Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor, Jawa Barat

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A14105657

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa Negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pedagang tanaman hias. Data primer diperoleh dari literatur instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, dan sebagainya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 orang pedagang di Jalan Pajajaran dan 7 orang pedagang di Jalan Dadali.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usaha tanaman hias sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tanaman hias, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias.

Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu dan menjual tanaman hias berbunga maupun tanaman hias daun. Daerah pembelian tanaman hias dari daerah Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia 31 – 50 tahun, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD – SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 – 5 orang, dan mempunyai luas lahan 100 – 150 m2.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan, pedagang tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun pesaing sudah semakin banyak. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19 untuk lokasi di Jalan Pajajaran sedangkan R/C atas biaya tunai di Jalan Dadali adalah sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19.


(3)

Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel bebas dapat mempengaruhi variabel tidak bebas pendapatan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel pakis (X7), Obat (X8), dan TKLK (X9), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel pupuk NPK (X5), dan sekam (X6), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel luas lahan (X2), dan transportasi (X11), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 80 persen. Koefisien determinan (R2) sebesar 87,9 persen, artinya 87,9 persen keragaman dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam model dan masih perlu diterangkan oleh variabel lain di luar model yang digunakan sebesar 12,1 persen. Jumlah koefisien yang signifikan sebanyak delapan variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar normal, kenormalan sisaan ditunjukkan oleh tebaran titik-titik sisaan yang menyebar membentuk garis lurus. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. ). Berdasarkan analisis faktor, (uji parsial) variabel yang dapat meningkatkan pendapatan adalah variabel yang bertanda positif yaitu: harga jual Krisan, pupuk NPK, sekam dan pakis. Sedangkan variabel yang dapat menurunkan pendapatan adalah: TKLK, harga beli Aglaonema, harga beli Krisan, dan pot. Artinya pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat meningkatkan penggunaan input yang bertanda positif serta mengurangi penggunaan input yang bertanda negatif hingga batas tertentu. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: Agar variabel pendapatan yang mempunyai nilai elastisitas positif ditingkatkan, terutama harga jual tanaman hias Krisan (X10) dengan meningkatkan kualitas tanaman tersebut. Dan mengurangi penggunaan variabel pendapatan yang bernilai negatif hingga batas tertentu. Agar pedagang tanaman hias mencari sumber komoditi tanaman hias dengan harga yang lebih murah dengan mempertimbangkan biaya transportasi. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang tanaman hias adalah biaya pembelian tanaman hias itu sendiri, jika memungkinkan pedagang melakukan produksi sendiri


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A 14105657

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada


(5)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Binaria Aritonang

NRP : A14105657

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar SP, MSi NIP. 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(6)

Tanggal Kelulusan: 28 Januari 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (KASUS PEDAGANG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang A14105657


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara, pada tanggal 29 Mei 1982. penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Sahat Manganar Aritonang dan Nurbaya Sihombing.

Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173275 Siborongborong, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Siborongborong dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat atas diikuti penulis di SMK Negeri 1 Bogor, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan Koperasi, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis lulus program diploma pada tanggal 16 September 2005. Pada bulan Mei tahun 2006, penulis diterima pada Program Studi Ektensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai.

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaanNya akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan semua saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral serta semangat selama penulis menyelesaikan studi.

2. Rahmat Yanuar SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, PhD, sebagai dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih


(10)

untuk diwawancarai oleh penulis.

7. Putri atas kesediaannya sebagai pembahas pada seminar penulis.

8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama penelitian hingga penulisan skripsi.

10. Teman-teman di ekstensi, Septina, Sandra, Lisma, Indra, Arfan, Imel, Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis.

11. Teman-temanku, Lita, Elsa, Betni, K’Krista, yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka.

12. Pihak Sekretariat Ektensi MAB yang telah membantu penulis.

13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan Memberkati. Amin.

Bogor, Januari 2009


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A14105657

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa Negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pedagang tanaman hias. Data primer diperoleh dari literatur instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, dan sebagainya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 orang pedagang di Jalan Pajajaran dan 7 orang pedagang di Jalan Dadali.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usaha tanaman hias sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tanaman hias, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias.

Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu dan menjual tanaman hias berbunga maupun tanaman hias daun. Daerah pembelian tanaman hias dari daerah Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia 31 – 50 tahun, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD – SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 – 5 orang, dan mempunyai luas lahan 100 – 150 m2.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan, pedagang tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun pesaing sudah semakin banyak. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19 untuk lokasi di Jalan Pajajaran sedangkan R/C atas biaya tunai di Jalan Dadali adalah sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19.


(13)

Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel bebas dapat mempengaruhi variabel tidak bebas pendapatan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel pakis (X7), Obat (X8), dan TKLK (X9), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel pupuk NPK (X5), dan sekam (X6), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel luas lahan (X2), dan transportasi (X11), berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 80 persen. Koefisien determinan (R2) sebesar 87,9 persen, artinya 87,9 persen keragaman dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam model dan masih perlu diterangkan oleh variabel lain di luar model yang digunakan sebesar 12,1 persen. Jumlah koefisien yang signifikan sebanyak delapan variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar normal, kenormalan sisaan ditunjukkan oleh tebaran titik-titik sisaan yang menyebar membentuk garis lurus. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. ). Berdasarkan analisis faktor, (uji parsial) variabel yang dapat meningkatkan pendapatan adalah variabel yang bertanda positif yaitu: harga jual Krisan, pupuk NPK, sekam dan pakis. Sedangkan variabel yang dapat menurunkan pendapatan adalah: TKLK, harga beli Aglaonema, harga beli Krisan, dan pot. Artinya pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat meningkatkan penggunaan input yang bertanda positif serta mengurangi penggunaan input yang bertanda negatif hingga batas tertentu. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: Agar variabel pendapatan yang mempunyai nilai elastisitas positif ditingkatkan, terutama harga jual tanaman hias Krisan (X10) dengan meningkatkan kualitas tanaman tersebut. Dan mengurangi penggunaan variabel pendapatan yang bernilai negatif hingga batas tertentu. Agar pedagang tanaman hias mencari sumber komoditi tanaman hias dengan harga yang lebih murah dengan mempertimbangkan biaya transportasi. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang tanaman hias adalah biaya pembelian tanaman hias itu sendiri, jika memungkinkan pedagang melakukan produksi sendiri


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A 14105657

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada


(15)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Binaria Aritonang

NRP : A14105657

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar SP, MSi NIP. 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(16)

Tanggal Kelulusan: 28 Januari 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (KASUS PEDAGANG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang A14105657


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara, pada tanggal 29 Mei 1982. penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Sahat Manganar Aritonang dan Nurbaya Sihombing.

Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173275 Siborongborong, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Siborongborong dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat atas diikuti penulis di SMK Negeri 1 Bogor, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan Koperasi, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis lulus program diploma pada tanggal 16 September 2005. Pada bulan Mei tahun 2006, penulis diterima pada Program Studi Ektensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(18)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai.

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaanNya akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan semua saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral serta semangat selama penulis menyelesaikan studi.

2. Rahmat Yanuar SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, PhD, sebagai dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih


(20)

untuk diwawancarai oleh penulis.

7. Putri atas kesediaannya sebagai pembahas pada seminar penulis.

8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama penelitian hingga penulisan skripsi.

10. Teman-teman di ekstensi, Septina, Sandra, Lisma, Indra, Arfan, Imel, Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis.

11. Teman-temanku, Lita, Elsa, Betni, K’Krista, yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka.

12. Pihak Sekretariat Ektensi MAB yang telah membantu penulis.

13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan Memberkati. Amin.

Bogor, Januari 2009


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias ... 12

2.2. Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1. Pendapatan Usahatani ... 25

3.1.2. Fungsi Pendapatan ... 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

3.3. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3. Metode Penentuan Responden ... 37

4.4. Metode Analisis Data ... 38

4.1.1. Analisis Pendapatan ... 39

4.1.2. Analisis Regresi ... 41

4.5. Pengujian Asumsi Regresi ... 42

4.6. Definisi Operasional ... 45

BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian ... 49

5.2. Karakteristik Responden ... 52

5.2.1. Umur Pedagang Tanaman Hias... 52

5.2.2. Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias ... 52

5.2.3. Pengalaman Pedagang Tanaman Hias ... 53

5.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 54

5.2.5. Luas Lahan ... 55

5.3. Gambaran Umum Usaha Tanaman Hias ... 56


(22)

Halaman BAB VI. ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS

6.1. Aspek Permodalan ... 62 6.2. Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias ... 63 6.2.1. Penerimaan Usaha ... 64 6.2.2. Biaya Usaha... 66

6.2.2.1 Biaya Tunai ... 66 6.2.2.2 Biaya Diperhitungkan ... 74 6.2.3. Analisis Keuntungan Usaha... 80 BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

7.1. Analisis Faktor-faktor ... 82 7.2. Penjelasan Masing-masing Faktor ... 85 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan ... 91 8.2. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN ... 96


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2004-2006 ... 2 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia

Tahun 2003-2006 ... 3 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007... 4 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007 ... 6 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor,

Tahun 2002 dan 2006 ... 7 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 22 7. Tabel Penentuan Responden ... 38 8. Tabel Perhitungan Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan ... 41 9. Umur Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 52 10. Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor

Tahun 2008 ... 53 11. Pengalaman Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 54 12. Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias

di Kota Bogor Tahun 2008 ... 54 13. Luas Lahan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 55 14. Rata-rata Penerimaan Usaha Sampingan Pedagang

Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 64 15. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan

Pajajaran, Periode Agustus 2008 ... 72 16. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali,

Periode Agustus 2008 ... 72 17. Rata-rata Biaya Tunai Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor,

Periode Agustus 2008 ... 73 18. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan

Pajajaran, Periode Agustus 2008 ... 75 19. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali,

Periode Agustus 2008 ... 75 20. Penerimaan, Pengeluaran, Pendapatan serta R/C ratio Usaha


(24)

Halaman 22. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Total Revenue, Total Cost dan Laba Maksimum ... 30 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 33 3. Saluran Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor ... 60


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sentra Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat ... 96 2. Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat ... 97 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor ... 98 4. Penerimaan Penjualan Tanaman Hias Pedagang Tanaman Hias

di Kota Bogor, Periode Agustus 2008... 99 5. Modal Awal, Luas Lahan, Jumlah Jenis Tanaman Hias, Pembelian,

Jam Kerja, Penerimaan, Jumlah TKLK, Jumlah TKDK

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Tahun

2008 ... 107 6. Penerimaan Total Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode

Agustus 2008 ... 108 7. Penerimaan, Biaya-biaya Perawatan Tanaman Hias, dan Pendapatan

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 109 8. Penerimaan, Biaya-biaya, dan Pendapatan Bersih Usaha Sampingan

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 110 9. Persentase Perbandingan Pendapatan Usaha Tanaman Hias dengan

Pendapatan Usaha Sampingan ... 111 10. Hasil Output Minitab ... 112 11. Gambar Lokasi Penjualan Tanaman Hias ... 114


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura berasal dari bahasa Latin, yaitu Hortus dan Colere. Hortus bermakna kebun, sedangkan Colere berarti membudidayakan (to Cultivate). Dengan demikian hortikultura mengandung arti membudidayakan tanaman di kebun atau di sekitar tempat tinggal. Hortikultura dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahan-bahan obat (empon-empon), bahan-bahan bumbu (tanaman rempah), bahan-bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung serta memberikan kenyamanan pada lingkungan (tanaman hias). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), subsektor tanaman hortikultura (horticulture) merupakan cabang ilmu pertanian yang membicarakan masalah budidaya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias serta rempah-rempah dan bahan baku obat tradisional.

Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan. Data perkembangan PDB Hortikultura berdasarkan kelompok komoditi dapat dilihat pada Tabel 1.


