Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein

5.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein

Konsumsi protein komulatif adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi dikalikan dengan kandungan protein ransum selama lima minggu penelitian. Rataan konsumsi protein selama penelitian pada masing-masing perlakuan dapat ditelaah pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Rataan Konsumsi Protein Selama Penelitian Perlakuan Ulangan R R 1 R 2 R 3 R 4 ……………………….………..gramekor……………………………… 1 592,21 599,18 599,34 596,01 603,60 2 591,13 601,13 606,32 595,14 596,40 3 584,87 592,46 599,56 583,39 613,42 4 586,60 592,89 601,52 593,18 589,41 5 592,86 595,06 595,19 594,70 592,03 Jumlah 2947,68 2980,71 3001,93 2962,41 2994,86 Rataan 589,54 596,14 600,39 592,48 598,97 Ket: R = Ransum tanpa ampas umbi garut fermentasi ransum kontrol R 1 = Ransum mengandung 5 ampas umbi garut produk fermentasi. R 2 = Ransum mengandung 10 ampas umbi garut produk fermentasi. R 3 = Ransum mengandung 15 ampas umbi garut produk fermentasi. R 4 = Ransum mengandung 20 ampas umbi garut produk fermentasi. Rataan konsumsi protein ayam broiler berkisar antara 589,54 g R sampai dengan 600,39 g R 2 . Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi protein diperjelas dengan analisis statistika yang daftar sidik ragamnya tercantum pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, tampak bahwa perlakuan berpengaruh nyata P0,05 terhadap konsumsi protein. Perbedaan dari setiap perlakuan terhadap konsumsi protein dilakukan uji jarak berganda Duncan yang hasilnya dapat ditelaah pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein Perlakuan Konsumsi Protein Signifikansi ………….gram………… 0,05 R 2 600,39 A R 4 598,97 A R 1 596,14 AB R 3 592,48 AB R 589,54 B Ket: Huruf yang tidak sama pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata P0,05. Hasil uji jarak berganda Duncan Tabel 6 diketahui bahwa antara perlakuan R 2 , R 4 , R 1 dan R 3 ; serta antara perlakuan R 1 , R 3 dan R menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata P0,05 terhadap konsumsi protein. Adapun perlakuan R 2 dan R 4 , nyata lebih tinggi P0,05 dibanding dengan perlakuan R terhadap konsumsi protein. Tingginya konsumsi protein pada perlakuan R 2 dan R 4 disebabkan karena lebih tingginya kandungan protein ransum pada perlakuan tersebut 21,81 dan 21,83. Konsumsi ransum yang sama, namun kandungan protein ransum yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi protein yang lebih tinggi pula. Sesuai dengan pendapat Wahju 1992 bahwa konsumsi protein dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan kandungan protein dalam ransum yang diberikan. Semakin tinggi kandungan protein ransum, maka akan semakin tinggi pula konsumsi protein, begitu pula sebaliknya. Untuk lebih jelas, pengaruh tingkat ampas umbi garut produk fermentasi dalam ransum terhadap konsumsi protein, ditampilkan dalam Grafik 2 di bawah ini. 589.54 596.14 600.39 592.48 598.97 R0 R1 R2 R3 R4 Perlakuan Ransum Konsumsi Protein g Grafik 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein. Berdasarkan Grafik 2 di atas tampak bahwa konsumsi protein komulatif selama penelitian secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi adalah pada perlakuan R 589,54 g; R 3 592,48 g; R 1 596,14 g; R 4 598,97 g dan R 2 600,39 g. Data tersebut memberikan kejelasan bahwa konsumsi protein pada perlakuan R 3 ransum mengandung 15 ampas umbi garut produk fermentasi relatif sama dengan perlakuan R ransum kontrol.

5.3. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan