Analisis pendapatan dan faktor kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di kota Bogor, Jawa Barat

j) / )ET

1-000

ot (,t,
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR KEWIRAUSAHAAN
PEDAGANG BAKSO SAPI KELILING
DI KOTA BOGOR, JAWA BARA T

SKRIPSI
YULIADINI

J

JURUSAN SO SIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTASPETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2000

RINGKASAN


Yuliadini. 2000. Analisis Pendapatan dan Faktor Kewirausahaan Pedagang
Bakso Sapi Keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi. lurusan Sosial Ekonomi
Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

Ir. Ahyar Ismail, MAgr

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. H. Rachmat Pambudy, MS

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive) karena Kota Bogor berpotensi untuk pengembangan usaha bakso,
khususnya bakso sapi. Penentuan lokasi sampel (desalkelurahan) dilakukan dengan
menggunakan metode Teknik Acak Sederhana (Simple Random Sampling) dan
responden yang dipilih yaitu responden yang ditemui saat penjaringan (Accidental
Sampling). lumlah sampel sebanyak 35 responden.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatanlkeuntungan usaha,
menganalisis besarnya kontribusi pendapatan dari usaha bakso sapi keliling terhadap

pendapatan total keluarga dan mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor pendidikan,
pengalaman us aha, motivasi, lokasi usaha dan nilai masyarakat sekitar lokasi usaha
terhadap perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling.
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2000.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pedagang bakso, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian
ini, seperti BPS, Dinas Tenaga Kerja dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan semua (100%) pedagang bakso sapi keliling
beIjenis kelamin laki-Iaki dengan kisaran umur 19-61 tahun. Responden sebagian
besar (57,14%) berasal dari daerah Jawa Tengah, serta tingkat pendidikan paling
banyak (37,14%) adalah tamatan SLTP.
Jumlah anggota keluarga umumnya
beIjumlah 3-4 orang (54,29%). Pengalaman usaha berkisar antara 1 bulan - 27 tahun.
Berdagang bakso sapi keliling merupakan mata pencaharian utama.
Usaha bakso sapi keliling merupakan usaha utama yang dilakukan sendiri. Alat
yang digunakan dalam menjalankan usahanya sebagian besar (62,86%) adalah
gerobak dan perolehan alat gerobaklpikulan pada umumnya (85,71%) membuat
sendiri.

Responden dalam menjalankan usahanya sebagian besar (71,43%)
menghabiskan waktu lebih dari 10 jam/hari. Jenis bakso sapi yang dijUlil. yaitu bakso
Solo (57,14%), bakso Malang (14,29%) dan bakso sayur (28,57%). Sebagian besar
(77,14%) responden mengetahui cara membuat bakso dari ternan dan paling banyak
responden (65,71 %) memilih usaha bakso karena tidak ada pekeIjaan lain. Responden
dalam menjalankan usahanya tidak mempunyai catatan perkembangan usaha, baik
pemasukan maupun pengeluaran.
Rata-rata pendapatan pedagang bakso sapi keliling yang menggunakan gerobak
sebesar Rp. 5.890.010,34 dan pikulan sebesar Rp. 5.240.007,69.
Rata-rata

pendapatan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor secara keseluruhan sebesar
Rp. 5. 648. 580, 79/tahunlpedagang. Rata-rata kontribusi pendapatan pedagang bakso
sapi keliling terhadap pendapatan total keluarga sebesar 91,82%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi
keliling di Kota Bogor adalah pendidikan, pengalaman usaha, motivasi dan lokasi
usaha berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan nilai F
= 35,24 pada taraf signifikasi 0,01.

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG BAKSO SAPI KELILING
DI KOTA BOGOR, JAW A BARAT

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogar

Oleh:

Yuliadini
D03496021

JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTASPETERNAKAN
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
2000

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR KEWIRAUSAHAAN
PEDAGANG BAKSO SAPI KELILING

DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:
YULIADINI
D03496021

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan
pada tanggal 16 Desember 2000.

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Ir, Ahyar Ismail, MAgr

Ketua Jurusan
So sial Ekonomi Industri Petemakan
Fakultas Petemakan
Institut Pertanian Bogor


TRgセ@

Ir. Richard W. E. Lumintang, セjAサNイ@

Dr. Ir. H. Rachmat Pambudy, MS

LセNAュBゥャGlQ@

Dekan
Fakultas Petemakan
Pertanian Bogor

/
Ir. H. Soedarmadi H, MSc

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1977 di Kota Pandeglang, Banten.
Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Suparma
dan lbu Hafsah.

Pendidikan dasar hingga SMA diselesaikan di Kota Pandeglang yaitu di Sekolah
Dasar Negeri Kabayan 1 dari tahun 1984 sampai 1990, selanjutnya diterima di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 dan Lulus pada Tahun 1993, kemudian Penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 dan Lulus pada Tahun 1996.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Tahun 1996.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan karunia dan pertolongan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang sangat membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
(1)

Bapak Ir. Ahyar Ismail, MAgr selaku pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir. H.

Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing anggata yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingannya.

(2)

Bapak Ir. Sutisna Riyanta, MS yang bertindak selaku dasen penguji seminar
dan Bapak Prof Dr. Ir. H. Pang S. Asngari, MSc dan Ibu Ir. Henny Nuraini,
MSi selaku dasen penguji sidang

yang telah memberikan masukan dan

sumbangan pemikiran untuk kesempurnaan skripsi ini.
(3)

Bapak Ir. H. Ismail Pulungan, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan

araban

dan bimbingan kepada penulis


selama menempuh

pendidikan.
(4)

Seluruh staf pengajar dan civitas akademica Fakultas Peternakan IPB yang telah
memberikan bantuan dan petunjuk selama penulis melakukan penelitian.

(5)

Seluruh respanden (pedagang bakso sapi keliling di Kota Bagor) yang telah
memberikan bantuan dan informasinya.

(6)

Apa dan Mama tercinta atas segala kasih sayang, nasehat, dukungan maril dan
doanya yang senantiasa mengiringi penulis dan kakak-kakakku: Lia Dahlia,

Moch. Iqbal, Bambang Trisnadi "Enong" dan adikku Lukman Hakim "Dicky"

atas segala kasih sayang dan perhatiannya.
(7)

Sahabat dekatku

Rini Apriantini dan Endro Ari Wahyudi atas segala doa,

bantuan, motivasi dan perhatiannya.
(8)

Bapak Herman, Ibu Anna Flora, Ade, Haris, Darni, Mbak Ifah, Mbak Siti dan
Mbak Tita atas doa dan dukungannya.

