Latar Belakang Masalah PENDAHULAN

justru menimbulkan potensi terjadinya penyalahgunaan yang akan mengancam pencapaian perdamaian dan keamanan internasional serta penghormatan terhadap nilai kemanusiaan, seperti munculnya senjata nuklir, biologi, kimia, peluru kendali, misil pendeteksi panas dan senjata non-konvensional lainnya pasca perang dunia kedua yang merupakan contoh nyata dapak negatif dari perkembangan sarana dan metode berperang, perkembangan teknologi militer yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia internasional adalah lahirnya teknologi pesawat tanpa awak, yang perkembangannya pada dekade terakhir ini telihat tidak dapat diimbangi oleh kemajuan pengaturan hukum internasional. 3 Pesawat tanpa awak memiliki manfaat yang sangat besar bagi negara yang memilikinya, terutama untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial maupun militer. Fungsi positif penggunaan pesawat tanpa awak pada kegiatan-kegiatan sosial antara lain, sebagai sarana transportasi logistik di daerah terpencil yang sulit diakses, pemetaan jalur pipa, kegunaan pertanian, pemadam kebakaran serta pencarian orang hilang. Bahkan kini Amerika Serikat telah memberikan sertifikasi terhadap pesawat tanpa awak jenis Northrop Grumman Global Hawk untuk dapat digunakan sebagai alat transportasi sipil lintas negara. Pesawat tanpa awak dalam melaksanakan tugas militerpun memiliki keunggulan yang sangat baik dibandingkan teknologi pesawat udara militer lainnya, yaitu sebagai alat pengintai, pemburuan terduga militan, melaksanakan misi pada wilayah-wilayah 3 Orasi Ilmiah, Abad 21 Akan Muncul Senjata Pemusnah Massal, 2009, diakses dari: http:megapolitan.kompas.comread2009082111370514orasi.ilmiah.abad.21.akan.muncul.senj ata.pemusnah.massal, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul: 19.10 WIB. yang berbahaya, dan untuk melakukan patroli keamanan secara rutin serta membantu tugas-tugas kepolisian. 4 Pesawat tanpa awak muncul pertama kali sebagai alat militer pada abad ke 18 yang digunakan oleh North Atlantic Treaty Organizations NATO untuk keperluan pengintaian dan mata-mata, demikian pula Amerika Serikat telah menggunakan pesawat tanpa awak sebagai alat pengintai pada perang teluk tahun 1990, bahkan jauh sebelumnya Israel telah menggunakan pesawat tanpa awak pengintai pada tahun 1982 dan tahun 1996 di Lebanon. Pesawat tanpa awak pada prakteknya memang lebih banyak digunakan sebagai alat militer. Minimnya resiko dalam melakukan misi-misi berbahaya, tingkat efisiensi penggunaan yang tinggi serta biaya produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan pesawat berawak menjadi alasan utama mengapa pesawat tanpa awak sangat diminati penggunaannya di bidang militer. Keunggulan-keunggulan tersebut juga menyebabkan pesawat tanpa awak banyak digunakan dan dikembangkan di berbagai negara. 5 Pesawat tanpa awak pada prakteknya memiliki target sasaran yaitu berupa sekelompok orang yang menunjukan tanda-tanda, atau karakteristik tertentu akan tetapi identitas mereka tidak diketahui. Definisi target dalam serangan pesawat tanpa awak yang tidak spesifik, mendetil serta tidak adanya penyelidikan terlebih dahulu mengakibatkan banyak jatuhnya korban jiwa yang bukan merupakan target 4 Witny Tanod, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak Unmanned Drones Dalam Hukum Internasional, 2013, diakses dari: ejournal.unsrat.ac.idindex.phplexcrimenarticledownload1009822, pada tanggal 5 Mei 2014, pukul 10.00 WIB. Hlm. 3 5 Aviasi dan Alutsista, Keunggulan Pesawat Tanpa Awak, 2011, diakses dari: http:www.aviasista.com201112keunggulan-pesawat-tanpa-awak.html, pada tanggal: 27 Juni 2014, pukul: 20.00 WIB. atau sasaran militer. Bahkan dalam melakukan penyerangan, pesawat tanpa awak kini telah dilengkapi sistem mandiri atau otonom, dengan hanya diprogram sebelumnya pesawat dapat menyerang tanpa kendali dan tanpa peringatan terhadap objek yang sesuai dengan program targetnya. 