Sistem Pendukung Keputusan .1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan Appserv

4. Beasiswa Supersemar Syarat-syarat : a. Foto copy KTM b. Foto copy KHS c. IPK min 2.75 d. Menyerahkan proposal pengajuan beasiswa e. Menyerahkan karya tulis ilmiah f. TPSDP Beasiswa khusus mahasiswa teknik Syarat-syarat : a. Foto copy KTM b. Foto copy KHS c. IPK min 2.75 d. Menyerahkan karya tulis ilmiah 2.2 Sistem Pendukung Keputusan 2.2.1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan SPK atau Decision Support System adalah suatu bentuk sistem informasi yang bertujuan untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah semi terstruktur yaitu masalah yang memiliki struktur hanya pada satu atau dua tahap. Masing-masing komponen Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ini diatur oleh suatu software yang telah tersedia atau dirancang secara spesifik. Ada beberapa definisi tentang sistem pendukung keputusan, antara lain Turban, 2001: Little 1970 mendefinisikan SPK sebagai sekumpulan prosedur yang berdasarkan model-model untuk memproses data dan untuk membantu manager dalam melakukan pengambilan keputusan. Bonczek et.al 1980: mendefinisikan SPK sebagai system berdasarkan computer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu: a language system mekanisme yang menyediakan sarana komunikasi antar user dengan komponen SPK lainnya, a knowledge system penyimpanan pengetahuan tentang problem yang dapat berupa data atau prosedur, dan a problem-knowledge system penghubung antara dua komponen di atas, terdiri dari satu atau lebih kemampuan memanipulasi problem yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Tujuan dari pembuatan SPK adalah sebagai berikut: a. Membantu manajer dalam mengambil keputusan setengah struktur yang dihadapi oleh para manajer level menengah. b. Membantu atau mendukung manajemen dalam mengambil keputusan bukan dengan menggantikannya.

2.3 Preference Ranking Organizational Method for Enrichment Evaluation PROMETHEE

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.               x x f x fj x f x f x f Max k ,......, ,........, , , 3 2 1 Promethee adalah suatu metode penentuan urutan prioritas dalam analisis multikriteria. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan. Dugaan dari dominasi criteria yang digunakan dalam promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking. Semua parameter yang dinyatakan mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan ekonomi. Prinsip yang digunakan adalah penetapan perioritas alternatif yang telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan i fi .   [ real world ], dengan kaidah dasar: Dimana K adalah sejumlah kumpulan alternatif dan fii =1,2,3,…K merupakan nilai atau ukuran relatif kriteria untuk masing-masing alternatif. Dalam aplikasinya sejumlah kriteria telah ditetapkan untuk menjelaskan K yang merupakan penilaian dari  Real word. Promethee termasuk dalam keluarga dari metode outranking yang dikembangkan oleh B.Roy dan meliputi 2 fase: 1. Membangun hubungan out ranking dari K. 2. Eksploitasi dari hubungan ini memberikan jawaban optimasi kriteria dalam paradigma permasalahan multikriteria. Nilai hubungan outranking berdasarkan pertimbangan dominasi masing- masing kriteria merupakan fase pertama dalam proses analisa. Indeks preferensi ditentukan dan nilai outranking secara grafis disajikan berdasarkan preferensi dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pembuat keputusan. Data dasar untuk evaluasi dengan metode promethee disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Data Dasar Analisa Promethee f1. f2. ... fj . fk . a1 f1a1 f2ai ... fja1 fka1 a2 f1a2 f2a2 ... fja2 f2a2 ... ... ... ... ... ... Ai f1ai f2ai ... fjai fkai ... ... ... .... … ... An f1an f2an ... fjan fkan Keterangan: 1. a1,a2,ai,an : a alternatif potensial. 2. f1,f2,...,fi,fk : k kriteria evaluasi. 2.3.1 Dominasi Kriteria Nilai f merupakan nilai nyata dari suatu kriteria, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. f : K → Я Real Word dan tujuan berupa prosedur optimasi. untuk setiap alternatif a ε K, f a merupakan evaluasi dari alternatif tersebut untuk setiap kriteria. Pada saat dua alternatif dibandingkan, a, b ε K, harus dapat ditentukan perbandingan preferensinya. Penyampaian Intensitas P dari preferensi alternatif a terhadap alternatif b sedemikian rupa sehingga: 1. P a,b = 0,berarti tidak ada beda indefferent antara a dan b, atau tidak ada preferensi dari a lebih baik dari b. 2. P a,b ≈ 0, berarti lemah preferensi dari a lebih baik dari b. 3. P a,b = 1, kuat preferensi dari a lebih baik dari b. 4. P a,b ≈ 1, berarti mutlak preferensi dari a lebih baik dari b. Dalam metode ini fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang berbeda antara dua evaluasi , sehingga : P a,b = P f a – fb Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai kriteria yang lebih baik ditentukan nilai f dan akumulasi dari nilai ini menentukan nilai preferensi atas masing–masing alternatif yang akan dipilih.