(28)

Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Berdasarkan Kelompok Komoditi Tahun 2003 – 2006

Kelompok Komoditi

Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase

Peningkatan (%)

2003 2004 2005 2006

Buah-buahan Sayuran Tanaman Biofarmaka Tanaman Hias 28.246 20.573 565 4.501 30.765 20.749 722 4.609 31.694 22.630 2.806 4.662 35.448 24.694 3.762 4.734 7,23 5,83 40,48 1,67

Hortikultura 53.885 56.845 61.792 68.639 13.80

Sumber: Dirjen Hortikultura, (2003-2006)

Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB tanaman hias pada tahun 2006 paling tinggi dari periode tiga tahun sebelumnya, dengan nilai Rp 4.734 miliar pada tahun tersebut atau meningkat dari tahun 2005, 2004, dan 2003 yakni masing-masing Rp 4.662 miliar, Rp 4.609 miliar, dan Rp 4.501 miliar. Rata-rata peningkatan PDB tersebut sekitar 1,67 persen, untuk buah-buahan meningkat 7.23 persen, sayuran 5.83 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar 40,48 persen.

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono, 1997). Jadi tanaman dapat dikelompokkan sebagai tanaman hias apabila tanaman itu memiliki keindahan. Secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Sehingga muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga.

Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani tanaman hias maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja. Manfaat lain dari tanaman hias, yaitu menciptakan kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan. Tanaman hias mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka


(29)

tanaman. Selanjutnya, tanaman sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk kehidupan. Selain itu penataan tanaman dan jenis pada tanaman yang tepat akan menghantarkan estetikanya. Jadi, tanaman hias itu sendiri mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003-2006, jumlah ekspor tanaman hias (tanaman Anggrek, Krisan, dan tanaman hias lainnya) di Indonesia mengalami fluktuasi. Data tahun 2003 menunjukkan jumlah volume ekspor sebesar 681.928 kg, tahun 2004 sebesar 14.065.154 kg dan sampai dengan tahun 2005 jumlah ekspor menjadi sebesar 18.259.265 kg, atau meningkat rata-rata 59,06 persen per tahun. Pada tahun 2006 jumlah ekspor mengalami penurunan sebesar 3.211.916 kg, atau 17,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama jumlah impor juga meningkat, tahun 2003 sebesar 123.999 kg, tahun 2004 sebesar 806.647 kg dan tahun 2005 sebesar 1.009.391 kg, serta tahun 2006 jumlah impor sebesar 1.076.953, atau meningkat rata-rata 37,1 persen per tahun. Namun demikian jumlah ekspor tetap lebih besar dari impor, artinya Indonesia sampai dengan tahun 2006 masih termasuk negara pengekspor tanaman hias. Adapun perkembangan volume ekspor impor tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2006

Tahun Ekspor Impor

Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$) 2003 2004 2005 2006 681.928 14.065.154 18.259.265 15.047.349 1.387.337 12.914.439 15.027.410 16.331.671 123.999 806.647 1.009.391 1.076.953 376.295 1.185.705 1.848.998 1.563.464


(30)

Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor tanaman hias dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan tahun 2006 volumenya menurun, namun nilainya tetap meningkat. Hal ini karena nilai tukar mata uang rupiah meningkat dari Rp 9.640,- per dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp 10.545,- per dolar pada tahun 2006. Tanaman hias merupakan komoditi yang unik. Semakin unik jenis tanaman hias tersebut, maka harganya akan cenderung semakin mahal.

Jumlah permintaan akan tanaman hias setiap saat berubah, tergantung dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat. Perubahan jumlah permintaan juga dipengaruhi oleh adanya perayaan-perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan Imlek atau hari-hari besar lainnya. Potensi pasar yang cukup bagus, baik itu pasar domestik maupun internasional membuat petani berusaha meningkatkan produksinya. Data jumlah total produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2003-2007, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007

NO KOMODITAS

Produksi ( Tangkai )

2003 2004 2005 2006 2007

1 Anggrek 6.904.109 8.027.720 7.902.403 10.903.444 10.166.276

2 Anthurium 1.263.770 1.285.061 2.615.999 2.017.534 1.975.682

3 Anyelir 2.391.113 1.566.931 2.216.123 1.781.046 1.981.308

4 Gerbera ( Herbras ) 3.071.903 3.411.126 4.065.057 4.874.098 4.826.233

5 Gladiol 7.114.382 16.686.134 14.512.619 11.195.483 9.625.047

6 Heliconia 681.920 804.580 1.131.568 1.390.117 1.312.181

7 Krisan 27.406.464 27.683.449 47.465.794 63.716.256 77.115.151

8 Mawar 50.766.656 61.540.963 60.719.517 40.394.027 43.788.396

9 Sedap Malam 16.139.563 37.516.879 32.611.284 30.373.679 63.292.795

JUMLAH 115.739.880 158.522.843 173.240.364 166.645.684 214.083.069

10 Dracaena 1) 2.553.020 1.082.596 1.131.621 905.039 1.910.270

11 Melati 2) 15.740.955 29.313.103 22.552.537 24.795.996 29.822.895

12 Palem 3) 668.154 530.325 751.505 986.340 922.639

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 - 2007

Ket: 1) Satuan Produksi dalam Batang

2

) Satuan Produksi dalam Kg

3


(31)

Pada Tabel 3, tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap jenis-jenis tanaman hias berubah-ubah, artinya bunga yang ramai diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang cenderung meningkat adalah jenis Krisan. Sedangkan untuk jenis Gerbera (Herbras) cenderung stabil, artinya permintaan konsumen terhadap Gerbera (Herbras) relatif stabil.

Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra produksi tanaman hias. Hal ini disebabkan Jawa Barat mempunyai keadaan alam yang mendukung dan topografi yang cocok untuk budidaya tanaman hias. Pusat atau sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat antara lain: Bogor, Garut, Bandung dan Sukabumi. Jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Kota Bogor antara lain: Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Heliconia, dan daerah Garut biasanya banyak memproduksi tanaman hias, seperti: Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline. Bandung memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera, dan daerah Sukabumi banyak memproduksi tanaman hias seperti: Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis tanaman hias yang diproduksi masing-masing daerah di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1. Anthurium merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Jawa Barat, karena banyak diminati konsumen. Jumlah produksi tanaman hias Anthurium dari masing-masing daerah di Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 2.


