubis ... 34 Pertumbuhan Badan Laki-laki ... 37 Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) ... 37 Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Presentase Lemak Tubuh (PLT) ... 38 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 40 Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN ... 44


(24)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah probandus berdasarkan asal sekolah dan kisaran usia ... 13 2. Jumlah probandus berdasarkan konsumsi makan dalam keluarga ... 15 3. Perkembangan rambut pubis laki-laki (Marshall & Tanner 1970) ... 18 4. Median berat dan tinggi badan pada setiap kelompok usia ... 27 5. Median IMT dan PLT Laki-laki Sragen berdasarkan kelompok usia ... 29 6. Perbandingan estimasi usia spermarke berbagai negara dan etnis ... 33 7. Perbandingan perkembangan rambut pubis berbagai negara dan etnis .... 34


(25)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Jumlah subyek penelitian berdasarkan kelompok usia ... 14 2. Jumlah subyek penelitian berdasarkan asal kecamatan di Sragen ... 14 3. Skema perkembangan maturasi seksual laki-laki pada penelitian ... 16 4. Penyebaran rambut pubis di sekitar genital laki ... 17 5. Pengukuran Tinggi Badan ... 20 6. Median usia spermarke ... 22 7. Estimasi usia saat probandus spermarke ... 23 8. Presentase subyek berdasarkan tingkatan perkembangan rambut pubis .... 24 9. Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 2 ... 25 10.Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 3 ... 25 11.Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 4 ... 26 12.Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 5 ... 26 13.Kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan ... 28 14.Kurva pertumbuhan IMT laki-laki Sragen ... 30 15.Kurva pertumbuhan PLT laki-laki Sragen ... 30 16.Korelasi antara PLT dan IMT laki-laki Sragen ... 31 17.Usia maturasi seksual laki-laki Kabupaten Sragen ... 36


(26)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Indonesia ... 45 2. Penjelasan penelitian dan persetujuan (informed consent) orang tua ... 46 3. Penjelasan penelitian dan persetujuan (informed consent) subyek ... 47 4. Kuesioner penelitian usia maturasi dan pola pertumbuhan badan ... 48 5. Jumlah subyek penelitian berdasarkan kelompok usia ... 49 6. Jumlah subyek yang telah mengalami spermarke ... 50 7. Presentase tingkat perkembangan rambut pubis ... 51 8. Kurva skinfold trisep dan subskapula ... 52 9. Form data base pengukuran pertumbuhan badan ... 53 10.Data persentil berat dan tinggi badan laki-laki Kabupaen Sragen ... 54 11.Data persentil IMT dan PLT ... 55 12.Data persentil skinfold trisep dan subscapula ... 56 13.Data persentil lebar bahu dan lingkar dada ... 57


(27)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seorang anak mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Di antara dua masa tersebut terdapat masa peralihan yang dikenal dengan istilah pubertas. Menurut Bogin (1999), pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase kanak-kanak berakhir. Pubertas menyatakan perubahan biologis yang berkaitan dengan kapasitas reproduksi. Pubertas adalah reaktifasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Perubahan itu terjadi pada sistem regulasi hormon di hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), dan kelenjar adrenal.

Perubahan tersebut mengakibatkan mulai berkembangnya karakteristik seks primer dan sekunder, pertumbuhan yang cepat pada tinggi badan dan berat badan, serta perubahan komposisi tubuh dan jaringan (Rosen 2004). Perkembangan karakteristik seks primer pada laki-laki berkaitan dengan perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal (penis dan scrotum), testis dan produksi sperma (Campbell et al. 2004). Keluarnya air mani pertama (spermarke) merupakan tanda terjadinya pubertas. Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang tidak secara langsung berkaitan dengan sistem reproduksi namun dapat dikenali melalui perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot (Campbell et al. 2004). Timbulnya karakteristik seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktifitas gonad dan menurut Marshall & Tanner (1970) terdiri dari beberapa tahap yang berurutan. Walaupun terjadi variasi waktu munculnya karakteristik tersebut pada setiap individu, namun setiap remaja mempunyai urutan yang sama. Adanya variasi pada setiap individu tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh dari faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variasi saat terjadinya pubertas adalah faktor genetik (gen/hormon, ras/etnik) dan lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh misalnya nutrisi/gizi, migrasi dan urbanisasi, sosial ekonomi (Bogin 1999).


(28)

2 Pertumbuhan badan yang cepat disebabkan oleh sekresi hormon gonadotropin yang meningkatkan produksi hormon kelamin steroid, selanjutnya meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Pertumbuhan tinggi badan ditentukan oleh pertumbuhan tulang, sedangkan berat merupakan penjumlahan dari lemak tubuh ditambah massa bebas lemak / Fat Free Mass (FFM), misalnya otot, tulang dan kardiovaskular (Bogin 1999). Nilai pertumbuhan berat dan tinggi badan berpengaruh pada besar tubuh yang diukur melalui perhitungan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT). Beberapa data menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang mempunyai status gizi baik dan hidup di daerah urban mempunyai usia maturasi seksual lebih cepat dan percepatan pertumbuhan lebih tinggi (Bogin 1999).

Data mengenai usia spermarke dan perkembangan karakteristik seks sekunder di luar negeri sudah banyak dicatat dan didiskusikan (Herman-Giddens 2001; Janssen 2007). Data-data untuk masyarakat Indonesia belum diketahui secara rinci, padahal data ini sangat penting untuk melihat perkembangan penduduk secara biologis. Informasi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pola pendidikan remaja yang sesuai dengan tahapan maturasi seksualnya. Informasi pola pertumbuhan dapat dijadikan referensi untuk menilai status kesehatan, gizi dan pola pertumbuhan anak Indonesia. Penelitian tentang tahap-tahap kematangan seksual perempuan dan usia menarke telah dilakukan di Wilayah Bogor oleh Suhartini (2007) dan di Kabupaten Pekalongan oleh Ulinnuha (2008). Penelitian mengenai perkembangan seksual sekunder laki-laki juga pernah dilakukan di Kodya Yogyakarta oleh Wirawan et al. (2002), namun terbatas pada usia tingkat Sekolah Dasar. Data tentang pubertas dan estimasi usia maturasi seksual laki-laki dengan rentang umur yang lebih luas (usia SD hingga SLTA) masih kurang sehingga perlu ada penelitian untuk melengkapi penelitian yang sudah ada.

Dalam penelitian tentang proses pertumbuhan dan perkembangan manusia terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan data optimal. Data optimal dapat diperoleh dari masyarakat yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik. Masyarakat yang status sosial ekonomi baik cenderung lebih sehat, kebutuhan nutrisi/gizi dapat terpenuhi sepenuhnya dan memiliki tingkat pendidikan yang memadai (Bogin 1999). Kabupaten Sragen secara geografis


(29)

3 terletak pada posisi tengah-tengah pulau Jawa. Kota Sragen berada di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Penduduknya terutama yang berdomisili di daerah perkotaan/urban sebagian besar mempunyai status sosial ekonomi baik. Penelitian tentang usia maturasi seksual dan pola pertumbuhan badan laki-laki di Kabupaten Sragen layak dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji usia laki-laki pada saat spermarke dan tingkatan perkembangan rambut pubisnya serta mengetahui pola pertumbuhan badan dari usia 9 sampai 19 tahun daerah perkotaan/urban di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.


