Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Dana Alokasi Umum (Dau) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara
SKRIPSI
FLYPAPER EFFECT PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAHAN
KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : PRAMELA AUGUSTINA SIAGIAN
NIM : 0 5 0 5 0 3 1 0 8 DEPARTEMEN : AKUNTANSI – S1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
“Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara”
adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi tingkat Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 02 Februari 2009
Yang Membuat Pernyataan
Pramela Augustina Siagian
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, membimbing dan memberikan kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Tanpa campur tanganMu tak mungkin penulis dapat melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.
Skripsi yang berjudul “Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Atas bimbingan dan petunjuk serta nasehat yang telah diterima selama penyusunan Skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor Nst, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(4)
3. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak. selaku penguji I dan Bapak Drs. Idhar
Yahya, MBA, Ak. selaku penguji II yang telah memberikan masukan yang bermanfaat kepada penulis. Ibu Dr. Erlina, M.Si, Ak selaku dosen metode penelitian yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh staf pengajar terima kasih atas ilmu yang telah diberikan, pegawai
Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Bang Oyong dan Kak Dame serta para pegawai PPAK, Bang Kartun dan Kak Vida.
6. Ayahanda tercinta L. Siagian dan Ibunda terkasih R. br Panjaitan yang
senantiasa memberikan dorongan serta doa selama menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Saudara saudariku yang aku cintai dan sayangi David Siagian / Vaceanty br. Panjaitan, Rebekka Siagian, SE, Ak. dan Yulius Siagian, S.Ds yang selalu ada untukku dan selalu menerima segala kekuranganku. Sepupuku, Abraham Siagian, terimakasih bantuannya ketika seminar proposal. Teristimewa untuk keponakanku, Kevin Alexander Jansihar Siagian yang tak bosan menemani hari-hariku di kala suka dan duka.
7. Sahabat-sahabat terbaikku, Rara Putri, Fitrah Maisarah, Nabila Syafrina,
Eka Pramudita, dan Martha Yurdila terima kasih atas segala kebersamaan, semangat dan inspirasi. Seluruh teman-teman yang penulis kasihi Herry Sukamto, Ningsih, Sammy, Ami Fadilla, Melina, Andre Sitepu, Kak
(5)
Monika Siagian, Kak Irene, Bang Eddy Sebayang yang selalu memberi semangat dan teman-teman AKSI 2005 lainnya. Untuk Teguh Mikha, terima kasih telah menjadi teman curhat yang sangat menyenangkan.
8. Pihak yang memberikan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
kepada penulis sejak penulis duduk di semester II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan Skripsi ini sehingga masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 02 Februari 2009
Penulis,
Pramela Augustina Siagian
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap belanja daerah. Variabel independen yang digunakan adalah PAD dan DAU sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah belanja daerah.
Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 13 kabupaten/ kota dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara untuk periode 2004-2006.
Penarikan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh
melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id). Data yang dianalisis dalam
penelitian ini diolah dari Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Metode statistik yang digunakan adalah statistik inferensial dengan
analisis regresi sederhana dan berganda menggunakan perangkat SPSS (Statistic
Product and Service Solution) versi 15.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, PAD maupun DAU berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil uji t menunjukkan PAD mempunyai koefisien regresi 0,180 dan nilai sig 0,001. Hasil uji t menunjukkan DAU mempunyai koefisien regresi 0,837 dengan nilai sig 0,000. Uji F menunjukkan bahwa kedua variabel independen yaitu PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah dengan nilai sig 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi flypaper effect, sesuai dengan syarat
bahwa nilai koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya signifikan. Untuk memprediksi kecenderungan peningkatan belanja daerah karena
adanya flypaper effect dilakukan regresi dengan lag satu tahun dan hasil yang ada
pada pengujian tersebut dibandingkan dengan pengujian tanpa lag. Setelah
dilakukan pengujian maka ada indikasi bahwa pengaruh DAU periode lalu
terhadap belanja daerah periode sekarang lebih besar daripada pengaruh DAU periode sekarang terhadap belanja daerah periode sekarang.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Daerah, Flypaper Effect.
(7)
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of local own revenue (PAD) and intergovernmental transfer (DAU) to region government expense. Independent variables which are used in this research are local own revenue (PAD) and intergovernmental transfer (DAU), and dependent variable is region government expense.
This research is committed with 13 regency/ city as a sample from 33 regency/ city at North Sumatera Province. This research is done for 2004-2006 period. The data are taken from the website Financial Department of the Republic
Indonesia (www.djpkpd.go.id). The data which is analyzed in this research are
collected through the region budget of Revenue and Expense (APBD). The analyzing method that is used is the inferensial statistic method with simple and
multiple regression and used SPSS (Statistic Product and Service Solution) 15.0
version.
The research result shows that partially, local own revenue (PAD) or intergovernmental transfer (DAU) have significant effect to region government expense. t test result shows that local own revenue (PAD) has regression coefficient 0,180 with sig value 0,001. t test result shows that intergovernmental transfer (DAU) has regression coefficient 0,837 with sig value 0,000. F test shows that both of the two independen variables simultaneously affect region government expense with sig value 0,000. It indicates that there have occurred flypaper effect. Flypaper effect is defined as region government expense that is greater than intergovernmental transfer (DAU). Result of test to examine whether or not flypaper effect that tend to increase amount of region government expense is significant.
