Dampak Penambangan Batu Granit terhadap Vegetasi dan Satwaliar (Studi Kasus Areal PT. Karimun Granite di Pulau Karimun, Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau)

DAMPAK PENAMBANGAN BATU GRANtT

TERHADAP VEGETASi DAN SATWALlAR
(STUDI KASUS AREAL PT. KARIMUN GRANITE Dl PULAU KARIMUN,
KABUPATEN KEPULAUAN RIAU, PROPINSI RIAU)

Oleh :
IBRAM EDDY CHANDRA
E. 28.0962

JURUSAN KONSERVASI SUMSERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTAMAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1998

XBRAM EDDY CHANDKA.
Dampak Penambangan Batu Granit Terhadap
Vegetasi dan Satwaliar (Studi Kasus Areal PT. Karinlun Granite di Pulau Karimun,
Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi E a u ) dibawah bi~nbinganIr. Haryanto, MS dan
Ir. Siswovo.
alan?,

Propinsi Riau merupakan salah satu wilayal~yang kaya akan .rzcn?be~.doj~a
tennasuk bahall galian golongan C berupa batu granit dengan cadangan inencapai
milyaran meter kubik. Cadangan di Pulau Karin1~111merupakan salah satu yang
terbesar (* 10 milyar m3) dan sangat ekonomis untuk ditambang. Usaha
pertarnbangan sering berbenturan dengan usaha ~nelljagakelestarian lingkungan dan
sebagai~nana halnya penambangan yang menempati kawasan hutan, berbagai
kegiatan penambangan baru granit mempunyai potensi menimbulkan dampalc negatif
terhadap linglungan hutan dinlana tambang tersebut berada. Besar dampalc dan
tinglcat kepentiugan dampak perlu dilcetahui untuk kepentingan pengelolaan dampak.
Tujuan .penelitian ini adalah : (1). ~nengetahuikegiatan penambangan batu
granit yang menimbulkan dampak terhadap vegetasi dan satwaliar, (2). mengetahui
besar dan tingkat kepentingan da~npakyang ditilnbullcan penambangan batu granit
terhadap vegetasi dan satwaliar (burung dan mamalia), 3). Sebagai acuan dalan~
~nenlbuatrencana pengelolaan danlpalc penambangan batu gsanit.
Pellelitian ini dilaltukan di wilayah kontrak lcarya PT. Kari~nunGranite, di
Pulau Karimun. Kahupaten Kepulauan Riau, Propinsi Kiau.
Penelitian ini
diiaksanakan selama dua bulan, yaitu dari awal bulan Mei sampai akhir bulan Juni
1996.
Analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak (Soerianegara d m

Indrawan, 1983) pada lokasi-lokasi pengamatan yang diperkirakan terkena pengaruh
langsung oleh kegiatan peltambangan. Lokasi pellgainatan ini dibagi menurut umur
tambang (areal tambang 1995 selanjutnya disebut areal tipe A dan areal tambang
1971 selanjutnya disebut areal tipe B), areal clearing bo~mdol-y(areal tipe C ) dan
areal virgin forest yang menjadi cadangan produksi (diasumsikan kondisi awal hutan
sebelum penambangan). Pengamatan satwaliar dilakukan dengan metode IPA
( b u r u ~ g )dan rnetode lbze transect untuk jenis mamalia. Di lapangan kedua metode
ini dipadukan. Penga~natanterhadap sahvaliar dilakukan pada keempat tipe areal
sebelunmya, ditambah satu tipe areal lagi, yaitu areal tambang aktifherjalan (areal
tipe D).
Berdasarkan ltondisi sebenamya di lapangan, dampak yang terjadi akibat
penambangan batu granit terhadap vegetasi dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
( I ) . dampak langsung, dan (2). dampak tidak langsung. Dan~pak Langsung
bersumber dari kegiatan tahap persiapan penambangan, heriipa hilandrnusnahnya
vegetasi 369 ind'ha atau i 27.306 p o h o ~untuk
~
74 ha areal tambang yang telah
dibuka atau 3% luas keseluruhan hutan dan 0,2% dari luas P. Karimun. Mengingat
luas hutan yang ada hanya sekitar 10% dari luas pulau (275 km2), lnaka kehilangan
potensi vegetasi merupakan dampak negatif yang tergolong penting.