(30)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja dan Pubertas

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut Biro Pusat Statistik (2006), remaja merupakan kelompok usia dengan jumlah terbesar dalam struktur penduduk, yaitu 38.5 % dari penduduk Indonesia. Jumlah remaja dari penduduk Jawa Tengah sebesar 43 % dan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 51.5 %. Data penduduk Kabupaten Sragen pada semester pertama tahun 2006 terdiri dari 861.989 jiwa, 49.43 % berjenis kelamin laki-laki. Persentase penduduk yang berusia 5 – 19 tahun adalah 24.37 % (66.55 % usia SD, 18.55 % usia SLTP, 12.49 % usia SLTA). Data-data tersebut akan terus berubah dengan pesat seiring dengan bertambahnya waktu. Masa remaja ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya maturasi seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda.

Pembahasan soal remaja seringkali mengggunakan istilah pubertas. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, teutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih 2004 ). Pubertas adalah reaktifasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase juvenile berakhir (Bogin 1999).

Pubertas merupakan proses di mana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu bereproduksi (Heffner & Schust 2006). Menurut Neinstein (2002), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual semua remaja akan melewati tahapan berikut : Remaja awal/dini (Early adolescence) usia 10 – 13 tahun, Remaja pertengahan (Middle adolescence) usia 14 – 17 tahun, remaja lanjut (Late adolescence) usia 18 – 21 tahun.


(31)

5 Pubertas pada laki-laki

Pada anak laki-laki, pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap kerja androgen yang meluas, yang disekresi oleh testis yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior. Awal mula pubertas ditandai oleh meningkatnya ukuran testis dan skrotum. Pembesaran ukuran kulit skrotum dan testis tidak kentara, pertama terlihat rata-rata pada usia 11,5 tahun, antara usia 9 dan 14 tahun ( Rosen 2004). Ciri-ciri seksual sekunder lain secara progresif akan tampak dalam 2 – 2.5 tahun kemudian. Sekitar 5 % dari total androgen yang bersirkulasi pada laki-laki bertanggung jawab dalam memulai pertumbuhan rambut pubis dan rambut aksila. Rambut wajah yang tampak paling akhir, belum tumbuh sempurna sampai usia 20 – 25 tahunan dalam proses biologis pubertas (Heffner & Schust 2006; Muir 2006).

Karakteristik Seks Primer

Karaktaristik seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan system reproduksi: perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal (penis dan skrotum), dan produksi sperma (Campbell et al. 2004). Karena itu kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, pada remaja laki-laki ditandai dengan keluarnya air mani pertama (spermarke) biasanya pada malam hari (mimpi basah / wet dream / nocturnal emission). Kebanyakan anak laki-laki pengalaman mimpi basah terjadi sesaat selama pubertas dan juga terjadi setelah setelah dewasa ( Janssen 2007).

Tidak terlalu mudah untuk menentukan kapan spermarke dicapai oleh anak laki-laki. Menurut Guizar-Vazquez et al. (1992) spermarke rata-rata berlangsung pada usia 13.4 ± 1.01 tahun. Demikian juga menurut Shemesh et al. (1995) pada anak laki-laki sekolah di Israel diperoleh rata-rata kumulatif usia spermarke pada usia 13 tahun. Kejadian spermarke umumnya dihubungkan dengan karakteristik seks primer dan sekunder, seperti genital eksternal (penis dan testis) dan rambut pubis.


(32)

6 Karakteristik Seks Sekunder

Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang tidak secara langsung berkaitan dengan system reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot ( androgen merangsang sintesis protein). Hormon dari pituitary anterior dan hypothalamus mengontrol sekresi androgen maupun produksi sperma oleh testis (Campbell et al. 2004).

Timbulnya karakteristik seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktifitas gonad. Karaktreistik ini dibagi dalam beberapa tahap yang berurutan, oleh Marshall and Tanner (1970) disebut sebagai Tingkatan Maturasi Seksual (TMS) atau Sexual Maturity Rating (SMR).

Tingkatan Maturasi Seksual Laki-laki

Marshall dan Tanner (1970), membuat klasifikasi Tingkatan Maturasi Seksual (TMS) remaja menjadi 5 stadium, yaitu TMS 1 sampai TMS 5. Pembagian tersebut berdasarkan perkembangan genital dan rambut pubis. Gambaran pertumbuhan remaja memperlihatkan hubungan yang erat dengan tingkat maturasi seksualnya. TMS 1 dan TMS 2 merupakan masa remaja awal, TMS 3 dan 4 masa remaja menengah, dan TMS 5 adalah masa remaja lanjut/dewasa dan maturitas seksual penuh.

Pertumbuhan organ seksual laki-laki stadium Genital 2 (G2) terjadi rata-rata pada usia 11,6 tahun (9,5 – 13,5 tahun). Pembesaran testis sebagai tanda pubertas pertama terjadi pada 98% laki-laki. Ejakulasi pertama terjadi pada TMS 3 (Rosen 2004). Menurut Kulin & Muller (1996), laki-laki yang memiliki perkembangan genital (kelamin) pada pubertas pertengahan, mulai dari belum memiliki rambut pubis sampai ukuran bentuk dewasa adalah merupakan tingkatan yang normal. Tahap perkembangan genital (kelamin) secara umum cenderung lebih cepat dari pada tahap perkembangan rambut pubis.


(33)

7 Karakteristik Seks Sekunder Yang Lain

Menurut Malina et al. (2004), dalam beberapa keadaan, pemeriksaan perkembangan genital dan rambut pubis dianggap tidak praktis. Oleh karena itu beberapa indikator maturasi yang kadang-kadang digunakan antara lain;

1. Rambut ketiak (Axillary hair)

Rambut ketiak sering dinilai pada skala tiga-tahap: 1 = belum ada; 2 = tumbuh tipis; 3 = distribusi dewasa. Jika axillary hair dicukur, pola persebarannya masih dapat diketahui.

2. Perubahan suara (Voice change)

Pada anak laki-laki juga merupakan karakteristik seksual sekunder yang lain. Hal tersebut dapat dinilai dalam skala tiga-tahap : 1 = tidak ada perubahan (kanak-kanak, prapubertal); 2 = tanda-tanda berubah tetapi tidak berubah sepenuhnya (dengan kata lain, suatu perubahan yang jelas pola titinada suara); 3 = perubahan suara jelas atau karakteristik dewasa. Pada beberapa hal, digunakan skala dua-tahap : suara tidak berubah dan suara berubah.

3. Rambut Wajah (Facial hair)

Pada anak laki-laki dapat juga dinilai. Suatu skala empat-tahap yang sering digunakan : 1 = tidak ada sama sekali, hanya rambut halus; 2 = pertambahan pada panjang dengan pigmentasi rambut pada sudut-sudut di bibir atas, yang mana menyebar ketengah untuk menyempurnakan kumis; 3 = rambut pada bagian pipi yang atas dan pada garis tengah tepat dibawah bibir bawah; dan 4 = rambut pada pinggir bawah dari dagu.

Rambut ketiak, perubahan suara dan rambut wajah belum digunakan dalam kajian kematangan selama masa remaja sesering indikator maturasi seksual, karena kejadiannya cenderung lebih lambat pada rentetan perubahan yang terjadi selama pubertas.


(34)

8 Fisiologi Maturasi Seksual Laki-laki

Pubertas terjadi karena adanya perubahan-perubahan regulasi neuroendokrin berupa perubahan-perubahan regulasi pada gonadotropin, growth hormon dan seks steroid. Sehingga perubahan ini akan menyebabkan terjadinya pacu tumbuh, munculnya tanda-tanda seks sekunder dan perubahan psikisosial. Secara normal munculnya tanda-tanda pubertas pada laki-laki umur 9 tahun – 14 tahun. Bila sebelum waktunya sudah muncul tanda-tanda pubertas disebut pubertas dini, bila setelah umur tersebut belum muncul disebut pubertas terlambat (Wheeler 1991).

