III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Menurut Soerjono Soekanto 1999: 19,
pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan hukum, sedangkan
pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada.
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan hakim Pengadilan
Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan saksi ahli dari Bank Indonesia Bandar Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer bersumber dari:
1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia
b. Bahan hukum sekunder Bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu dalam
menganalisa serta memahami permasalahan dalam penelitian, terdiri dari: 1 Peraturan
Bank Indonesia
Nomor: 614PBI2004
Tentang Pengeluaran,
Pengedaran, Pencabutan
dan Penarikan,
serta Pemusnahan Uang Rupiah
2 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1971 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu Botasupal
c. Bahan hukum tersier Bersumber dari berbagai bahan yang seperti teori atau pendapat para ahli
yang tercantum dalam berbagai referensi atau literatur buku-buku hukum, dokumen, arsip, internet dan sumber lain yang berhubungan dengan
masalah dalam penelitian.
C. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi penelitian ini adalah seluruh
anggota kepolisian pada Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung, Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA
Tanjung Karang dan pegawai Bank Indonesia Bandar Lampung.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang masih memiliki ciri-ciri utama dari populasi dan ditetapkan untuk menjadi responden penelitian. Penentuan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menetapkan sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan dan tujuan
penelitian yang telah ditentukan. Responden penelitian terdiri dari : a. Anggota Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung
2 orang b. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung
2 orang c. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang
2 orang d. Pegawai Bank Indonesia Bandar Lampung
2 orang + Jumlah
8 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Studi pustaka library research
Dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam skripsi ini.
b. Studi lapangan field research Dilakukan dengan kegiatan wawancara interview kepada responden
penelitian sebagai usaha mengumpulkan data yang berkaitan dengan penanggulangan peredaran uang palsu di Bandar Lampung
2. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data
yang dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut: a. Seleksi data
Merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
b. Klasifikasi data Merupakan kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang
telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.
c. Penyusunan data Merupakan kegiatan penempatan dan menyusun data yang saling
berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.
E. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto 1999, analisis data adalah menguraikan data
dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan yang bersifat umum.
ANALISIS PERANAN SAKSI AHLI BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
PEMALSUAN UANG Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang
Skripsi
Oleh RIO PRADANA AKBAR
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
ABSTRAK ANALISIS PERANAN SAKSI AHLI BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG
DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG
Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang Oleh
RIO PRADANA AKBAR
Tindak pidana pemalsuan uang mengalami perkembangan yang cukup kompleks dan karena objek yang dipalsukan adalah uang sebagai alat pembayaran sah pada suatu
negara maka akan berdampak negatif pada perekonomian suatu negara. Tindak pidana pemalsuan uang merupakan tindak pidana khusus, sehingga penyidik perlu
menghadirkan seorang atau lebih saksi ahli untuk turut membantu kelancaran proses penyidikan. Oleh karena itu pihak kepolisian meminta bantuan saksi ahli dari Kepala
Bank Indonesia Cabang Lampung untuk menunjuk stafnya, guna dimintai keterangan sebagai saksi ahli tindak pidana pemalsuan uang. Pemasalahan dalam penelitian ini
adalah: 1 Bagaimanakah peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang?
2 Faktor-faktor apakah yang
menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang?