(9)

Tina, Yusrizal, Oi, Bas, Awi, Lastri, Iyan, Endan, Yusuf, Erwan, Rahmat, Itax,
Wida, Ria, Ane, Rizal, Yudi, Ida, Epi, Linda, Manis dan seluruh keluarga besar
SEIP 33 atas kebersamaan semoga persahabatan ini dapat bertahan selamanya.

(10) Warga Melati Batenk 07: Iik, Upi, Ika, Ucu, Winda, Onny, Eka, Dewi, Mbak

Anna, Lina, Galuh, lid, Ayu, Madha, Nova, Novi, Mina dan Ibu Ani atas segala
bantuan dan kebersamaannya.

(1\) Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
tulisan ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Nopember 2000

DAFTARISI
Halaman

RINGKASAN ....

11

RIWAYAT HIDUP . .............. .

VI

KATA PENGANTAR ........... .

VII

DAFTAR TABEL ................... .

XI

DAFTAR LAMPIRAN

XII

PENDAHULUAN ..

I

Latar Belakang ..

1

Permasalahan ..... .

2

Tujuan Penelitian ..

4

Kegunaan Penelitian ...

4

TINJAUAN PUSTAKA ..

6

Analisis Pendapatan ............ .

6

Konsep Biaya ....................................................................................... .

7

Rasio Penerimaan atas Biaya ............................................................... .

8

Pedagang Bakso Keliling........................................................................

9

Bakso ........................ .

11

Kewirausahaan ..... .

12

PROSEPUR PENELITIAN

15

Populasi dan Sampel .......................................................................... .

15

Desain ................................................................................................. .

16

Data dan Instrumentasi ......................................................................... .

16

Pengumpulan Data .....

17

Analisis Data ........... .

17

Definisi Istilah ...... .

21

BASIL DAN PEMBABASAN

24

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ........... ....................... .................... .

24

Karakteristik Responden ................... .

25

Karakteristik U saha. . .. ... . .. .. . .. .. ....................... .......... .

28

Analisis Pendapatan ........... .

32

Penerimaan Usaha Bakso Sapi ................................. .

32

Biaya Usaha Bakso Sapi ....

33

Margin Kotor Pendapatan Usaha Bakso Sapi.

34

PendapatanIKeuntungan Usaha Bakso Sapi .......... .

34

Pendapatan Keluarga Pedagang Bakso Sapi ..................

35

Pendapatan di Luar Usaha Bakso Sapi ...........................................

36

Analisis Model Perilaku Kewirausahaan Pedagang Bakso
Sapi Keliling...........................................................................................

37

KESIMPULAN DAN SARAN.... .................................. .

39

Kesimpulan ......... .

39

Saran ..................... .

40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ .

4'1

LAMPIRAN .............................................................................................. .

44

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1.

Kecamatan dan KelurahanIDesa Terpilih

15

2.

Sebaran Responden Berdasarkan Umur ....... .

25

3.

Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan... ............ ......... ...............

26

4.

Sebaran Responden Berdasarkan Asal Daerah ............................ .

26

5.

Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga......

27

6.

Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha......................................

27

7.

Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Lain................ ....

28

8.

Sebaran Responden Berdasarkan Alat yang Digunakan ........................

29

9.

Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Alat ............................... .

29

10.

Sebaran Responden Berdasarkan Jam Kerjalhari...................................

30

11.

Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Bakso Sapi yang dijual.............

30

12. Sebaran Responden Berdasarkan Belajar Membuat Bakso....................

31

13.

Sebaran Responden Berdasarkan Pemilihan Usaha. .......... .... ........... .....

31

14. Rata-rata Pendapatan Bersih Usaha Bakso Sapi Keliling
di Kota Bogar (Rp/tahun) .....................................................................

32

DAFTAR LAMPIRAN

No

Teks

Halaman

I.

Kuesioner Pedagang Bakso Sapi Keliling ..

45

2.

Karakteristik Responden ..................................................................... .

52

3.

Karakteristik U saha ............................................................................ .

53

4.

Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Total, Penerimaan, Margin Kotor
Pendapatan, Pendapatan dan RIC Rasio Pedagang
Bakso Gerobak (Per Tahun)............. . .............. .

54

Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Total, Penerimaan, Margin Kotor
Pendapatan, Pendapatan dan RIC Rasia Pedagang
Bakso Pikulan (Per Tahun) ...... .

55

Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Total, Penerimaan, Margin Kotor
Pendapatan, Pendapatan dan RIC Rasia Pedagang
Bakso Keliling (Per Tahun) .. ............................. ........................... .

56

Pendapatan Usaha Bakso, Pendapatan Usaha Non Bakso, Pendapatan
Total Keluarga, Kontribusi Pendapatan Usaha Bakso terhadap
Pendapatan Total Keluarga (Per Tahun) ............................................... .

57

Model Perilaku Kewirausahaan Fungsi Linier, Persamaan Regresi ...... .

58

5.

6.

7.

8.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan peternakan sangat menentukan dalam penyediaan bahan protein
hewani yang berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Sejalan

dengan jumlah penduduk yang semakin tinggi, menyebabkan kebutuhan pangan,
terutama protein hewani, akan terus meningkat pula.
Pada masa yang akan datang tujuan pembangunan peternakan bukan hanya
untuk meningkatkan permintaan dengan cara menciptakan pasar (create demand) dan
meningkatkan daya beli, tetapi tujuan akhirnya adalah meningkatkan pendapatan dan
mendorong pengusaha agar tetap mampu bersaing baik pada skala nasional maupun
internasional.

Para peternak harus berusaha tidak hanya pada tingkat usaha ternak

(budidaya, penghasil bahan baku) tetapi bila mungkin pada tingkat lebih tinggi (pasca
panen, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran). Peternak untuk mencapai posisi
tersebut, ditentukan oleh daya dorong yang berasal dari peternak itu sendiri yaitu
kewirausahaan (Pambudy el al., 1999).
Pemanfaatan

sumber protein

hewani seoptimal-optimalnya dalam rangka

pemenuhan kebutuhan protein hewani masih terus digalakkan. Daging sapi
merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung nilai gizi tinggi.
Kesulitan yang dihadapi masyarakat adalah harganya yang relatif mahal, sehingga
hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan masyarakat berpenghasilan tinggi saja. Salah
satu cara yaitu dengan meningkatkan kualitas pangan dan gizi masyarakat melalui
diversifikasi produk dan peningkatan produksi ternak dan bahan pangan asal ternak.

Salah satu produk pangan yang berasal dari daging adalah bakso. Bakso sudah
dikenal umum diberbagai lapisan masyarakat Indonesia karena harganya relatif
murah. Bakso merupakan salah satu bentuk hasil olahan dari daging dan dikenal
sebagai makanan jajanan dengan tingkat permintaan yang tinggi. Bakso dengan bahan
baku daging sapi lebih populer dan telah memasyarakat.
Pelaku utama yang berperan penting dalam usaha bakso ini adalah pedagang
kecil. Hal ini karena pedagang kecillah yang biasanya berperan sebagai produsen dan
menyalurkan barang-barang tersebut sampai ke konsumen akhir.
pelakunya adalah pedagang bakso sapi keliling.

Salah satu

Meskipun telah banyak restoran-

restoran yang menyediakan menu bakso sapi dengan tempat yang menyenangkan,
namun pedagang bakso sapi keliling terlihal semakin banyak. Keberadaan mereka
menunjukkan bahwa mereka memang diperlukan oleh masyarakat.
Wilayah Kola Bogor merupakan kota yang berpotensi unluk pengembangan
usaha, khususnya usaha bakso sapi.

Pedagang dalam mempertahankan dan

mengembangkan keberadaan pedagang bakso sangat diperlukan daya kreasi, inovasi,
keuletan, dan ketangguhan, serta pengetahuan yang cukup dalam mengelola usahanya
sehingga memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Penulis menganggap
bahwa analisis pendapatan dan faktor kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di
Kota Bogor menjadi menarik untuk dikaji.

Permasalahan
Pedagang bakso sapi kehadirannya di Kota Bogor sudah lama, banyak beroperasi
dan cukup populer di masyarakat.

Sektor ini kurang mendapat perhatian dari

2
!

pemerintah, sehingga pengembangan potensi, fungsi dan mekanisme kegiatan usaha
kurang proporsional dan berdaya guna. Namun alasan ekonomi menjadi lebih
penting, jika pendapatan (keuntungan) menjadi sasaran utama.
Salah satu komponen utama dalam penyeimbangan struktur usaha nasional
adalah mengembangkan pengusaha kecil yang berorientasi produksi menjadi
pengusaha kecil yang berorientasi bisnis atau berwawasan wirausaha yang mampu
mengikuti peluang dan perubahan situasi sebagai faktor penentu kegiatan usahanya.
Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan,
khususnya

keterbatasan

skala

usaha,

manaJemen

usaha,

modal,

teknologi,

keterampilan berusaha dan pemasaran prod uk.
Dilihat dari segi penjualan barang, nampaknya para pedagang dituntut untuk
menguasai jenis dan harga barang, pemilihan tempat, waktu berjualan, mengantisipasi
persaingan (kebebasan berusaha), dan pelayanan kepada konsumen. Berdasarkan
uraian di alas, pedagang bakso dengan segala kesederhanaan dan keterbatasannya,
nampaknya memiliki potensi dan peranan yang tidak kecil terhadap pembangunan
nasional.
Perkembangan

industri

kewiraswastaanlkewirausahaan

bakso
pedagang

sangat
bakso

dipengaruhi
dalam

oleh

melakukan

perilaku
keputusan-

keputusan yang berkaitan dengan kegialan usahanya. Perilaku kewirausahaan lebih
mengacu pada kegiatan seseorang yang mempunyai ciri-ciri pokok: inovatif,
kemampuan manajerial, kepemimpinan, kemampuan untuk mengakumulasi modal
serta keberanian untuk menanggung resiko.

3

Sehubungan dengan keadaan di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk
mengetahui kondisi dan situasi usaha bakso sapi yang salah satunya adalah usaha
bakso sapi keliling sebagai salah satu industri hasil temak. Masalah pokok penelitian

ini yaitu: bagaimana pendapatan dan faktor kewirausahaan pedagang bakso sapi
keliling? Secara rinci masalah tersebut adalah sebagai berikut: berapa pendapatan
pedagang bakso sapi keliling dan besarnya kontribusi pendapatan dari usaha bakso
sapi terhadap total pendapatan keluarga dan faktor-faktor apakah yang berpengaruh
terhadap perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor ?

Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk:
(i) Menganalisis pendapatanlkeuntungan usaha pedagang bakso sapi keliling.

(2) Menganalisis besarnya kontribusi pendapatan dari pedagang bakso sapi keliling
terhadap pendapatan total keluarga.
(3) Mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor pendidikan, pengalaman usaha, motivasi,
lokasi usaha dan nilai-nilai masyarakat sekitar lokasi usaha terhadap perilaku
kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling.

Kegunaan Penelitian
(i) Memberi masukan kepada pemerintah Kota Bogor dalam menentukan strategi

pembinaan usaha kecil, khususnya pedagang bakso sapi keliling.
(2) Sebagai bahan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari kondisi
pedagang bakso sapi, khususnya pedagang bakso sapi keliling.

4

(3) Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.

5

T1NJAUAN PUSTAKA

Analisis Pendapatan
Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dengan cara melakukan suatu analisis
pendapatan suatu usahatani. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu :
(a) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan (b) menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Hernanto, 1979).
Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan
penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan,
sedangkan pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input
dan lain-lain (Tjakrawiralaksana, 1983).
Penerimaan adalah nilai produk yang dihasilkan dari suatu usaha (Teken dan
Asnawi, 1977). Selanjutnya dinyatakan bahwa makin besar produksi yang dihasilkan
akan makin besar pula penerimaan. Sebaliknya, produksi yang rendah akan
memberikan penerimaan yang rendah pula, akan tetapi tingginya penerimaan tidak
menjamin tingginya pendapatan.

Azzaino (1980) menyatakan bahwa jumlah

penerimaan dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan produksi
yang dihasilkan dengan harga produk tersebut.
Menurut Wahyudin (1993) dalam penelitiannya,

yang dimaksud dengan

pendapatan adalah upah yang diterima pedagang per satuan waktu atau seluruh
jumlah penjualan dikurangi biaya operasional (yang terdiri atas; modal harian, ongkos

makan selama jualan, biaya pembantu terutama kalau yang digaji, dan retribusi/kalau
ada). Jadi bisa disebut sebagai keuntungan usaha.
Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (1993) menunjukkan bahwa sebagian
besar pedagang bakso di Salatiga yaitu sebanyak 86,67% memperoleh pendapatan
Rp. 280.000,00/bulan ke bawah. Pedagang keliling tidak ada yang memperoleh
pendapatan di atas Rp. 224.000, OO/bulan. Bagi pedagang bakso kaki lima sebagian
responden (50%) memperoleh pendapatan antara Rp. 168.000,00/bulan sid Rp.
308.000,00/bulan.
Menurut Soehrujo (1973), pendapatan keluarga adalah angka yang diperoleh
dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani
bersama keluarganya disarnping kegiatan pokoknya. Cara ini dipakai apabila petani
tersebut

tidak

membedakan

sumber-sumber

pendapatannya

untuk

memenuhi

keperluan sehari-hari.

Konsep Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik
yang telah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu (Mulyadi, 1979). Tjakrawiralaksana (1983) menyatakan bahwa pengeluaran
atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input dan lain-lain.
Menurut Mubyarto (1985), berdasarkan sifat input biaya produksi dibagi menjadi
biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya

tidak tergantung kepada volume produksi, sedangkan biaya variabel yaitu biaya yang
besar kecilnya berhubungan langsung dengan volume produksi.

Hal yang sarna

7

diungkapkan pula oleh Munawir (1990) yang menyatakan bahwa biaya tetap adalah
biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam kisaran output tertentu tetapi untuk
setiap satuan produk akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin
besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan output akan semakin kecil
sebaliknya semakin rendah hasil produksi, maka biaya tetap persatuan output akan
semakin besar.

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah

sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan.
Teken dan Asnawi (1977) menyatakan bahwa berapa biaya produksi juga sangat
tergantung pada besarnya usaha yang dijalankan tanpa memperhatikan keadaan
produksi berlangsung dengan kenaikan hasil bertambah atau berkurang.

Secara

umum dapat dikatakan bahwa makin banyak produk yang dihasilkan makin besar
biaya total yang digunakan.

Rasio Penerimaan atas Biaya
Tjakrawiralaksana (1983) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk pengUJlan
atau

analisis

keberhasilan

suatu

cabang

usaha

antara

lain

Analisis

PendapatanJkeuntungan (Enterprise Net Income/profit) dan Analisis Imbangan
Penerimaan atas Biaya (Return Cost Ratio). KeuntunganJpendapatan usaha diperoleh
sebagai selisih antara total penerimaan dan total biaya. Menurut Djamin (Hidayat,
1992), apabila total penerimaan lebih besar dari total biaya maka usaha tersebut
dikatakan untung dan jika total penerimaan lebih kecil dari total biaya maka usaha
tersebut dikatakan rugi.

8

Efisiensi pada umumnya diukur dari perbandingan antara nilai-nilai output
terhadap nilai-nilai input yaitu Analisis Imbangan Penerimaan Total dan Biaya Total

(Revenue Cost Ratio atau RIC). Usaha dikatakan berhasil jika RiC lebih besar dari
satu dan jika RiC lebih kecil dari satu maka usaha tersebut mengalarni kerugian,
sedangkan jika RiC =1 usaha berada dalam keadaan impas. Rasio penerimaan atas
biaya lebih besar dari satu artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk
usaha akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah.

Sebaliknya, jika

rasio penerimaan atas biaya lebih kecil dari satu artinya setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkanakan memberikan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah.
Akibatnya dengan RiC lebih kecil dari satu, maka usaha akan mengalami kerugian.
Djarnin (Hidayat, 1992), apabila RiC =1 terserah kepada pengusaha apakah
usaha akan diteruskan atau tidak.

Pada proyek pemerintah walaupun RiC

=

1

pemerintah akan tetap melaksanakan usaha tersebut dengan mempertimbangkan
usaha

tersebut

dengan

mempertimbangkan

usaha

tersebut

secara

ekonomi

menguntungkan rakyat.

Pedagang Bakso Keliling
Hasil studi Tim Peneliti Institut Pertanian Bogor (1991) terhadap pedagang
makanan jajanan di Bogor menemukan tiga macam cara beroperasi usaha pedagang
makanan jajanan, yaitu: (1) pedagang yang berpangkal di pusat-pusat keramaian pada
lokasi strategis, (2) pedagang yang mempunyai usaha tersebar di daerah pemukiman,
dan (3) pedagang keliling.

Secara umum temuan Tim Peneliti Institut Pertanian

Bogor itu dapat dibedakan menjadi pedagang menetap dengan pedagang keliling.

9

Perbedaan terhadap kedua pedagang tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi
atau menentukan pol a pendekatan pemilihan lokasi, penentuan waktu jualan dan
sebagainya.
Hasil penelitian Wahyudin (1993) menunjukkan bahwa di Salatiga pemilihan
cara berdagang keliling dilandasi oleh beberapa alasan.
menyatakan bahwa mereka tidak punya lokasi mangkal.

Sebagian pedagang
Alasan ini nampaknya

dikaitkan dengan adanya keterbatasan lokasi dan relatif kecilnya modal usaha.
Alasan lain karena mereka sudah terbiasa merasakan dan mengetahui "kemampuan
dan kelemahan" berjualan dengan cara keliling.

Lebih lanjut beberapa pedagang

mengungkapkan kalau berjualan mangkal, banyak yang harns dihadapi antara lain
petugas, sulitnya lokasi, modal, serta kemungkinan-kemungkinan lain.

Apabila

berjualan keliling mereka lebih bebas menentukan kapan mau bernsaha, juga mereka
dapat mendatangi calon pembeli di tempatnya masing-masing.
Selanjutnya Wahyudin (1993) menyatakan bahwa untuk menentukan lokasi, para
pedagang keliling tidak mengadakan diskusi atau kesepakatan terlebih dahulu dengan
pedagang bakso lainnya.

Sejak seseorang berniat untuk menjadi pedagang keliling,

maka mulai saat itulah ia harns menelusuri daerah-daerah mana yang sekiranya ada
calon pembeli, satu dua hari dan seternsnya mereka menelusuri daerah itu.

Pada

suatu saat mereka menentukan daerah ter£ebut sebagai "kawasan usaha". Penentuan
kawasan usaha dilakukan secara bebas oleh masing-masing pedagang, selanjutnya
kawasan tersebut menjadi tujuan usaha setiap hari.