. Hipotalamus mengeluarkan hormon yang bersifat mengatur sekresi hormon yang dikeluarkan oleh hipofise, seperti hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus mengatur sekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang dikeluarkan oleh hipofise anterior. Hormon FSH yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan sel gonad, sedangkan hormon LH berfungsi merangsang fungsi kelenjar gonad untuk mengeluarkan hormon seks seperti hormon testoteron dan hormon estradiol (Soetjiningsih 2004).

Amplitudo dan frekuensi dari sekresi GnRH mempengaruhi jumlah gonadotropin yang diproduksi untuk merangsang gonad selama pubertas. Pada saat pubertas peningkatan kadar FSH akan memacu berkembangnya sel leydig pada testis dan sel granulose pada ovarium dan dilanjutkan dengan sekresi LH yang meningkat serta merangsang pengeluaran testoteron oleh sel leydig serta pengeluaran estrogen oleh sel granulose. Peningkatan kadar gonadotropin yaitu FSH dan LH akan mematangkan sel leydig dan mengeluarkan hormon testoteron pada laki-laki serta hormon estrogen pada perempuan sebelum menstruasi. Selanjutnya merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder serta menyiapkan proses fertilisasi (Rosen 2004).

Pertambahan ukuran testis dan penis yang terlihat selama prapubertas dan pubertas merupakan hasil dari perkembangan tubulus seminiferus dibawah efek stimulasi FSH. Volume testis bertambah sepanjang pubertas hingga Tahap Tanner G4 ketika diameter longitudinal 5.0 + 0.5 cm atau Volume 17.6 + 4.0 ml tercapai. Puncak pulsatif sekresi LH menginduksikan differesiasi sel interstitial ke dalam


(35)

9 sekresi testoteron sel leydig, yang mana dalam keadaan aktif mendesak control feed back negatif pada sekresi LH. Sebagai kelanjutan pubertas, spermatogenesis dimulai dan kemudian didukung oleh FSH dan oleh testoteron yang diproduksi oleh sel leydig dibawah control LH ( Wheeler 1991).

Pertumbuhan Badan Laki-laki

Menurut Bogin (1999), pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler yang tampak secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat. Bahu yang lebih lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki yang lebih panjang, dan ekstremitas atas yang relatif lebih panjang adalah dimorfisme yang khas pada remaja laki-laki. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh hormon androgen (Soetjiningsih 2004).

Lonjakan pertumbuhan terjadi berkaitan dengan pubertas. Lonjakan ini disebabkan oleh sekresi hormon gonadotropin yang meningkatkan produksi hormon kelamin steroid, selanjutnya meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Menurut Neinstein (2002), maturasi tulang dipengaruhi oleh hormon thyroid, adrenal, androgen, dan gonadal seks steroid. Kelebihan sekresi hormon-hormon ini mengakibatkan maturasi tulang yang cepat, dan waktu pubertas, sedangkan kekurangan mengakibatkan pubertas terlambat. Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada pacu tumbuh pubertas.

Puncak Kecepatan Tumbuh (Peak Height Velocity)

Pada akhir dari pacu tumbuh adalah penutupan epifisis yang disebabkan oleh kerja hormon seks steroid. Selama pubertas laju tinggi meningkat dan mencapai puncak laju tumbuh selama remaja. Awal peningkatan kecepatan pertumbuhan kira-kira usia 11 tahun pada laki-laki dan usia 9 tahun pada perempuan tetapi diakui secara luas bervariasi dari individu satu dan lainnya. Lonjakan pertumbuhan tinggi badan terjadi rata-rata pada usia 13.5 tahun untuk anak laki-laki dan usia 11.5 tahun untuk anak perempuan Kenaikan berat badan selama pubertas sekitar 50 % dari berat dewasa ideal. Saat mulainya akselerasi


(36)

10 kenaikan berat badan dan puncak kecepatan berat badan (peak weight velocity), sangat bervariasi.

Selama pubertas semua otot mengalami pertumbuhan, otot skeletal perannya membentuk penampilan fisik luar, terutama pada laki-laki. Pada mulanya otot tumbuh menjadi besar dengan bertambahnya volume serat otot, kemudian baru terjadi penambahan kekuatan otot sekitar satu tahun kemudian, karena pengaruh hormon androgen pada struktur protein dan aktifitas enzimatik (Bogin 1999). Walaupun penambahan kekuatan otot terjadinya pada pubertas akhir, tetapi kekuatan otot terus bertambah pada laki-laki, terutama dengan latihan/olah raga, mencapai maksimum sekitar usia 25 tahun. Karena androgen memegang peranan utama dalam kekuatan otot, maka meningkatnya kekuatan otot berhubungan erat dengan tahap maturasi seksual (Soetjiningsih 2004).

Pertumbuhan Jaringan Lemak

Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran bentuk tubuh seseorang. Banyak dan besarnya lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Selama masa pubertas terjadi perubahan jumlah jaringan lemak tubuh baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Terdapat dimorfisme seksual, juga terdapat perbedaan deposisi dan kehilangan lemak di berbagai bagian tubuh. Jaringan lemak sub-kutan didaerah anggota gerak (yang diukur sebagai tebal lemak sub-kutan di trisep, biseps, dan paha), terus bertambah tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat pada kedua jenis kelamin pada masa sebelum terjadi lonjakan pertumbuhan tinggi. Penimbunan jaringan lemak subkutan di daerah truncal (yang diukur sebagai tebal lemak subkutan di daerah subscapular, suprailiacal atau abdomen), relatif konstan pada masa sebelum lonjakan (Neinstein 2002).

Menurut Puspita (2004) pada usia 5 sampai 15 tahun, pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan perempuan melaju secara konstan sampai usia 12 tahun dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 6,14 cm/tahun terjadi menjelang umur 15 tahun. Setelah itu anak laki-laki mengalami peningkatan pertumbuhan sementara anak perempuan melambat. Putra (2006) menuliskan tinggi badan remaja laki-laki Bogor mengalami peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun.


(37)

11 Tinggi badan maksimum laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja perempuan Bogor.

Pada anak laki-laki usia 4 sampai usia 14 tahun di Purwakarta menurut Miharja (2008), lonjakan berat badan terjadi pada usia 11 tahun sebesar 3.05 kg/thn. Laju pertumbuhan berta badan terus meningkat sampai usia 13 tahun dan melambat setelahnya. Lonjakan tinggi badan terjadi pada usia 12 tahun sebesar 55.99 mm/thn. Anak laki-laki terus mengalami pertumbuhan tinggi badan hingga usia 14 tahun.

Pacu tinggi badan dimulai sekitar setahun setelah pembesaran testis dan mencapai puncak kecepatan tinggi ( peak heigh velocity ) pada tahun berikutnya bila pertumbuhan penis mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3–4 (Soetjiningsih 2004)

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persentase Lemak Tubuh (PLT)

Nilai pertumbuhan berat dan tinggi badan berpengaruh pada besar tubuh yang selanjutnya dapat diukur dengan perhitungan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) (Neinstein 2002). IMT merupakan suatu rumus matematika dimana berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam m2). IMT orang dewasa lebih berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk tinggi badan dan berat badan. Lemak tubuh anak-anak sejalan dengan pertumbuhannya berubah dari tahun ke tahun. Interpretasi IMT tergantung kepada usia anak. Selain itu, lemak tubuh anak perempuan dan anak laki-laki berbeda.

Persentase Lemak Tubuh (PLT) adalah perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya (lemak, otot, tulang, air). Remaja laki-laki pada saat menjelang pubertas mengalami kehilangan lemak terutama pada anggota gerak dan truncal. Kehilangan lemak terjadi selama pacu tumbuh tinggi badan karena lemak diubah menjadi energi untuk pembentukan otot, tulang dan kardiovaskular (Bogin 1999). Menurut Miharja (2008), pada anak laki-laki di Kabupaten Purwakarta terjadi penurunan lemak tubuh terus menerus sampai usia 14 tahun.