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Responden penelitian terdiri dari anggota Kepolisian
Resor Kota Bandar Lampung , Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan Pegawai Bank Indonesia Bandar
Lampung. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka library research dan studi lapangan field research. Analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1 Peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang termasuk dalam peranan
faktual, karena saksi ahli melaksanakan peranan berdasarkan fakta atau kejadian nyata yaitu tindak pidana pemalsuan uang di Kota Bandar Lampung. Peranan faktual ini
dilakukan saksi ahli untuk membantu penyidik kepolisian dalam menentuan keaslian uang, menyampaikan keterangan hasil pemeriksaan terhadap mata uang baik secara
lisan maupun tertulis, serta memberikan keterangan ahli dalam sidang pengadilan. Secara factual, peranan saksi ahli Bank Indonesia ini dilaksanakan dalam pembuktian
tindak pidana pemalsuan uang sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang Nomor: 770PIDB2009PNTK, bahwa Pengadilan Negeri
Rio Pradana Akbar
Kelas IA Tanjung Karang yang menjatuhkan pidana terdahadap terdakwa Taufik Jaya Bin Sukirno karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
pemalsuan uang. 2 Faktor-faktor yang menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang adalah:
a Faktor aparat penegak hukum, mulai dari pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan kasus tindak
pidana pemalsuan uang. Saksi ahli dari Bank Indonesia pun harus menunggu proses tersebut mulai dari penyidikan, penuntutan sampai dengan persidangan, sedangkan
saksi ahli sudah melaksanakan peranannya mulai dari tahapan penyidikan oleh pihak kepolisian dan kembali akan memberikan keterangan pada saat pelaksanaan
persidangan terhadap terdakwa pelaku tindak pidana pemalsuan uang. b Faktor sarana dan fasilitas yang tidak mendukung, yaitu kurang tingginya sistem pengamanan uang
rupiah karena para pelaku tindak pidana masih mudah dalam memalsukan uang. Sistem pengamanan uang yang kurang memadai tersebut disebabkan karena tingkat keamanan
terhadap security features Bank Indonesia masih relatif mudah ditiru oleh para pelaku tindak pidana pemalsuan uang dengan menggunakan teknologi seperti alat pemindai
scanner, perangkat komputer dan mesin printer berwarna.
Saran dalam penelitian ini adalah: 1 Peranan saksi ahli Bank Indonesia Cabang Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang hendaknya semakin
ditingkatkan, dengan tidak hanya terbatas pada upaya membantu penyidik dalam mengungkap kasus, tetapi hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap uang palsu juga
disosialisasikan melalui media sehingga masyarakat luas dapat mengetahui pelaksanaan peran saksi ahli dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan uang. 2 Sarana dan
prasarana pendukung dalam pengamanan keaslian uang hendaknya semakin ditingkatkan, sehingga pelaku akan semakin sulit dalam melakukan pemalsuan uang.
Selain itu, aparat penegak hukum hendaknya memberikan hukuman secara maksimal kepada para pelaku pemalsuan uang dan peredaran uang palsu, agar efek jera benar-
benar dapat diwujudkan kepada para pelaku.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas sesuatu atau objek, di mana sesuatu nampak dari luar seolah-olah benar adanya,
namun sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya. Dalam ketentuan hukum pidana Indonesia dikenal beberapa bentuk kejahatan pemalsuan, yaitu
sumpah palsu, pemalsuan merek dan meterai, pemalsuan surat, pemalsuan dokumen dan pemalsuan uang. Tindak pidana pemalsuan uang merupakan
kejahatan yang memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena para pelaku tindak pidana pemalsuan uang ini pada umumnya memiliki
kemampuan dan keahlian khusus di bidang program komputer maupun teknik percetakan.
Tindak pidana pemalsuan uang dan peredaran uang palsu merupakan kejahatan yang serius karena dampaknya sangat luas yaitu kekayaan korban dan
kemampuannya untuk menggunakan uang menjadi hilang, sebab yang bersangkutan menjadi pemegang uang palsu yang tidak ada nilainya kejahatan
terhadap mata uang memiliki akibat langsung terhadap menurunnya kemampuan ekonomi korban dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang
Rupiah baik domestik maupun internasional.
Dampak lain pemalsuan uang dan peredaran uang palsu adalah bisa mengganggu kestabilan perkonomian
nasional, menurunkan kewibawaan negara
dan menurunkan kepercayaan terhadap rupiah akan menimbulkan biaya ekonomi yang
lebih besar yang harus ditanggung oleh negara, karena Bank Indonesia, memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Selain itu mata
uang merupakan salah satu simbol kedaulatan negara, sehingga penggunaan mata uang rupiah di wilayah Republik Indonesia berarti penghormatan terhadap
kedaulatan Indonesia, sementara pemalsuan mata uang merupakan suatu tindakan yang tidak menghormati kedaulatan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi.
Mengingat kejahatan pemalsuan uang dan peredaran uang palsu merupakan kejahatan yang serius maka diperlukan kebijakan kriminal untuk penanggulangan
pemalsuan uang dan peredaran uang palsu tersebut. Kebijakan kriminal merupakan suatu usaha untuk menanggulagi kejahatan melalui penegakan hukum
pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat
diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana
pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil
perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.