51 ketersediaan potensi sumberdaya alam yang dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kepentingan dan kesejahteraan di tingkat masyarakat Desa Pahawang.
3. Sumber Daya Sosial
Pembangunan di sebuah desa baik fisik maupun nonfisik terkadang meninggalkan
pertimbangan sosial masyarakatnya. Kekuatan sosial masyarakat yang diwujudkan dalam aktivitas dan kegiatan-kegiatan kelompok masyarakat
merupakan satu kekuatan yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Desa Pahawang memiliki kehidupan sosial yang tertuang dalam kelompok-
kelompok masyarakat yang menggabungkan dirinya sebagai upaya memperjuangkan kepentingan bersama. Paling sedikit di Desa Pahawang terdapat
8 kelompok nonformal yang terdiri dari kelompok PKK, kelompok tani, kelompok nelayan. Karang taruna, risma dan rukun kematian. Kegiatan
kelompok yang ada ini satu sama lainnya memiliki interaksi sosial yang terbangun baru proses komunikas baik di tingkat rukun tetangga,dusun sampai ke desa.
Gambaran umum sumber daya sosial Pahawang dapat dilihat pada Tabel 10.
52 Tabel 10. Gambaran umum sumber daya sosial desa Pahawang
No Kegiatan
Jumlah 1
PKK: a.
Jimpitan 4
b. Arisan
4 c.
Jumat bersih 4
d. Tanaman Keluarga
4 2
Kelompok Tani 4
3 Kelompok Nelayan
23 4
Karang Taruna 4
Total 47
Sumber: Data Statistik Desa Pahawang, 2012 tidak dipublikasikan 4. Sumber Daya Buatan
Potensi sumberdaya buatan yang ada di Pulau Pahawang, penggarangan kelapa
banyak tersebar di seluruh dusun, hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman kelapa banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Dari potensi sumberdaya buatan
menunjukkan bahwa masyarkat kurang memanfaatkan sumberdaya alam pesisir laut di pulau, keberadaan keramba sebagai sebuah potensi dimiliki atau dikuasai
oleh pengusaha atau pemodal dari luar. Sebaran potensi sumberdaya buatan seperti jembatan, kuburan, pos rinfa, MCK, gorong-gorong, bervariasi di setiap
dusun. Banyaknya potensi sumberdaya buatan di desa tersebut menunjukkan tuntutan kebutuhan berupa fasilitas umum menjadi kebutuhan yang harus dimiliki
oleh desa dengan prioritas yang tepat.
95
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai yang diperoleh pembudidaya rumput
laut dengan jumlah rakit 4,10 unit untuk satu kali produksi 40 hari adalah sebesar Rp 2.011.000, sedangkan pendapatan atas biaya total
sebesar Rp 686.742,82. Berdasarkan hasil perhitungan RC rasio, usaha budidaya rumput laut di Pulau Pahawang menguntungkan dan layak unutk
diusahakan. Rata-rata RC rasio atas biaya tunai adalah sebesar 6,602 dan rata-rata rasio atas biaya total adalah sebesar 1,408.
2. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi yang
terdiri dari komponen-komponen sebaai berikut: 1 produk, 2 manajemen dan pendanaan, 3 sumber daya manusia, 4 investasi, 5 lokasi, 6
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, 7 pasar, 8 pesaing, 9 teknologi, dan 10 iklim dan cuaca.
3. Strategi prioritas tertinggi yang dapat digunakan dalam pengembangan
dan keberlanjutan usaha budidaya rumput laut di Pulau Pahawang yaitu 1
96 mengadakan pelatihan tentang budidaya, penanganan penyakit dan
pengolahan produk turunan untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya sehingga mampu berinovasi dalam menghasilkan produk
untuk meningkatkan minat konsumen di dalam provinsi, 2 memanfaatkan lahan budidaya yang masih luas untuk menghasilkan rumput laut dalam
jumlah besar agar mampu memperluas jaringan pemasaran, 3 menghasilkan rumput laut yang berkualitas dalam jumlah yang besar
sehingga mampu memperluas jaringan pemasaran rumput laut.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah: 1.
Pemerintah sebaiknya memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada pembudidaya rumput laut di Pulau Pahawang guna menciptakan sumber
daya manusia yang terampil. 2.
Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan kepada pembudidaya berupa pinjaman modal, sehingga pembudidaya dapat memperbanyak jumlah
rakitnya untuk memanfaatkan lokasi budidaya yang masih luas sehingga tercipta pembudidaya yang sejahtera.
3. Pembudidaya rumput laut di Pulau Pahawang sebaiknya mulai berinovasi
dalam pengolahan produk, sehingga dapat meningkatkan minat konsumen di dalam provinsi.
4. Peneliti lain untuk mengkaji atau meneliti lebih dalam tentang pemasaran
rumput laut di Pulau Pahawang.
97
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T. Zatnika, A. Purwoto, H. Istini, S. 2010. Rumput Laut: Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan
Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta Aslan, M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka 2012. Lampung Badan Pusat Statistik. 2012. Pesawaran Dalam Angka 2012. Lampung
Basroni dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta.
Jakarta. Bengen, D.G. 2013. Strategi Pembangunan Negara Maritim Indonesia. Makala
Seminar Nasional. Blue Economy Sebagai Strategi Pembangunan Nasional Berkelanjutan. Universitas Lampung. Lampung.
Bungin, B. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Raja Garfindo Persada. Jakarta.
David, R.F. 2006. Manajemen Strategi : Konsep. Edisi kesepuluh. Jakarta: Dian, N. 2009. Kajian Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove Desa Pahawang Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesawaran. 2012. Laporan Tahunan Statistik Kabupaten Pesawaran Tahun 2011. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pesawaran. Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2012. Laporan Tahunan
Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Lampung tahun 2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Lampung