(38)

12 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Maturasi

Pubertas terjadi secara bervariasi karena adanya pengaruh dari faktor-faktor tertentu. Menurut Bogin (1999), faktor-faktor-faktor-faktor yang memepengaruhi variasi terjadinya pubertas adalah faktor genetik (gen dan hormon) dan lingkungan (nutrisi/gizi, migrasi/urbanisasi, sosial ekonomi, mobilitas masyarakat). Anak cenderung menyerupai orang tua mereka didalam tinggi badan, proporsi tubuh, komposisi tubuh, dan kecepatan perkembangan. Kesamaan-kesamaan ini menggambarkan pengaruh dari gen orang tua kepada keturunannya. Hormon tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan, seperti growth hormone, thyroxine, insulin, dan corticosteroids (mempengaruhi kecepatan pertumbuhan), leptin (mengubah komposisi tubuh), dan parathyroid hormone, 1,25-dihydrokxy-vitamin D, and calcitonin (berdampak pada mineralisasi tulang) (Bogin 1999 ; Neinstein 2002).

Pertumbuhan dan nutrisi sangat erat hubungannya. Dalam pertumbuhan manusia terjadi multiplikasi dari sel atau bertambah besarnya ukuran bergantung pada suplai makanan / nutrisi yang memadai. Kelas sosial dan status sosial ekonomi sangat kuat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologi manusia (Bogin 1999)


(39)

13

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian (Probandus)

Subyek penelitian adalah anak laki-laki SD, SMP, SMK/STM, MA dengan jumlah 645 orang pada rentang usia 9 sampai 19 tahun (Tabel 1), kisaran usia yang karakteristik seksualnya sedang berkembang (Bogin 1999). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode horizontal yang berarti setiap probandus mewakili kelompok usia tertentu di dalam populasi (Gambar 1). Subyek berasal dari dari 16 kecamatan, dari keseluruhan 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen (Lampiran 1). Jumlah terbanyak berasal dari kecamatan Sragen (38.76%); Karang Malang (17.67 %); dan Sidoharjo (12.09 %). Ketiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berada di daerah perkotaan / urban (Gambar 2).

Tabel 1. Jumlah probandus berdasarkan asal sekolah dan kisaran usia

Asal Sekolah Jumlah

Probandus Persentase (%)

Kisaran Usia (Tahun )

SD Negeri Sragen 3 55 8.53 9 - 12

SMP Negeri 1 Sragen 150 23.26 13 – 16 SMP Negeri 2 Sragen 114 17.67 13 - 16 SMP Negeri 5 Sragen 120 18.61 13 – 16

SMK/STM N 2 Sragen 161 24.96 16 – 18

MAS NU Gondang 34 5.27 16 – 19

Luar Sekolah 11 1.71 9 – 19

Total 645 100.00 9 – 19

Kunjungan terhadap probandus untuk pengambilan data dilakukan antara bulan Juli – Agustus 2008. Peneliti memberikan penjelasan atau diskusi terarah mengenai latar belakang penelitian kepada para siswa. Pengukuran hanya dilaksanakan bila sekolah menyetujui mengikuti kegiatan penelitian dan siswanya pun bersedia dengan sukarela untuk mengisi kuesioner dan pengamatan visual serta mendapatkan pengukuran antropometri. Selain itu informed consent (persetujuan) diperoleh dari orang tua siswa SD (Lampiran 2) atau langsung dari siswa / anak yang bersangkutan (Lampiran 3). Probandus mengisi sendiri (kecuali


(40)

14 pada usia SD; orang tua/wali) kuesioner yang berisi data pribadi beserta data orang tua. Pengisian formulir didampingi asisten peneliti untuk memberikan penjelasan jika diperlukan. Pengukuran hanya dilakukan sekali untuk setiap subyek.

Gambar 1. Jumlah subyek berdasarkan kelompok usia (tahun)

Gambar 2. Jumlah subyek penelitian berdasarkan asal kecamatan

0 2 4 6 8 10 12 14 9

9.5 10 10.5 11 11.5 12 12.5 13 13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5

0.3

1

0.47

1.4 1.4 1.71

2.64

5.89

9.3

10.23 9.61 9.61

13.64 6.05 3.72 4.81 5.27 4.5 2.95 4.5 1.09 0.78 0.16 Pr e sen tase (% ) Usia (tahun) Jumlah Subyek Penelitian

0 5 10 15 20 25 30 35 40 0.62 8.68 4.19 17.67 0.47 6.36 4.5

0.16 0.16 1.71 1.09 12.09

0.31 38.76

0.62 2.02 0.62

P resen tase (% ) Asal Kecamatan Jumlah Subyek Penelitian


(41)

15 Probandus pada penelitian ini memiliki latar belakang ekonomi yang baik. Status sosial ekonomi probandus tergantung dari orang tua mereka. Ekonomi baik pada penelitian ini maksudnya orang tua/keluarga mempunyai pengeluaran untuk konsumsi makan per bulan melebihi upah minimal regional (UMR). Dengan asumsi besarnya pengeluaran untuk makan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi, sehingga pertumbuhan dan maturasi menjadi optimal. Sebanyak 98.60 % berasal dari keluarga yang memiliki pengeluaran untuk konsumsi makan per bulan melebihi upah minimum Kabupaten Sragen sebesar Rp. 607.500 (Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 561.4/51/2007 tanggal 19 Nopember 2007 tentang Penetapan Upah Minimum pada 35 (tiga puluh lima) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008). Presentase jumlah probandus yang berasal dari keluarga dengan konsumsi pengeluaran untuk makan per bulan Rp. 600.001 – Rp. 900.000 (42.95%); Rp. 900.001 – Rp. 1.200.000 (31.94 %); Rp. 1.200.001 – Rp.1.500.000 (18.29 %); dan > Rp.1.500.000 (5.43 %) (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah probandus berdasarkan konsumsi makan dalam keluarga Konsumsi Makan

per Hari (n,Rp)

Jumlah

Probandus Persentase (%)

n ≤ 20.000 9 1.40

20.001 ≤ n ≤ 30.000 277 42.95

30.001 ≤ n ≤ 40.000 206 31.94

40.001 ≤ n ≤ 50.000 118 18.29

n > 50.000 35 5.43


(42)

16 Pengamatan maturasi seksual

Usia Spermarke

Maturasi seksual laki-laki pada penelitian terdiri atas usia spermarke dan perkembangan rambut pubis (Gambar 3). Usia spermarke diperoleh dengan menanyakan langsung kepada probandus apakah dia sudah mengalami spermarke (metode status quo) (Malina et al. 2004).

Gambar 3. Skema perkembangan maturasi seksual laki-laki pada penelitian

LAHIR

DEWASA

RAMBUT PUBIS Tahap 1 - 5

(Marshall & Tanner 1970)

SPERMARKE

(Malina et al. 2004)

MATURASI

SEKSUAL


(43)

17 Perkembangan rambut pubis

Maturasi seksual probandus ditentukan berdasarkan perkembangan rambut pubis menurut deskripsi Marshall & Tanner (1970). Probandus yang diamati diminta membuka sebagian celana penutup genitalnya sedemikian rupa sehingga secara langsung dapat terlihat jelas pola penyebaran tumbuhnya rambut pubis di sekitar genital (Gambar 4). Hasil pengamatan visual (visual inspection) selanjutnya diklasifikasikan menurut 5 tahapan Tanner ( Tabel 3 ).

