149 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Te ks
Ga m b a r 8 .1 Ilustrasi Tilakkhan a
Sum ber: expat-blog.com
1. Tila kkh a n a
Tilakkhan a dalam Cattha San ghay an a Tipitaka 4.0 Diction ary berarti three characteristics atau tiga karakteristik. Peter Della San tin a
memberikan penjelasan tentang karakteristik sebagai sesuatu yang perlu berhubungan dengan sesuatu yang lainnya. Contoh, panas adalah
karakteristik api, bukan karakteristik air. Pan as m en jadi karakteristik api karen a pan as selalu berhubun gan den gan api tan pa terkecuali. Apakah air
itu pan as atau tidak, bergan tun g pada faktor ekstern al, seperti: kom por, panas matahari, dan sebagainya.
Buddha m en ggun akan istilah karakteristik un tuk m en gacu pada kenyataan tentang sifat dari eksistensi yang selalu berhubungan dengan
eksisten si atau selalu dijum pai pada eksisten si. Karakteristik ‘pan as’ selalu berhubun gan den gan api. Setiap oran g bisa m en gacu pada ‘pan as’ un tuk
m em aham i sifat api. Karakteristik ‘pan as’ dapat m em beritahukan sesuatu tentang api, apakah api itu dan apa yang bisa dilakukan dengan api.
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
150 Kelas XI SMA SMK
Ketika Buddha m em bicarakan ten tan g tiga karakteristik eksisten si, yang dimaksud Beliau adalah karakteristik yang selalu muncul dalam
eksistensi. Tiga karakteristik ini membantu seseorang memahami apa yang hendak dilakukan dengan eksistensi. Tiga karakteristik yang dimaksud
adalah 1 ketidakkekalan an icca; 2 ketidakpuasan dukkha; dan 3 tanpa diri yang kekal anatta. Dalam Dham m aniyam a Sutta, Buddha
menyatakan sebagai berikut: “O para bhikkhu, apakah para Tathagata m un cul di dun ia atau
tidak terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu dharm a, terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa semua yang
terben tuk adalah tidak kekal. O para bhikkhu, apakah para Tathagata m un cul di dun ia atau
tidak terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu dharm a, terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu bahwa semua yang
terben tuk adalah tidak m em uaskan . O para bhikkhu, apakah para Tathagata m un cul di dun ia atau
tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu dharm a, terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa segala sesuatu
dharm a bukan lah aku”
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
151 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Tiga Karakteristik Tilakkhan a
Karakteristik Ketidakkekalan An icca
Karakteristik Tanpa Diri yang Kekal An atta
Karakteristik Ketidakpuasan Dukkha
2 . Ke tid a kke ka la n
Ga m b a r 8 .2
Bunga Layu Sum ber: http: ian ellis-jon es.blogspot.com
Ketidakkekalan m en ggam barkan fen om en a dari sudut pan dan g waktu. Segala sesuatu di alam semesta, baik isik dari sel terkecil dari tubuh kita
sam pai bin tan g terbesar m aupun m en tal kesadaran , persepsi, perasaan
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
152 Kelas XI SMA SMK
dan ben tuk-ben tuk pikiran selalu m en galam i perubahan , tidak pern ah tetap sama sekalipun hanya dalam perbedaan detik. Karena segala sesuatu
merupakan hasil atau akibat dari sebab-sebab dan kondisi yang berubah, segala sesuatu juga terus-m en erus berubah.
Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang berkondisi untuk selalu m en galam i perubahan im perm an en ce. H al in i m en un jukkan
bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan dengan sendirinya. Terkadang
kita tertawa, di lain waktu kita m en an gis. Bahkan , sejak kita dilahirkan di dun ia in i, baik disadari ataupun tidak, kita terus-m en erus m en galam i
perubahan usia, karakter, in telektualitas dan kebijaksan aan . Komponen terkecil dari benda yang paling padat sekalipun hanyalah
gumpalan energi yang mengalir. Pikiran yang tidak terlatih bahkan lebih berkeliaran dan rentan untuk berubah, tidak punya kestabilan.
Sem ua un sur hidup dan tidak hidup adalah subjek pem busukan dan pen ghan curan . H ukum An icca bersifat n etral dan tidak m em ihak, tidak
diatur oleh hukum apa pun yang lebih tinggi. Segalanya berlalu dan terperbarui secara alam iah.