(32)

Kota Bogor mempunyai banyak tempat wisata, sehingga Kota Bogor disebut juga sebagai Kota Wisata. Hal ini merupakan peluang bagi pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hias kepada para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Kota Bogor, selain sebagai Kota Wisata juga merupakan sentra produksi tanaman hias, karena didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Hal ini juga salah satu faktor pendukung dalam usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan para pedagang tanaman hias yang memanfaatkan jalan di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor. Data jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007

NO. KOMODITI Jumlah Produksi

2005 2006 2007

1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Anggrek Anthurium Anyelir Gerbera Gladiol Heliconia Krisan Mawar Sedap Malam 65.215 49.871 30.752 39.025 39.017 27.693 17.163 26.247 69.390 26.460 43.200 9.000 28.700 30.618 45.080 23.450 17.100 24.850 17.150 42.600 7.350 17.150 25.950 35.175 15.750 12.750 27.300

Jumlah 364.373 248.458 201.175

10. 11. 12. Dracaena1) Melati2) Palem3) 4.200 45.437 9.925 10.500 6.300 15.200 39.200 21.350 5.800

Sumber: Dinas Agribisnis Kota Bogor, 2005-2007 (data diolah)

Ket: 1) Satuan Produksi dalam Batang

2

) Satuan Produksi dalam Kg

3

) Satuan Produksi dalam Pohon

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jenis tanaman yang jumlah produksinya meningkat, adalah jenis Dracaena. Hal ini merupakan peluang bagi petani tanaman hias di Kota Bogor agar meningkatkan kembali jumlah produksi seperti tahun-tahun sebelumnya.


(33)

1.2 Perumusan Masalah

Para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan tanaman hias di Kota Bogor semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya pedagang tanaman hias di sepanjang jalan yang ada di Jalan Raya Bogor. Jumlah pedagang tanaman hias yang berada di Kota Bogor pada tahun 2002 adalah 188 orang meningkat menjadi 215 orang pada tahun 2006. Data jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan 2006

No. Lokasi Jumlah (2002) Jumlah (2006)

1. Jalan Dadali 31 34

2. Jalan Pajajaran 107 118

3. Jalan Semeru 20 20

4. Jalan Baru Cifor 27 33

5. Jalan Ahmad Yani 3 10

Total 188 215

Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, 2002 dan 2006

Pertambahan jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor, tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing-masing pedagang. Selain itu, pedagang tanaman hias juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian tanaman hias, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan tanaman hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang.

Selain masalah di atas, pedagang tanaman hias juga mempunyai pesaing dari luar, yaitu masyarakat di perumahan-perumahan yang pada awalnya berniat untuk mengoleksi tanaman hias hanya sebagai hobbi. Semakin lama jumlah tanaman hias mereka tersebut bertambah, akhirnya mereka ada yang mengubah


(34)

hobbinya menjadi lahan bisnis baru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor.

Pesaing-pesaing lain pedagang tanaman hias adalah adanya pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya langsung ke pasar-pasar atau ke rumah-rumah dengan harga yang sama atau bahkan lebih murah. Menurut pedagang tanaman hias di daerah penelitian, hal ini karena pedagang tersebut membeli langsung dari petani atau tanaman tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik. Pelaku bisnis lain juga ada yang melakukan promosi dengan mengadakan pameran-pameran di mall.

Masalah-masalah di atas tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Selain itu, keadaan ekonomi Indonesia yang tidak stabil, harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan pendapatan (gaji bagi karyawan) tetap. Keadaan tersebut memicu masyarakat untuk mencari pendapatan lain, salah satunya dengan terjun ke dunia bisnis tanaman hias. Hal ini juga mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

Upaya mengatasi pendapatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan rumah tangga pedagang tanaman hias, mereka melakukan kegiatan penjualan produk diluar tanaman hias, yaitu: penjualan pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk organik, sekam, pakis, penyewaan tanaman, dan pembuatan taman. Usaha yang dilakukan pedagang tanaman hias ini merupakan komplementer dari tanaman hias, sehingga usaha penjualan tanaman hias maupun penjualan produk selain tanaman hias ini saling mendukung. Rata-rata pendapatan penjualan produk diluar tanaman hias, dapat membantu kebutuhan rumah tangga pedagang tanaman hias,


(35)

bahkan bisa mencapai jumlah yang lebih besar dari penjualan tanaman hias itu sendiri.

Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka pertanyaan yang pertama muncul adalah seberapa besar tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor, kemudian apakah sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias sehingga jumlah pendapatan pedagang mengalami peningkatan atau penurunan? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha atau pedagang tanaman hias di Kota Bogor, sehingga pedagang tanaman hias dapat meningkatkan pendapatannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor.

2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor.


(36)

3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memecahkan masalah-masalah dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pedagang, dapat membantu pedagang untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sehingga dapat meningkatkan kembali pendapatannya.

2. Bagi pembaca, menjadi sumber informasi dan bahan studi literatur serta perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis, menambah keterampilan, kemampuan pengetahuan dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.

1.5. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada masalah tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Tingkat biaya yang dianalisis adalah biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Termasuk biaya tunai yaitu: biaya pembelian tanaman hias, biaya pupuk kandang, biaya pupuk kompos, biaya pupuk NPK, biaya sekam, biaya pakis, biaya obat-obatan, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), biaya transportasi, biaya pot, dan biaya lain-lain (sampah dan listrik). Biaya yang termasuk dalam biaya diperhitungkan, yaitu: biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), dan biaya bunga modal.


(37)

Analisis pendapatan pada penelitian ini adalah analisis terhadap pendapatan usaha penjualan tanaman hias dan produk selain tanaman hias. Pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bulanan dengan periode usaha bulan Agustus 2008. Analisis ini dilakukan dengan menghitung penerimaan usaha dan mengurangkannya dengan total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan analisis faktor pada penelitian ini adalah analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penjualan tanaman hias.