10

Bakso

Bakso merupakan produk pangan yang dibuat dari daging yang dihaluskan,
dicampur tepung berkarbohidrat tinggi, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau
lebih besar dan dimasak dalam air panas untuk mengkonsumsinya (Tarwotjo et aI.,
1971). Oeckerman (1978) mendefinisikan bakso (meat ball) sebagai daging giling
yang dicampur dengan tepung kedelai, konsentrat protein, susu bubuk tak berlemak,
dan bahan-bahan sejenis dengan proporsi maksimal 12%.
Berdasarkan SNI 01-3818-1995, bakso daging didefinisikan sebagai produk
makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging temak
(kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa Bahan
Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Bakso dapat dikelompokkan menu rut jenis
daging yang digunakan.

Berdasarkan jenis daging sebagai bahan baku untuk

membuat bakso, maka dikenal berbagai jenis bakso seperti bakso ikan, bakso babi
dan bakso sapi (Tarwotjo et aI., 1971).

Bakso yang paling populer di Indonesia

adalah bakso yang terbuat dari daging sapi, sedangkan penggunaan daging domba
dalam pembuatan bakso hingga saat ini belum pemah ada dan kalaupun ada belumlah
sepopuler bakso daging sapi (Mujiono, 1995)
Elviera (1988) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahan-bahan dasar bakso
adalah daging, bahan pengisi (filler), garam dapui', bumbu penyedap dan es atau air
es.

Bakso diduga berasal dari Cina dan telah lama dikenal masyarakat Indonesia

sebagai makanan jajanan yang dianggap murah (Sunarlim, 1992). Dalam istilah Cina
nama bakso atau base berasal dari kata "bak" yang merupakan singkat:m dari kata
babi. Namun bakso yang populer di Indonesia dibuat dari daging sapi (Soekarto,

11

1990). Dari sudut tekno1ogi pengolahan sebenarnya daging babi kurang baik dibuat
bakso karena teksturnya yang lembek. Daging sapi lebih mudah dibentuk menjadi
butiran-butiran kenyal karena kandungan dan struktur proteinnya lebih kenyal dan
kuat (Ralal, 2000).
Bakso pada mulanya hanya dikenal dan dijual di daerah pemukiman orang Cina
dan dijual di restoran-restoran Cina. Namun akhir-akhir ini setelah tahun 1980, bakso
mulai berkembang dan mulai populer di masyarakat selain di kota besar juga kota
kecil, terutama di pelosok dan daerah wisata. Bakso dapat dijumpai di restoran
mewah, hotel berbintang, warung makan sederhana, pedagang kaki lima, dan
pedagang keliling.

Konsumen berasal dari golongan elit sampai golongan

berpenghasilan rendah (Sunarlim, 1992).

Kewirausahaan
Hingga saat ini kata kewirausahaan diakui belum memiliki definisi yang utuh
dan tegas. Mengingat kedua kata tersebut memiliki makna yang bersifat universal,
maka istilah kewirausahaan pun memiliki lingkup yang lebih luas lagi.

Pada

"-

prinsipnya wirausaha memiliki makna yang khas, yaitu mencerminkan karakter yang
tekun, giat, dan reaktif dalam bekerja atau berusaha, mampu mengambil prakarsa dari
peluang usaha dengan memperhatikan sumberdaya yang ada, mampu berdiri sendiri
tanpa mengandalkan kemampuan orang lain, berani mengambil resiko kerugian atau
kegagalan tanpa harus putus asa serta mampu bertindak sebagai motivator dan
inovator (pambudy et al., 1999).

12

Selanjutnya Pambudy et al. (1999), menyatakan babwa wirausaha bukan hanya
sekedar pengetabuan praktis, tetapi lebih cenderung pada suatu gaya hidup dan
prinsip-prinsip tertentu yang akan mempengaruhi kinerja usaba. Jika hal ini dimiliki
oleh semua pelaku bisnis peternakan maka dapat dipastikan peternakan akan lebih
berkembang dan bertumbuh pesat.
Menurut Soehartono et al. (1995), kewirausabaan lebih mengacu pada sikap
mental

seseorang untuk

bertindak

sebagai

seorang

wiraswasta.

Perilaku

kewiraswastaan dapat dikenali melalui kegiatan-kegiatan yang mengandung ciri-ciri
utama:

inovasi,

kepemimpinan,

pengembangan modal.

manajerial,

keberanian

Karakteristik utama bagi

menanggung

resiko,

seorang wiraswasta adalah

mempunyai kemampuan berinovasi, kepemimpinan, manajerial, mengakumulasi
modal dan keberanian menanggung resiko. Kelima unsur tersebut juga disebut un surunsur kewirausahaan yang akan berpengaruh terhadap perilaku dalam mengambil
keputusan-keputusan.
faktor

antara

lain

Sebaliknya, perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktorpendidikan,

pengalaman

usaha,

motivasi,

nilai-nilai

kemasyarakatan, lokasi dimana suatu usaha dilakukan.
Menurut Amin, 1978 (Soehartono et aI., 1995), mengutarakan konsep perilaku
sebagai ciri-ciri khusus kewiraswastaan adalah (1) inovatif, (2) berkemampuan
membina modal, (3) memiliki sifat kepemimpinan, (4) mempunyai keberanian
mengambil resiko dan (5) mempunyai kemampuan manajerial.
Faktor yang mempengaruhi mental kewiraswastaan menurut Roepke, 1984
(Soehartono et al., 1995) adalah antara lain budaya masyarakat atau 'nilai-nilai
kemasyarakatan seperti misalnya gotong royong, di mana inovasi dipandang sebagai

13

suatu tindakan yang merusak norma-norma budaya dan so sial yang ada, kurangnya
dorongan untuk berwiraswasta, berprestasi, dan rendahnya tantangan untuk terlibat
dalam tugas.

Soedjito (Soehartono et al., 1995) melihat faktor

(perkembangan)

teknologi modem mempunyai pengaruh terhadap mental idiologi masyarakat,
sedangkan A1atas (Soehartono et aI.,

1995) melihat adanya kaitan proses

pembentukan diri sebagai akibat penjajahan masa lalu dengan citra orang Jawa dan
mitos pribumi yang malas.

Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap

perilaku kewiraswastaan bangsa Indonesia.
Hasil-hasil penelitian yang mengamati kewiraswastaan, di sampamg faktorfaktor yang telah disebutkan di atas, temyata masih cukup banyak faktor yang
mempunyai pengaruh terhadap tingkatan kewiraswastaan seseorang. Amin, 1978
(Soehartono et at., 1995) yang mengamati kewiraswastaan di kalangan petani Aceh,
Djoseno et al., 1991 (Soehartono et al., 1995) yang mengamati pengasong di
Surakarta, melihat adanya pengaruh lokasi terhadap perilaku kewiraswastaan.
Faktor motivasi, seperti yang dikatakan oleh Hawkins et aI., 1993 (Soehartono et

al., 1995), mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap perilaku untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas yang selanjutnya akan
mempengaruhi pola pikir dan pol a tindakannya.

14

PROSEDUR PENELITIAN

Populasi dan Sam pel

Populasi dan sampel adalah pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive).

Sub populasi yang dipilih

dalam penelitian ini yaitu: (seperti terlihat pada Tabell)

r\

Tabell. Kecamatan dan KelurahanIDesa Terpilih
No

Kecamatan

KelurahanIDesa terpilih

lumlah responden

1.

Bogor Barat

Desa Cilendek Barat

2

Desa Gunung Batu

2

Desa Semplak

2

Kel. Baranangsiang

2

Kel. Sukasari

2

Desa Tajur

2

Kel. Sempur

2

Kel. Tegallega

2

Kel. Paledang

2

Desa Rancamaya

2

Desa Pamoyanan

2

Desa Cipaku

2

Kel. Kedung Halang

2

Desa Cimahpar

2

Kel. Bantarjati

I

Kel. Kebon Pedes

2

Kel. Tanah Sareal

2

Desa Kedung Badak

2

18

35

2.

3.

4.

5.

6.

BogorTimur

Bogor Tengah

Bogor Selatan

BogorUtara

Tanah Sareal

lumlah

Penentuan lokasi sampel (desalkelurahan) dilakukan dengan menggunakan
metode Teknik Acak Sederhana (Simple Random Sampling), responden yang dipilih
yaitu responden yang ditemui saat penjaringan (Accidental Sampling) karena
pedagang bakso sapi keliling tersebar di wilayah Kota Bogor.
Pada Tabel 1 diperlihatkan jumlah sampel yang dipilih sebanyak 35 pedagang
bakso sapi keliling yang ada di Kota Bogor ditentukan sub populasinya berdasarkan
lokasi pedagang bakso sapi keliling menjajakan dagangannya di tiap kecamatan.
Pemilihan lokasi diantaranya di daerah perkotaan dan daerah pedesaan.

Desain
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode

survei digunakan untuk memberikan gambaran tentang pendapatan dan faktor
kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor.

Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data pnmer dan data
sekunder.

Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan wawancara

Jangsung terhadap pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor. Data sekunder yang
digunakan merupakan data penunjang penelitian. Data ini diperoleh melalui studi
literatur di instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini ada satu jenis. Instrumen tersebut berupa kuesioner yang dipakai untuk
wawancara dengan pihak tersebut di atas.

16

Pengumpu)an Data

Pengumpu)an data dilaksanakan mulai minggu keempat bulan April sampat
minggu ketiga bulan Juni 2000. Pengumpulan data kurang lebih dua bulan.
Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti sendiri melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner.

Data juga diperoleh melalui wawancara lebih mendalam

kepada beberapa orang yang dinilai dapat memberikan informasi yang lebih terinci.

Analisis Data
Data yang terkumpul dari semua sumber diseleksi dan dikelompokkan secara
sistematis.

Data kuantitatif yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis dengan

met ode Analisis Pendapatanlkeuntungan (n) dan Analisis Imbangan Penerimaan atas
Biaya (RIC Ratio) untuk menganalisis pendapatan yang diterima pedagang bakso sapi
keliling.

Untuk menggambarkan karakteristik pedagang dan usaba bakso sapi

keliling digunakan statistik deskriptif, yaitu dengan tabulasi. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi
keliling digunakan Analisis Regresi Linier Berganda yakni untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh dari masing-masing faktor atau keseluruhan faktor terhadap perilaku
kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling.
Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Analisis PendapatanIKeuntungan (n)
Analisis pendapatan ini dihitung berdasarkan selisih antara penenmaan total
(TR) dengan biaya total (TC), n = TR - TC.
Kriteria yang digunakan:

17
/

1t

>0

1t

1 セ@

untung

RIC < 1 セ@

rugi

RIC = 1 セ@

impas

(3) Formulasi regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:

dengan:

bo

angka konstanta

bl,2 ... 5

angka koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh terhadap
perilaku kewirausahaan (= Y)

Xl

=

pendidikan pedagang bakso sapi keliling (tahun)

X2

=

pengalaman usaha (tahun)

X3

=

motivasi

pedagang

bakso

sapi

keliling,

diukur

dengan

memberikan nilai setiap pertanyaan yang diajukan dengan nilai
minimal 0 dan nilai maksimal 4

18

lokasi, disini digunakan variabel, D

=

I tidak ada saingan dan

D = 0 ada saingan kuat

Xs

nilai masyarakat sekeliling lokasi usaba dalam hal ini juga

=

digunakan variabel D

=

1 nilai masyarakat yang mendukung,

dan D = 0 untuk nilai masyarakat tidak mendukung

e

=

penyimpangan pendugaan

y

=

perilaku kewirausabaan yang mencakup lima unsur : inovasi,
kepemimpinan,

akumulasi

modal,

manajerial,

keberanian

mengambil resiko dengan nilai untuk masing-masing unsur
dijumlahkan (composite value).
Adapun indikator peubah perilaku kewirausahaan tersebut meliputi sikap:
(a) Keinovatifan
kemampuan

adalah

sikap

terarah

yang

menunjukkan

dalam menemukan ide-ide atau

mengacu

kepada

cara-cara barn yang lebih

bermanfaat untuk meningkatkan keberhasilan baik produk maupun teknis
pelaksanaan.

Indikator ini dengan parameter gagasan barn dan mencari

masukan/umpan balik.
(b) Kepemimpinan adalah sikap terarah yang mengacu kepada kemampuan perilaku
luwes dalam bergaul, mudah menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan
antar manusia.

Indikator tersebut dengan parameter konsumen barn dan

berbicaralakrab dengan konsumen.
(c) Akumulasi modal adalah sikap terarah yang mengacu pada kemampuan
memanfaatkan kemudahan kredit yang diberikan oleh perbankan. Indikator
tersebut dengan parameter tidak hanya menggunakan modal sendiri.

19

(d) Manajerial adalah menunjukkan sikap yang terarah dalam merencanakan,
mengendalikan suatu usaha.