Keywords : Local Own Revenue (PAD), Intergovernmental Transfer (DAU), Region Government Expense and Flypaper Effect
(8)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………... i
KATA PENGANTAR ……….…. ii
ABSTRAK ……….……... v
ABSTRACT ……….….... vi
DAFTAR ISI ………..….. vii
DAFTAR TABEL…. ………..…. xi
DAFTAR GAMBAR ………..……. xii
DAFTAR LAMPIRAN ………..…... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan………. 3
1. Perumusan Masalah………. 3
2. Batasan Permasalahan………. 4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………. 4
1. Tujuan Penelitian………. 4
2. Manfaat Penelitian………... 5
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………... 5
1. Kerangka Konseptual………. 5
(9)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis……… 8
1. Keuangan Daerah……… 8
a. Pengertian Keuangan Daerah……… 8
2. Penganggaran Daerah dan APBD……… 9
a. Pengertian dan Prinsip Anggaran……… 9
b. Pengertian APBD……… 11
c. Klasifikasi APBD……… 11
d. Konsep Pertanggungjawaban APBD……….... 12
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)……… 14
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah……… 14
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah……….……. . 15
4. Dana Alokasi Umum (DAU)………. 19
a. Pengertian Dana Alokasi Umum……… 19
b. Tujuan Dana Alokasi Umum……… 19
5. Belanja Daerah………. 20
a. Pengertian Belanja Daerah………. 20
b. Klasifikasi Belanja Daerah……… 21
6. Flypaper Effect………... 22
7. Pengaruh Flypaper Effect pada Prediksi Belanja Daerah.... 23
(10)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian …..……….. 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………...……... 31
C. Jenis dan Sumber Data..……….. 32
D. Teknik Pengumpulan Data ………. 33
E. Defenisi Operasional ……….. 33
F. Metode Analisis Data ………...………... 34
1. Uji Asumsi Klasik ………. 35
2. Pengujian Hipotesis ……….. 39
G. Jadwal Penelitian………. 42
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Secara Statistik ……….. 43
B. Uji Asumsi Klasik ………. 46
1. Uji Normalitas……….. 46
2. Uji Multikolinearitas ……… 48
3. Uji Heteroskedastisitas……… 49
4. Uji Autokorelasi………... 50
C. Pengujian Hipotesis………... 51
1. Analisis Koefisien Determinasi………... 52
2. Uji Simultan (F test)……….. 53
(11)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….. 60
B. Ketarbatasan Penelitian ………... 60
C. Saran ……….... 61
DAFTAR PUSTAKA……… 62 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 34
Tabel 3.1 Defenisi Operasional 35
Tabel 4.1 Daftar Kabupaten/Kota Sampel 38
Tabel 4.2 Descriptive Statistics 45
Tabel 4.3 Uji Normalitas (3) 48
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas 49
Coefficients(a)
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi 51
Model Summary(b)
Tabel 4.6 Model Summary 52
Tabel 4.7 ANOVA(b) 53
Tabel 4.8 Coefficients(a) 54
Tabel 4.9 Uji Statistik t 55
Tabel 4.10 Coefficients(a) 57
Tabel 4.11 Coefficients(a) 57
Tabel 4.12 Coefficients(a) 58
(13)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 6
Gambar 4. 1 Uji Normalitas (1) 46
Normal P-Plot of Regression Standard Residual
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) 47
Histogram
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Laporan APBD T.A. 2004 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 2 Laporan APBD T.A. 2005 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 3 Laporan APBD T.A. 2006 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 4 Data Dana Alokasi Umum (DAU) 2004-2006
Lampiran 5 Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2004-2006
Lampiran 6 Data Belanja Daerah 2004-2006
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan Indonesia tentang Otonomi Daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah (dalam Sidik et al,
2002).
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintahan Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan
(16)
semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintahan Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintahan Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintahan Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.
Pada praktiknya, transfer dari Pemerintahan Pusat merupakan sumber dana utama Pemerintahan Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemerintahan Daerah dilaporkan diperhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar pemerintahan dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik
minimum di seluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al, 2002).
Fenomena utama dalam penelitian ini adalah flypaper effect, yang
merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintahan daerah merespon
(belanja) lebih banyak/boros dengan menggunakan dana transfer (grants) yang
diproksikan dengan DAU daripada menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan dengan PAD.
Penelitian sebelumnya telah banyak yang mengangkat permasalahan transfer ini, di Amerika Serikat, persentase transfer dari seluruh pendapatan mencapai 50% untuk pemerintahan federal dan 60% untuk pemerintahan daerah (Fischer, 1996). Di Indonesia, pada masa sekarang ini, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, transfer yang dalam hal ini disamakan istilahnya dengan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.
(17)
Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Pemerintahan Daerah di Pulau Jawa dan Bali sebelumnya telah diteliti dan menghasilkan analisis bahwa ketika
digunakan dengan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja daerah justru lebih kuat
daripada PAD (Sukriy dan Halim, 2004). Hal ini berarti terjadi flypaper effect
dalam respon Pemerintahan Daerah terhadap DAU. Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan dimana penggunaan sampel Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali tidak sepenuhnya dapat dijadikan landasan untuk kasus di luar Jawa-Bali. Selain itu, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Jawa-Bali memiliki kemampuan keuangan berbeda dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di luar Jawa-Bali. Pulau Sumatera, khususnya Propinsi Sumatera Utara memiliki karakteristik ekonomi dan geografis yang berbeda dengan pulau Jawa.
Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, penulis ingin melakukan penelitian replikasi dengan mengambil sampel di luar Pulau Jawa-Bali. Penelitian replikasi ini akan mengambil sampel Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan 1. Perumusan Masalah
a. Apakah DAU dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Pemerintahan
Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara?
b. Apakah terjadi flypaper effect pada Belanja Pemerintahan Kabupaten/
(18)
c. Apakah flypaper effect cenderung menyebabkan peningkatan jumlah Belanja Daerah?
2. Batasan Permasalahan
a. Batasan aspek dalam penelitian ini adalah hanya terhadap Laporan APBD
saja, berkaitan dengan nilai realisasi DAU, PAD dibandingkan dengan Belanja Daerah.
b. Batasan Lokasi dalam penelitian ini adalah hanya pada 13 Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.
c. Batasan waktu penelitian ini adalah hanya meliputi tahun 2004-2006.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai :
a. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
b. Kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
c. Kecenderungan flypaper effect menyebabkan peningkatan jumlah belanja
daerah.
(19)
a. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dalam menulis karya ilmiah
dan memperdalam wawasan sehubungan dengan flypaper effect pada DAU
dan PAD terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
b. Kontribusi kebijakan, memberikan masukan baik bagi Pemerintahan Pusat
maupun daerah dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.
c. Kontribusi teori, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi
peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu DAU dan PAD, serta satu variabel dependen yaitu Belanja Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah (membiayai belanja daerah), Pemerintahan Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan Sumber Daya Alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintahan Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa PAD, pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa hubungan DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah
(20)
adalah berpengaruh positif baik sacara simultan maupun parsial. Flypaper effect
tidak disimbolkan dalam kerangka konseptual karena flypaper effect merupakan
sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak/ boros dengan menggunakan DAU daripada menggunakan PAD. Dari
fenomena flypaper effect, muncul kecenderungan peningkatan belanja daerah
bahwa penggunaan DAU tahun sebelumnya dapat dijadikan prediksi belanja daerah periode berikutnya. Kecenderungan peningkatan belanja daerah ini juga tidak disimbolkan dalam kerangka konseptual.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan keterangan diatas maka dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual sebagai berikut :
H1
H2
H3
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2
Belanja Daerah
(Y)
Dana Alokasi Umum (DAU)
X1
Gambar 1.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Sumber : Penulis, 2009
(21)
Menurut Sugoyono (2004:10) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : DAU dan PAD secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
H2 : DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
H3 : PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Untuk menentukan flypaper effect, tidak digunakan hipotesis, karena flypaper
effect merupakan sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak/ boros dengan menggunakan DAU daripada menggunakan PAD.
Untuk menentukan kecenderungan peningkatan belanja daerah karena adanya flypaper effect digunakan hipotesis. Hipotesis untuk menguji hubungan DAU sebagai prediksi belanja daerah periode berikutnya adalah :
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Keuangan Daerah
a. Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai : “Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ peraturan perundangan yang berlaku.”
Menurut Halim (2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari : “Keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk dalam kekayaan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).”
2. Penganggaran Daerah dan APBD a. Pengertian dan Prinsip Anggaran
Menurut Yuwono (2005 : 27) “anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi.”
(23)
Suatu anggaran harus terorganisasi secara rapi, jelas, rinci dan komprehensif. Proses penganggaran harus dilakukan secara jujur dan terbuka serta dilaporkan dalam suatu struktur yang mudah dipahami dan relevan dalam proses operasional dan pengendalian organisasi. Untuk menyusun suatu anggaran, organisasi harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan strategis tersebut, anggaran mendapatkan kerangka acuan strategis. Disini, anggaran menjadi bermakna sebagai alokasi sumber daya (keuangan) untuk mendanai berbagai program dan kegiatan.
Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan anggaran daerah adalah sebagai berikut :
1) transparansi, adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan
dan pelaksanaan anggaran daerah. Transparansi memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat ;
2) akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa
proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut, tetapi juga berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut ;
(24)
3) value for money, yakni diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran daerah yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti
bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut
menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik.
Dalam konteks otonomi daerah, value for money merupakan jembatan
untuk mengantarkan pemerintahan daerah mencapai good governance.
Value for money tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Untuk mendukung dilakukannya
pengelolaan dana publik (public money) yang mendasarkan konsep value
for money diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintahan daerah memiliki sistem akuntansi yang baik.
b. Pengertian APBD
Menurut Yuwono (2005 : 92), APBD didefinisikan sebagai “ suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
Dalam satu tahun anggaran, APBD meliputi :
1) hak pemerintahan daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
(25)
2) kewajiban pemerintahan daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih ;
3) penerimaan yang perlu dibayar kembali, dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
c. Klasifikasi APBD
Klasifikasi APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Adapun bentuk dan susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri 13/ 2006 pasal 22 ayat (1) terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.”
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. (Permendagri 13/ 2006)
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan APBD yang memakai format Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002, maka APBD yang berdasarkan format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan, belanja, dan pembiayaan.”
Pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
(26)
Belanja digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/ pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan yaitu : sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah : sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun sekarang. (Halim, 2004 : 18).
d. Konsep Pertanggungjawaban APBD
Pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban APBD yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Penjelasan mengenai konsep pertanggungjawaban
APBD memiliki hubungan dengan assymetry information theory dan commander
theory.
1) Assymetri Information Theory
Mohamad dkk. (2004) dalam Mulyana (2006 : 65) berpendapat bahwa assymetri information theory beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajemen.
Dalam hal ini pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara bertindak sebagai manajemen yang mempunyai tanggung jawab berkenaan
(27)
dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan APBD yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui informasi tersebut.
Pada kenyataannya, publikasi laporan APBD oleh pemerintahan daerah melalui surat kabar, internet atau dengan cara lain belum menjadi hal yang umum. Kebijakan penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.
2) Commander Theory
Commander theory mengungkapkan bahwa yang perlu dijadikan sebagai pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan adalah commandernya atau mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi atas resorsis yang efektif terhadap suatu perusahaan. Penekanan informasi menurut teori ini adalah pertanggungjawaban bagaimana mereka yang dipercayai mengelola kekayaan yang diamanahkan kepadanya.
Pada pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah bagian keempat tentang belanja daerah ayat 1 dinyatakan bahwa ,“kekayaan yang dimiliki daerah seharusnya digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.”
(28)
Pada kenyataan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan, kategori
pengeluaran kebutuhan non esensial atau kebutuhan luxury seperti taman dan
rekreasi, kebudayaan dan pelayanan pendidikan adalah lebih kuat daripada
kebutuhan esensial seperti keamanan (police), pelayanan dasar, kesehatan dan
proteksi terhadap kebakaran yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
3. Dana Alokasi Umum
a. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Halim (2004 : 141), Dana Alokasi Umum adalah “dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”
b. Tujuan Dana Alokasi Umum
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000, Mardiasmo
(2002 : 157) mengungkapkan bahwa “tujuan DAU adalah untuk horizontal equity
dan sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merta agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu yang menjadi
kepentingan daerah adalah kecukupan (sufficiency), terutama adalah untuk
menutup fiscal gap.”
Fiscal gap terjadi karena karakteristik daerah di Indonesia sangat beraneka ragam. Ada daerah yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah. Ada
(29)
juga daerah yang sebenarnya tidak memiliki kekayaan alam yang besar namun karena stuktur perekonomian mereka telah tertata dengan baik maka potensi pajak dapat dioptimalkan sehingga daerah tersebut menjadi kaya. Namun, banyak juga daerah yang secara alamiah maupun struktur ekonomi masih sangat tertinggal. Untuk itulah maka transfer dari Pemerintahan Pusat dalam bentuk DAU masih
diberikan untuk mengatasi kesenjangan antar daerah (fiscal gap).
4. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah “pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Disamping Dana Perimbangan yang berasal dari Pemerintahan Pusat, daerah juga dapat membiayai pelaksanaan pembangunan daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah. PAD inilah yang sebenarnya menjadi barometer utama suksesnya pelaksanaan otonomi daerah. Diharapkan dengan adanya otonomi, kemandirian daerah dapat diwujudkan yang dimanifestasikan lewat struktur PAD yang kuat.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Sebagaimana dinyatakan Halim (2004 : 67), PAD merupakan sumber murni daerah yang terdiri dari :
a. pajak daerah
(30)
c. hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
d. lain-lain PAD yang sah
Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim (2004 : 67) adalah sesuai dengan klasifikasi PAD berdasarkan Kepmendagri 29/ 2002.
Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan “pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”
Jenis pajak Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 antara lain :
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7) Pajak parkir
Retribusi Daerah
Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003 : 65) adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
(31)
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.”
Macam retribusi untuk kabupaten/ kota meliputi objek pendapatan sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari :
1) Pelayanan kesehatan
2) Pelayanan kebersihan dan persampahan
3) Penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil
4) Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Pelayanan parkir di tepi jalan umum
6) Pelayanan Pasar
7) Pelayanan air bersih
8) Pengujian kendaraan bermotor
9) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
10) Penggantian biaya cetak peta
11) Pengujian terhadap kapal perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
(32)
2) Pasar grosir atau pertokoan
3) Pelayanan terminal
4) Pelayanan tempat khusus parkir
5) Pelayanan tempat penitipan anak
6) Penginapan/pesanggrahan/ vila
7) Penyedotan kakus
8) Rumah potong hewan
9) Tempat pendaratan kapal
10) Tempat rekreasi dan olahraga
11) Penyeberangan di atas air
12) Pengelolaan air limbah
13) Penjualan usaha produksi daerah
c. Retribusi Perijinan Tertentu
1) Ijin penggunaan tanah
2) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
3) Ijin tempat penjualan minuman beralkohol
(33)
5) Ijin trayek
6) Ijin pengambilan hasil hutan
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Menurut Halim (2004 : 68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut “1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan bank, 3) bagian laba lembaga keuangan nonbank, 4) bagian laba atas penyertaan modal/ investasi.”
Lain-lain PAD yang sah
Menurut Halim (2004 : 69), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut “1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposito, 4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/ kehilangan kekayaan daerah.”
5. Belanja Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah
Menurut Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja daerah adalah “semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.”
Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa belanja daerah dilaksanakan untk mendanai urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, sedangkan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat didanai dari dan atas beban APBN.
(34)
b. Klasifikasi Belanja Daerah
Berdasarkan Kepmendagri 29/2002, belanja daerah terdiri dari : a. Belanja aparatur daerah, terdiri dari :
1) Belanja administrasi umum 2) Belanja operasi dan pemeliharaan 3) Belanja modal/ pembangunan b. Belanja pelayanan publik
1) Belanja administrasi umum 2) Belanja operasi dan pemeliharaan
3) Belanja modal
c. Bagi Hasil
d. Bantuan Keuangan
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/ 2006 terbagi atas :
a. belanja tidak langsung yaitu belanja yang anggarannya tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Contohnya adalah belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga ;
b. belanja langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan seperti belanja pegawai honorarium/ upah, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
6. Flypaper Effect
Istilah flypaper effect diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich,
dan Rubinfeld (1979) untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930)
(35)
flypaper effect dalam bahasa indonesia sehingga kata ini dituliskan sebagaimana
adanya tanpa diterjemahkan. Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih
luas bahwa transfer dari pemerintah pusat akan meningkatkan belanja pemerintahan daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998).
Dalam khasanah ekonomi, telaah mengenai flypaper effect dapat
dikelompokkan menjadi 2 aliran pemikiran, yaitu model birokratik (bureaucratic
model) dan ilusi fiskal (fiscalillusion model). Model birokratik menelaah flypaper effect dari sudut pandang birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran pemerintahan daerahnya. Aliran pemikiran birokratik diawali oleh Niskanen (1968). Dalam pandangannya, posisi birokrat lebih kuat dalam pengambilan keputusan publik. Ia mengasumsikan birokrat berperilaku memaksimisasi anggaran sebagai proksi kekuasaannya. Secara implisit, model
birokratik menegaskan flypaper effect sebagai akibat dari perilaku birokrat yang
lebih leluasa membelanjakan transfer daripada menaikkan pajak sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah. McGuire (1973) mengistilahkan hal ini sebagai
ketamakan politisi (a greedy politiciansmodel). Dengan demikian, flypaper effect
terjadi karena superioritas pengetahuan birokrat mengenai transfer. Informasi lebih yang dimiliki birokrat memungkinkannya memberikan pengeluaran yang berlebih.
(36)
Holtz-Eakin et al (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintahan Pusat dengan belanja Pemerintahan Daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan
Pemerintahan Daerah dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer
yang diterima, sehingga memungkinkan tejadinya respon yang non-linier dan
assymetric. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sukriy dan Halim (2004) bahwa daya prediksi DAU terhadap Belanja Daerah adalah lebih kuat pada regresi
dengan lag (DAU tahun 2001 terhadap Belanja Daerah 2002).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Abdullah dan Halim (2004) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah di Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 70 kabupaten dan 20 kota di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bali. Data yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah data cross section yakni data tahun 2001 dan 2002 dari
laporan APBD Pemda yang diperoleh dari situs Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan
Halim (2004) ini adalah regresi sederhana (simple regression) dan regresi
berganda (multiple regression). Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh
jumlah DAU, pajak daerah dan PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja. Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak mempengaruhi belanja daerah. Hasil penelitian Abdullah dan Halim (2003) menunjukkan bahwa
(37)
secara terpisah dan atau secara bersama-sama DAU dan PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.