(38)

BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono, 1997). Tanaman hias dapat memberikan suasana indah mempesona, dan melembutkan pandangan. Memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Memberikan kesejukan dan rasa nyaman serta mampu menurunkan suhu pada saat udara panas sekaligus dapat mencuci udara karena tanaman merupakan sumber O2.

Lakitan (1995) dalam Saepuloh (2005), mendefinisikan bahwa tanaman hias adalah komoditi yang dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya. Menikmati keindahan tanaman hias dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan pemukiman manusia. Salah satu cara misalnya dengan menanam tanaman hias di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik dan dapat hanya dengan menikmati keindahannya dengan tidak secara fisik memanen tanaman atau bagian dari tanaman tersebut.

Ashari (1995), menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong dan bunga hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca atau green house.


(39)

Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman.

Menurut Sudarmono (1997), tanaman hias dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1. Tanaman hias daun

Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni. Mulai dari yang berwarna tunggal merah, hijau, kuning, orange, perak, warna kombinasi, warna strip-strip, warna zebra, warna bintik-bintik, totol-totol merah-ungu, dan warna mengkilap. Daya tarik lainnya adalah penampilan bentuk tajuknya, bentuk batangnya, bentuk daunnya, dan teksturnya.

Selain daya tarik karena keindahannya, tanaman hias daun disukai orang karena persyaratan tumbuhnya ringan, perawatannya mudah, dan tahan lama dibandingkan dengan tanaman hias bunga. Di dalam ruangan, tanaman hias daun misalnya, Suplir keriting dapat bertahan sampai 10 tahun. Contoh lain tanaman hias daun adalah: Palem kol, Perilepta dyerianus, Palem merah, Palem kuning, Palem botol, Asoka, Aglaonema, Lantana camara, dan Sikas. 2. Tanaman hias bunga

Tanaman hias bunga dipilih karena penampilan bunganya berwarna-warni, bentuk dan ukurannya beraneka ragam, ada yang kecil mungil, ada yang raksasa, dan ada yang baunya harum. Tanaman hias bunga menuntut persyaratan yang lebih berat daripada tanaman hias daun. Pembentukan bunga memerlukan penyinaran dan suhu malam yang sejuk. Tanaman hias bunga, sifatnya hanya sementara, mungkin hanya bertahan 1-2 minggu. Bahkan pada


(40)

musim hujan bunga akan mampu bertahan dalam tiga hari saja. Contoh tanaman hias bunga adalah: Mawar, Melati, Krisan, Euphorbia, Bougenville, Anggrek, dan Adenium.

Menurut Ratnasari (2007), berdasarkan struktur dan bentuknya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman pohon, liana dan herba, perdu, semak, dan sukulen. Struktur tanaman ini akan mempengaruhi fungsi tanaman pada saat digunakan. Berikut penggolongan tanaman hias:

1. Tanaman Pohon

Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai pelindung dan centre point. Selain itu, ada juga tanaman pohon yang bisa digunakan sebagai tanaman hias pot, tetapi jenisnya sangat terbatas. Flamboyan dan Dadap merah termasuk jenis tanaman pohon.

2. Tanaman Liana dan Herba

Tanaman golongan liana lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat atau tanaman gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya. Termasuk dalam golongan liana adalah bunga Alamanda. Sedangkan golongan herba (herbacaous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali. Termasuk dalam jenis ini adalah bunga Kana dan bunga Tapak darah.


(41)

3. Tanaman Perdu

Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Termasuk jenis tanaman ini adalah bunga Sikat botol, Krossandra, dan Euphorbia.

4. Tanaman Semak

Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Termasuk dalam jenis ini adalah Bambu hias.

5. Tanaman Sukulen

Tanaman sukulen adalah jenis tanaman “lunak” yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Termasuk dalam jenis ini adalah Kaktus.

Menurut Ratnasari (2007), tanaman hias memiliki habitat yang berbeda satu sama lain. Secara umum, habitat tanaman hias dicirikan dengan perbedaannya akan lingkungan hidup yang mencakup ketinggian tempat dari permukaan air laut, kebutuhan air, dan kebutuhan cahaya.

Ketinggian Tempat

Biasanya, faktor ketinggian tempat lebih dikenal dengan faktor suhu. Sebagai negara yang berada di daerah khatulistiwa, keragaman iklim di masing-masing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu di sini lebih banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.

Suhu udara di dataran tinggi relatif dingin sehingga beberapa jenis tanaman subtropis dapat dibudidayakan dengan baik. Sementara suhu udara di


(42)

dataran rendah relatif panas sehingga tidak banyak tanaman hias yang berasal dari daerah subtropis bisa dibudidayakan dengan baik.

Berdasarkan ketinggian tempat, tanaman hias dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tanaman hias dataran tinggi, dataran rendah, dan dataran sedang. Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah berada pada ketinggian < 200 m dpl. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian 200-700 m dpl merupakan dataran sedang.

Kebutuhan Air

Air merupakan salah satu kebutuhan utama tanaman. Tanpa air, tanaman tidak akan dapat mengolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian mati. Tanaman yang mengalami kelayuan harus segera diberi air agar dapat segar kembali. Jika tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang akhirnya akan membuat tanaman mati. Kebutuhan air untuk setiap tanaman sangat beragam, tergantung pada jenis tanaman, fase pertumbuhan, ukuran tanaman, ukuran pot (jika tanaman ditanam dalam pot), kondisi media tanam, kondisi akar, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan lingkungan.

Jenis tanaman sukulen atau kaktus-kaktusan membutuhkan air yang sedikit untuk dapat tumbuh dengan baik, sedangkan jenis tanaman air justru membutuhkan keadaan jenuh air untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada umumnya, kebutuhan air pada tanaman hias bunga berada di antara kedua jenis tanaman tersebut.

