Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuataan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Untuk meningkatkan sumber daya manusia, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, baik prestasi
belajar siswa maupun kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional. Banyak usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan mutu pembelajaran akuntansi masih terus diupayakan. Untuk menunjang
keberhasilan pembangunan pendidikan, pemerintah Jawa Barat telah melakukan berbagai upaya antara lain: menjamin pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah, dan memfasilitasi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dasar, menengah, dan atas di wilayah Propinsi Jawa
Barat. Upaya peningkatan mutu pendidikan juga digalakkan oleh pemerintah kota Bandung, seperti peningkatan kualitas guru, peningkatan dalam pemakaian
metode pembelajaran, peningkatan sarana, dan peningkatan kualitas belajar. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan, guru juga ikut memegang peranan
penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam pembelajaran Akuntansi di sekolah.
Guru harus
benar-benar memperhatikan,
memikirkan dan
merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa terlibat lebih aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilakunya
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Afiatin, 2011: 1. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip pembelajaran yaitu prinsip Keterlibatan LangsungBerpengalaman. “Prinsip ini Prinsip Keterlibatan
LangsungBerpengalaman berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya” Tim pengembang
MKDP, 2011: 185. Selain itu, prinsip belajar adalah berbuat
Learning by Doing
juga sangat relevan, karena prinsip ini mempunyai makna bahwa belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan
tetapi belajar adalah proses beraktivitas Sanjaya, 2008: 30. Sardiman Nurfaidah et al, 2011: 33 mengatakan bahwa tanpa adanya aktivitas siswa,
proses belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Sophocles Warsono dan Hariyanto, 2013: 3, “Seseorang harus belajar dengan cara
melakukan sesuatu, Anda tidak akan memiliki kepastian tentang hal tersebut sampai Anda mencoba melakukan sendiri.” Dengan kata lain, untuk memperoleh
pengetahuan, siswa harus aktif mengalaminya sendiri. Lebih lanjut lagi Zuckerman Warsono dan Hariyanto, 2013: 4, “Para pakar meyakini bahwa
belajar akan diperoleh melalui pengalaman
learning for experience
, melalui pembelajaran aktif
active learning
, dan dengan cara melakukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang lain.
Pendapat para ahli di atas menunjukkan pentingnya siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa dikatakan belajar jika mereka aktif ikut mengalaminya
sendiri semua proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2009: 125 siswa yang aktif digolongkan berdasarkan persentase keaktifan, yaitu sebagai
berikut: Tabel 1.1 Kategori Keaktifan Siswa
Skala Keaktifan Kategori
80 atau lebih Sangat baik
60-79,99 Baik
40-59,99 Cukup
20-39,99 Kurang
0-19,99 Sangat kurang
Sumber: Dimyati dan Mudjiono 2009: 125 Di bawah ini peneliti memiliki data keaktifan siswa pada mata pelajaran
akuntansi perusahaan jasa di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
. Data ini
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang dijadikan dasar peneliti melakukan penelitian mengenai keaktifan siswa di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School.
Tabel 1.2 Tingkat keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Perusahaan Jasa Kelas X Akuntansi di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Kelas Jumlah
Siswa Persentase
tingkat keaktifan siswa
Kategori
X Akuntansi C 22 siswa
32,32 Kurang
X Akuntansi D 22 siswa
33,83 Kurang
Jumlah 44 siswa
Sumber: observasi,data diolah Dari keseluruhan data tingkat keaktifan siswa yang didapatkan oleh
peneliti dengan cara observasi dengan guru akuntansi pada tanggal 27 November 2014 dalam mata pelajaran akuntansi perusahaan jasa masih kurang, data yang
dikumpulkan diperoleh dari 2 kelas X Akuntansi yang berbeda, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan siswa dalam belajar akuntansi
masih kurang yaitu dibawah 40, hal ini disimpulkan berdasarkan kategori keaktifan pada tabel Tingkat keaktifan siswa di kelas X Akuntansi C sebesar
32,32, kelas X Akuntansi C tingkat keaktifannya masuk kategori kurang. Sedangkan di kelas X Akuntansi D sebesar 33,83 , dan masuk kategori kurang.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan tanggal 27 November 2014 penelitian di SMK Daarut Tauhid
Boarding School
tampak bahwa selama pelaksanaan
pembelajaran Akuntansi,
intensitas penggunaan
model pembelajaran konvensional, serta metode ceramah dan latihan masih terlalu
sering dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Guru melakukan ceramah untuk memberikan materi pelajaran pada siswa, dan di sisi lain siswa duduk diam dan
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Selanjutnya, karena materi Akuntansi cenderung lebih banyak berhitung, maka guru pada saat
mengajar sering menggunakan metode latihan sebagai variasi mengajar. Guru sering mengandalkan dua metode mengajar tersebut untuk digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran Akuntansi dan kurang memberikan variasi mengajar yang lain. Komunikasi yang terjalin selama pembelajaran cenderung satu arah
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
saja, yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran Akuntansi yang ada menjadi monoton dan kurang optimal.
