masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa menimbulkan gangguan dalam
masyarakat. Secara grafik, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah berpola seperti kurva mulus berslope positif
sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga yang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Sumber: Dumairiy, 1997. Gambar 8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan
Pendapat Rostow Musgrave dan Peacock Wiseman
Dalam Mangkoesoebroto 1994, Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan
oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari
pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase
pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap
PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi
tidak terjadi dalam jangka panjang.
2. Teori Mikro Pengeluaran Pemerintah
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan
barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran akan barang publik
menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut, selanjutnya akan
menimbulkan permintaan akan barang lain. Sebagai contoh, misalnya pemerintah menetapkan akan membuat sebuah pelabuhan udara baru.
Pelaksanaan pembuatan pelabuhan baru tersebut menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta seperti semen, baja, alat-
alat pengangkutan dan sebagainya Basri, 2005. Dalam Basri 2005, teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1 Penentuan Permintaan
Ui = f G, X Di mana:
G = Vektor dari barang publik X = Vektor dari barang swasta
i = Individu U = Fungsi utilitas
Seorang individu mempunyai permintaan akan barang publik dan swasta. Akan tetapi, permintaan efektif akan barang tersebut pemerintah dan swasta
tergantung pada kendala anggaran budget constraints. Misalkan seorang individu i membutuhkan barang publik K sebanyak Gik. Untuk
menghasilkan barang K sebanyak Gk, pemerintah harus mengatur sejumlah kegiatan. Misalnya pemerintah berusaha untuk meningkatkan penjagaan
keamanan. Dalam pelaksanaan usaha meningkatkan keamanan tersebut tidak mungkin bagi pemerintah untuk menghapuskan sama sekali angka kejahatan.
Karena itu, pemerintah dan masyarakat harus menetapkan suatu tingkat keamanan yang dapat ditolerir oleh masyarakat. Suatu tingkat keamanan
tertentu dapat dicapai dengan berbagai kombinasi aktivitas atau dengan menggunakan berbagai fungsi produksi Basri, 2005.
Dalam Mangkoesoebroto 1994 Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa faktor dibawah ini yaitu:
Perubahan permintaan akan barang publik. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang
publik dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Perubahan kualitas barang publik. Perubahan harga faktor produksi.
2.2 Penentuan Tingkat Output
Barang dan jasa publik yang disediakan oleh pemerintah ditentukan oleh politisi yang memilih jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Disamping itu,
para politisi juga menentukan jumlah pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat untuk membiayai barang dan jasa publik tersebut dalam
menentukan jumlah barang dan jasa yang akan disediakan. Para politisi memperhatikan selera atau keinginan masyarakat, agar masyarakat merasa
puas dan tetap memilih mereka dalam sebagai wakil masyarakat. Fungsi utilitas para politisi adalah sebagai berikut Basri, 2005:
Up = g X, G, S Di mana:
Up = Fungsi utilitas S = Keuntungan yang diperoleh politisi dalam bentuk materi atau kedudukan
G = Vektor barang publik X = Vektor barang swasta
B. Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam pengalokasian sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan
dan menciptakan stabilitas ekonomi guna stabilitas sosial politik. Peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena adanya keterbatasan dana
yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan. Selain itu juga karena semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah yang
pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat di daerah.
Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan kesiapan daerah untuk mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung
jawab.
Mamesah 1995 mengemukakan bahwa keuangan negara ialah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Kekayaan daerah ini sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak-pihak lain sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab
memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
Dana tersebut diperoleh melalui kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan pusat dan
daerah sebagai sumber pembiayaan. Oleh karena itu, keuangan daerah merupakan tolak ukur bagi penentuan kapasitas dalam menyelenggarakan tugas-tugas
otonomi, disamping tolak ukur lain seperti kemampuan sumber daya alam, kondisi demografi, potensi daerah, serta partisipasi masyarakat. Tujuan utama
pengelolaan keuangan daerah, yaitu 1 tanggung jawab, 2 memenuhi kewajiban keuangan, 3 kejujuran, 4 hasil guna, dan 5 pengendalian Binder,1984.