V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum
Konsumsi Ransum komulatif adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi setiap ekor ayam broiler selama lima minggu penelitian. Rataan konsumsi ransum selama
penelitian pada masing-masing perlakuan dapat ditelaah pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Rataan Konsumsi Ransum Setiap Ekor Selama Penelitian. Perlakuan
Ulangan R
R
1
R
2
R
3
R
4
…………………………….gramekor……….…..………………….. 1
2743,00 2765,00
2748,00 2739,00
2765,00 2
2738,00 2774,00
2780,00 2735,00
2732,00 3
2709,00 2734,00
2749,00 2681,00
2810,00 4
2717,00 2736,00
2758,00 2726,00
2700,00 5
2746,00 2746,00
2729,00 2733,00
2712,00 Jumlah
13653,00 13755,00
13764,00 13614,00
13719,00 Rataan
2730,60 2751,00
2752,80 2722,80
2743,80 Ket: R
= Ransum tanpa ampas umbi garut fermentasi ransum kontrol R
1
= Ransum mengandung 5 ampas umbi garut produk fermentasi. R
2
= Ransum mengandung 10 ampas umbi garut produk fermentasi. R
3
= Ransum mengandung 15 ampas umbi garut produk fermentasi.
R
4
= Ransum mengandung 20 ampas umbi garut produk fermentasi. Rataan konsumsi ransum ayam broiler terendah adalah pada perlakuan R
3
2722,80 g, dan rataan konsumsi ransum tertinggi yaitu pada perlakuan R
2
2752,80 g. Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum diperjelas dengan analisis statistika
yang daftar sidik ragamnya tercantum pada Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 7 diketahui bahwa diantara perlakuan
terdapat pengaruh yang tidak nyata P0,05 terhadap konsumsi ransum. Fenomena ini memberi arti bahwa diantara perlakuan penambahan ampas umbi garut produk
fermentasi tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan konsumsi ransum secara nyata diantara setiap perlakuan.
Jumlah ransum yang dikonsumsi pada perlakuan penambahan ampas umbi garut produk fermentasi berbeda tidak nyata P0,05 dibanding dengan perlakuan kontrol.
Fenomena ini disebabkan karena kandungan energi pada setiap perlakuan adalah relatif sama 3004 – 3060 kkalkg ransum. Sesuai dengan pendapat Wahju 1992 yang
menyatakan bahwa kandungan energi ransum yang sama akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Begitu pula penambahan ampas umbi garut produk fermentasi
sampai dengan tingkat 20 dalam ransum, tidak meningkatkan kandungan serat kasar ransum perlakuan yang nyata. Kandungan serat kasar dalam ransum yang relatif sama
3,59 - 4,25, akan memberikan dampak yang sama pula terhadap konsumsi ransum Morrison, 1961; Lubis, 1963.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah energi dalam ransum, type ayam, temperatur dan iklim setempat, bobot badan, palatabilitas dan serat
kasar ransum Wahju, 1992 ; Heuser, 1955 ; Scott, dkk, 1972 ; Lubis, 1963 dan Soeharsono, 1976. Kandungan serat kasar dalam ransum tidak boleh lebih dari lima
persen Morrison, 1961, sedangkan Lubis 1963 menyatakan bahwa unggas masih dapat mentoleransi serat kasar sampai dengan tingkat delapan persen dan untuk fase
starter kurang dari enam persen, sebab apabila terlalu tinggi akan menyebabkan daya cerna dari ransum tersebut menjadi rendah.
Untuk lebih jelas, pengaruh tingkat ampas umbi garut produk fermentasi dalam ransum ditampilkan pada Grafik 1 di bawah ini.
2730.60 2751.00
2752.80
2722.80 2743.80
R0 R1
R2 R3
R4 Perlakuan Ransum
Konsumsi Ransum g
Grafik 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum.
Berdasarkan Grafik 1 di atas, tampak bahwa konsumsi ransum komulatif selama penelitian secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi adalah pada perlakuan
R
3
2722,80 g; R 2730,60 g; R
4
2743,80 g; R
1
2751,00 g dan R
2
2752,80 g. Data tersebut memberikan kejelasan bahwa konsumsi ransum terendah adalah pada
perlakuan R
3
ransum mengandung 15 ampas umbi garut produk fermentasi.
5.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Protein