________________________________________________________________________

________________________________________________________________________ Gambar 4. Penyebaran rambut pubis di sekitar genital laki-laki


(44)

18 Tabel 3. Perkembangan rambut pubis laki-laki (Marshall & Tanner 1970)

Gambar skematis Deskripsi

rambut pubis Gambar foto

Tahap 1

Prapubertas, belum ada rambut pubis, hanya rambut villus saja (tidak lebih tebal dari rambut dinding abdomen).

Tahap 2

Pertumbuhan tipis dari rambut halus, lurus, dan sedikit berpigmen pada pangkal penis.

Tahap 3

Rambut pubis mening-kat jumlahnya, lebih gelap, lebih kasar dan lebih bergelombang mulai me-nyebar ke mons pubis

Tahap 4

Rambut pubis mening- kat, lebih gelap, kasar dan kriting, tipe rambut menyerupai tipe dewasa tetapi distribusi terlihat lebih sedikit

Tahap 5

Rambut pubis telah me- meningkat lagi volume- nya, menyebar ke bagian tengah paha/perut dan menjadi tipe bentuk wujud laki-laki (dewasa)


(45)

19 Pengukuran Pertumbuhan Badan

Berat badan biasanya untuk menentukan status nutrisi, terutama jika digabungkan dengan tinggi badan. Berat badan dan tinggi badan merupakan indikator yang relatif lebih baik untuk menggambarkan massa lemak tubuh secara keseluruhan. Parameter tersebut dapat ditransformasi menjadi indek cadangan energi tubuh yaitu IMT ( Indeks Massa Tubuh) (Norgan 2005).

Penentuan lemak tubuh berguna untuk penentuan status nutrisi individu atau populasi. Metode yang digunakan dengan mengukur lingkar lengan atas dan lipatan kulit trisep. Pengukuran lingkar otot lengan atas dapat untuk menunjukan massa otot tubuh yang merupakan tempat penyimpanan protein utama di dalam tubuh. Menurut Bogin (1999), tebal lipatan kulit trisep menggambarkan distribusi keadaan lemak pada area ekstremitas. Tebal lipatan kulit sub-scapula menggambarkan distribusi lemak dalam tubuh.

Tebal Lipatan Kulit

Pengukuran ketebalan lapisan lemak (fat-fold) dilakukan dengan mengukur lipatan kulit (skinfold) menggunakan Skinfold Calliper berskala 0.5 mm. Kulit dan jaringan lemak subkutan dipisahkan dengan jaringan di bawahnya menggunakan ibu jari dan telunjuk kira-kira setebal 2 cm, sehingga memungkinkan rahang spring-actuated caliper memegang jaringan tersebut. Setelah jaringan ditekan oleh caliper, tebal lipatan lemak dapat diketahui dengan melihat/membaca jarum petunjuknya selama beberapa detik (Malina et al. 2004). Lokasi titik pengukuran adalah otot trisep dan bisep di pertengahan lengan atas, di bagian sub-scapula dengan membentuk sudut 450 dari tulang belakang dan di bagian supra-spinal/supra-illiac serta di bagian betis.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Besar tubuh dihitung menggunakan pendekatan nilai indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh diperoleh dari nilai berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat. Selanjutnya IMT dinyatakan dengan satuan kg/m2 (Malina et al. 2004).

���

=

berat (kg ) tinggi (m2)


(46)

20 a. Pengukuran Tinggi Badan

Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur yang telah dikalibrasi berskala 0.1 cm dan bidang vertikal sebagai tempat pengukuran. Probandus tanpa menggunakan alas kaki berdiri tegak dengan posisi kaki dirapatkan, pandangan lurus ke depan dan lutut diluruskan. Tumit, bokong, bahu dan kepala menyentuh bidang vertikal, serta bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt merupakan garis khayal yang melintasi meatus auditory dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala di bidang vertikal ditandai (Gambar 5) dan nilai yang diperoleh dinyatakan sebagai tinggi badan (Miharja 2008).

Gambar 5. Pengukuran Tinggi Badan (Rogol et a.l 2000) b. Pengukuran Berat Badan

Berat Badan probandus diukur dengan menggunakan timbangan digital berskala 0.1 kg. Probandus berdiri tegak di tengah timbangan tanpa bantuan, tidak memakai alas kaki, santai, tidak bergerak dan pandangan lurus ke depan. Angka yang terdapat pada tampilan timbangan dinyatakan sebagai nilai berat badan.


(47)

21 Persentase Lemak Tubuh (PLT)

Persentase lemak tubuh dihitung berdasarkan densitas tubuh sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Densitas didekati dengan menggunakan tebal lipatan kulit (Williams et al. 1992).

Dt = [(1.0600 – (0.00227 x STSS) + (0.000015 x STSS2) + (0.00243 x Usia)] PLT = [(5.68 – (0.041 x Usia)) / Dt] –[ (5.31 – (0.045 x Usia))] x 100

Keterangan : Dt : Densitas Tubuh

STSS : Jumlah tebal lipatan kulit trisep dan subscapula

Analisis data Maturasi Seksual

Untuk setiap kelas usia, peneliti menghitung berapa persen anak laki-laki yang sudah mengalami spermarke. Persentase-persentase ini diplotkan sepanjang kelas usia yang ada. Titik-titik ini mengikuti sebaran probit. Kurva yang cocok bagi titik-titik observasi ini dihitung dengan menggunakan metode Probit-GLM (Generalized Linear Models) (Venables & Ripley 1999). Garis horizontal yang ditarik dari 50 % memotong kurva di suatu titik, merupakan median usia spermarke (gambar 6). Metode ini juga digunakan untuk menentukan median usia pada setiap tahap/tingkatan perkembangan rambut pubis.


(48)

22 Gambar 6. Estimasi usia saat probandus spermarke

Pola pertumbuhan badan

Regresi non-parametrik didasarkan pada prosedur Additivity and Variance Stabilization (AVAS) (Tango 1998). Regresi ini digunakan untuk menentukan nilai-nilai distribusi frekwensi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh untuk setiap kelompok usia. Distribusi data dinyatakan dalam persentil antara 2.3 dan 97.7 sehingga rentang datanya adalah 95.4 %. Menurut Malina et al. (2004), persentil adalah sebuah nilai spesifik pada distribusi normal yang memberikan persentase keadaan diatas dan dibawah dari nilai spesifik tersebut. Median atau persentil ke-50 menunjukan bahwa 50 % dari seluruh data terletak di atas nilai P50 dan 50 % lagi terletak di bawah nilai P50. Pola pertumbuhan merupakan

gambaran rata-rata pertumbuhan yang terjadi di suatu populasi. Pola pertumbuhan tersebut diperoleh dengan cara menghubungkan nilai median pada setiap kelompok usia.

Umur (tahun)

P

re

se

ntase

10 11 12 13 14 15 16

0% 50% 100%

o Persentase populasi yang sudah spermarke


(49)

23

HASIL

Maturasi Seksual Laki-laki Spermarke

Subyek mengalami spermarke paling awal pada usia 11.5 tahun (11.76 %) dan pada usia 15 tahun 100 % populasi sudah mengalami spermarke. Hasil penelitian memperoleh median usia spermarke 12.60 ± 0.07 tahun (Gambar 7). Usia spermarke dapat dikategorikan menjadi cepat, normal, dan lambat. Estimasi ini didapatkan dari pembagian persentase pada Gambar 6 yaitu : 0 – 25 % (< 12.05 tahun) yang dikategorikan cepat; 25 – 75 % (12.05 – 13.15 tahun ) dikategorikan normal; dan >75 % ( > 13.15 tahun ) dikategorikan lambat. Dengan demikian, terdapat enam orang subyek (1.20 %) yang mengalami kategori pubertas terlambat, yaitu lima subyek berusia 14 tahun dan satu subyek berusia 14.5 tahun belum mengalami spermarke.