*

Secara ringkasnya dampak langsung mudah dilihat, namun walaupun kelihatan
sepele yang perlu diperhatikan dan selaiijutnya untuk dikaji adalah dampak tidak
langsung dari kegiatan pertarnbangan tersebut terhadap vegetasi. Dari hasil analisis
vegetasi pada keernpat tipe areal diketahui komuiiitas areal pengainatan termasuk
dalarn asosiasi vegetasi yang saliia (IS>25%) untuk semua tingkat pertumbuhan.
Khusus antuk areal tipe C aktivitas penambangan berupa pembersillan vegetasi
penutup lebih dari 25 tah~inyang lalu telal: ~ne~iyebabkanperubahan komposisi
vegetasi, dilnaiia tel-lihat dominasi Adinnndra dun~osapada semua tingkat vegetasi.
Nilai keanekaragaman jenis areal tipe B lebih rendah (semai, pancang)
disebabkaii terdapat jellis Ki7er11nsuinatrni~a yalig dornina11 pada tingkat semai dan
pancang, ha1 ini menuiljukkan kegiata~ipenambangan batu granit yang sudah berjalari
i 25 tahun, d a l a ~ nltisaran kecil telah inenggaiiggu proses stabilisasi vegetasi, imnun
pengecualiari untuk tingkat polion nilai keatiekaragaman jenisnya masili tinggi
(H'=3,01) disebabkan di areal ini tidak dilakultan penebangan. Sebaliluiya di areal
tipe C dilaltukan kegiatan land clearii~g beriiiiplikasi pada rendalu~ya nilai
lteanekaragaman jenis (I-I'= 1,44).
Kerapatan semai te~tinggiditunjukkan areal virgin forest (7073 i~idlha)d a ~ i

kerapatari terendah terjadi di areal tipe B (2884 indlha). Rendahnya kerapatan seinai
di areal tipe B disebabkan areal ini telah lania terkena p e n g a r ~ hlangsung dari
peltambangan batu granit (sejak tahun 1971) inuiai dari da~npakpembukaan areal
sainpai pada proses peltambangan. Pengaruh ini jelas terlihat dari besarnya aliran
permukaan yang berakibat pada besaniya erosi di perinukaan tanah (erosiparit) yang
terdapat hampir merata di areal tipe B. Faktor laill yang turut mengliambat
pertumbuhan tingkat seniai adalah pencemaran debu yang riie~igandungunsur silika.
Menurut Guderian 1977, polusi udara terhadap tumbuhan dibagi menjadi kerusakan
(injury) dan kehancuran (damage). Istilah kerusakan meliputi seluruh respon
tumbuhan yang terjadi karena polusi udara, seperti perubahan metabolisme sebagai
akibat menurunnya fotosintesis, kenlatian daun, gugurnya daun atau menurulmya
pertumbuhan tana~nan. Keliancuraii ~neliputiseluruh pengaruh yang ~nenuru~ikan
nilai guna turnbulian.
Areal tipe C mempunyai kerapatan se~iiaiyang cukup besar, areal iiii adalah
relatif terbuka dan sebagiannya merupaltan teliipat peniliibunan taiiah lapisan atas,
banyahiya jenis Adina17dr.a d~onosn (447 ind/ha) dan beberapa jenis pioner
~iiempengasuhikerapatan tingkat semai ulituk areal ini (areal clearing boz~~zdnq~).
Pada pertumbuhan tingkat pancang di semua tipe areal, terlihat rnasih
dido~i~inasi
oleh jenis DQ~ierocalpaceaedisanipi~igterdapat jenis Adinandra d~tmosa

