Klasifikasi Obesitas Faktor-faktor penyebab obesitas

Diet Makan kaya buah, sayur, susu rendah lemak dan lemak total Penurunan sistol bisa 8-14 mmHg Diit Garam dikurangi menjadi tidak lebih dari 100mEqL 2,4g natrium atau 6 gram garam dapur sehari Penurunan sistol bisa 2-8 mmHg 2.2. Obesitas 2.2.1. Definisi obesitas Obesitas merupakan peningkatan berat badan dengan BMI ≥ 25 kgm 2 akibat akumulasi lemak yang berlebihan. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak Sugondo, 2007.

2.2.2. Klasifikasi Obesitas

Tabel 2.2. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar perut menurut kriteria WHO dalam Asia-Pasific Perspective. Klasifikasi IMT kgm 2 Universitas Sumatera Utara Underweight 18,5 Normal 18,5 – 22,9 Overweight ≥ 23,0 Beresiko pra-obes 23,0 – 24,9 Obes I 25,0 – 29,9 Obes II ≥ 30,0 Sumber: WHO WPRIASOIOTF dalam the Asia-Pasific Perspective: Redefening Obesity and its treatment. Tabel 2.3. Klasifikasi berat badan berdasarkan lingkaran pinggang Klasifikasi Laki-laki Perempuan Obesitas ≥ 90 cm ≥ 80 cm

2.2.3. Faktor-faktor penyebab obesitas

Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti, baik dari faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik Sugondo, 2007. Universitas Sumatera Utara Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh. Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain : 1. Internal a. Genetik Seperti kondisi medis lainnya, obesitas merupakan perpaduan antara genetik dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi sel lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalori yang cukup. O besitas pada penderita sindrom prader-willi adalah penyakit genetik yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas pada anak kecil. Symptom yang timbul akibat sindrom ini disebabkan oleh disfungsi hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar Hermawan, 2008. b. Jenis kelamin Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak dari sel-sel lain. Oleh karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih beresiko mengalami obesitas Hermawan, 2008. c. Kelainan endokrin Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid sesuai kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, apabila hormon tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, pertumbuhan akan terganggu. Universitas Sumatera Utara Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi metabolisme, perkembangan otak, pernafasan , sistem jantung dan saraf, temperatur tubuh, kekuatan otot, kulit, berat badan dan tingkat kolesterol. Produksi hormon tiroid diatur oleh hormon TSH Thyroid stimulating hormone yang diproduksi oleh hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi hormon tiroid, yaitu triidotironin T3 dan tiroksin T4. Apabila dalam darah terdapat sedikit hormon tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi hormon tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau bahkan lebih banyak terdapat hormon tiroid, kadar TSH akan menurun. Sekresi TSH diatur oleh hormon hipotalamus, yaitu TRH Thyrotropin Releasing Hormone. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH meningkat akibat dari fungsi kelenjar tiroid yang menurun. Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak bekerja secara normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat menyebabkan produksi TSH terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme karbohidrat dan lemak menurun, hal ini akan menyebabkan obesitas Gunawan, 2008. 2. Eksternal a. Gaya hidup atau tingkah laku Kemajuan teknolgi, seperti adanya kenderaan bermotor, lift dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan resiko obesitas, selain itu mengkonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada umumnya berkalori tinggi Hermawan, 2008. Universitas Sumatera Utara b. Lingkungan dan faktor lain Faktor sosial dan ekonomi juga berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Pada masyarakat menegah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari Hermawan, 2008.

2.2.3. Tipe Obesitas