Selain jenis, umur dan ukuran tanaman juga sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air. Tanaman yang lebih tua dan berukuran lebih besar membutuhkan


(43)

air lebih banyak daripada tanaman yang masih muda dan kecil. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan tanaman tanaman akan air, diantaranya tempat tumbuh tanaman. Kebutuhan air pada tanaman yang tumbuh di dalam pot jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam langsung di tanah. Peletakan tanaman juga mempengaruhi kebutuhan air. Tanaman yang diletakkan di dalam ruangan ber-AC membutuhkan air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di ruangan tanpa AC.

Kebutuhan Cahaya

Berdasarkan kebutuhan cahaya, tanaman dapat dikelompokkan menjadi jenis tanaman yang toleran terhadap sinar matahari langsung atau tanaman yang membutuhkan naungan. Namun, adapula tanaman yang dapat tumbuh baik di tempat yang terkena cahaya langsung maupun ternaungi.

Tanaman yang toleran terhadap sinar matahari sebaiknya ditempatkan di tempat-tempat yang terkena sinar matahari secara penuh sehingga dapat tumbuh secara optimal. Sementara tanaman yang toleran terhadap naungan sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari, contohnya di bawah pohon, diberi naungan paranet, atau bisa juga di teras rumah. Jika tidak terdapat naungan, tanaman jenis ini juga bisa diletakkan di tempat-tempat yang hanya terkena sinar matahari pagi atau sore saja.

Tanaman hias di lingkungan sekitar sangat beragam. Untuk mempermudah dalam pengenalan, perlu dilakukan penggolongan pada tanaman hias. Masing-masing golongan tanaman hias tersebut memiliki habitat yang berbeda-beda. Mengenal penggolongan dan habitatnya akan mempermudah dalam perawatan tanaman hias tersebut.


(44)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman dengan menggunakan uji-uji tertentu. Faktor atau Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang tanaman hias bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan pertanian melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh pedagang tanaman hias. Faktor-faktor yang berpengaruh berbeda-beda tergantung jenis dan lokasi usaha tanaman hiasnya.

Saepuloh (2005) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan usaha dan pemasaran tanaman hias di Kota Bogor. Usaha yang dilakukan oleh pedagang pengecer tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total ebesar 1.23. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0.94 untuk Euphorbia, 0.66 untuk tanaman Bougenville, 0.75 untuk tanaman Aglaonema, dan 0.60 untuk jenis tanaman Palem. Berdasarkan nilai nilai tersebut dapat diidentifikasikan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer mengakibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah: Lokasi penelitian Saepuloh (2005) hanya di Jalan Pajajaran dengan jumlah responden 10 orang. Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Selain itu dalam analisis data, Saepuloh (2005) menggunakan analisis elastisitas transmisi karena lebih mengarah pada aspek pemasaran tanaman hias. Sedangkan analisis data


(45)

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi (regression analysis), karena lebih mengarah pada aspek faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias.

Penelitian Anggrayni (2006), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kecamatan Sawangan, Depok memasukkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan dan faktor yang berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias Walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias Walisongo, dan harga beli tanaman hias Kamboja Jepang. Dari hasil analisis pendapatan, rata-rata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp 5.065.454,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp 2.950.000,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar. Perbedaan dengan penelitian Anggrayni (2006) adalah: variabel yang digunakan dalam penelitian Anggrayni (2006), beberapa variabel diantaranya berbeda dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, lokasi daerah penelitian juga berbeda dengan penelitian.

Penelitian Sumiyati (2006), tentang analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hasil analisis pendapatan, petani bawang daun memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini dapat


(46)

terlihat dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2,17. Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi. Perbedaan dengan penelitian Sumiyati (2006), selain komoditi yang berbeda, lokasi penelitian juga berbeda.

Penelitian Nadhwatunnaja (2008), tentang analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasir Langgu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diperoleh bahwa pendapatan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Nilai R/C atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah 1.74 dan nilai R/C atas biaya total adalah 1.21. Sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah 1.62 untuk biaya tunai dan 1.11 untuk biaya total. Lebih besarnya pendapatan dan nilai R/C petani anggota Koptan adalah karena pada saat penelitian harga paprika di pasar sedang turun, sehingga petani anggota Koptan lebih diuntungkan karena harga paprika pada koptan stabil. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) secara bersama-sama berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99


(47)

persen, dan faktor produksi luas lahan(X1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata. Perbedaan dengan penelitian Nadhwatunnaja (2008) adalah: jenis komoditi yang akan diteliti. Nadhwatunnaja (2008), meneliti tentang paprika hidroponik sedangkan komoditi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah tanaman hias.

Penelitian Nugroho (2008), tentang analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembenihan ikan gurami bersertifikasi SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Usaha pembenihan ikan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penjumlahan koefisien dari


(48)

masing-masing faktor produksi. Perbedaan dengan penelitian Nugroho (2008), selain perbedaan komoditi juga lokasi penelitian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Topik

Metode/

Variabel Hasil Penelitian

1. 2. 3. Saepuloh (2005) Anggrayn i (2006) Sumiyati (2006) Analisis Pendapatan dan Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kecamatan Sawangan Depok Analisis Pendapatan dan Efisiensi

1.Analisis ratio

keuntungan 2.Analisis elastisitas transmisi 1.Analisis pendapatan 2.Analisis regresi 1. Analisis pendapatan 2. Analisis

1.Dari hasil analisis ratio, usaha yang dilakukan oleh pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran masih mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total sebesar 1.23

2.Dari hasil analisis elastisitas transmisi diperoleh bahwa, perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer mengakibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0.94 untuk Euphorbia, 0.66 untuk tanaman

Bougenville, 0.75 untuk tanaman

Aglaonema, dan 0.60 untuk jenis tanaman palem.

1.Dari hasil analisis pendapatan, rata-rata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp 5.065.454,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp 2.950.000,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar.

2.Dari hasil analisis faktor bahwa, model yang terbaik untuk menunjukkan bahwa sudah tidak adanya multikolonieritas, koefisien determinan (R2) sebesar 84.3 persen sedangkan nilai F-hitung sebesar 19.13. Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias walisongo, dan harga beli tanaman hias kamboja jepang. 1.Berdasarkan analisis pendapatan,

petani bawang daun memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini


(49)

No Peneliti/

Tahun Topik

Metode/

Variabel Hasil Penelitian

4. 5. Nadhwatu nnaja (2008) Nugroho (2008) Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Bawang Daun di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langgu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami fungsi produksi 1.Analisis pendapatan 2.Analisis fungsi produksi 1.Analisis pendapatan 2.Analisis fungsi produksi

dapat diketahui dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C

atas biaya total sebesar 2,17.

2. Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi.

1.Dari hasil analisis ratio keuntungan, nilai R/C atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah sebesar 1.74 dan nilai R/C atas biaya total adalah sebesar 1.21, sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah sebesar 1.62 untuk biaya non tunai dan 1.11 untuk biaya total.

2.Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X1), nutrisi

(X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja

(X5) secara bersama-sama

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh

nyata pada selang kepercayaan 99 persen, dan faktor produksi luas lahan(X1) berpengaruh nyata pada

selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata.

1.Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C,

R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat.

2.Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas


(50)

No Peneliti/

Tahun Topik

Metode/

Variabel Hasil Penelitian

Petani Bersertifikasi SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), dosis pupuk (X3)

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja

(X5) dan variabel dummy sertifikat

tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%.


(51)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Ilmu usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002).

Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan keadaan yang akan datang.

Dalam usahatani tentunya para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Menurut Soekartawi et, al (1986), biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi


(52)

usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

1. Biaya tunai

Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

2. Biaya yang diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan.

Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap (variabel cost).

(a) Biaya tetap

Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat pertanian.

(b) Biaya variabel

Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika


(53)

ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran, dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula “ongkos-ongkos” yang merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula “input”. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

Soekartawi, et al (1986), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yaitu jumlah komoditi dikalikan dengan harga satuan komoditi. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis dipakai dalam proses produksi.

Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi, et al (1986) mengemukakan beberapa definisi yaitu :

a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt): nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.

b. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment): jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow): selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani.

d. Penerimaan kotor usahatani (gross return): produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.


(54)

e. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses): nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan.

f. Pendapatan bersih usahatani (net farm income): selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani.

Secara harafiah pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu:

1. Imbalan jasa manajemen, ”upah” atau honorarium petani sebagai pengelola.

2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan.

3.1.2 Laba/Pendapatan Maksimum

Nicholson (2001), menyatakan bahwa dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan akan menjual barang pada berbagai tingkat output (Q). Dari penjualan pengusaha akan menerima pendapatan (revenue) sebanyak P (Q).Q = R (Q). Terlihat bahwa besar penerimaan tergantung pada jumlah barang yang terjual. Dalam produksinya, dibutuhkan biaya besar C (Q), yang jumlahnya juga


(55)

tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Perbedaan antara penerimaan total dengan biaya inilah yang disebut laba. Lebih jelas lagi, laba yang diterima adalah: (Q) = P (Q). Q – C (Q) = R (Q) – C (Q). (3.1) Kondisi syarat pertama untuk memilih nilai Q yang memberikan laba yang paling maksimum adalah apabila derivative, atau turunan pertama dari equasi terhadap Q sama dengan nol, yaitu:

d dR dC

= ’ (Q) = - = 0 (3.2) dQ dQ dQ

sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi syarat pertama untuk laba maksimum adalah:

dR dC

= (3.3) dQ dQ

Secara sederhana ini berarti bahwa untuk memperoleh laba yang paling maksimum, maka peneriman ekstra, atau marjinal revenue atau (MR) yang diterima dari penjualan 1 unit barang terakhir harus sama dengan biaya ekstra (marginal cost = MC) untuk memperoduksi 1 unit barang terakhir tersebut. Artinya untuk memperoleh laba yang paling maksimum perusahaan akan memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC),

MR = dR/dQ = dC/dQ = MC (3.4)

Bila perusahaan memutuskan untuk menghasilkan output pada saat MR > MC, maka laba yang diterima tidaklah maksimum, sebab dengan menghasilkan 1 unit output tambahan akan menghasilkan MR yang lebih besar dari ongkos yang harus dikeluarkan. Begitu juga jika MR < MC, ongkos yang harus dikeluarkan


(56)

untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh seandainya barang tersebut dijual. Hubungan di atas bisa dilihat ilustrasinya pada Gambar 1.

C.R

C (Q) = TC

R (Q) = TR

0 Q (Output)

Gambar 1. Total Revenue, Total Cost, Laba Maksimal (Nicholson, 2001)

Gambar 1, memperlihatkan fungsi-fungsi biaya dan penerimaan (C dan R). Jika kita hanya memproduksi sedikit output, biaya yang mesti dikeluarkan yaitu C (Q), lebih besar dari penerimaan R (Q). Makin banyak barang diproduksi, jarak antara biaya dengan penerimaan makin kecil dan kalau terus ditambah, kita akan memperoleh laba yang positif, sebab R (Q) > C (Q). Laba yang maksimum dicapai ketika garis singgung TR dan MR sejajar.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Langkah pada penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pendapatan kemudian dianalisis dengan menggunakan alat


(57)

analisis regresi (regression analysis). Analisis fungsi pendapatan adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Fungsi pendapatan ini digunakan untuk menduga parameter tidak bebas (Y) dan parameter bebas (X).

Usaha tanaman hias merupakan usaha yang telah lama digeluti pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Pedagang tanaman hias ini telah menekuninya sekitar sepuluh tahun bahkan ada yang lebih. Berdasarkan data dari Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor bertambah. Selain masalah tersebut, pedagang tanaman hias juga mempunyai pesaing baru, yaitu: pedagang di perumahan-perumahan dan pedagang yang menjajakan langsung tanaman hias ke rumah penduduk atau ke pasar tradisional.

Sebelum melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Analisis pendapatan ini dilakukan dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan dari penerimaan. Biaya pembelian tanaman hias merupakan biaya yang paling besar diperlukan untuk usaha tanaman hias. Peningkatan harga beli tanaman hias itu sendiri menyebabkan pedagang untuk memikirkan kembali usahanya.