(areal tipe C) dan Knenia . s ~ n n a / r a ~(areal
~ a tipe B). Sedangkan kerapatan terendah
tiilgkat pancang juga ditu~ijukkan areal tipe B (1985 i n a i a ) . Rendahnya tingkat
kerapatan ini disebabkan oleh kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung
dengan adanya erosi dan besamya run-ofj; berakibat pada matinya sebagian vegetasi
pancang ataupun berkurangnya persentase keberhasilan pe~tumbuhansernai menuju
pancang.
Pada tingkat pohon perbedaan nilai keanekaraga~nanjenis pada areal tipe A
(H'=3,090), areal tipe B (H'= 3,Ol) terhadap areal virgin foresi (I-I'= 3,:s) adalah
kecil, ha1 ini menunjukkan kegiatan peiianibanga~itidak begitu berpetigaruh terhadap

tingkat pollon pada areal tipe A dar~B, sehingga kornposisi jenis tidak banyak
berubah. Sedangkan areal tipe C (H'= 2,44) menunjukkan perbedaan yang cukup
besar, fenor~~ena
ini meriunjukkan bahwa hanya kegiatan pada tahap persiapan
tambang yang berpengaluh nyata terhadap vegetasi pohon. Kerapatan d m doolninansi
vegetasi polion di areal tipe C juga yang terendah yaitu (K = 62 ind/ha dan D = 2,137
rn2/ha), ha1 ini berkaitan dengan sedikitnya jumlal~pohon yang diten~uidibandingkan
dengan virgin.fires1 (K = 369 indnia dan D = 40,619 m2/ha).
Dari hasil pengamatan satwaliar pada 5 ( h a ) tipe areal, ditemukan 43 jertis

burung dari 22 famili dan 5 jenis mamalia dari 4 farnili. Secara umum tiiigkai
keanekaragaman jenis burung tergolong sedang (H'=1,359 - 2,859), sedangkan
ti~igkatkeanekaragaman marnalia tergoloi~gsangat rendah (I-+ 0 - 1,39). Terjadi
kecenderungan penurunan keanekaragaman jenis burung pada areal hutan yang telah
lama dibuka untuk lceperlua~~
tambang. Penusurnan terbesar ditunjukkan areal tipe D
(H'= 1,39) dengan penuruna? jenis sebesar 18 jenis (69,2%) bila dibandingltan
dei~ganareal virgir7 forest (H'= 2,859 dan ditemukan 26 jenis). Penurunan areal tipe
A sebesar 5 jenis (19,2%) dan areal tipe B sebesar 10 jenis (34,5%). Kecuali pada
areal tipe C, penurunan yang terjadi hanya 2 jellis (7,69%), ha1 ini disebabkan
sebagian besar areal ini berupa semakhegetasi perdu, relatif terbuka dan banyalc
memperoleh sinar matahali, rnenguntungkan jenis seed feeder dan insectivora.
Penambangan juga rne~~urunkall
keanekaragal~ia~l
dan junlah jenis mamaiia,
pe~lurunannilai sampai pada nilai terendah (H'= 0). Hal ini menunjukkan bahwa
jenis mamalia sangat sensitif terhadap gangguan atau perubahan yang teljadi pada
habitatnya. Penunl~~an
jumlah jenis sampai tingkat terendah (1 jenis) terjadi di areal
tipe C dan D, dimana jellis yang teramati adalah tupai (Tupaia glis).