2.3.2 Rekomendasi Fungsi Preferensi Untuk Keperluan Aplikasi

Dalam metode Promethee ada enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama, maka digunakan fungsi selisih kriteria nilai kriteria alternatif H d dimana hal ini Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.         d jika 1 d jika d H 1 H d d             q d atau q d jika 1 q d q jika d H mempunyai hubungan langsung pada preferensi. Keenam fungsi kriteria tersebut meliputi :

1. Kriteria Biasa

Usual Criterion dimana : d = selisih nilai kriteria { d=fa-fb } Pada kasus ini tidak ada beda sama penting antara a dan b jika dan jika f a = fb; apabila nilai kriteria pada masing-masing alternatif memiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif yang memiliki nilai lebih baik. Untuk melihat kasus preferensi pada kriteria biasa, ilustrasinya dapat dilihat dari perlombaan renang, seorang peserta dengan peserta lainnya akan memiliki peringkat yang mutlak berbeda walaupun hanya dengan selisih nilai waktu yang teramat kecil, dan dia akan memiliki peringkat yang sama jika dan hanya jika waktu tempuhnya sama atau selisih nilai diantara keduanya sebesar nol. Fungsi Hd untuk fungsi preferensi ini disajikan pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Kriteria Biasa 2. Kriteria Quasi Quasi Criterion Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.             p d atau p d jika 1 p d p jika dp d H Kriteria ini memiliki alternatif preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai H d dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan apabila selisih hasil evaluasi untuk masing- masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak, jika pembuat keputusan menggunakan kriteria ini, maka decision maker tersebut harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat dijelaskan pengaruh yang signifikan dari sutau kriteria. fungsi Hd untuk preferensi ini disajikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kriteria Quasi Jika pembuaa keputusan menggunakan kriteria quasi, maka dia harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat menjelaskan pengaruh yang signifikan dari suatu kriteria dalam pandangan ekonomi. Dalam hal ini, preferensi yang lebih baik diperoleh apabila terjadi selisih antara dua alternative diatas nilai q.

3. Kriteria dengan Preferensi Linier

Kriteria ini menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat 1 H d d q - q Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.            d p jika 1 p d q jika 0.5 q d jika d H secara linier dengan nilai d. Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak. Fungsi criteria ini disajikan pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Kriteria Linier Pada saat pembuat keputusan mengidentifikasikan beberapa kriteria untuk tipe ini, dia harus menentukan nilai dari kecenderungan atas nilai p. dalam hal ini nilai d diatas p telah dipertimbangkan akan memberikan preferensi mutlak dari satu alternatif.