Haryo Kuncoro (2007) melakukan penelitian dengan mengangkat judul
Fenomena Flypaper effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan
Kabupaten Di Indonesia. Studi ini berbeda dengan studi-studi sebelumnya setidaknya dalam tiga hal. Pertama, studi ini mengklarifikasi keterkaitan langsung antara penerimaan transfer dengan upaya pemerintah daerah dalam menggali PAD. Hal ini ditujukan agar transfer mampu menciptakan kinerja fiskal yang lebih baik dalam mengurangi ketidakseimbangan fiskal secara vertikal. Kedua, dari sisi belanja adalah dengan mengamati sensitivitas belanja pemerintahan daerah dalam merespon perolehan transfer. Hal ini merupakan prasyarat penting yang harus dikaji agar transfer yang didistribusikan mampu mengurangi ketidakseimbangan fiskal secara horizontal. Ketiga, kedua aspek tersebut di atas dirangkum ke dalam satu kerangka kerja dengan memperhatikan eksternalitas
fiskal (budget spillover), baik sisi penerimaan dan belanja, yang muncul secara
timbal balik antardaerah. Data utama yang dikumpulkan meliputi pos-pos PAD, transfer antar pemerintah, Pengeluaran Rutin (Belanja Operasional), dan Pengeluaran Pembangunan (Belanja Modal) pemerintah daerah, serta PDRB. Di samping itu, penelitian ini memerlukan pula data pendukung lainnya seperti tingkat luas wilayah, tingkat harga (inflasi), dan jumlah penduduk di tiap kota dan kabupaten. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari BPS
dan DitjenPKPD Departemen Keuangan. Data yang diteliti merupakan data
(38)
mencakup periode tahun 1988 hingga 2003. Cakupan spasial studi adalah kota dan kabupaten. Atas dasar pertimbangan ini terkumpul 280 kota dan kabupaten. Sampel ini mencapai 75 persen atas jumlah populasi pada tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi transfer dari pemerintahan pusat diikuti dengan pertumbuhan belanja pemerintahan daerah yang lebih tinggi. Gejala ini memperlihatkan bahwa birokrat pemerintahan daerah bertindak sangat reaktif terhadap transfer yang diterima dari pusat. Ada indikasi peningkatan belanja yang tinggi tersebut disebabkan karena inefisiensi belanja pemerintahan daerah terutama belanja operasional.
Monika Siagian (2008) melakukan penelitian untuk meguji Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Data dalam penelitian Monika Siagian diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id). Adapun periode waktu
yang digunakan terdiri dari data time series mulai tahun 2004 hingga 2006 yang
dikombinasikan dengan data cross section pada 8 kabupaten dan 4 kota di
Propinsi Sumatera Utara yang dipilih sebagai daerah sampel. Pengolahan data adalah dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, uji F dan uji t. Hasil analisis yang dilakukan Monika Siagian menunjukkan bahwa DAU, PAD dan Pendapatan Lain-lain Yang Dianggap Sah secara simultan dan parsial
(39)
Tabel 2.
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU No Peneliti
(Tahun Penelitian)
Judul Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Sukriy Abdullah dan Abdul Halim (2004)
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali
Variabel Independen : DAU dan PAD Variabel dependen : Belanja Pemerintahan Daerah
Analisis regresi sederhana (simple regression) dan regresi berganda (multiple regression)
Hasil penelitian Sukriy dan Abdul Halim
menunjukkan bahwa bahwa ketika tidak digunakan tanpa
lag, pengaruh
PAD terhadap Belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja daerah justru lebih kuat dari pada PAD
2. Haryo Kuncoro (2007)
Fenomena Flypaper effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah
Variabel Independen : DAU dan PAD Variabel
Analisis ekonometrika spasial melalui pendekatan
Alokasi transfer diikuti dengan pertumbuhan belanja yang lebih tinggi. Gejala ini
(40)
Daerah Kota dan Kabupaten Di Indonesia
dependen : Belanja Pemerintahan Daerah
sistem persamaan simultan.
memperlihatkan bahwa birokrat pemerintahan daerah bertindak sangat reaktif terhadap transfer yang diterima dari pusat. Ada
indikasi peningkatan belanja yang tinggi tersebut disebabkan karena inefisiensi belanja pemerintahan daerah terutama belanja
operasional. 3. Monika
Siagian (2008)
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah :
Variabel Independen : DAU, PAD dan
Pendapatan Lain-lain yang
dianggap sah
Variabel dependen :
Setelah dilakukan
pengujian hipotesis dapat diambil
kesimpulan bahwa secara parsial DAU, PAD dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah mempunyai pengaruh
(41)
Studi Kasus Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Belanja Pemerintahan Daerah
terhadap belanja daerah.
DAU, PAD dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah secara
simultan
(bersama-sama) mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. “Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel X dengan variabel Y dimana variabel dependen ( sebut: variabel Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu (sebut: variabel X), maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y.” ( Indriantoro dan Supomo, 2002 : 90)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu” (Erlina dan Mulyani, 2007 : 73).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, dalam hal ini seluruh Kabupaten/Kota yang telah membuat dan mempublikasikan laporan APBDnya. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 Kabupaten dan 8 Kota.
“Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi” (Erlina dan Mulyani, 2007 : 74). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara
purposive sampling yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” (Arikunto, 1990 : 128). Sampel tersebut adalah data dari 13 Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
(43)
1. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan APBD dalam situs Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id).
2. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan APBDnya selama periode 2004-2006.
3. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera yang laporan APBDnya telah
memakai format Kepmendagri 29/ 2002.
C. Jenis dan Sumber Data
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. “Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.” (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 147). Data yang diperoleh adalah kombinasi
antara data time series dan data cross section. Data time series adalah data yang
secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu. (Kuncoro, Mudrajat 2003 : 125).
Data diperoleh dari laporan APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara tersebut, yakni data PAD, DAU dan total Belanja Daerah yang diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
(44)
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah
dibutuhkan pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dan telah menjadi dokumentasi. Data penelitian diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet yang diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah
(www.djpkpd.go.id).
E. Defenisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan dijelaskan melalui tabel berikut :
Tabel 3.
TABEL DEFENISI OPERASIONAL Jenis
Variabel
Nama Variabel
Defenisi
Independen DAU DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
(45)
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Independen PAD PAD adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dependen Belanja
Daerah
Belanja Daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggungjawab kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS
15 for windows. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 103), ”uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal.”
(46)
Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.”
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2005 : 110), yaitu :
1) Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2) Analisis statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
(47)
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari :
a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
b). Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (1). Koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak dapat ditaksir. (2). Nilai standar error setiap koefisien regresi
menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas diantara variabel independent. Disamping itu, suatu
(48)
model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2005 :92).
Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu :
a). Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independent A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.
b). Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. (Ghozali, 2005 : 105).
Menurut Ghozali (2005 : 105), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas :
Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisis :
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdatisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas. Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 172), “untuk mengetahui adanya masalah heteroskesdatisitas ini kita bisa menggunakan korelasi jenjang Spearman, tes Park, tes Goldfeld-Quandt, tes BPG, tes White atau tes
(49)
Glejser.” Bila menggunakan korelasi jenjang Spearman, maka kita harus menghitung nilai korelasi untuk setiap variabel independen terhadap nilai residu, baru kemudian dicari tingkat signifikansinya. Park dan Glejser test memiliki dasar test yang sama yaitu meregresikan kembali nilai residu ke variabel independen.
Menurut Hadi (2006 : 174), salah satu cara untuk mengurangi masalah heteroskesdatisitas adalah “menurunkan besarnya rentang (range) data. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan rentang data adalah melakukan transformasi (manipulasi) logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan bila semua data bertanda positif.”
d. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data
runtut waktu (timeseries). “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya
merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi.”(Hadi, 2006 : 175).
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson.
Ketentuan :
(50)
d < dl Terdapat autokorelasi positif
d > 4-dl Terdapat autokorelasi negatif
dl < d < du Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
4-du < d < 4-dl Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
(Hadi, 2006 : 176)
“Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi (bila ada) adalah dengan cara menambahkan satu variabel baru, yaitu variable lag -1.” (Hadi, 2006 : 176).
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F statistik)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test (ANOVA
test). Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel independen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05. (Ghozali, 2005 : 84).
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : DAU dan PAD secara bersama berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana :
(51)
Y = Total Belanja Daerah
a = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
X1 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X2 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
e = Tingkat kesalahan pengganggu
b. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya masing-masing variabel
dependen dengan menggunakan t-test yaitu pengujian yang dilakukan untuk
melihat ada tidaknya pengaruh secara signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.. Variabel independen dikatakan memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen apabila variabel tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
H3 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
c. Menentukan Flypaper Effect
Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, maka efek DAU
terhadap BD dibandingkan dengan efek PAD terhadap BD (pada hipotesis 2 dan
3). Syarat terjadinya flypaper adalah (1) apabila efek (nilai koefisien) DAU
(52)
signifikan, atau (2) PAD tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper effect.
Untuk menentukan kecenderungan peningkatan belanja daerah karena
adanya flypaper effect dilakukan regresi dengan lag satu tahun, yakni antara DAU
tahun lalu dengan Belanja Daerah tahun ini. Hasil yang ada pada pengujian
tersebut akan dibandingkan dengan pengujian tanpa lag yaitu DAU tahun ini
dengan Belanja daerah tahun ini.
G. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian direncanakan sebagai berikut :
Tahapan Penelitian Sep Okt Nov Des Jan Feb
Penyelesaian Proposal Pencarian data awal Pengajuan proposal
Penyerahan proposal kepada dosen pembimbing
Bimbingan dan perbaikan proposal
Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan data Analisis data
Bimbingan Skripsi
(53)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Secara Statistik
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/ kota yang telah ditentukan sebagai sampel. Adapun kabupaten/ kota yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh penulis pada
halaman ??? adalah sebanyak 13 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/
kota yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Kabupaten/ Kota Sampel KRITERIA NO NAMA KABUPATEN/ KOTA
1 2 3
SAMPEL
1. Kabupaten Asahan √ x X -
2. Kabupaten Batubara x x x -
3. Kabupaten Dairi √ x √ -
4. Kabupaten Deli Serdang √ √ √ Sampel 1
5. Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ √ Sampel 2
6. Kabupaten Tanah Karo √ √ √ Sampel 3
7. Kabupaten Labuhanbatu √ √ √ Sampel 4
8. Kabupaten Labuhanbatu Selatan x x x -
9. Kabupaten Labuhanbatu Utara x x x -
10. Kabupaten Langkat √ √ √ Sampel 5
11. Kabupaten Mandailing Natal √ √ √ Sampel 6
12. Kabupaten Nias √ x √ -
13. Kabupaten Nias barat x x x -
14. Kabupaten Nias Selatan √ x x -
15. Kabupaten Nias Utara x x x -
16. Kabupaten Padang Lawas x x x -
17. Kabupaten Padang Lawas Utara x x x -
18. Kabupaten Pakpak Barat √ x √ -
(54)
20. Kabupaten Serdang Bedagai √ x √ -
21. Kabupaten Simalungun √ √ √ Sampel 7
22. Kabupaten Tapanuli Selatan √ x √ -
23. Kabupaten Tapanuli Tengah √ x √ -
24. Kabupaten Tapanuli Utara √ √ √ Sampel 8
25. Kabupaten Toba Samosir √ √ √ Sampel 9
26. Kota Binjai √ √ √ Sampel 10
27. Kota Gunung Sitoli x x x -
28. Kota Medan √ x √ -
29. Kota Padang Sidempuan √ x √ -
30. Kota Pematang Siantar √ x √ -
31. Kota Sibolga √ √ √ Sampel 11
32. Kota Tanjung Balai √ √ √ Sampel 12
29. Kota Tebing Tinggi √ √ √ Sampel 13
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki, 2009
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka deskripsi statistik dari data penelitian dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini.