Kemudian, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias dilakukan dengan analisis regresi. Keberhasilan usaha tanaman hias di Kota Bogor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: luas lahan, tenaga kerja, harga beli tanaman hias, harga jual tanaman hias, pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk


(58)

NPK, pakis, sekam, obat-obatan, transportasi, dan pot. Dengan melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan akan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor-faktor yang tidak berpengaruh. Dari hasil analisis tersebut, pedagang tanaman hias dapat mencapai tujuan akhir usahanya yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Dari hasil uraian tersebut kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.


(59)

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tanaman Hias:

1. Luas lahan 2. TKLK

3. Harga beli Puring 4. Harga beli

Aglaonema

5. Harga beli Anggrek 6. Harga beli Krisan 7. Harga jual Puring 8. Harga jual

Aglaonema

9. Harga jual Anggrek 10. Harga jual Krisan 11. Pupuk kandang 12. Pupuk kompos 13. Pupuk NPK 14. Sekam 15. Pakis 16. Obat-obatan 17. Transportasi 18. Pot

Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor

Faktor-faktor yang Tidak berpengaruh nyata Faktor-faktor yang

Berpengaruh nyata Analisis Pendapatan

R/C Biaya-biaya:

1. Biaya tunai 2. Biaya

diperhitungkan

Penerimaan:

1. Penjualan tanaman hias 2. Produk diluar tanaman hias

Model Fungsi Pendapatan Y = f (X1,X2,….Xm)

Analisis Regresi Berganda Masalah:

1. Jumlah Pedagang Bertambah


(1)

Lampiran 2. Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat Tahun 2004-2006

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Produksi

(2004) (2005) (2006)

1. Bogor 129.983 204.049 76.239

2. Sukabumi 241.939 253.883 264.500

3. Cianjur 2.768 9.907 17.066

4. Bandung 88.216 230.200 191.739 5. Garut 149.662 80.374 338.058 6. Tasikmalaya 35.808 52.429 4.757

7. Ciamis 33.153 36.875 44.839

8. Kuningan 812 7.995 4.286

9. Cirebon 1.190 314 402

10. Majalengka 2.040 1.761 0

11. Sumedang 84 1.610 4.760

12. Indramayu 187 0 13

13. Subang 42.850 15.455 475

14. Purwakarta 2.672 2.946 2.035

15. Karawang 4.482 3.063 2.750

16. Bekasi 0 800 0

17. Kota Bogor 57.980 53.608 95.450

18. Kota Sukabumi 0 0 0

19. Kota Bandung 5 250 37

20. Kota Cirebon 109 771 325

21. Kota Bekasi 4.606 25.125 20.750 22. Kota Depok 6.000 39.700 10.500

23. Kota Cimahi 0 0 0

24. Kota Tasikmalaya 269 18 65

25. Kota Banjar 62 33.385 1.821

JUMLAH 804.877 1.054.518 1.080.867


(2)

112

Lampiran 10. Hasil Output Minitab

Regression Analysis: Ln Y versus Ln Lahan; Ln TK; ...

* Ln HJpuring is (essentially) constant

* Ln HJpuring has been removed from the equation

The regression equation is

Ln Y = 11,8 - 0,076 Ln Lahan - 0,192 Ln TK - 0,142 Ln

HBpuring - 0,460 Ln HBaglonema - 0,171 Ln

HBanggrek - 0,508 Ln HBkrisan + 0,057 Ln HJaglo -

0,285 Ln HJanggrek + 1,49 Ln HJkrisan + 0,212 Ln

P.kandang + 0,101 Ln P.Kompos + 0,247 Ln P.NPK +

0,349 Ln Sekam + 0,907 Ln Pakis - 0,250 Ln Obat -

0,0086 Ln Transport - 0,639 Ln Pot

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 11,79 12,24 0,96 0,355

Ln Lahan -0,0760 0,1603 -0,47 0,644 5,9

Ln TK -0,19194 0,03443 -5,58 0,000 2,8

Ln HBpur -0,1418 0,9908 -0,14 0,889 4,1

Ln HBagl -0,4599 0,3765 -1,22 0,245 4,6

Ln HBang -0,1710 0,2447 -0,70 0,498 1,7

Ln HBkri -0,5078 0,3848 -1,32 0,212 2,9

Ln HJagl 0,0567 0,5886 0,10 0,925 3,2 Ln HJang -0,2846 0,3764 -0,76 0,464 2,2

Ln HJkri 1,4872 0,8353 1,78 0,100 2,3

Ln P.kan 0,2124 0,2254 0,94 0,365 7,4 Ln P.Kom 0,1014 0,1326 0,76 0,459 3,2

Ln P.NPK 0,2473 0,1544 1,60 0,135 2,2 Ln Sekam 0,3492 0,2094 1,67 0,121 5,5 Ln Pakis 0,9073 0,2835 3,20 0,008 6,3

Ln Obat -0,2504 0,4327 -0,58 0,574 4,4 Ln Trans -0,00858 0,01144 -0,75 0,468 2,9

Ln Pot -0,6392 0,3612 -1,77 0,102 4,3

S = 0,2219 R-Sq = 87,9% R-Sq(adj) = 70,7% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 17 4,28489 0,25205 5,12 0,003 Residual Error 12 0,59080 0,04923


(3)

113

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homoskedastisitas

Average: -0,0000000 StDev: 0,142732 N: 30

Kolmogorov-Smirnov Normality Test D+: 0,087 D-: 0,131 D : 0,131

Approximate P-Value > 0.15 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 ,001 ,01 ,05 ,20 ,50 ,80 ,95 ,99 ,999 P ro b a b il it y RESI1 Normal Probability Plot

15,5 14,5 13,5 0,3 0,2 0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,3 -0,4 -0,5 Fitted Value R e s id u a l

Residuals Versus the Fitted Values


(4)

110

Lampiran 12. Gambar Tanaman Hias

Bunga Anggrek


(5)

111


(6)

112

Bunga Mawar