4. Kriteria Level Level Criterion

Dalam kasus ini kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah H d = 0.5 . Fungsi ini disajikan pada Gambar 2.4. dan pembuat keputusan telah menentukan kecenderungan untuk criteria ini. 1 H d d q - q - p p 1 2 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.                   d p jika 1 p d q jika q p q d q d jika d H Gambar 2.4 Kriteria Level Gambar 2.4 menjelaskan pembuat keputusan telah menentukan kedua kecenderungan untuk kriteria ini. Bentuk kriteria level ini dapat dijelaskan misalnya dalam penetapan nilai preferensi jarak tempuh antar kota. Misalnya jarak antara Surabaya-Bromo sebesar 60 km, Bromo- Kalibaru sebesar 68 km, Kalibaru-Ijen sebesar 45 km, Bromo-Ijen 133 km. Dan telah ditetapkan bahwa selisih dibawah 10 km maka dianggap jarak antar kota tersebut adalah tidak berbeda, selisih jarak sebesar 10-30 km relatif berbeda dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih diatas 30 km diidentifikasikan memiliki preferensi mutlak berbeda. Dalam kasus ini, selisih jarak antara Surabaya-Bromo dan Bromo- Kalibaru dianggap tidak berbeda Hd=0 karena selisih jaraknya dibawah 10 km, yaitu 68-60 km = 8 km, sedangkan preferensi jarak antara Bromo-Kalibaru dan Kalibaru-Ijen dianggap berbeda dengan preferensi lemah Hd=0,5 karena memiliki selisih yang berada pada interval 10-30 km, yaitu sebesar 68-45 km = 23 km.

5. Kriteria Dengan Preferensi Linier Dan Area Yang Tidak Berbeda

Pada kasus ini, pengambil keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p. Dua parameter Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tersebut telah ditentukan dimana fungsi H adalah hasil perbandingan antar alternatif, fungsi H selanjutnya disajikan pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Kriteria Preferensi Linier Dan Area Yang Tidak Berbeda 6. Kriteria Gaussian Hd = 1 - exp { -d 2 2 σ 2 } Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai σ, dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik. Fungsi ini disajikan dalam Gambar 2.6 Gambar 2.6 Kriteria Gaussian 2.3.3. Indeks Preferensi Multikriteria Tujuan pembuat keputusan adalah menetapkan fungsi preferensi P, dan πi untuk semua kriteria fi i=1,2,...,k dari masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot weight πi merupakan ukuran relatif dari kepentingan kriteria fi, jika semua kriteria memiliki nilai kepentingan yang sama dalam pengambilan keputusan maka semua nilai bobot adalah sama. 1 H d d p - p q - q 1 H d d Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.      A x x ρa, 1 n 1 a φ Indeks preferensi multikriteria ditentukan berdasarkan rata-rata bobot dari fungsi preferensi Pi.      n 1 i A b a, : b a, Pi = b a,   a, b, merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang menyatakan bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif b dengan pertimbangan secara simultan dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai antara 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut: 1.  a, b = 0, menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. 2.  a, b = 1, menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. Indeks preferernsi ditentukan berdasarkan nilai hubungan outrangking pada sejulah kriteria dari masing-masing alternatif. Hubungan ini dapat disajikan sebagai grafik nilai outrangking, node-nodenya merupakan alternatif berdasarkan kriteria penilaian kriteria tertentu.

2.3.4 Arah dalam Grafik Nilai Outranking

Perangkingan yang digunakan dalam metode Promethee meliputi tiga bentuk antara lain : a. Leaving Flow Untuk setiap nilai node a dalam grafik nilai outrangking ditentukan berdasarkan leaving flow dengan persamaan : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.      A x a ρx, 1 n 1 a φ a φ - a φ φa   Leaving flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari node a. dan hal ini merupakan karakter pengukuran outrangking. b. Entering Flow Sedangkan secara simetris dapat ditentukan nilai Entering Flow dengan persamaan: Entering flow diukur berdasarkan karakter outrangking dari a. c. Net Flow Sehingga pertimbangan dalam penentuan net flow diperoleh dengan persamaan : Semakin besar nilai leaving flow dan semakin kecil entering flow maka alternatif tersebut memiliki kemungkinan dipilih yang semakin besar. Perangkingan dalam promethee I dilakukan secara parsial, yaitu didasarkan pada nilai leaving flow dan entering flow. Sedangkan promethee II termasuk perangkingan komplek karena didasarkan pada nilai net flow masing-masing alternatif yaitu alternatif dengan nilai net flow lebih tinggi menempati satu rangking yang lebih baik.

2.3.5 Langkah–langkah Perhitungan dengan Metode Promethee

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Langkah – langkah perhitungan dengan metode promethee adalah sebagai berikut : 1. Menentukan beberapa alternatif yang ada dalam lingkup masalah dan akan di pilih sebagai solusi. 2. Menentukan beberapa kriteria yang akan digunakan dalam proses pengambilan keputusan. 3. Menentukan dominasi kriteria, ini didasarkan pada karakteristik tujuan dari setiap kriteria. 4. Menentukan tipe preferensi untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan pada data dan pertimbangan di lapangan. tipe preferensi ini berjumlah 6. 5. Memberikan nilai parameter untuk setiap kriteria berdasarkan preferensi yang telah dipilih. 6. Memberi nilai kriteria atau skor alternatif untuk masing-masing alternatif yang akan dilakukan proses pemilihan. 7. Membandingkan nilai kriteria untuk setiap alternatif dengan mempertimbangkan dominasi kriteria dan preferensi yang telah dipilih serta nilai parameter yang diberikan. 8. Perangkingan dalam Promethee: Dalam metode promethee ada 2 macam perangkingan yang disandarkan pada hasil berhitungan, antara lain : a. Perangkingan Parsial yang didasarkan pada nilai Leaving Flow dan Enter Flow. b. Perangkingan lengkap atau complete yang didasarkan pada nilai Net Flow.

2.3.6 Keunggulan dan kelemahan Metode Promethee

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Adapun kelemahan dan keunggulan dari metode promethee adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Promethee METODE KEUNGGULAN KELEMAHAN 1. Lebih Stabil, lebih jelas, dan lebih sederhana atau mudah dipahami oleh praktisi. 1. Membutuhkan informasi tambahan berupa preferensi tertentu yang harus didefinisikan atau dijelaskan 2. Menyediakan 6 tipe preferensi terhadap kriteria. 3. Perangkingan alternatif baik secara parsial maupun lengkap. Promethee 4. Memperhitungkan kriteria yang berbeda pada saat yang sama, yang tidak mungkin dengan keputusan berbasis proses yang didasarkan hanya pada satu kriteria. 2. Metode ini hanya dapat diaplikasikan jika pengambil keputusan dapat menyatakan preferensi dan tingkat keputusan dari kriteria dalam skala rasio. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Dapat menggunakan kriteria yang berbeda untuk setiap dimensi. 6. Memperhitungkan data kualitatif sebaik data kuantitatif.

2.4 PHP dan MySQL Web Development

PHP MySQL adalah bahasa pemprogaman web yang mendunia, bahasanya mudah untuk dipelajari, kompatibilitas dengan berbagai macam server baik itu windows maupun unix, dan yang tak kalah penting adalah bahasa pemprogaman PHP MySQL bersifat open source sehingga perkembangannya pun akan semakin cepat dan dapat diimplementasikan diberbagai bidang kebutuhan dalam pembuatan aplikasi. Dengan semakin berkembangnya dunia internet dan tingginya kebutuhan akan sebuah bahasa pemprogaman yang mumpuni, setiap saat berbagai macam fungsi baru dan library tambahan selalu muncul di internet untuk memperkokoh dan meningkatkan performa keduanya, bug-bug yang ada pada versi sebelumnya diperbaiki oleh komunitas dan juga oleh para programmer handal yang ada diseluruh dunia.

2.4.1 PHP

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PHP kepanjangan dari Hypertext Preprocessor, PHP sendiri dibuat oleh Rasmus Lerdorf, PHP bersifat open source dan telah digunakan oleh hampir seluruh web developer di seluruh dunia. Karena sifatnya yang open source dan semakin banyaknya user membuat bahasa pemprogaman ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Sintak atau strukturnya hampir mirip dengan bahasa pemprogaman C, Java dan Perl sehingga dengan begitu bagi mereka yang sudah mempelajari bahasa tersebut tidak akan mengalami kesulitan, selain itu bagi para pemula yang baru memulai bahasa pemprogaman web rasanya PHP turut diperhitungkan, karena pemanfaatan bahasa PHP tidak hanya sekedar untuk web dan aplikasinya tetapi sudah merambah kedunia desktop windows, namanya yaitu PHP GTK. Sebuah contoh script php sederhana : html head titleBelajar PHP MySQLtitle head body ?php echo Selamat belajar PHP MySQL; ? body html Kalau kita perhatikan script diatas, bahasa php dimulai dengan tanda “?php” dan diakhiri dengan tanda “?”, sama seperti pemprogaman web lainnya, script php ditempatkan di dalam tag HTML. Berbeda halnya dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bahasa pemprogaman Java script, script php di olah di sisi server, ini berarti bahwa script php yang telah dibuat akan diproses terlebih dahulu di server baru kemudian ditampilkan ke client dalam bentuk html atau dalam format lainnya, dengan begitu script akan lebih aman dan meminilisasikan kesalahan interpreter browser

2.4.2 MySQL

MySQL adalah database yang cepat dan tangguh, sangat cocok jika digabungkan dengan PHP. Dengan database bisa digunakan untuk menyimpan, mencari dan mengklasifikasikan data dengan lebih akurat dan professional. MySQL menggunakan SQL language Structur Query Language artinya MySQL menggunakan query atau bahasa pemprogaman yang sudah standar di dalam dunia database. Kelebihan MySQL diantaranya : Dari segi performa, MySQL tidak bisa diragukan, pemprosesan database sangat cepat; Open source; Mudah untuk dipelajari; Kompabilitas dengan berbagai system operasi dan web server yang ada

2.5 Appserv

Untuk membuat sebuah pemrograman web server-site, diperlukan sebuah web server. Ada banyak server yang berkembang dan sering digunakan dalam membangun aplikasi berbasis web seperti misalnya PWS dan IIS yang dipakai oleh ASP-nya Microsoft, Web Server Netscape, Qitami, Caudium, dan Apache. PHP triad menyediakan Apache sebagai HTTP server dalam paketnya. Pada awalnya, Apache di desain pada Sistem berbasis UNIX tetapi akhirnya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berkembang untuk berbagai system seperti Microsoft Windows, 2000, NT, 98, dan 95. Selanjutnya seperti di dalam versi UNIX, apache memiliki beberapa hal yang dibutuhkan untuk feature-feature baru dan memiliki API sehingga dapat digunakan dengan lebih mudah bagi pemakainya. Untuk mengetahui tentang Apache secara lebih detail anda dapat mengunjungi situs resmi yang dimilikinya yaitu http:apache.org . Agung Teguh Wibowo Almais, 2008 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30

BAB III PERANCANGAN SISTEM

3.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil analisa dari sistem yang ada pada penentuan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dapat diidentifikasi masalahnya antara lain tidak adanya aplikasi untuk menghitung penilaian mahasiswa berprestasi yang berhak menerima beasiswa dengan metode PROMETHEE karena belum adanya suatu sistem yang dapat membantu dalam memperhitungkan perangkingan penilaian mahasiswa tersebut berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik 2010.

3.2 Analisa Dan Perancangan Sistem

Untuk membuat perancangan dan desain digunakan model-model yang telah ada dan sudah banyak digunakan. Diantara model-model tersebut antara lain dokumen flow, sistem flow ataupun perancangan hubungan relasi antar tabel. Tahap- tahap yang digunakan dalam mendesain sistem pendukung keputusan untuk penentuan beasiswa berdasrkan prestasi yang telah diraih adalah: 1. Membuat work flow yang menggambarkan alur dari sistem penentuan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi. 2. Membuat HIPO Diagram Berjenjang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.