6 Pada satu sisi perkembangan teknologi, khususnya pengembangan pesawat tanpa awak memang memberikan banyak manfaat yang positif, namun di sisi lain kemajuan teknologi tersebut tidak dapat diimbangi dengan kemajuan hukum yang ada, sehingga kesenjangan ini justru berpeluang terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer tersebut. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ke empat Konvensi Jenewa 1949 mengenai perlindungan korban perang, serta pengaturan-pengaturan mengenai alat dan metode berperang pada Konvensi-konvensi Den Haag 1907 telah memberikan petunjuk yang jelas mengenai apa yang dimaksud sebagai pelanggaran penggunaan kekuatan militer. Contoh tindakan yang merupakan penyalahgunaan kekuatan militer terdapat di dalam Pasal 50 Konvensi Jenewa I 1949 bahwa yang merupakan pelanggaan berat dalam penggunaan sarana dan metode berperang yaitu, pembunuhan yang disengaja, penganiayaan atau perlakuan tak berkeperimanusiaan, menyebabkan dengan sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan dan kesehatan, pembinasaan luas, tindakan pemilikan atas harta benda yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan hukum serta penyerangan yang dilakukan dengan membabi buta. Ketentuan-ketentuan bersamaan dalam Hukum Humaniter Internasional HHI juga telah mentapkan bahwa segala sarana dan metode 6 Covert Drone War, diakses dari: http:www.thebureauinvestigates.comcategory.drones, pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 11.22 WIB. berperang harus sesuai dengan prinsip-prinsip atau asas-asas yang menjadi dasar dalam penggunaan kekuatan militer di setiap situasi dan kondisi konflik apapun. 7 Segala bentuk sarana dan metode berperang yang bertentangan dengan prinsip dan asas-asas HHI tersebut secara tegas dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran penggunaan kekuatan militer. Amerika Serikat akhir-akhir ini kerap menggunakan pesawat tanpa awak yang biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle UAV, dan merupakan pesawat udara yang dapat diterbangkan dari jarak jauh atau dioperasikan tanpa menggunakan keahlian awak penerbangan di dalamnya. Pesawat tanpa awak khususnya pada fungsi militer memiliki kekuatan dan kecepatan yang memang dirancang untuk melakukan pengintaian, serangan senjata berat serta melakukan penyerangan tak terduga. 8 Pesawat tanpa awak dalam penggunaannya oleh Amerika Serikat dipersenjatai dengan rudal-rudal dan dapat menjatuhkan bom yang mampu menimbulkan kerusakan yang sangat serius. Mengingat besarnya peluang terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer pada pesawat tanpa awak, maka membatasi penggunaannya sebagai alat militer sangatlah penting. 9 Contoh kasus yang merupakan penyalahgunaan pesawat tanpa awak yaitu serangan Amerika Serikat terhadap negara Afganistan, Irak, Yaman, Somalia dan Pakistan dengan 7 Use force, diakses dari: http:fl.unud.ac.idblock-bookHIcourse20materialsuse 20force. docx, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul 20.30 WIB. 8 The New York Times, Predator Drones and Unmanned Aerial Vehicles UAVs, diakses dari: http:topics.nytimes.comtopreferencetimestopicssubjectsuunmanned_aerial_vehicles index.html, pada tanggal 5 September 2013, pukul 07.41 WIB. 9 OConnell dan Mary Ellen, Socio-Legal Perspectives on the Use of Lethal Force: A case study of Pakistan , Oxford, 2004-2009. Hlm. 84 alasan spionase jaringan terrorisme dan berbagai macam alasan bahkan dengan memanfaatkan hak personalitasnya. 10 Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengakui telah menggunakan pesawat tanpa awak yang dilengkapi misil untuk menyerang target yang mengancam patroli Amerika Serikat dan Inggris di Irak Selatan pada Oktober 2002. 