P. polymyxa dengan cara direndam selama 24 jam terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
2.4 Jamur Trichoderma sp.
Menurut Ismail dan Tenrirawe 2012, jamur Trichoderma sp. dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Fungi Devisio
: Amastigomycota Class
: Deutromycetes Ordo
: Moniliales Famili
: Moniliaceae Genus
: Trichoderma Spesies
: Trichoderma sp.
Jamur ini mudah dikenali dengan ciri-ciri koloni jamur yang berwarna hijau. Trichodema sp. juga memiliki aktifitas antifugal di dalam tanah, dan memiliki
kemampuan antagonistik mengendalikan patogen tanaman Semangun, 2004. Jamur ini terdapat pada hampir semua jenis tanah seperti tanah hutan maupun
tanah pertanian atau pada substrat berkayu dan sisa-sisa tanaman yang telah mati. Reproduksi aseksual Trichoderma sp. menggunakan konidia. Trichoderma sp.
memiliki konidiofor bercabang – cabang teratur, konidium jorong, bersel satu,
kelompok konidium berwarna hijau biru Semangun, 2004. Pada Trichoderma juga ditemukan struktur klamidospora. Klamidospora ini
diproduksi oleh semua species Trichoderma. Bentuk klamidosopra subglobosa uniseluler dan berhifa. Pada beberapa species Trichoderma, klamidosporanya
berbentuk multiseluler. Kemampuan Trichoderma sp. dalam memproduksi klamidospora merupakan aspek penting dalam proses sporulasi.
Trichoderma sp. telah banyak diketahui mampu mengendalikan penyakit
tanaman. Pemberian Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan penyakit Peronospora parasitica pada tanaman caisin Agustin, 2011. Sudantha 2009
melaporkan bahwa Trichoderma sp. dapat menyebabkan dan meningkatkan
ketahanan tanaman kedelai terhadap serangan penyakit layu fusarium.
Harman 2000 dalam Nurbailis 2010 melaporkan bahwa tanaman mentimun yang
diberi perlakuan dengan Trichoderma sp. galur T-203. Jamur ini masuk ke dalam jaringan akar yang menyebabkan dinding sel akar menjadi lebih kuat sehingga
meningkatkan ketahanan tanaman.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi
dan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penelitian dilaksanakan dari November 2013 sampai Januari 2014.
3.2
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, erlenmeyer, lampu
bunsen, gelas preparat dan penutupnya, mikroskop majemuk, jarum ose, autoklaf, plastik tahan panas, alumunium foil. Alat yang digunakan di lapang adalah cangkul,
penggaris dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas Bonanza F1, benih jagung hibrida varietas NK22, isolat
bakteri P. polymyxa dan isolat jamur Trichoderma sp., media Potato Succrosa Agar PSA, media Nutrien Agar, alkohol 70, dan aquades.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok RAK terdiri atas empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas 1 kontrol berupa tanaman jagung
yang tidak diaplikasi dengan agensia hayati apapun, 2 perlakuan benih dan penyemprotan satu kali pada daun jagung dengan bakteri P. polymyxa, 3 perlakuan
benih dan penyemprotan satu kali pada daun jagung dengan jamur Tricoderma sp., dan 4 perlakuan benih dan penyemprotan satu kali dengan fungisida berbahan aktif
metalaksil. Data dianalisis dengan sidik ragam. kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf nyata 5.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyiapan biakan P. polymyxa dan Trichoderma sp.
Isolat P. polymyxa diperoleh dari suspensi massal bakteri dalam media air steril yang
diperoleh dari BPTP Lampung yang dalam runutannya biakan tersebut berasal dari BBPOPT Jatisari. Isolat Trichoderma sp. diperoleh dari koleksi Klinik Tanaman
Bidang Proteksi Tanaman Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unila yang dalam runutannya diisolasi dari rhizosfer tanaman jagung di Natar. Selanjutnya
isolat P. polymyxa diperbanyak pada media Nutrien Agar sedangkan isolat Trichoderma sp. diperbanyak pada media PSA. Perbanyakan Trichoderma sp.
dilakukan dengan cara mengambil potongan biakan dengan bor gabus berdiameter 5 mm kemudian dipindahkan pada media PSA
baru dan diinkubasikan selama 7 hari. Perbanyakan P. polymyxa dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi bakteri
sebanyak satu jarum ose ke media nutrien agar kemudian diinkubasikan selama 3 hari.
3.4.2 Pembuatan suspensi dan Inokulasi spora P. maydis
Pembuatan suspensi P. maydis dilakukan dengan cara mengambil daun jagung yang
bergejala penyakit bulai, selanjutnya daun jagung dipotong kecil-kecil dan direndam dalam larutan gula 5 selama 6 jam. Inokulasi P. maydis dilakukan pada saat
tanaman berumur 5 hari setelah tanam. Penyemprotan dilakukan pada pukul 18.00 WIB pada semua daun corong tanaman sebanyak 1 ml.
3.4.3 Pembuatan suspensi P. polymyxa dan Trichoderma sp. untuk perlakuan
benih dan semprot Suspensi P. polymyxa dan Trichoderma sp. dibuat dengan cara mensuspensikan 1
cawan biakan P. polymyxa yang berumur 3 hari inkubasi dan Trichoderma sp. yang
berumur 7 hari inkubasi dengan air steril sebanyak 100 ml. Trichoderma sp. yang digunakan mempunyai kerapatan spora 10
5
sporaml air. Selanjutnya suspensi digunakan untuk merendam benih dan menyemprot tanaman. Benih jagung manis
Bonanza F1 yang direndam sebanyak 230 gl suspensi Trichoderma sp. atau P. polymyxa sedangkan benih jagung NK22 sebanyak 280 gl suspensi Trichoderma
sp. atau P. polymyxa. Perendaman dilakukan selama 24 jam. Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 7 hari setelah tanam. Penyemprotan dengan
fungisida berbahan aktif metalaksil dilakukan pada konsentrasi 2 mll air.
3.4.4 Penanaman Jagung
Benih jagung manis varietas Bonanza F1 dan benih jagung varietas NK22 ditanam pada lahan yang sudah disiapkan. dengan luas lahan 3 x 6 m. Setiap lubang tanam
ditanami 2 biji jagung. Jarak tanam jagung 25 x 75 cm. Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK majemuk dengan dosis 180 kgha.
3.5 Pengamatan
Peubah yang diamati adalah keterjadian penyakit bulai tanaman jagung dan masa inkubasi. Keterjadian penyakit dihitung dengan rumus:
n Kp = X 100
N Keterangan :
Kp : Keterjadian penyakit bulai
n : Jumlah tanaman jagung yang terkena penyakit bulai
N : Jumlah seluruh tanamnan jagung yang diamati.
Data penunjang adalah tinggi tanaman yang diukur dari permukaan tanah sampai
ujung titik daun. Pengukuran dilakukan dari tanaman jagung berumur 7 hari setelah tanam sampai 28 hari setelah tanam. Bobot tongkol jagung ditimbang dari semua
tongkol yang terdapat pada tanaman sampel.