Proses pembelajaran akuntansi diatas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. hal ini dikarenakan bahwa hasil belajar merupakan
instrumental input, raw input, expected output,
dan
environmental input.
Hal tersebut menurut teori Loree Djamarah, 2002:141-142 dengan mengembalikan kepada tiga komponen
utama proses belajar mengajar yang harus diperhatikan oleh setiap guru yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar
mengajar PBM ialah komponen-komponen; S
Stimulus,
O
Organisme,
R
Response
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1.1 Komponen Proses Belajar Mengajar Sumber: Djamarah, 2002:141-142
Dengan lingkungan non sosial siswa yang bersistem asrama mengakibatkan siswa jauh dari keluarga, ada kecenderungan siswa ingin pulang
ke rumah sehingga mempengaruhi aspek psikologis siswa dalam keaktifan belajar dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Jam sekolah siswa di
SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
adalah pukul 07.15 hingga 15.00. Dengan jam sekolah yang lumayan padat, siswa juga sedikit terbebani dengan banyaknya
Raw Input Siswa
Kapasitas IQ, bakat khusus, motivasi N
Ach, minat, kematangan,
kesiapan, sikap,
Expected Output Hasil Belajar
yang diharapkan
Instrumental Input Guru,
metode, teknik, media, bahan, sumber, sarana
PROSES BELAJAR
MENGAJAR
Environmental Input
Sosial, fisik, cultural
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tugas yang diberikan guru sehingga setelah kegiatan belajar mengajar selesai, siswa harus menyelesaikan tugas-tugasnya hingga jam tidur mereka yang
dijadwalkan paling lambat pukul 22.00, kadang-kadang diatas pukul 22.00 siswa masih belum tidur karena masih harus mengerjakan tugas. Setiap hari siswa
dijadwalkan bangun tidur pukul 04.00. Dengan keadaan seringnya siswa tidur hingga larut malam karena menyelesaikan tugas, biasanya siswa keesokan
harinya kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Keadaan di atas memberikan dampak yang besar terhadap aktivitas dan keaktifan siswa dalam
mata pelajaran akuntansi. Keberhasilan dalam pendidikan akan terwujud apabila terdapat proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran yang efektif
akan membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Yamin 2007:81-
82 bahwa “belajar aktif ditandai bukan hanya melalui aktivitas peserta didik secara fisik
, namun juga aktivitas mental”. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar sering menyebabkan
kegagagalan dalam belajar dan hasil belajar yang tidak optimal. Keberhasilan guru dalam membuat siswa aktif dalam pembelajaran masih belum maksimal
karena proses pembelajaran masih bersifat
teacher centered
. Sehingga siswa tidak memiliki sikap positif dan tidak aktif terhadap pelajaran akuntansi yang
disampaikan oleh guru, mereka sering beranggapan bahwa belajar akuntansi itu susah dan membosankan, sehingga proses belajar mengajar yang berlangsung
menjadi kurang menyenangkan dan tidak berkesan. Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses
pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Oleh karena itu keaktifan siswa penting dalam proses pembelajaran sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat diterima
begitu saja tetapi harus siswa yang mengolahnya sesuai kemauan, kemampuan dan bakat. Keaktifan siswa selama proses belajar sangat tergantung pada
interaksi siswa dengan lingkungannya. Sebagaimana dikemukakan Joni Sudjana, 2008:25. “Peristiwa belajar terjadi apabila subjek didik secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru”. Keterlibatan
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
siswa secara langsung diharapkan menjadikan siswa lebih aktif dalam aktivitas belajarnya dan hasil belajar siswa dapat mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan. Salah satu tujuan pembelajaran Akuntansi di SMK adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kecakapan vokasional
vocational skill.
Kecakapan vokasional seringkali disebut “kecakapan kejuruan”, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat. Kecakapan vokasional akan terwujud apabila pada proses pembelajaran siswa mempunyai aktivitas belajar dan keaktifan yang tinggi.