Tabel 4. Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum DAU 39 233361.7436 136317.67450 71368,00 637495,00 PAD 39 14916.7190 13328.82821 3087,31 62104,60 BD 39 312416.1413 177829.39166 91795,02 831734,83 Catatan : Angka-angka tersebut dinyatakan dalam jutaan rupiah (Rp 000000). Misalnya DAU teringgi adalah Rp 637495000000
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa (dalam jutaan rupiah) :
1. Rata-rata dari DAU (X1) adalah 233361,7436 dengan standar deviasi
sebesar 136317,67450 dan jumlah data yang ada sebanyak 39. Nilai DAU (X1) terendah adalah 71368 dan nilai DAU (X1) tertinggi adalah 637495
2. Rata-rata dari PAD (X2) adalah 14916,7190 dengan standar deviasi
(55)
(X2) terendah adalah 3087,31 dan nilai PAD (X2) tertinggi adalah 62104,60
3. Rata-rata dari belanja daerah (Y) adalah 312416,1413 dengan standar
deviasi sebesar 177829,39166 dan jumlah data yang ada sebanyak 39. Nilai belanja daerah (Y) terendah adalah 91795,02 dan nilai belanja daerah (Y) tertinggi adalah 831734,83
B. Uji Asumsi Klasik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis regresi sehingga terhadap data penelitian terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Pengujian normalitas ini dilakukan
dengan menggunakan analisis normal probabilty plot, grafik histogram serta
Kolmogorov-Smirnov Test dengan hasil sebagai berikut :
Gambar 4. Uji Normalitas (1)
(56)
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Expec
ted Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari grafik normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa sebaran
data yang digunakan dalam penelitian ini membentuk titik-titik yang letaknya menyebar di sekitar garis normal. Begitu juga dari grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik tidak menceng ke kanan atau ke kiri maka dinyatakan berdistribusi normal.
Gambar 4. Uji Normalitas (2)
(57)
Regression Standardized Residual 2 0
-2 -4
Frequen
cy
20
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: BD
Mean =6.85E-16 Std. Dev. =0.973
N =39
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Tabel 4. Uji Normalitas (3) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 39
Mean .0000000
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 32487.1717952 5
Absolute .206
Positive .134
Most Extreme Differences
Negative -.206
Kolmogorov-Smirnov Z 1.286
(58)
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Berdasarkan hasil pengujian kolmogorov-smirnov maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Jika signifikansi nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 21599.853 10835.099 1.994 .054
DAU 1.092 .062 .837 17.513 .000 .405 2.466
1
PAD 2.405 .638 .180 3.770 .001 .405 2.466
a Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance tidak ada yang kurang
dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factors (VIF) tidak ada yang lebih besar
dari 10, mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel independen dalam penelitian.
(59)
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Penulis menggunakan scatter plot untuk melakukan pengujian ini dengan
hasil sebagai berikut :
Gambar 4. Uji Heteroskedastisitas
Regression Standardized Predicted Value
4 3
2 1
0 -1
-2
Re
gression
St
udenti
z
ed Re
sidua
l
2
0
-2
-4
Scatterplot
Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
(60)
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Penulis menggunakanperhitungan statistik untuk uji ini yaitu dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .983(a) .967 .965 33377.39612 1.729
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai dw sebesar 1,729. Nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan jumlah observasi 39 (n = 39) dan variabel independen (k) sebanyak 2, maka dari tabel statistik Durbin-Watson didapatkan nilai dl sebesar 1,382 dan nilai du sebesar 1,597. Nilai dw berada diantara du dan 4-du (1,597 < 1,729 < 2,403) berarti tidak terjadi autokorelasi.
B. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis.
(61)
1. Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 4. Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .983(a) .967 .965 33377.39612
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0.983 (98,3%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel DAU dan PAD mempunyai hubungan yang sangat erat dengan variabel Belanja Daerah. Dasar untuk mengatakan hubungan yang erat adalah apabila nilai R diatas 50%.
Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2 untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai R2 sebesar 0,967 mempunyai
(62)
Daerah sebesar 96,7% sedangkan sisanya sebesar 3,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
2. Uji Simultan (F Test)
Untuk mengetahui apakah DAU dan PAD secara bersama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah, dilakukan uji statistik F. Hasil uji statistik F dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 116157929
5922.099 2
58078964796
1.050 521.331 .000(a) Residual 401058205
87.655 36
1114050571.8
79
1
Total 120168511
6509.754 38
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari tabel 4.? di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 521,331 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (< 0,05). Signifikansi F sebesar 0,000 menunjukkan tingkat kesalahan model yang diajukan. Nilai ini menunjukkan tingkat kesalahan yang akan ditanggung sebagai peneliti bila menolak hipotesa nul. Dengan demikian, maka tingkat kesalahan yang akan ditanggung kalau peneliti mengatakan bahwa X1 dan X2 mampu menjelaskan Y adalah 0,000. Tingkat kesalahan ini sangat jauh di bawah nilai yang sudah ditetapkan diawal yaitu 5 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa DAU (X1), PAD (X2), secara bersama berpengaruh terhadap belanja daerah.
(63)
a. Hasil Model Estimasi
Tabel 4. Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 21599.853 10835.099 1.994 .054
DAU 1.092 .062 .837 17.513 .000
PAD 2.405 .638 .180 3.770 .001
a Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi fungsi adalah (dalam jutaan rupiah) :
Y = 21599,853 + 1,092X1 + 2,405X2 Keterangan :
Y = Belanja Daerah
X1 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X2 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 1,092, artinya apabila terjadi perubahan variabel DAU sebesar 1% akan menaikkan belanja daerah sebesar 1,092 atau 109,2%
PAD memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 2,405, artinya apabila terjadi perubahan variabel PAD sebesar 1% akan menaikkan belanja daerah sebesar 2,405 atau 240,5 %.