Indikator ini dengan parameter perencanaan,

pencatatan, pemasukan dan pengeluaran usaha.
(e) Pengambilan resiko adalah sikap terarah yang menunjukkan mengacu kepada
kemampuan dalam memperhitungkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan usahanya. Indikator
tersebut dengan parameter tugas beresiko, prestasi yang dicapai, cara kerja yang
dilakukan.
Untuk setiap indikator dari peubah perilaku kewirausahan terdiri atas dua
pertanyaan yakni pertanyaan bersifat positif dan pertanyaan bersifat negatif dengan
lima altematif jawaban maka nilai perilaku berkisar antara 0 sampai 8.

Setiap

pertanyaan bersifat negatif skala nilai bergerak 0-4, sedangkan pertanyaan bersifat
positif skala nilai bergerak 4-0.

A1tematif jawaban yang disediakan setiap

pertanyaan bersifat positif ada lima jawaban yaitu; jawaban sangat setuju (SS) diberi
skor 4, setuju (S) diberi skor 3, ragu-ragu (R) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi
skor I, sangat tidak setuju (STS) diberi skor O. Berdasarkan ketentuan di atas maka
skor indeks sikap kewirausahaan, berkisar antar 0 - 40. Nilai minimum 0 tersebut
berasal dari lima indikator yaitu 0+0+0+0+0=0.

Nilai maksimum 40 berasal dari

yaitu 8+8+8+8+8=40.
Untuk menguji pengaruh keragaman variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y), maka masing-masing koefisien regresi tersebut dilakukan pengujian
tingkat signifikan dengan uji-t statistik, sedangkan pengujian secara serempak
dengan uji-F.

20

Definisi Istilah
(I)

Bakso sapi adalah daging sapi yang dihaluskan, dicampur bumbu dan tepung,
dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar. Bakso yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah bakso dalam bentuk penyajiannya.

(2) Pedagang bakso sapi keliling adalah pedagang bakso sapi di Kota Bogor yang
menjajakan

dagangannya

dengan

berkeliling,

konsumennya dan merupakan usaha sendiri.

mengunJungt

langsung

Alat yang digunakan untuk

berjualan dapat berupa gerobak dorong atau pikulan.
(3)

Pendapatan pedagang bakso sapi keliling adalah selisih antara total
penerimaan yang diterima oleh pedagang bakso sapi keliling dengan total
pengeluaran yang dikeluarkannya untuk berdagang bakso sapi keliling. Total
penerimaan dihitung berdasarkan jumlah uang tunai yang diperolehnya dan
jumlah barang dagangan

yang dikonsumsi sendiri.

Sedangkan total

pengeluaran diperoleh dari semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh pedagang
bakso sapi ke1iling yang meliputi pengeluaran untuk membeli peralatan, bahan
baku bakso, minyak tanah, jasa penggilingan dan lainnya, juga pengeluaran
untuk transportasi membeli bahan dari pemasok/pasar. Satuan yang digunakan
untuk menghitung pendapatan ini adalah rupiahitahun (Rp/th).
(4)

Pendapatan keluarga pedagang bakso sapi adalah jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh seluruh anggota keluarga pedagang bakso sapi, baik dari
usaha bakso maupun diluar usaha bakso.

(5)

(6)

Pendidikan pedagang bakso sapi keliling adalah lamanya pendidikan formal
(sekolah) yang dijalani pedagang bakso sapi keliling selarna hidupnya, yang
digunakan dalam perhitungannya adalah tahun.

(7)

Pengalaman usaba adalah lamanya pedagang bakso sapi keliling ini pernah
bekeIja di bidang pekerjaan yang sarna yaitu berdagang bakso sapi keliling.
Satuan yang digunakan dalarn perhitungan adalah tahun.

(8)

Motivasi pedagang bakso sapi keliling adalah dorongan untuk melakukan
usaha yang mempunyai pengaruh yang tidak keeiI terhadap perilaku untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas yang selanjutnya akan
mempengaruhi pola pikir dan pola tindakannya. Motivasi pedagang bakso sapi
dalam analisis regresi diukur dengan memberikan nilai setiap pertanyaan yang
diajukan dengan nilai minimal 0 dan maksimal 4.

(9)

Lokasi usaba adalah tempat dimana pedagang bakso sapi keliling menjajakan
dagangannya. Lokasi usaha dibagi dalam dua kategori yaitu lokasi strategis dan
yang tidak strategis. Penentuan strategis atau tidaknya suatu lokasi ditentukan
oleh ada atau tidaknya persaingan yang dirasakan oleh pedagang bakso sapi
keliling tersebut di lokasi berjualannya. Lokasi dianggap strategis adalah lokasi
yang tidak dirasakan banyak pesaingnya dan lokasi yang tidak strategis adalah
lokasi yang persaingannya sar.gat kuat.

Lokasi usaha dalam analisis regresi

dinyatakan dalam bentuk variabel dummy.

Variabel dummy diberi nilai 1

untuk lokasi strategis dan nilai 0 untuk lokasi tidak strategis.
(10) Nilai masyarakat sekeliling lokasi usaba adalah penilaian masyarakat
(konsumen) terhadap usaha bakso sapi keliling.

Nilai masyarakat dalarn

22

analisis regresi dinyatakan dalam variabel dummy. Variabel dummy diberi nilai
1 untuk nilai masyarakat yang mendukung dan nilai 0 untuk masyarakat yang
tidak mendukung.
(11) Perilaku kewirausahaan adalab kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang
polanya

dicirikan

oleh

unsur-unsur

kewirausabaan

yaitu

ゥョッカ。ウセ@

kepemimpinan, akumulasi modal, manajerial dan keberanian menanggung
resiko.

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kota Bogor terletak diantara 1060 43 130 11 BT 1060 51 1001l BT dan 30 130 11 LS 60 41 100 11 LS serta mempunyai ketinggian minimal 190 meter dan maksimal 350

meter di atas permukaan laut dengan jarak dari ibukota Jakarta sekitar 60 kilometer.
Batas-batas wilayah Kota Bogor :
(I) Sebelah Selatan:

berbatasan

dengan

Kecamatan

Cijeruk

dan

Caringin

Kabupaten Bogor.
(2) Sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Ciawi.

(3) Sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Bojong Gede dan
Kemang Kabupaten Bogor.

(4) Sebelah Barat

berbatasan

dengan

Kecamatan

Kemang

dan

Darmaga

Kabupaten Bogor.
Wilayah administrasi Kota Bogor terdiri dari enam kecamatan, 22 kelurahan dan
46 desa dengan luas wilayah 11.850 Ha (BPS, 1998).

Kemiringan Kota Bogor

berkisar 0 - IS 0 dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30°,
kedudukan topografi Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta
lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pemukiman.

Adanya Kebun Raya Bogor

merupakan tempat wisata serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan Puncak
(Cianjur) juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 680.514 jiwa yang terdiri dari 343.531
jiwa laki-laki dan 336.983 jiwa perempuan.

Struktur penduduk berdasarkan mata

pencaharian di Kota Bogor pada tahun 1994 sebagian besar beketja di sektor
perdagangan yaitu 22,23 persen, 19,28 persen penduduknya menjadi buruh dan 16,05
persen sebagai pegawai negeri, yang beketja di sektor pertanian dan industri tercatat
sebesar 9,08 persen dan 7,79 persen (BPS, 1998).

Karakteristik Responden

Semua responden (100%) pedagang bakso sapi keliling di Kota Bogor betjenis
kelamin laki-laki. Jumlah keseluruhan responden adalah 35 orang pedagang bakso
sapi keliling. Umur responden pene1itian ini berkisar antara 19 - 61 tahun, sebagian
besar (25,71%) berumur antara 36-40 tahun seperti terlihat pada Tabel2.

Tabel2. Sebaran Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun)

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

16-20

1

2,86

21-25

6

17,14

26-30

6

17,14

31-35

5

14,29

36-40

9

25,71

41-45

4

11,43

46-50

2

5,71

51-55

1

2,86

56-60

0

0

61-65

1

2,86

Jumlah

35

100,00

25

Dilihat dari segi pendidikan formalnya, sebagian besar pedagang bakso sapl
keliling adalah tamatan SLTP (37,14%). Pendidikan tertinggi adalah tamatan SLTA
sebanyak 5,71%. Data responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 3. Pendidikan non formal dapat dilihat dari pelatihan atau kursus yang pernah
diikuti responden yang berhubungan dengan usaha bakso yang pernah diadakan oleh
pemerintah atau instansi terkait lainnya.

Semua (100%) responden tidak pernah

mengikuti pendidikan non formal.

Tabel 3. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan
J enis Pendidikan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Tidak sekolah

5

14,29

Tidak tamat SD

3

8,58

10

28,57

2

5,71

Tamat SLTP

13

37,14

Tamat SLTA

2

5,71

35

100,00

Tamat SD
Tidak tamat SLTP

Jumlah

Asal daerah responden sebagian besar (57,14%) berasal dari daerah Jawa Tengah
seperti terlihat pad a Tabel 4.

Tabel4. Sebaran Responden Berdasarkan Asal Daerah
Asal Daerah

Jumlah responden (orang)

Jawa Barat

10

28,57

Jawa Tengah

20

57,14

5

14,29

35

100,00

Ja,wa Timur
Jumlah

Persentase (%)

26

lumlah tanggungan keluarga responden dapat dibagi dalam 3 kelompok yakni
< 3 orang, 3 - 4 orang dan 5 - 6 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga
pedagang bakso sapi berkisar antara 3 - 4 orang (54,29%) yang terdiri dari sepasang
suami isteri dan sejumlah anak. Pembagian jumlah tanggungan keluarga responden
terlihat pada Tabel 5.

Pekerjaan utama responden secara keseluruhan (100%)

bermata pencaharian sebagai pedagang bakso sapi keliling.

Tabel5. Sebaran Responden Berdasarkan lumlah Tanggungan Keluarga
Persentase (%)

lumlah Tanggungan

lumlah responden

Keluarga (orang)

(orang)

20

5

14,29

lumlah

35

100,00

Pengalaman usaha respond en sebagai pedagang bakso sapi keliling berkisar
antara 1 bulan - 27 tahun. Sebagian besar responden mempunyai pengalaman usaha

27

berkisar antara 0 - 5 tahun yaitu sebanyak 15 responden (42,85%). Data responden
berdasarkan pengalarnan usaha dapat dilihat pada Tabel 6.

Karakteristik Usaha

Usaha bakso sapl keliling merupakan usaha kecil, tradisional dan informal
merupak1m suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perekonomian
masyarakat khususnya di daerah Kota Bogor.

Kegiatan usaha di sektor ini

mempunyat partisipasi dalam membuka lapangan kerja baru dan pemerataan
pendapatan bagi masyarakat. Narnun demikian secara umum usaha bakso keliling di
Kota Bogor masih memiliki beberapa kendala dalam pengembangan usaha. Kendala
tersebut antara lain permodalan yang terbatas, kualitas sumberdaya manusia yang
kurang dan terbatasnya teknologi yang digunakan.

Pedagang bakso sapi keliling

dalam melakukan aktivitas usahanya beroperasi di daerah-daerah pemukiman
penduduk yang banyak konsumennya.
Penelitian

memperlihatkan

bahwa

dari

35

responden,

60%

respond en

mengatakan bahwa responden tidak berpengalaman berdagang sebelum berdagang
bakso seperti terlihat pada Tabel 7.

Tabel7. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Lain
Pemah Usaha Lain

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

Ya

14

40,00

Tidak

21

60,00

Jumlah

35

100,00

28

Dari 35 responden (pedagang bakso), 62,86% responden menggunakan gerobak
sebagai alat jualannya, sedangkan 37,14 % menggunakan pikulan seperti terlihat pada
Tabel8.

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan

Jumlah Responden (orang)

Gerobak

22

62,86

Pikulan

13

37,14

Jumlah

35

100,00

Perolehan

alat

(gerobak/pikulan)

sebagian

besar

Persentase (%)

(85,71%)

membuat

gerobak/pikulan sendiri seperti terlihat pada Tabe1 9.

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Alat
Persentase (%)

Perolehan Alat

Jumlah Responden (orang)

Membuat sendiri

30

85,71

5

14,29

35

100,00

Membeli jadi
Jumlah

Responden

dalam

menjalankan

usahanya

sebagian

besar

(71,43%)

menghabiskan waktu lebih dari 10 jam/hari yaitu mulai dari membeli bahan baku
sampai dengan menjual produk bakso seperti terlihat pada TabellO.
Semua (100%) responden dalam menjalankan usahanya dengan menggunakan
modal sendiri. Jenis bakso sapi yang dijual oleh respond en adalah bakso Solo
(57,14%), bakso Malang (14,29%), dan bakso sa