Ketidakkekalan tidak selalu berkon otasi n egatif karen a m en gacu pada perubahan ke arah yang tidak baik. Sisi positif dari ketidakkekalan
adalah perubahan juga dapat terjadi ke arah yang lebih baik. Dengan adanya perubahan, memungkinan dan memberi kesempatan bagi
seseorang untuk maju dan menuju ke keadaan yang lebih baik. Perubahan menunjukkan hidup ini tidak stagnan atau tetap, tetapi ada peluang yang
lebih besar un tuk berubah. Siklus kehidupan perlu dipaham i seperti kurva
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
153 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
yang bergerak naik-turun. Pada suatu saat di atas, pada saat lain berada di bawah. Perubahan m en un jukkan kesem patan oran g m em perbaiki dan
menyempurnakan diri.
3 . Ke tid a kp u a s a n
Ga m b a r 8 .3 Ilustrasi Dukkha
Sum ber: blog.phuket-m editation .com
Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat memberikan kepuasan yang lengkap dan abadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
terus-menerus pada segala hal termasuk apa yang dinilai berharga dan nafsu keinginan yang selalu berubah dalam pikiran yang tidak terlatih.
Dalam pengalaman yang paling menyenangkan pun, terdapat kecemasan bahwa momen itu tidak akan berlangsung lama. Mencari kebahagiaan
abadi dalam perubahan terus-menerus akan mengganggu kedamaian batin, menyebabkan penderitaan. Hal ini juga berakhir dalam penderitaan kelahiran
kembali yang terus berulang. Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah
bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa pen deritaan in i bukan m ilikku, kebahagiaan adalah m ilikku. Nam un , hal
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
154 Kelas XI SMA SMK
itu justru m akin m en jauhkan oran g tersebut dari kedam aian dan cen derun g membuatnya menderita. Kemelekatan attachm ent merupakan salah satu
sifat dari pen gum baran n afsu kein gin an . Makin seseoran g m elekat pada sesuatu, m akin sulit pula bagi dia un tuk m elepaskan diri dari pen deritaan
dan m elihat kebijaksan aan .
D u a Ma ca m D u kkh a B e rd a s a r P e n ye b a b n ya
Dukkha karen a Lobha, Dosa, Moha
Dukkha karen a kon disi
D u kkh a
Segala sesuatu dinyatakan berkondisi jika mempunyai ciri: 1 m erupakan perpaduan , dan 2 m en galam i proses perubahan . Sebagai
contoh: manusia, hewan, bahkan benda-benda mati seperti batu dan kayu. Dukkha karen a kon disi m erupakan dukkha
yang tidak mungkin dihindari atau ditolak, bahkan oleh seorang ArahatBuddha sekalipun. Contohnya,
Buddha dan siswa-siswanya yang telah mencapai tingkat kesucian masih m en galam i proses pen uaan , m erasakan rasa sakit, dan m en galam i
kem atian . Dukkha karen a kekotoran batin lobha, dosa, dan m oha m erupakan
dukkha yang timbul sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan yang
didasari oleh keserakahan , keben cian , dan kekotoran batin . Dukkha in i sudah tidak dialam i lagi oleh seoran g Arahat Buddha karen a Beliau telah
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
155 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
terbebas dari kekotoran batin. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seoran g Arahat Buddha m asih m en galam i dukkha karen a kon disi, tetapi
sudah terbebas dari dukkha karen a kekotoran batin . Adapun m an usia biasa masih mengalami kedua-duanya. Tetapi, setelah ArahatBuddha
m en in ggal dun ia, Beliau tidak m en galam i lagi dukkha karen a kon disi. Men gapa? Karen a seoran g Arahat Buddha setelah m en in ggal tidak akan
bertum im bal lahir lagi. Den gan dem ikian , sudah tidak berkon disi.
4 . Ta n p a D iri ya n g Ke ka l
Ga m b a r 8 .4 Ilustrasi An atta
Sum ber: http: www.obsidian eagle.com
An atta m en ggam barkan fen om en a dari sudut pan dan g ruan g. Segala sesuatu di alam semesta tersusun dari berbagai bagian, yang juga terdiri
atas bagian-bagian yang lebih kecil. Setiap bagian selalu berubah, kadang perubahan besar, tetapi kebanyakan halus bagi indra kita. Tak satu pun
komponen yang tidak berubah, segalanya selalu berubah. Sesuatu itu ada hanya jika bagian-bagian penyusunnya bergabung. Jadi, tidak ada
inti atau diri yang tetap dalam segala sesuatu, inilah yang disebut tanpa-
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
156 Kelas XI SMA SMK
pribadi. In i juga berarti bahwa segala sesuatu salin g berhubun gan dan saling bergantungan satu sama lain. Tidak ada sesuatu pun yang berdiri
sendiri sebagai diri yang terpisah. Jika ada suatu diri yang sejati atau permanen, kita harus dapat
mengidentiikasinya. Bagaimanapun juga, tubuh kita berubah tak henti- hentinya dari detik ke detik, dari kelahiran sampai kematian. Pikiran
bahkan berubah lebih cepat lagi. Jadi, kita tidak dapat mengatakan bahwa badan, batin, atau gabungan tertentu dari keduanya adalah suatu diri
yang berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri karena badan maupun batin bergantung pada banyak faktor untuk eksis. Karena apa
yang dinamakan “diri” ini hanyalah sekumpulan faktor isik dan mental yang terkondisi dan selalu dalam perubahan, tidak ada unsur yang nyata
atau kon kret di dalam kita.
Ga m b a r 8 .5 Ilustrasi An atta
Sum ber: http: what-buddha-said.n et
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
157 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Jika tubuh adalah diri, tubuh seharusnya mampu menghendaki atau mengendalikan dirinya menjadi kuat dan sehat. Namun demikian, tubuh
dapat m en jadi lelah, lapar, dan jatuh sakit. Begitu pula, jika pikiran adalah diri, seharusnya pikiran dapat melakukan apa pun yang dikehendakinya,
tetapi pikiran sering berlarian dari yang benar menjadi salah. Pikiran menjadi terganggu, kacau, dan bertentangan dengan kehendaknya. Oleh
karen a itu, baik batin m aupun badan bukan lah diri. Pen olakan Buddhis terhadap ‘aku’ bukan lah pen olakan terhadap
‘penunjuk yang mempermudah’, nama, atau istilah ‘aku’, melainkan pen olakan terhadap ide bahwa n am a atau istilah ‘aku’ digun akan un tuk
suatu realitas yang substansial, permanen, dan tidak berubah. Begitu pula penolakan Buddhis terhadap ‘diri’ adalah penolakan atas kepercayaan
adanya entitas yang nyata, bebas, permanen, yang dikenal dengan nama atau istilah ‘aku’. Bila ada en titas perm an en seperti itu, haruslah bebas dan
berkuasa sebagaimana raja menjadi tuan dari segala sesuatu di sekitarnya. Entitas itu seharusnya bersifat permanen, kekal abadi, dan tahan terhadap
perubahan . Nam un , en titas seperti itu ‘diri’ tidaklah bisa ditem ukan di m an a-m an a.
Me n ga p a P e rlu Me n ya d a ri An icca ?
Ketika kita menyadari bahwa orang kepribadian, minat, dan sikap m ereka dan situasi hidup tidaklah tetap dan terus berubah. Kita akan
menyikapi setiap momen hubungan dengan pikiran terbuka, mampu bereaksi terhadap setiap situasi baru tanpa melekat pada konsepsi yang
telah lalu. Den gan dem ikian , hubun gan dapat dikem ban gkan den gan baik.
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
158 Kelas XI SMA SMK
Kesuksesan dalam hidup bergan tun g pada kem am puan kita un tuk beradaptasi den gan perubahan situasi dan m en ciptakan kesem patan -
kesempatan baru. Kita akan lebih sukses dalam semua upaya kita jika keben aran in i disadari. Kita juga akan belajar un tuk m en ghargai
kesehatan, kesejahteraan materi, hubungan, dan hidup yang tidak terlalu m elekat, m en ggun akan kesejahteraan kita den gan pen uh kesadaran
mempraktikkan jalan menuju kebahagiaan sejati atau pencerahan. Juga den gan anicca, kita dapat m en gubah pen deritaan m en jadi kebahagiaan
.
Me n ga p a Kita P e rlu Me n ya d a ri D u kkh a ?
Menyadari bahwa ketidakpuasan bersifat universal dan terhindari, memungkinkan kita untuk menghadapi kenyataan hidup dengan
keten an gan . Kita akan m am pu m en gatasi pen uaan , kesakitan , dan kem atian tan pa m erasa kecil hati atau putus asa. Kesadaran in i juga
menyemangati kita untuk mencari penyelesaian masalah ketidakpuasan seperti yang Buddha lakukan, serta mencari kebahagiaan sejati atau
pen cerahan .
Me n ga p a Kita P e rlu Me n ya d a ri An a tta ?
Orang yang tidak menyadari kebenaran ini akan cenderung mementingkan diri sendiri dan egois. Orang itu tidak hanya merasa terus
teran cam oleh oran g lain dan situasi terten tu. Dia juga akan m erasa terdorong untuk terus melindungi dirinya, harta bendanya, bahkan
pendapatnya, dengan segala cara.
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
159 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Dengan menyadari kebenaran, kita akan lebih mudah untuk tumbuh, belajar, berkem ban g, berm urah hati, baik hati, dan berwelas asih
karen a kita tidak m erasa harus selalu m em ben ten gi diri. Kita juga akan m en ghadapi situasi sehari-hari den gan lebih baik, m em ban tu kem ajuan
m en uju Kebahagiaan Sejati atau Pen cerahan . Sepan jan g kita m en gan ggap memiliki diri, sikap “aku-punyaku-milikku” akan menguasai hidup kita
dan m em bawa berbagai m acam m asalah.
Ko n te ks
Diskusikan lah bersam a tem an -tem an m u ten tan g perm asalahan - perm asalahan berikut in i.
a. Apakah semua yang mengalami anicca pasti mengalami dukkha?
Jelaskan b.
Seoran g Arahat Buddha juga m en galam i kon disi-kon disi seperti yang kita alami, di antaranya dipuji dan dicela, untung
dan rugi, n am a baik dan n am a buruk. Men gapa Buddha dapat menghadapinya dengan selalu bahagia tetapi kita tidak? Jelaskan
c. Ajaran Buddha ten tan g an icca, dukkha, dan an atta serin gkali
dipahami secara negatif. Buatlah cara pemahaman yang positif terhadap tiga hal tersebut
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
160 Kelas XI SMA SMK
Re n u n ga n
Kis a h La lu d a yi Th e ra
Laludayi adalah seorang bhikkhu yang lamban dalam berpikir dan pelam un . Walaupun telah berusaha keras, dia tidak pern ah bisa
mengatakan hal yang sesuai dengan situasi pada saat itu. Oleh karena itu, pada kesempatan yang gembira dan penuh harapan, dia berbicara tentang
kesedihan, dan pada kesempatan yang menyedihkan dia berbicara tentang kesenangan dan kebahagiaan. Selain itu, dia tidak pernah menyadari
bahwa dia telah mengucapkan hal yang tidak tepat dalam situasi tertentu. Ketika diberi tahu ten tan g hal in i, San g Buddha berkata, “Oran g seperti
Laludayi, yang memiliki sedikit pengertian sama halnya seperti seekor lem bu jan tan .”
Kemudian, Sang Buddha membabarkan syair berikut:
Appassutāyaṃ puriso balivaddo va jīrati m a
ṃsāni tassa vaḍḍhanti pañña tassa na vaḍḍhati
Orang yang hanya belajar sedikit akan m en jadi tua seperti seekor sapi;
dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak bertambah.
Dham m apada Atthakatha 152
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
161 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Ayo , Be rn ya n yi
AN ICCA
68 Cipt. Bhikkhu Girirakkhito
0 0 3 5 . . 3 . 5 6 . . 5 . 5 4 5 4 3 2 1 3 . . An ic ca a n ic ca lam ban g tiada kekekalan
. 0 s5 3 3 3 \2 . 3 5 . . 3 . 5 4 3 2 1 s7 1 2 . . Seluruh se m estaa lam hidup m ati tim bul ten ggelam
. 0 3 5 . . 3 . 5 6 . . 5 . s5 4 5 4 3 2 1 3 . . Anic ca a nic ca dikaulah corak yang nyata
. 0 s5 3 3 3 \2 . 3 5 . . 3 . 5 4 3 2 s6 s7 s5 1 . . Setiap materi dan bathin timbul lenyap s’panjang masa
44 BERSEMANGATCEPAT
0 1 JS7J j 1 J2J J 3 4 4 J5J j 4 J3J j 4 5 5 Se dih serta gem bi ra m u da ja di tu a
j6j j j j 5 j\4j j 5 6 6 j\4j j 5 j6j j 7 5 5 Kumpul dan berpisah berkembang dan la yu
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
162 Kelas XI SMA SMK
0 j5j j 5 1 1 j.j 1 j7j 6 5 d5 j7Fj j 6 j5j 4 j2j j 1 js6j j s7 ds5 . Timbul lenyap tanpa berhenti lahir tumbuh lapuk mati
6 8 PERLAH AN . 0 3 5 . . 3 . 5 6 . . 5 . s5 4 5 4 3 2 1 3 . .
An ic ca a n ic ca dikaulah sum ber derita . 0 s5 3 3 3 2 . 3 5 . . 3 . 5 4 3 2 s6 s7 s5 1 . .
Bagi para bi jaksa na di kau ke li hatan nyata
Eva lu a s i
U ra ika n ja w a b a n d a ri p e rta n ya a n b e riku t in i
1. Jelaskan dan berikan contoh nyata tentang anicca
2. Jelaskan apakah Nibbana Nirvana juga anatta
3. Jelaskan hubungan antara anicca, dukkha, dan anatta
4. Jelaskan perbedaan dukkha dalam empat kebenaran mulia dengan
dukkha dalam tiga sifat universal
5. Jelaskan tiga manfaat memahami Hukum Tiga Sifat Universal
Perlahan
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
163 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
B a b 9
S e ba b-Akib a t ya n g S a lin g Be rga n tu n ga n
Fa kta
Mun gkin kah peristiwa-peristiwa in i terjadi tan pa sebab?
Ayo , Ba ca Kita b S u ci
U ṭṭhānavato satīmato
sucikarmassa nisammakārino
sañ ñ atassa
dharm a
jīvino appamattassa yaso
bhiva ḍḍhati
Dharm apada 24 Orang yang penuh semangat,
selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki
pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dharma,
dan selalu waspada, kebahagiaannya akan
bertambah. Dharm apada 24
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
164 Kelas XI SMA SMK
Te ks
Hukum sebab-musabab yang saling bergantungan dalam bahasa Pali disebut paticcasam uppada
. Pemahaman hukum ini merupakan hal yang sangat mendasar dalam pengajaran Buddha Dharm a. Hukum ini
telah ada di alam semesta tanpa kemunculan seorang Buddha sekalipun. Hukum ini bukanlah ciptaanrekayasa seorang Samma Sambuddha.
Namun, sebagaimana semua Dharm a, memang hanyalah seorang Samma Sambuddha yang mampu menyingkapkannya. Sebelum kemunculan
seorang Samma Sambuddha, hukum paticcasam uppada belum pernah terdengar dalam pengajaran mana pun.
Pembabaran paticcasam uppada bertujuan untuk memperlihatkan kebenaran dari keadaan yang sebenarnya, di mana tidak ada sesuatu itu
timbul tanpa sebab. Jika kita mempelajari Hukum Paticcasam uppada ini dengan sungguh-sungguh, kita akan terbebas dari pandangan salah dan
dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya.
Ru m u s a n H u ku m P a ticca s a m u p p a d a
Secara singkat, Hukum paticcasam uppada dapat dirumuskan sebagai berikut:
Imasming sati idang hoti, Imassuppada idang uppajjati,
Imasming asati idang na hoti, Imassa nirodha idang nirujjati
Artinya
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
165 Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti
Dengan adanya ini, maka adalah itu, Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu,
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu, Dengan padamnya ini, maka padamlah itu.
Rumusan singkat di atas mengandung makna yang sangat dalam. Dalam rumusan di atas, kata “timbul” tidak sama dengan kata “ada”, dan
kata “padam” tidak sama dengan kata “tidak-ada”. Apabila salah satu kalimat di atas tidak ada, rumusan tersebut tidak mencerminkan kaidah
paticcasam uppada secara tepat.
Ga m b a r 9 .1
Paticcasamuppada Sumber: icouldiwill.blogspot.com
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
166 Kelas XI SMA SMK
D u a Be la s N id a n a
Paticcasam uppada dalam Nidana Vagga, Sam yutta Nikaya,
diuraikan dalam dua model sebagai kemunculan dukkha dan padamnya dukkha
. Berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, relatiitas dan saling bergantungan ini, seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup dan
juga berhentinya hidup dapat diterangkan dalam formula dari dua belas nidana
sebab-musabab:
1. Ke tid a kta h u a n a v ijja