11 Penyerangan Amerika Serikat terhadap negara-negara Timur Tengah dengan menggunakan pesawat tanpa awak telah menimbulkan kerusakan skala besar dan kerusakan lingkungan dalam jangka waktu yang lama bahkan banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang bukan merupakan sasaran militer. 12 Amerika Serikat mengatakan serangan ini menargetkan terroris, namun sumber- sumber data menyatakan warga sipil telah menjadi korban utama dari serangan tersebut. Selain Amerika Serikat, Israel juga merupakan pihak yang sering melanggar aturan internasional terkait penggunaan pesawat tanpa awak, salah satu bukti nyata ialah serangan pesawat tanpa awak oleh rezim Israel di jalur Gaza pada 14 Agustus 2007 sampai dengan sekarang. 13 Hasil penelitian yang dilakukan para aktivis hak asasi manusia di Oxford University menyebutkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Barack Obama diperkirakan mencapai 2.400 jiwa. Sedangkan The Bureau of Investigative Journalism TBIJ, mengatakan bahwa selain operasi pesawat tanpa awak di wilayah Afganistan, 10 The New York Times , Predator Drones and Unmanned Aerial Vehicles UAVs. Op. Cit. 11 News, Serangan pesawat tanpa awak UAV 2004-2009, diakses dari www.mirror.unpad.ac.id koran ... korantempo 2011-12-0 .pd , pada tangal 18 Desember 2013, pukul 19.36 WIB. 12 Ibid. 13 Menit.tv, Pesawat Tanpa Awak AS Banyak Makan Korban Sipil, 2013, http:m.menit.tv welcomeread2013102424866014Pesawat-Tanpa-Awak-AS-Banyak-Makan-Korban-Sipil, pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 10.55 WIB. Pemerintahan Barack Obama juga mengembangkan program pengunaan pesawat tanpa awak otonom di Pakistan dan juga meningkatkan penggunaannya di Yaman dan Somalia dan negara-negara lainnya yang dianggap sebagai basis Al-Qaeda. 14 Human Rights Watch dan Amnesti Internasional pada bulan Oktober 2009 sampai pada Januari 2012 telah menerbitkan dua laporan yang mengkritik keras kerahasiaan program pesawat tanpa awak Amerika Serikat, dan menyerukan penyelidikan atas kematian korban serangan yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan terrorisme atau tujuan militer yang akan dicapai. Meskipun Amerika Serikat menyatakan bahwa target serangan adalah anggota kelompok terroris, seperti Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil dalam berbagai tindak kejahatan terrorisme yang dinyatakan tewas dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di Pakistan, 15 namun Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif berulang kali menuntut diakhirinya serangan di Pakistan dengan menyatakan bahwa penggunaannya bukan hanya merupakan pelanggaran terus-menerus terhadap integritas teritorial Pakistan, tetapi juga merugikan tekad dan upaya pemerintah domestik untuk menghilangkan terrorisme dari negara Pakistan yang kini justru semakin kuat dan terorganisir. 16 Menyikapi pernyataan Perdana Menteri Pakistan, Pengadilan Tinggi Peshawar pada bulai Mei 2012 telah memutuskan bahwa serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di wilayah Pakistan adalah ilegal dan tidak manusiawi, 14 Ibid. 15 PBB Minta AS Serahkan Data Korban Serangan Pesawat Tanpa Awak, diakses dari: http:www.bbc.co.uk indonesiadunia201310131018_amerika_pesawattanpaawak.shtml, pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 10.40 WIB. 16 Ibid. melanggar piagam PBB tentang hak asasi manusia serta merupakan kejahatan perang. 17 Amerika Serikat memang telah mengurangi jumlah serangan pesawat tanpa awak di Pakistan setelah keluarnya putusan Peshawar, Pemerintahan Barack Obama berjanji akan menerapkan aturan ketat dan transparansi yang lebih baik untuk program tersebut, akan tetapi pesawat tanpa awak Amerika Serikat masih terus terbang di atas wilayah Pakistan, meskipun tidak melakukan penyerangan. 18 Amerika Serikat dan sekutunya menginvasi Afghanistan, Yaman, Somalia, Irak dan Pakistan setelah serangan terroris yang terjadi pada 11 September 2001 sebagai bagian dari tindakan perang melawan terror. Tindakan perang melawan terror mendapatkan kritikan keras dari berbagai elemen masyarakat internasional. New Amerika Foundation yang bermarkas di Washington menyatakan ada 350 serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat sejak tahun 2004 selama pemerintahan Presiden Barack Obama. New Amerika Fwoundation juga memperkirakan jumlah korban tewas khusus invasi Amerika Serikat ke Afganistan berjumlah 1.963 dan 3.293. Selanjutnya TBIJ mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan-serangan di Pakistan, Yaman dan Somalia antara 3.072 sampai 4.756 orang. 19 Pesawat tanpa awak Amerika Serikat melakukan serangan di negara Pakistan dengan total 380 serangan, serta serangan pada masa pemerintahan Barack Obama berjumlah 329 serangan dengan total terbunuh 2.534-3.642 orang termasuk didalamnya korban anak-anak berjumlah 168-200 orang dan korban luka 1.127-1.556 orang. 17 Drone: Perang Tanpa Moralitas Ala Amerika, diakses dari, http:syamina.org syamina5-DRONE-Perang-Tanpa-Moralitas-Ala-Amerika.html, pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 10.00 WIB. Op. Cit. 18 Menit.tv, Pesawat Tanpa Awak AS Banyak Makan Korban Sipil, Op. Cit. 19 Ibid. sedangkan serangan pesawat tanpa awak di negara Yaman total 55-65 serangan, total terbunuh 269-389 orang, anak terbunuh: 5 orang serta dengan serangan tambahan berjumlah 83-102 serangan, dengan data total terbunuh 302-481 orang, terluka 81-108 orang dan serangan operasi lain berjumlah 12-77 serangan, dengan korban terbunuh 144-380 orang, anak-anak 24-26 orang serta korban terluka 22- 114 orang. Selain itu serangan terhadap negara Somalia dengan total serangan 4- 10, total terbunuh 9-30 orang, terluka 2-24 orang serta meliputi serangan pada operasi lainnya berjumlah 8-15 serangan, total terbunuh 48-150 orang, anak- anak 1-3 orang. 20 United Nations UN Secretary-General Ban Ki-moon pada saat dilangsungkannya The Inaguration of a Centre for International Peace and Stability di Islamabad menyatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak harus tunduk pada aturan hukum internasional yang sudah lama berlaku, termasuk hukum kemanusiaan internasional sama seperti sarana dan metode berperang lainnya. 21 Ban Ki-moom juga mengatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak oleh Amerika Serikat di wilayah negara-negara lain yang banyak mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, menimbulkan keprihatinan tinggi terhadap terlaksananya hukum internasional. Selain itu United Nations Commission on Human Rights UNCHR juga telah menyerukan Amerika Serikat untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum internasional yang berlaku dan menekan 20 The Bureau of Investigative Journalism, Covert Drone War, diakses dari: http:www.thebureauinvestigates.comcategoryprojectsdrones, pada tanggal 21 Juni 2014, pukul 10.50 WIB. 21 The New York Times, Journal of a Centre for International Peace and Stability in Islamabad , diakses dari http:topics.nytimes.comtopreferencetimestopicssubjectsuav Peace and Stability index.html, pada tanggal 5 September 2013, pukul 07.41 WIB. penyalahgunaan kekuatan militer yang dilarang dalam hukum internasional terkait penggunaan pesawat tanpa awak. 22 Hukum internasional telah memberikan kewajiban kepada negara yang mengembangkan sarana dan metode berperang yang dicantumkan di dalam Pasal 36, Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977 untuk menyikapi banyaknya masalah yang timbul karena perkembangan sarana dan metode berperang yang begitu pesat dengan menyatakan: “Apabila suatu negara mengadakan studi, mengembangkan suatu senjata baru atau cara berperang baru, maka negara tersebut diharuskan menentukan apakah penggunaannya akan dilarang oleh protokol ini dan ketentuan lain dari hukum internasional yang berlaku bagi negara tersebut” Pasal 36 Ketentuan di atas menuntut dan mewajibkan negara-negara yang mengembangkan alat dan metode berperang baru untuk mengkaji dan menilai apakah alat dan metode berperang yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan Protokol, nilai- nilai kemanusiaan serta hukum internasional lainnya yang terkait dan wajib dihormati oleh semua pihak. 23 Pesawat tanpa awak terkait penggunaannya yang marak oleh berbagai negara hingga saat ini memang belum memiliki pengaturan khusus, namun hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengkajian terhadap ketentuan hukum internasional serta mengumpulkan ketentuan-ketentuan yang relevan untuk dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam penggunaan pesawat tanpa awak. Dengan demikian penulis memilih penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Penggunaan Pesawat Tanpa Awak Unmanned Aerial VehicleUAV Sebagai Alat Militer oleh Amerika Serikat di Wilayah Negara Lain Menurut Hukum Internasional. 22 Ibid. 23 Ahmad Baharudin Naim, Hukum Humaniter Internasional, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2010. Hlm. 3

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum internasional yang relevan untuk menjadi dasar hukum terkait penggunaan pesawat tanpa awak Unmanned Aerial VehicleUAV sebagai alat militer? 2. Apakah serangan menggunakan pesawat tanpa awak Unmanned Aerial VehicleUAV oleh Amerika Serikat di wilayah negara lain melanggar hukum internasional?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan menganalisis pengaturan hukum internasional yang relevan untuk menjadi dasar hukum penggunaan pesawat tanpa awak Unmanned Aerial VehicleUAV sebagai alat militer. b. Mengetahui dan menganalisis apakah serangan menggunakan pesawat tanpa awak Unmanned Aerial VehicleUAV oleh Amerika Serikat di wilayah negara lain telah melanggar hukum internasional.

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan Teoritis Berguna untuk pengembangan kemampuan berkarya ilmiah dan daya nalar, dengan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dipelajari yaitu hukum pada umumnya dan hukum internasional pada khususnya serta berguna untuk menambah pengetahuan teoritis dalam penelitian yang berkaitan dengan hukum internasional. b. Kegunaan Praktis Sebagai bahan bacaan dan tambahan pengetahuan terkait dengan penggunaan pesawat tanpa awak Unmanned Aerial VehicleUAV menurut hukum internasional, serta sebagai bahan acuan awal analisis lebih lanjut mengenai pengaturan hukum internasional terhadap dampak penyalahgunaan kekuatan militer serta sebagai bahan bacaan dan bahan ajar hukum humaniter internasional mengenai penggunaan alat atau kekuatan militer.

1.4. Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian yang diteliti adalah menganalisis hukum internasional yang relevan dan dapat berlaku untuk dijadikan dasar hukum terkait penggunaan pesawat tanpa awak yang digunakan sebagai alat militer dan bukan pada fungsinya dalam bidang sosial atau sipil. Permasalahan kedua mengenai serangan pesawat tanpa awak yang dilakukan oleh amerika serikat diwilayah negara lain, peneliti membatasi pengkajian yang ada dalam skripsi ini dengan menitik beratkan pada pertanyaan mengenai hukum apa yang menjadi dasar bagi serangan tersebut. Peneliti juga menempatkan dua pandangan, dimana pengkajian pertama melihat hukum internasional secara normatif melalui pengaturan-pengaturan yang berkaitan dengan kasus, sedangkan pandangan kedua dengan melihat dari sudut subjektif Amerika Serikat mengenai alasan dan faktor yang menjadi pembenaran atas serangan tersebut. Dua pandangan tersebut berfungsi untuk membentuk pendapat yang lebih komprehensif.