Gambar 7. Estimasi usia saat subyek spermarke Sragen : Usia saat Spermarche

Usia (tahun)

P

re

se

n

ta

se

10 11 12 13 14 15 16

0% 25% 50% 75% 100%


(50)

24 Perkembangan rambut pubis

Berdasarkan tahapan perkembangan rambut pubis menurut Marshall & Tanner (1970), persentase subyek penelitian tahap 1 pada usia 9 – 10 tahun sebesar 100 % ; tahap 2 diawali pada usia 10.5 (22.22 %); awal usia tahap 3 adalah 11 tahun (9.09 %); tahap 4 diawali pada usia 12 tahun (2.63 %); dan awal usia mencapai tahap 5 adalah 13.5 tahun (1.61 %) (Gambar 8).

Gambar 8. Presentase subyek berdasarkan tingkatan perkembangan rambut pubis.

Estimasi median usia untuk mencapai maturasi seksual berdasarkan perkembangan rambut pubis laki-laki (Marshall & Tanner 1970) di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut : tahap 2, berusia 11.62 tahun (Gambar 9); tahap 3 pada usia 13.01 tahun (Gambar 10); tahap 4 pada usia 14.15 tahun (Gambar 11); dan pada tahap 5 di usia 16.37 tahun (Gambar 12).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 9 9 .5 10 1 0 .5 11 1 1 .5 12 1 2 .5 13 1 3 .5 14 1 4 .5 15 1 5 .5 16 1 6 .5 17 1 7 .5 18 1 8 .5 19 1 9 .5 P re sent a se (%) Usia (tahun)


(51)

25 Gambar 9. Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 2

Gambar 10. Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 3

Sragen: Usia saat Tanner tahap II

Usia (tahun)

P

re

se

n

ta

se

10 11 12 13 14 15

0% 50% 100%

11.62

Sragen: Usia saat Tanner tahap III

Usia (tahun)

P

re

se

n

ta

se

10 11 12 13 14 15 16

0% 50% 100%


(52)

26

Gambar 11. Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 4

Gambar 12. Estimasi usia perkembangan rambut pubis tahap 5

Sragen: Usia saat Tanner tahap IV

Usia (tahun)

P

re

se

n

ta

se

10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 15.5 16.5 17.5 18.5 0%

50% 100%

14.15

Sragen: Usia saat Tanner tahap V

Usia (tahun)

P

re

se

n

ta

se

12 13 14 15 16 17 18 19

0% 50% 100%


(53)

27 Pola Pertumbuhan Badan

Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)

Laju pertumbuhan berat badan laki-laki Kabupaten Sragen mengalami lonjakan pada usia 9 tahun ke usia 10 tahun sebesar 6.20 kg/th, kemudian melambat setelahnya. Laju pertumbuhan tinggi badan laki-laki di Kabupaten Sragen dimulai pada usia 9 tahun dan terus meningkat hingga usia 13 tahun, kemudian mengalami penurunan (Tabel 4). . Lonjakan laju tinggi badan tertinggi terjadi pada usia 12 tahun ke usia 13 tahun yaitu sebesar 71.70 mm/th. Saat terjadi lonjakan tinggi badan tersebut bertepatan dengan saat laki-laki Sragen mengalami spermarke yaitu pada usia 12.60 ± 0.07 tahun. Saat usia 13 tahun ini, berdasarkan perkembangan rambut pubisnya subyek sudah mencapai tahapan Tanner 3.

Tabel 4. Median berat dan tinggi badan pada setiap kelompok usia

Kurva pola pertumbuhan berat dan tinggi badan laki-laki untuk berbagai persentil disajikan pada Gambar 13. Pola pertumbuhan berat badan menunjukan peningkatan yang pesat sejak usia 9 tahun sampai usia 14 tahun. Kemudian pada usia 15 sampai usia 19 tahun pola pertumbuhan berat badan laki-laki di Kabupaten Sragen menunjukan peningkatan yang kurang pesat. Sedangkan pola pertumbuhan tinggi menunjukkan peningkatan. Peningkatan sangat pesat terjadi pada usia antara 11.5 tahun dan 14 tahun. Kemudian pola menunjukan peningkatan yang tidak pesat lagi di usia 15 – 19 tahun.

Kelompok Usia (tahun)

Berat Badan (BB) Tinggi Badan (TB) Median (kg) Laju (kg/th) Median (cm) Laju (cm/th)

9 24.51 - 129.18 -

10 30.71 6.20 133.22 4.04

11 35.65 4.94 138.29 5.07

12 39.68 4.03 144.85 6.56

13 42.90 3.22 152.02 7.17

14 46.16 4.00 157.45 5.43

15 48.40 2.24 161.23 3.77

16 49.66 1.26 162.75 1.23

17 50.96 1.30 163.96 1.29

18 52.15 1.19 165.18 1.22


(54)

28 Gambar 13. Kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan

8 10 12 14 16 18 20

10 20 30 40 50 60 70 80

Berat Badan Laki-laki Sragen

Kelompok Usia (Tahun)

B e ra t B a d a n ( kg ) percentil=2.3 percentil=3 percentil=5 percentil=10 percentil=25 percentil=50 percentil=75 percentil=85 percentil=90 percentil=95 percentil=97 percentil=97.7

8 10 12 14 16 18 20

130 140 150 160 170 180

Tinggi Badan Laki-laki Sragen

Kelompok Usia (Tahun)

T in g g i B a d a n ( cm ) percentil=2.3 percentil=3 percentil=5 percentil=10 percentil=25 percentil=50 percentil=75 percentil=85 percentil=90 percentil=95 percentil=97 percentil=97.7


(55)

29 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey / NHNES (1988) yang digunakan dalam penelitian-penelitian di dunia, Indeks massa tubuh (IMT) merupakan ratio BB/TB2 (kg/m2). Nilai median IMT laki-laki di Kabupaten Sragen memakai persentil ke-50. Nilai median pertumbuhan IMT hasil penelitian menunjukan kenaikan yang relatif konstan pada kisaran 19.64 kg/m2 dan 19.87 kg/m2 (Tabel 5).

Persentase Lemak Tubuh (PLT)

Data median persentase lemak tubuh diperoleh dari pengukuran tebal lipatan kulit trisep dan subscapula (Williams et al.1992). Pola pertumbuhan Indeks Massa Tubuh (Gambar 14) dan Persentase Lemak Tubuh disajikan pada Gambar 15. Data lengkap nilai persentil Indeks Massa Tubuh dan Presentase Lemak Tubuh terangkum pada Lampiran 11.

Tabel 5. Median IMT dan PLT Laki-laki Sragen berdasarkan kelompok usia Kelompok Usia

(tahun)

Median Indeks Massa Tubuh

(kg/m2)

Median

Persentase Lemak Tubuh (%)

9 19.64 32.10

10 19.71 30.44

11 19.76 28.16

12 19.77 24.59

13 19.76 19.23

14 19.71 15.12

15 19.82 13.13

16 19.84 12.08

17 19.85 11.33

18 19.86 10.74


(56)

30

Gambar 14. Kurva pertumbuhan IMT laki-laki Sragen

Gambar 15. Kurva pertumbuhan PLT laki-laki Sragen

8 10 12 14 16 18 20

0

10

20

30

IMT Laki-laki Sragen

Kelompok Usia (Tahun)

In d e ks M a ssa T u b u h ( kg /m 2 ) percentil=2.3 percentil=3 percentil=5 percentil=10 percentil=25 percentil=50 percentil=75 percentil=85 percentil=90 percentil=95 percentil=97 percentil=97.7

8 10 12 14 16 18 20

5 10 15 20 25 30 35

PLT Laki-laki Sragen

Kelompok Usia (Tahun)

P e rse n ta se L e m a k T u b u h ( % ) percentil=2.3 percentil=3 percentil=5 percentil=10 percentil=25 percentil=50 percentil=75 percentil=85 percentil=90 percentil=95 percentil=97 percentil=97.7


(1)

53


(2)

54

Lampiran 10. Data Persentil Berat Badan dan Tinggi Badan Laki-laki Kabupaten Sragen

Berat Badan Laki-laki Kabupaten Sragen (kg)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977

9 2.482420 2.976796 4.245047 6.974425 13.96446 24.51433 35.52345 39.79496 42.28740 45.54054 47.42798 48.29098 10 4.192102 4.937284 6.784716 10.528668 19.16357 30.71325 39.57821 43.19970 45.36120 48.22700 49.90904 50.68221 11 6.710110 7.761859 10.278123 15.064636 24.68568 35.64570 43.01461 46.16141 48.06869 50.62558 52.14001 52.83936 12 10.181598 11.567143 14.759292 20.431315 30.87022 39.68423 46.00125 48.78193 50.48533 52.78966 54.17540 54.84806 13 14.319011 15.995947 19.714772 25.709998 35.48485 42.89869 48.47567 50.97946 52.52648 54.66706 56.07368 56.76990 14 20.096428 22.012548 25.907753 32.217152 39.88979 46.15665 51.05644 53.29570 54.72854 56.91190 58.37629 59.10110 15 24.785123 26.956058 31.089719 36.217598 42.80277 48.40046 52.87198 54.99658 56.46746 58.72019 60.23111 60.97895 16 28.114333 30.115368 33.725423 38.333802 44.40283 49.65785 53.90667 56.04918 57.54821 59.84406 61.38390 62.14605 17 31.380203 33.109038 36.288314 40.444496 46.03405 50.95805 55.03797 57.22531 58.75580 61.09983 62.67197 63.45012 18 34.140218 35.669865 38.527163 42.320692 47.51443 52.15160 56.15981 58.39173 59.95341 62.34522 63.94940 64.74341 19 36.583317 37.961025 40.557135 44.047865 48.89854 53.27863 57.30026 59.57751 61.17091 63.61128 65.24805 66.05818

Tinggi Badan Laki-laki Kabupaten Sragen (cm)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977

9 123.4129 123.5851 123.9973 124.7852 126.5250 129.1767 132.4805 134.4964 135.9922 138.4603 140.2273 141.1265 10 125.0262 125.3297 126.0144 127.0862 129.7960 133.2190 137.3338 139.9656 141.9054 145.0156 147.1623 148.2286 11 127.5126 128.0202 129.0718 130.7702 133.9834 138.2910 143.6139 146.8544 149.1445 152.4528 154.2355 155.0922 12 131.2747 131.8589 133.1184 135.2073 139.3242 144.8508 151.1428 154.0190 155.8477 158.6563 160.4572 161.2267 13 135.5692 136.2957 137.8897 140.5952 145.7356 152.0206 157.0663 159.9409 161.5939 163.6015 164.7540 165.3046 14 140.7059 141.6199 143.5866 146.8377 152.4286 157.4533 162.3094 164.1867 165.3698 166.8770 167.7882 168.2326 15 144.8497 145.8826 148.0556 151.5131 156.1381 161.2260 164.8333 166.4365 167.3836 168.7930 169.7146 170.1641 16 147.2002 148.2670 150.5140 153.5359 158.1027 162.7491 166.0171 167.4355 168.3854 169.8032 170.7303 171.1825 17 149.4165 150.5167 152.5733 155.3052 159.9884 163.9580 166.9503 168.3507 169.3058 170.7314 171.6636 172.1182 18 151.8077 152.6931 154.4723 157.1596 161.6729 165.1817 167.9229 169.3316 170.2922 171.7261 172.6637 173.1210 19 153.7638 154.6237 156.3765 159.2323 163.1188 166.3037 168.9187 170.3357 171.3020 172.7444 173.6876 174.1476


(3)

55

Lampiran 11. Data Persentil Indeks Massa Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh Laki-laki Kabupaten Sragen

Indeks Massa Tubuh Laki-laki Kabupaten Sragen (kg/m

2

)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977

9 2.092993 2.457749 3.404566 5.551586 12.13908 19.64344 20.59969 21.12701 21.49177 22.04403 22.41025 22.59032 10 2.214870 2.599454 3.596835 5.855015 12.76761 19.70525 20.65767 21.18648 21.55227 22.10607 22.47333 22.65391 11 2.334674 2.738660 3.785502 6.152224 13.38131 19.75849 20.71196 21.24216 21.60891 22.16417 22.53239 22.71345 12 2.368757 2.778256 3.839146 6.236618 13.55358 19.77294 20.72696 21.25754 21.62456 22.18022 22.54871 22.72989 13 2.336782 2.741111 3.788821 6.157449 13.39197 19.75939 20.71290 21.24312 21.60988 22.16517 22.53341 22.71447 14 2.231213 2.618447 3.622614 5.895624 12.85337 19.71292 20.66523 21.19423 21.56016 22.11416 22.48156 22.66220 15 2.484602 2.912793 4.021216 6.522869 14.13794 19.82057 20.77652 21.30837 21.67626 22.23325 22.60262 22.78424 16 2.542565 2.980070 4.112199 6.665724 14.42974 19.84349 20.80055 21.33301 21.70133 22.25897 22.62876 22.81059 17 2.569640 3.011496 4.154710 6.732408 14.56597 19.85404 20.81161 21.34436 21.71287 22.27080 22.64080 22.82272 18 2.590090 3.035219 4.186763 6.782709 14.66876 19.86194 20.81989 21.35285 21.72151 22.27967 22.64981 22.83180 19 2.605789 3.053433 4.211371 6.821317 14.74763 19.86797 20.82621 21.35933 21.72810 22.28643 22.65668 22.83873

Persentase Lemak Tubuh Laki-laki Kabupaten Sragen (%)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977

9 25.330464 25.983155 27.166443 28.636045 30.523978 32.10060 33.36639 33.99987 34.41778 35.03824 35.42193 35.60952 10 20.303987 21.233886 23.023811 25.387198 28.276312 30.44147 32.03979 32.74834 33.19119 33.83355 34.23858 34.43417 11 14.782385 15.532761 17.355152 20.381896 24.802495 28.16142 30.35878 31.28501 31.83648 32.56565 33.00266 33.20814 12 11.760722 12.112799 12.969882 14.812681 19.526054 24.58606 28.02682 29.31874 30.06929 31.04442 31.59833 31.84704 13 10.120629 10.344781 10.845003 11.775457 14.218672 19.23147 24.36627 26.46142 27.60804 28.98601 29.74585 30.08388 14 9.174939 9.374013 9.797574 10.496662 12.029590 15.12369 20.50170 23.27616 24.89112 26.88189 27.91923 28.36704 15 8.555871 8.741513 9.136495 9.779873 11.015554 13.13457 17.39462 20.41134 22.35003 24.83253 26.18920 26.77241 16 8.108900 8.284844 8.659192 9.268958 10.391126 12.07713 15.22302 18.00539 20.06828 22.91119 24.51601 25.21972 17 7.724628 7.892234 8.248842 8.829713 9.893029 11.33340 13.72832 15.95820 17.89059 20.92258 22.74410 23.55853 18 7.368423 7.528300 7.868463 8.422548 9.436832 10.73521 12.64093 14.31090 15.90535 18.81213 20.79216 21.70473 19 7.003466 7.155424 7.478739 8.005380 8.969427 10.17740 11.74756 12.99819 14.16623 16.61574 18.51821 19.48742