Untuk mengoptimalkan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi, diperlukan suatu alternatif pembelajaran untuk menjaga semangat belajar dan
keaktifan siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah mencari pendekatan dan metode yang cocok dengan kondisi siswa. Menurut
Nikmah 2013: 4 pendekatan dan metode yang dipilih guru harus berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat belajar aktif dan menyenangkan sehingga dapat meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu model pembelajaran yang berperan dalam meningkatkan
kerjasama dan keaktifan siswa adalah penerapan model kooperatif. Model pembelajaran ini mengacu pada ragam metode pengajaran dimana siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling menolong, berdiskusi dan berpendapat serta saling melatih pengetahuan masing-masing. Model
pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Kondisi seperti
inilah yang diharapkan agar interaksi berjalan dengan baik demi kelancaran pembelajaran akuntansi. Materi akuntansi merupakan materi pembelajaran jenis
konsep dan praktik keterampilan
vocational skills
yaitu segala sesuatu yang berwujud pengertian yang timbul sebagai hasil pemikiran serta penerapan
konsep yang sudah didapat di kelas dengan menjalankan praktikum. Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan oleh Nuansa Ayu Febrina dan
Isroah 2012 dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi Melalui
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division
STAD pada Siswa Kelas X Ak 3 Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Pelajaran 20112012”. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar akuntansi dari siklus I ke siklus II Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 2012. Penelitian
lain yaitu dilakukan Denik Arikha, Ngadiman, dan Elvia Ivada 2013 dengan judul “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 20122013”. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran siswa dari sebelum tindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran
sebelum dilakukan tindakan masih berpusat pada guru sehingga keaktifan siswa kurang dan hal itu berdampak pada kurangnya pemahaman siswa yang membuat
ketuntasan hasil belajar kurang. Peningkatan terjadi pada siklus I. Keaktifan siswa serta ketuntasan hasil belajar siswa meningkat walaupun belum optimal.
Pelaksanaan siklus II menyebabkan keaktifan siswa dan ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi tinggi sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang
berkualitas. Dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa berbagai
permasalahan dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran tipe kooperatif tipe STAD. Karena kesesuaiannya dengan
permasalahan yang dihadapi kelas X.C Akuntansi SMK Daarut Tauhiid Bandung. Banyak jenis model pembelajaran kooperatif yang telah dikenal orang,
antara lain: Jigsaw,
Think Pair Share, Number Head Together, Two Stay Two Stray, STAD Student Teams Achievement Divison,
dll. Dari berbagai tipe
cooperative learning
, peneliti memilih untuk penerapan tipe STAD. STAD adalah salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya
kerjasama siswa secara berkelompok dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai tujuan belajar. Slavin 2008: 12 menyebutkan bahwa “gagasan utama
dari STAD adalah adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu siswa lain dalam menguasai kemampuan yang
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
diajarkan oleh guru.” Pembelajaran dengan model STAD mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa selama
proses pembelajaran. Pembelajaran yang demikian akan mampu membangkitkan semangat bagi siswa untuk belajar sehingga akan berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Terdapat beberapa faktor yang menjadikan model ini mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa. Faktor tersebut adalah karakter STAD sebagai model pembelajaran yang menuntut kerjasama, pembelajaran berpusat pada siswa
student centered
, dan adanya penghargaan bagi tim terbaik. Tipe STAD sangat menekankan pada kerjasama dalam kelompok belajar.
Hal ini akan menuntut siswa untuk saling membantu, memberi motivasi, dan saling percaya satu sama lain. Pembelajaran yang menekankan pada kerjasama
akan memberi kesempatan kepada siswa secara bekerja sama, berbagi pendapat, pengetahuan, pengalaman, mendengarkan pendapat orang lain, saling
memotivasi dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam model pembelajaran tipe STAD, siswa belajar dengan cara membentuk kelompok yang anggotanya 4
siswa secara heterogen, setelah guru memberikan tugas kepada kelompok setiap anggota kelompok akan berusaha mempelajarinya dan yang sudah bisa
memahami materi membantu anggota yang lain. Keunggulan pembelajaran tipe STAD ini adalah kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD peneliti berupaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pelajaran akuntansi. Metode STAD dipilih karena metode pembelajaran
tersebut merupakan salah satu model kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Untuk materi penelitian yaitu jurnal umum, karena berdasarkan hasil
wawancara dengan guru Akuntansi Perusahaan Jasa di SMK Daarut Tauhiid
Shintia Rahmanda Kasih, 2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION STAD TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Boarding School
materi yang paling sulit diserap siswa dalam pembelajaran akuntansi adalah materi Jurnal Umum. Materi ini menjelaskan tentang langkah-
langkah pencatatan jurnal, mekanisme mendebet dan mengkredit, dan membuat jurnal umum dari berbagai jenis transaksi. Penyesuaian pembelajaran pada
materi ini menggunakan pembelajaran aktif, membuat siswa dapat memahami materi lebih baik sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang mudah
dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan serta siswa dapat mencatat transaksi keuangn perusahaan jasa ke dalam jurnal umum dengan menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, responsif dan proaktif dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial sesuai dengan prinsip etika
profesi bidang akuntansi. Melalui model
cooperative learning
tipe STAD yang menekankan pada kerjasama dalam kelompok belajar akan memberi kesempatan
kepada siswa bekerja sama mengidentifikasi bukti transaksi yang akan dicatat ke jurnal umum, kemudian berbagi pendapat dalam menganalisis pencatatan
transaksi dan menyimpulkan informasi tentang pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum. Melalui model
cooperative learning
tipe STAD, siswa juga dapat saling memotivasi dan saling membantu anggota yang lain dalam memahami
materi lebih baik guna mencapai prestasi yang maksimal dalam pembelajaran akuntansi. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka judul yang peneliti
angkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan
Cooperative Learning
Tipe
Student Teams Achievement Division
STAD terhadap Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian