Orang-orang Sipil dan Objek-objek yang Dilindungi Hukum

Usaha-usaha yang perlu dipahami dan dilaksanakan dalam peperangan untuk membedakan obyek sipil dan sasaran militer dalam suatu sengketa bersenjata, sebenarnya telah sejak lama dituangkan dalam Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa yang menerangkan bahwa di dalam setiap konflik bersenjata objek sasaran adalah terbatas. Meskipun dalam peperangan atau konflik bersenjata sudah tentu akan menimbulkan korban yang bukan merupakan sasaran sarangan, namun HHI memberikan garis terang mengenai apa dan siapa yang dapat dijadikan objek sasaran untuk menghindari hal tersebut. 103 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977 merupakan suatu perjanjian yang mengatur tentang perlindungan penduduk sipil secara komperhensif. Aturan- aturan tentang penduduk sipil ini terdapat dalam Bagian IV Protokol, khususnya pada Pasal 48 yang mengatur mengenai aturan-aturan dasar basic rules bagi perlindungan penduduk sipil. Protokol ini memberikan suatu istilah dan definisi- definisi yang sebelumnya tidak dipergunakan dalam Konvensi-konvensi Den Haag 1907, seperti istilah penduduk sipil civilian population, orang sipil civilianindividual civilian , obyek-obyek sipil civilian objects, serta istilah kombatan combatant dan Sasaran Militer military objectives. Dengan adanya pasal di atas kita dapat melihat bahwa istilah dan definisi tentang obyek sipil dan sasaran militer telah diterima oleh negara-negara untuk pertama kalinya dalam suatu naskah perjanjian yang telah berlaku enter into force. 104 103 Ria Wierma Putri, Hukum Humaniter Internasional, Unila, Bandar Lampung, 2011. Hlm. 63-72 104 Apang Supandi, Perang dan Kemanusiaan Dalam Pandangan Hukum Humaniter Internasional dan kajian islam , diakses dari: http:www.pelita.or.idbaca.php?id=88924, pada tanggal 8 Juli 2014, pukul 20.54 WIB. Pengertian mengenai objek atau sasaran militer diatur dalam Pasal 52 ayat 2 Protokol I tahun 1977 sebagai berikut: “Military objectives are limited to those objects which by their nature, location, purpose or use make an effective contribution to military action and whose total or partial destruction, capture or neutralization, in the circumstances ruling at the time, offers a definite military advantage. ” Objek militer yang dimaksudkan dalam pasal di atas adalah objek-objek yang karena sifat, lokasi, tujuan atau penggunaannya memberikan kontribusi yang efektif kepada suatu aksi militer yang penghancuran sebagian atau seluruhnya, penahanan atau penetralannya pada situasi dan saat tertentu memberikan suatu keuntungan militer yang nyata. Objek sipil sepeti rumah sakit, sekolah dan rumah ibadah, dapat menjadi objek sasaran militer apabila penggunaannya memberikan kontribusi militer musuh yang efektif atau sedang digunakan sebagai sarana militer musuh maka pada saat itu pula objek tersebut menjadi objek militer. Sebaliknya apabila suatu objek tersebut sudah tidak digunakan untuk tujuan militer lagi, maka objek tersebut tidak lagi merupakan objek sasaran militer. 105 Amerika Serikat mempunyai definisi yang berbeda mengenai objek sasaran militer, dengan menambahkan kata military sustainability setelah kata military action . Dengan demikian menurut Amerika Serikat yang dapat dijadikan sasaran militer definisinya lebih luas, karena tidak hanya segala sesuatu yang memberikan kontribusi efektif kepada suatu aksi militer, tetapi juga terdapat objek lainnya yang dapat memberikan kontribusi efektif kepada pertahanan militer dan dianggap sah untuk dijadikan sebagai sasaran militer. 106 105 Ria Wierma Putri, Hukum Humaniter Internasional. Op.Cit. 106 Ibid.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merupakan penelitian ilmu hukum normatif yang meneliti dan mengkaji hukum tertulis dan kaidah hukum yang sedang berlaku. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah hukum positif Ius Constitutum 107 . pengkajian hukum positif mempuanyai fungsi, antara lain: a. Mendeskripsikan hukum positif, yaitu bertugas untuk mendeskripsikan atau memaparkan isi dan struktur hukum positif. b. Mensistematisasikan hukum positif, yaitu isi dan struktur hukum positif yang telah dideskripsikan. c. Menginterprestasikan hukum positif, yaitu berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam aturan. d. Menilai hukum positif, yaitu menemukan sifat normatif murni dari ilmu hukum, dimana objeknya bukan hanya norma akan tetapi juga menyangkut dengan dimensi penormaan. 107 Ius Constitutum merupakan hukum yang berlaku untuk suatu masyarakat dalam suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Hal ini sangat penting untuk menunjang metode serta kualitas hukum dan penjelasan mengenai sebab akibat hukum. Objek ilmu hukum positif berbeda dengan hukum ilmu pasti dalam ilmu alam. Hukum positif sebagai sebuah perangkat kaidah kehidupan manusia dalam masyarakat, diatur oleh metode keilmuan Humanities Humaniora, bukan diatur oleh metode keilmuan ilmu pasti. e. Menganalisis hukum positif, dalam hal ini menganalis isi pengaturannya, bahwa yang dimaksud adalah antara aturan hukum dan kepatutan harus dipikirkan dalam suatu hubungan, oleh karena itu norma hukum harus bertumpu pada asas-asas hukum dan dibalik asas hukum itu dapat disistematisasi gejala-gejala lainnya. 108 Hukum positif yang dimaksudkan di dalam penelitian skripsi ini adalah di mana pengaturan yang relevan dikumpulkan sebagai dasar hukum bagi suatu kejadian dan permasalahan hukum, bentuk pengaturan yang dijadikan objek kajian tidak hanya berdasar pada hukum tertulis namun norma-norma yang terbentuk sebagai suatu hal yang sama sekali tidak boleh dilanggar juga termasuk di dalamnya. 109 Penelitian mengenai penggunaan pesawat tanpa awak sebagai alat militer, yang menjadi fokus kajian adalah norma tertulis dan norma kebiasaan internasional, dikarenakan objek penelitian belum memiliki pengaturan yang secara jelas mencantumkan hal tersebut, maka menghimpun dan mengkaji pengaturan tertulis maupun norma kebiasaan serta pengaturan-pengaturan lainnya yang relevan untuk dapat dijadikan dasar hukum pagi penggunaan pesawat tanpa awak adalah jenis penelitian yang dimaksud oleh penulis.

3.2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. penelitian atau pengkajian ilmu hukum normatif berfungsi untuk menjelaskan hukum atau mencari makna serta nilai akan hukum, dalam pendekatannya hanya menggunakan konsep hukum dan langkah-langkah yang 108 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum. Op. Cit. Hlm. 43 109 Hans Kelsen, Alih Bahasa Somardi, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriftif , Rimdi Press, Jakarta, 1995. Hlm. 256