Nilai kemerataan jenis satwaliar mengalami penurunan dan sernaltin
rnenunjukkan terdapatnya dominasi satu atau beberapa organisme di suatu areal.
Areal tipe D merniliki nilai kenierataan jenis (E) terkecil untuk jenis burung dan
mamalia, ilii disebabkali jenis Hirzmdo tahitica keberadaamya jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jenis yang lain untuk lokasi pengarnatan yang sama, selain itu
di areal ini hanya ditemukan 1 jenis marnalia sehingga nilai E = 0 (nol).
Adapun upaya rencana pe~igelolaa~~
dainpak yang dapat dilakukan dibagi
lnenjadi 2 kategori, yaitu : (1) pengelolaai~dalilpak yang bersifat langsung, daii (2)
pengelolaan darnpak yang bersifat tidak Iangsung, rnelalui pendekatan teknis dan
pendekatan biologis (alami).
Dari pe~~elitian
yang dilakukan diperoleh kesimpulan, yaitu : (1). penambangan
batu granit dengan segala tahapan dan aktivitasnya telah menimbulkai~ dampak
liegatif secara langsung rnaupun tidak laligsung tel-l~adapsatwaliar, (2). dampak
lallgsung bersuniber pada tahap persiapan tambang sedangkan dampak tidak langsung
bersun~berdaii tahap pengolahan, (3). penambangan granit cenderung menuru~kan
keanekaragaman, kemerataan, kelillipahan dan populasi jenis burung dan mamalia.
Saran-saran yang dapat dikernukakan adalah : (1). perlu dilakukan penelitiarl
peilgaruh debu batu graliit terhadap kerusakan batang dan daun, dalam upaya untuk

n~enei~tukal~
jenis yang tepat dalam pernilihan tanaman, (2). bagi perusahaan, agar
rneligupayalcan pernbuatan tempat persemaian untuk mendapatkan anakan-anakan
polion lokal bagi keperluan revegetasi.

DAMPAK PENAMBANGAN BATU GRANIT
TERHADAP VEGETASI DAN SATWALIAR
(STUD1 U S U S AREAL PT. KARIMUN GRANITE Dl PULAU KARIMUN,
IC4BUPATEN KEPULAUAK RIAU, PROPINSI RIAU)

Oleh :

IBRAIM EDDY CHANDRA

E. 28.0962

SKRlPSI
Sebagai salah salu syarat untuk memperoleti gelar
SARJANA KEHUTANAN
pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan

Fakultas Kehutanan, fnstitut Pertanian Bogor

JURUSAN KONSERVASI SUhIBERDAYA HUTAX
FAKULTAS KEHUTANAN
IXSTXTUT PERTANIAN ROGOR
1998

Judul Penelitian

: DAMPAK PENAMBANGAN BAT11 GRANIT TEREIADAP

LIEGETAS1 DAN SATIVALIAR (STUD1 KASUS AREAL
PT.

KARIMIJN GRANITE

DI

PIJLlllJ


KIIRIMUN,

KABUPATEN, KEPIILAIJAN RIAl!, PROPINSI RIAU)
Nama Mahasiswa : IBRAhl EDDY CHANDRA

NKP

: E. 28.0962

Ir. Siswovo
Tgl.

Ir. ~ a & a n t o ,MS
Tgl.

servasi Sumbcrdaya Hutan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tembilahan (Propinsi Riau) pada tanggal 24 Desember

1971. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah bemama Fatullah
Ismail dan ibn bernama Farida.
Pada tahun 1985 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Unit
Penambangan Timah Singkep (UPTS) Telukuma, Kecamatan Karimun. Tahun 1988
lneilyelesailtan pendidikan lanjutan menengah pertama di SMP Negeri 2 dan
lte~nudianpada tahun 1991 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri
Tanjung Balai ICarimun.
Tahun 1991 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
(IPB) lllelalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun berikutnya penulis
memilih J ~ i r u s aKonservasi
~~
Sumberdaya Hutan pada Fakultas Kehutanan sebagai
bidang keahlian utama. Icemudian pada semester tujuh perkuliahan penulis memilih
Program Studi Lingkungan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Icehutanan IPB, pada ald~irstudi penulis menyusun skripsi yang berjudul
'Pengaruh Pena~nbanganBatu Granit Terhadap Vegetasi dan Satwaliar (Shidi Icasus
Areal PT. ICariinun Granite di Pulau Karimun, Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi
Riau)' dibawah bimbiilgan Bapak 11. Haryanto, MS dan Bapak Ir. Siswoyo.

KATA PENGANTAR

Bismillnhirrohnianirrohiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lalcukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas I