membagi trafik ke beberapa rute, yang dibentuk melalui virtual-circuit. MPLS juga menggunakan Label Forwarding Information Base LFIB untuk proses switching
decision sehingga mencegah network overload [5].
Jika ditarik kesimpulan dari Gambar 4.5, maka nilai packet loss jaringan yang menggunakan MPLS lebih baik dibandingkan jaringan yang tidak menggunakan
jaringan MPLS untuk semua ukuran bandwidth.
4.2.3 Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay atau variasi waktu kedatangan paket.
Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya congestion
yang ada dalam jaringan. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Pada tugas akhir ini satuan ukuran jitter adalah ms.
Hasil dari jitter ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel. Tabel 4.3 menampilkan nilai jitter untuk semua ukuran bandwidth
beserta rata-rata jitter jaringan MPLS dan non MPLS.
Tabel 4.3 Data Jitter
Jitter ms
bandwidth 32
64 128
256 512
1024 non
mpls 1892.895886
853.185857 283.8200254 181.0444572 83.24797289 59.56934921 mpls
1688.081702 646.9759562 277.5206992 177.5723667 81.91795829 57.93322795
Gambar 4.7 Grafik Jitter Dari gambar 4.7 dapat disimpulkan semakin besar bandwidth yang diterapkan
pada jaringan MPLS maupun non MPLS, maka jitter yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya congestion yang terjadi pada jaringan MPLS
maupun non MPLS. Congestion terjadi karena bandwidth yang tidak memadai sehingga paket saling bertumbukan. Bila dilihat dari Tabel 4.3, secara keseluruhan
nilai jitter untuk jaringan MPLS lebih baik daripada jaringan yang tidak menggunakan MPLS pada semua ukuran bandwidth. Hanya bandwidth 256, 512, dan
1024 kbps yang masuk dalam standar ITU kategori sedang dan jelek.
4.2.4 Throughput
Throughput yang dihitung merupakan throughput keseluruhan dari jaringan
non MPLS dan jaringan MPLS. Satuan ukuran throughput yang ditetapkan pada tugas akhir ini adalah kilo bit per second kbps. Kinerja jaringan dianggap baik jika
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
32 64
128 256
512 1024
ji tt
e r
m s
bandwidth kbps
jitter
non mpls mpls
throughput yang didapatkan semakin besar. Nilai throughput yang didapatkan setelah
simulasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, dengan bantuan Microsoft Excel. Tabel 4.4 menampilkan nilai throughput untuk semua ukuran file dan rata-rata
throughput dari jaringan MPLS dan non MPLS. Gambar 4.8 menampilkan hasil
throughput dalam bentuk grafik.
Tabel 4.4 Data Throughput Throughput
kbps bandwidth
32 64
128 256
512 1024
non mpls 20.62686875
33.86126 64.1239225 128.0865125
256.17205 405.77275 mpls
20.6606275 33.8891225 64.15162375 128.1065125 256.1877125
405.7825
Gambar 4.8 Grafik Throughput Jika throughput berkaitan dengan bandwidth, maka dilihat dari Gambar 4.8
dapat disimpulkan bahwa semakin besar bandwidth yang diterapkan di jaringan, maka throughput akan mengalami kenaikan. Hal ini bisa terjadi karena alokasi
50 100
150 200
250 300
350 400
450
32 64
128 256
512 1024
th ro
u gh
p u
t k
b p
s
bandwidth kbps
Throughput
non mpls mpls
bandwidth untuk setiap link berbeda-beda. Dengan dipengaruhi oleh besarnya ukuran
bandwidth dan besarnya bit rate, sehingga banyaknya paket yang masuk ke router
akan mempengaruhi jumlah paket yang mampu diproses oleh router. Perbandingan throughput
antara jaringan MPLS dengan jaringan non MPLS memang tidak jauh berbeda secara signifikan. Tetapi secara keseluruhan nilai throughput jaringan yang
menggunakan jaringan MPLS lebih baik dibandingkan dengan jaringan yang tidak menggunakan jaringan MPLS, seperti yang diperlihatkan Tabel 4.4.
4.2.5 Mean Opinion Score MOS