Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pencucian Uang (TPPU) Dalam Transaksi Mencurigakan

PERTANGGUNGJAWABAN BANK PADA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (TPPU) DALAM TRANSAKSI MENCURIGAKAN
TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Pada Program Studi
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SULVIA TRIANA HAPSARI 027005041/ HUKUM PIDANA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2005
Sulvia Triana Hapsari : Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)…, 2005 USU Repository © 2007

ABSTRACT Commonly, the money laundering treasures indirectly spend or use by the criminals, because of its easy tracking by the law enforcement. But those treasures will be inserted into the financial system, mostly to any banking system. To blurring the source of the treasures, three stages being conducted: (1) Placement, (2) Layering, and (3) Integration. The bank is holding important roles in their obligation to report every suspicious transaction which can lead to money laundering. Suspicious transaction is any transaction which unsuitable in profile, characteristic, or have transaction pattern changing of the debitor. It wasn't easy to determine the suspicious transaction, that is why the Bank Indonesia and the head of Pusat Penelitian dan Analisis Transaksi Keuangan deliver the regulation about Know Your Customer Principles, especially for the financial system institution, such as Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 about Prinsip Mengenal Nasabah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 about perubahan atas PBI No.3/10/PBI/2001 about Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/29/DPNP tanggal 13 Desember 2001 about Pedoman Standar Prinsip Mengenal Nasabah, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/1 /KEP.PPATK/2003 about Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP. PPATK/2003 Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:2/6/KEP. PPATK/2003 about Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelador an dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 3/1 /KEP. PPATK/2004 about Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi Penyedia Jasa Keuangan. The bank will be charge if in any cause didn't give report about the suspicious transaction as in title 8 regulation 15/2002 about anti money laundering, which has been changed by the regulation 25/2003. But the charging about bankers is not clearly informed inside this regulation. This is seemly not fair because the bankers are being part of the bank and can be asked for their responsibly.
Sulvia Triana Hapsari : Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)…, 2005 USU Repository © 2007

ABSTRAK Pada umumnya harta yang berasal dari hasil tindak pidana tidak langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan karena akan mudah dilacak oleh para penegak hukum, akan tetapi hasil tindak pidana tersebut dimasukkan ke dalam sistem keuangan (financial System) terutama ke dalam sistem perbankan. Untuk mengaburkan asal-usul hasil tindak pidana tersebut terdapat tiga tahap: (1) Placement, (2) Layering, dan (3) Integration. Bank memegang peranan penting dalam tiga tahap proses pencucian uang ini dan oleh karena itu memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap transaksi mencurigakan yang memiliki indikasi upaya pencucian uang. Transaksi mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan. Tidak mudah untuk menentukan transaksi mencurigakan oleh karena itu Bank Indonesia dan Kepala Pusat Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengeluarkan ketentuan mengenai Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) khususnya bagi Penyedia Jasa Keuangan diantaranya Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PB1/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 tentang perubahan atas PBI No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/29/DPNP tanggal 13 Desember 2001 tentang Pedoman Standar Prinsip Mengenal Nasabah, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP. PPATK/2003 Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:2/6/KEP. PPATK/2003 tentang Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelador an dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 3/1 /KEP. PPATK/2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi Penyedia Jasa Keuangan. Bank akan dikenai sanksi apabila sengaja tidak melaporkan adanya transaksi mencurigakan pada banknya sebagaimana yang terdapat dalam pasal 8 Undangundang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2003. Akan tetapi tidak dicantumkan secara jelas didalam Undang-undang ini tentang sanksi yang dapat dikenakan kepada pengurus bank yang melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang, hal ini tidaklah adil karena pengurus bank merupakan bagian dari bank tersebut dan dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
Sulvia Triana Hapsari : Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)…, 2005 USU Repository © 2007