(4)

56

Lampiran 12. Data Persentil Tebal Lipatan Kulit Trisep dan Subscapula Laki-laki Kabupaten Sragen

Tebal Lipatan Kulit Trisep Laki-laki Kabupaten Sragen (mm)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977 9 12.674439 13.344404 14.611288 10.637736 12.885457 20.360097 22.035212 22.984872 23.65115 24.67435 24.91979

25.14223

10 9.326083 10.005912 11.443805 7.835641 9.532193 18.876461 20.664063 21.555688 22.18053 23.14012 23.78543

24.08823

11 7.207615 7.500094 8.335351 6.513693 7.296794 17.029188 19.235653 20.199375 20.80202 21.70260 22.30782

22.60785

12 6.142158 6.338244 6.779040 5.609339 6.202123 14.608104 17.510178 18.699630 19.41288 20.35848 20.93521

21.21697

13 5.275892 5.444294 5.808120 4.818238 5.327391 11.415804 15.197820 16.780843 17.69100 18.86293 19.53748

19.84057

14 4.699857 4.849873 5.173975 4.292171 4.745733 8.911416 12.962496 14.909197 16.05247 17.48937 18.28678

18.64784

15 4.339336 4.477844 4.777085 3.967375 4.381693 7.712799 11.177545 13.370340 14.67895 16.35781 17.28321

17.69467

16 4.109050 4.240207 4.523568 3.760927 4.149159 7.169149 9.971377 12.191976 13.62997 15.47998 16.51521

16.97005

17 3.924890 4.044813 4.315115 3.591685 3.962494 6.792185 8.972616 11.122202 12.63453 14.64097 15.76959

16.27089

18 3.754562 3.871844 4.124023 3.436934 3.790405 6.474162 8.217134 10.117989 11.61915 13.77221 14.99579

15.54095

19 3.575291 3.686512 3.927480 3.274005 3.609283 6.157488 7.572634 9.046356 10.49424 12.72443 14.06151

14.65312

Tebal Lipatan Kulit Subscapula Laki-laki Kabupaten Sragen (mm)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977 9 9.823267 10.641904 12.515134 8.457909 10.055313 20.685170 22.54090 23.53767 24.23762 25.31353 26.03771 26.39690 10 8.284085 8.457569 9.266340 7.827943 8.337335 19.224073 21.34550 22.31577 22.97974 23.99981 24.68641 25.02695 11 7.687594 7.827646 8.142596 7.297046 7.730623 17.341434 20.03336 21.11549 21.78032 22.75423 23.40519 23.72806 12 7.164992 7.295523 7.571799 6.800993 7.205095 14.758696 18.37392 19.73373 20.51230 21.55785 22.18700 22.49365 13 6.673503 6.795080 7.052405 6.334473 6.710856 11.362095 16.16041 17.99101 19.00767 20.24846 20.96550 21.28259 14 6.340867 6.456384 6.700882 6.018735 6.376357 9.154506 14.05842 16.37330 17.62402 19.14221 19.98217 20.32623 15 6.155792 6.267938 6.505300 5.843063 6.190247 8.495071 12.64614 15.23885 16.68376 18.40301 19.30986 19.71687 16 6.073873 6.184526 6.418729 5.765305 6.107869 8.365420 11.98117 14.67610 16.21391 18.03770 19.01328 19.41404 17 6.037256 6.147242 6.380033 5.730549 6.071047 8.307552 11.66998 14.41410 15.99729 17.86272 18.86023 19.27888 18 6.020211 6.129887 6.362021 5.714370 6.053907 8.280632 11.52727 14.28666 15.88647 17.77973 18.78802 19.21601 19 5.968427 6.077159 6.307297 5.665217 6.001833 8.198917 11.09026 13.89618 15.55260 17.52856 18.56909 19.02517


(5)

57

Lampiran

13. Data Persentil Lebar Bahu dan Lingkar Dada Laki-laki Kabupaten Sragen

Lebar Bahu Laki-laki Kabupaten Sragen (mm)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977 9 269.3137 269.8582 270.9826 272.7346 275.8152 279.7030 284.5660 287.9052 290.5656 295.3264 299.1392 301.2173 10 272.7531 273.3186 274.5109 276.4017 279.9731 284.9304 291.8774 296.9940 301.2893 308.9956 314.9407 318.0590 11 276.4225 277.0398 278.3957 280.6667 285.3108 292.4250 303.4441 311.6802 318.1680 328.7912 335.9474 339.5119 12 280.6998 281.4713 283.2211 286.3318 292.9976 304.3569 321.3909 332.1193 339.6756 350.0863 355.9617 358.5258 13 285.6607 286.7342 289.0946 293.4574 303.6718 320.4135 340.7269 350.9397 356.9187 364.3443 368.4401 370.2569 14 293.1183 294.7212 298.4254 305.3771 320.8279 341.1627 358.7205 365.8006 369.8669 375.2005 378.3048 379.7203 15 301.9370 304.2219 309.5139 319.0222 337.1270 355.8102 368.8758 374.3058 377.6079 382.0114 384.6817 385.9801 16 309.0033 311.8200 318.0681 328.6852 346.9717 362.7940 373.8449 378.6745 381.6174 385.7406 388.4259 389.7369 17 318.2726 321.5767 328.5216 339.6276 356.1058 369.0803 378.6227 382.9076 385.6783 389.8203 392.5340 393.8589 18 328.4788 331.9206 339.1864 349.6702 363.4124 374.3045 382.7615 386.8594 389.6576 393.8423 396.5841 397.9226 19 338.8903 342.4059 349.0803 357.9772 369.3272 378.8189 386.6217 390.7582 393.5847 397.8116 400.5809 401.7027

Lingkar Dada Laki-laki Kabupaten Sragen (cm)

Usia

Persentil

0.023 0.03 0.05 0.1 0.25 0.5 0.75 0.85 0.9 0.95 0.97 0.977 9 37.41913 38.66687 41.26200 45.29521 51.97206 58.89776 64.98331 67.69023 69.35497 71.61403 72.96527 73.59226 10 41.03303 42.30164 44.92281 48.94765 55.50691 62.07009 67.46214 69.90190 71.41493 73.48097 74.72473 75.30380 11 44.69165 45.96528 48.57788 52.53723 58.74670 64.86330 69.69532 71.91345 73.29658 75.19934 76.34953 76.88512 12 48.32724 49.58858 52.15569 55.99126 61.91780 67.34021 71.71353 73.74440 75.02134 76.77927 77.84962 78.34911 13 51.46620 52.70164 55.25865 58.82256 64.38154 69.30652 73.33775 75.23019 76.42226 78.07269 79.08314 79.57248 14 54.91526 56.00867 58.32881 61.86326 66.80868 71.27777 74.99106 76.74496 77.85757 79.41743 80.43246 80.93015 15 59.10623 60.24886 62.43929 65.45438 69.74309 73.70251 77.04941 78.64781 79.69262 81.26639 82.30505 82.81432 16 61.62850 62.65562 64.63991 67.39509 71.35927 75.05954 78.21247 79.75889 80.81820 82.41419 83.46752 83.98399 17 64.36622 65.28213 67.05948 69.55092 73.17346 76.59753 79.56444 81.12974 82.20726 83.83068 84.90211 85.42746 18 66.42254 67.25961 68.89582 71.20008 74.58034 77.80031 80.70236 82.29005 83.38298 85.02962 86.11638 86.64923 19 67.85550 68.64410 70.18405 72.36325 75.57967 78.66059 81.56910 83.17384 84.27851 85.94284 87.04127 87.57985


(6)