(64)
Uji parsial (t-test) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Ringkasan hasil uji t untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Statistik t
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 21599.853 10835.099 1.994 .054
DAU 1.092 .062 .837 17.513 .000 .405 2.466
1
PAD 2.405 .638 .180 3.770 .001 .405 2.466
a Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Uji t dilihat dari tingkat signifikansi masing-masing variabel. Jika nilai sig dibawah 0,05, maka masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, terlihat bahwa variabel DAU memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut membuktikan bahwa DAU secara individual mempengaruhi belanja daerah.
Untuk variabel kedua yaitu PAD memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001. Hasil tersebut membuktikan bahwa PAD secara individual mempengaruhi belanja daerah.
Dengan mendasar pada hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan adanya pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah dapat diterima dan hipotesis ketiga yang menyatakan adanya pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah juga diterima.
(65)
Untuk menunjukkan kemungkinan terjadi atau tidaknya flypaper effect, maka hasil yang diperoleh dari uji simultan haruslah menunjukkan syarat :
1. Nilai koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien PAD dan
keduanya signifikan, atau ;
2. Nilai koefisien PAD lebih besar dari nilai koefisien DAU namun PAD
tidak signifikan.
Hasil yang didapat adalah nilai koefisien DAU sebesar 0,837 lebih besar dari nilai koefisien PAD sebesar 0,180 dan keduanya signifikan dengan nilai sig. sebesar 0,000 untuk DAU dan 0,001 untuk PAD. Hal ini berarti telah terjadi flypaper effect karena sesuai dengan syarat pertama.
Untuk memprediksi kecenderungan peningkatan belanja daerah karena
adanya flypaper effect dilakukan regresi dengan lag satu tahun dan hasil yang ada
pada pengujian tersebut dibandingkan dengan pengujian tanpa lag yakni antara :
1. DAU 2004 dan PAD 2004 terhadap belanja daerah 2005 dibandingkan
dengan DAU 2004 dan PAD 2004 terhadap belanja daerah 2004.
Tabel 4. Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 14404.802 16237.173 .887 .396
DAU2004 1.481 .232 1.138 6.383 .000
1
PAD2004 -2.378 2.684 -.158 -.886 .396
a Dependent Variable: BD2005
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Tabel 4. Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
(66)
B Std. Error Beta
1 (Constant) 43181.550 28443.386 1.518 .160
DAU2004 1.285 .407 1.118 3.162 .010
PAD2004 -2.369 4.702 -.178 -.504 .625
a Dependent Variable: BD2004
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Hasil yang didapat adalah ketika digunakan dengan lag, nilai koefisien
DAU sebesar 1,481 adalah lebih besar dari DAU tanpa lag yaitu sebesar
1,285 demikian pula dengan koefisien PAD dengan lag sebesar -2,378
adalah lebih besar dari PAD tanpa lag sebesar -2,369. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pengaruh DAUt-1 (2004) terhadap BDt (2005)
lebih besar daripada pengaruh DAUt (2004) terhadap BDt (2004), yang
berarti hipotesis keempat diterima.
2. DAU 2005 dan PAD 2005 terhadap belanja daerah 2006 dibandingkan
dengan DAU 2005 dan PAD 2005 terhadap belanja daerah 2005.
Tabel 4. Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 29669.837 38203.513 .777 .455
DAU2005 1.735 .263 .738 6.588 .000
1
PAD2005 4.143 1.613 .288 2.568 .028
a Dependent Variable: BD2006
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Tabel 4. Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 17310.721 18918.985 .915 .382
1
(1)
Lampiran
8
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 21599.853 10835.099 1.994 .054
DAU 1.092 .062 .837 17.513 .000 .405 2.466
1
PAD 2.405 .638 .180 3.770 .001 .405 2.466
a Dependent Variable: BD
(2)
Lampiran
9
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Regression Standardized Predicted Value
4 3
2 1
0 -1
-2
Re
gression
St
udenti
z
ed Re
sidua
l
2
0
-2
-4
Scatterplot
(3)
Lampiran
10
HASIL UJI AUTOKORELASI
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .983(a) .967 .965 33377.39612 1.729
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
(4)
Lampiran
11
HASIL UJI HIPOTESIS
1.
Analisis
Koefisien
Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .983(a) .967 .965 33377.39612
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
2.
Uji
Simultan
(F
test
)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 116157929
5922.099 2
58078964796
1.050 521.331 .000(a)
Residual 401058205
87.655 36
1114050571.8
79
1
Total 120168511
6509.754 38
a Predictors: (Constant), PAD, DAU b Dependent Variable: BD
3.
Uji
Parsial
(t
test
)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 21599.853 10835.099 1.994 .054
(5)
4.
Pengaruh
DAU
t 1
terhadap
BD
t
lebih
besar
daripada
pengaruh
DAU
t
terhadap
BD
t
a.
DAUt
(Belanja
Daerah
2004)
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Sig.
B Std. Error Beta
t
1 (Constant) 43181.550 28443.386 1.518 .160
DAU2004 1.285 .407 1.118 3.162 .010
PAD2004 -2.369 4.702 -.178 -.504 .625
a Dependent Variable: BD2004
b.
DAU
t 1
(Belanja
Daerah
2005)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 14404.802 16237.173 .887 .396
DAU2004 1.481 .232 1.138 6.383 .000
1
PAD2004 -2.378 2.684 -.158 -.886 .396
a Dependent Variable: BD2005
c.
DAUt
(Belanja
Daerah
2005)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 17310.721 18918.985 .915 .382
DAU2005 1.104 .130 .755 8.467 .000
1
PAD2005 2.513 .799 .280 3.146 .010
(6)
d.
DAU
t 1
(Belanja
Daerah
2006)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
(Constant) 29669.837 38203.513 .777 .455
DAU2005 1.735 .263 .738 6.588 .000
1
PAD2005 4.143 1.613 .288 2.568 .028