6
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. ada pengaruh perbedaan paritas terhadap persentase estrus dan kebuntingan
sapi peranakan ongole yang disinkronisasi estrus menggunakan prostaglandin f
2α
PGF
2α
; 2.
Adanya paritas tertentu yang memberikan pengaruh paling baik terhadap persentase estrus dan kebuntingan sapi peranakan ongole yang disinkronisasi
estrus menggunakan prostaglandin f
2α
PGF
2α
.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Swasembada Daging Sapi
Swasembada daging sapi adalah kemampuan penyediaan daging produksi lokal sebesar 90-95 dari total kebutuhan daging sapi dalam negeri, sehingga impor
sapi bakalan dan daging nantinya diharapkan hanya sekitar 5 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2010.
Permintaan daging sapi diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, perbaikan ekonomi, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi, sehingga produksi daging sapi dan lainnya diusahakan terus
ditingkatkan. Perkembangan populasi sapi potong di Propinsi Lampung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, bahkan peningkatan tertinggi terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar 49,7 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, 2012.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung
2012, populasi sapi potong di daerah Lampung dari tahun 2007 —2011 adalah
seperti pada Tabel 1, sedangkan populasi sapi potong untuk Kabupaten Lampung Tengah pada Tabel 2.
8 Tabel 1. Populasi sapi potong di Propinsi Lampung dari tahun 2007
—2011
Tahun Populasi ekor
Peningkatan
2007 410.165
- 2008
425.318 3,7
2009 463.032
8,9 2010
496.066 7,1
2011 742.776
49,7 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung 2012.
Tabel 2. Populasi sapi potong di Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2007- 2011
Tahun Populasi ekor
Peningkatan
2007 138.433
- 2008
140.579 1,6
2009 150.401
7 2010
163.019 8,4
2011 288.499
77 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung 2012.
Kebutuhan daging di Propinsi Lampung dari sisi produksi sebenarnya telah dapat
dipenuhi tetapi karena banyaknya permintaan ternak keluar Lampung se- Sumatera dengan harga yang lebih kompetitif maka saat ini Lampung sendiri
kekurangan stock ternak untuk dipotong. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. supply
– demand ternak sapi potong dan Tabel 4. data keluarmasuk ternak sapi potong di Provinsi Lampung.
9 Tabel 3. Supply
– Demand Sapi Potong di Provinsi Lampung bulan November 2012
1. Ketersediaan
Proses PG Ready Stock
Sapi di Masyarakat 121.804 Ekor Sapi di Kelompok 780 Ekor
Sapi Impor 40.805 Ekor Feedloter
780 Ekor 27.984 Ekor
82.489 Ekor 1.287 Ekor
12.923 Ekor
Total Penyediaan 28.057 Ekor
96.699 Ekor 2.
Kebutuhan Pemotongan di Lampung
Nov Des 2012 5.121 Ekor
Bulan November Bulan Desember
2.170 Ekor 2.951 Ekor
3. Neraca
Surplus daging Nov dan Des 2012 91.578 Ekor
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung 2012. Tabel 4. Data KeluarMasuk Ternak Sapi Potong di Provinsi Lampung Januari -
September 2012
Jumlah Ternak
Bulan Total
Jan Feb
Maret April
Mei Juni
Juli Agust
Sept Pemasukan
4.048 19.176 1.349
4.792 tad
8.264 7.385 tad
3.180 48.194
Pengeluaran 9.378 8.927
8.601 510
tad 8.078 9.505
tad 10.187 55.186
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung 2012. Untuk memenuhi kebutuhan ternakdaging yang terus meningkat, Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung mengadakan kegiatan sinkronisasi estrus dan saat ini kegiatan tersebut berada di Kabupaten Pringsewu,
Lampung Tengah dan Tulang Bawang.
10
B. Sapi Peranakan Ongole PO
Sapi Peranakan Ongole PO adalah hasil persilangan antara sapi Ongole dan sapi-sapi setempat sapi Jawa, sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal abad
ke-20. Saat ini sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman, sehingga sapi PO diartikan sebagai sapi lokal
berwarna putih keabu-abuan, berkelasa dan gelambir Sosroamidjojo, 1991. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah ber-
anak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Sapi PO memiliki ciri-ciri berwarna dominan putih, berpunuk besar, kulit longgar
dengan banyak lipatan di bawah leher dan perut, telinga panjang menggantung dan mata besar Murtidjo, 1993. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugeng 1996, ciri
lainnya adalah warna pada jantan di bagian leher sampai kepala berwarna kelabu, lutut berwarna gelap, tanduk pendek dan tumpul, memiliki lipatan kulit di bawah
perut dan leher, berat badan jantan dewasa rata-rata 550 kg, sedangkan betinanya sekitar 350 kg, dan sapi PO ini termasuk lambat dewasa umur sekitar 4-5 tahun.
Menurut Salisbury dan Van Demark 1984, faktor-faktor yang mempengaruhi
umur tercapainya pubertas dewasa kelamin pada sapi adalah bangsa sapi dan kondisi pakan. Dalam kondisi makanan normal rata-rata dewasa kelamin bagi
semua bangsa sapi adalah 9 bulan, tetapi dapat berkisar antara 5-15 bulan. Menurut Partodihardjo 1980, faktor keturunan sangat menentukan tercapainya
11 pubertas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor iklim dan kondisi makanan juga
dapat menentukan umur pubertas. Menurut Williamson dan Payne 1993, Sapi PO memiliki keunggulan, yaitu mudah beradaptasi di wilayah Indonesia yang
beriklim tropis.
C. Reproduksi Sapi