bahasa indonesia yang baik dan benar

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang kompleks sebagai penghubung kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita yang digunakan sehari-hari. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar erat kaitannya dengan pemilihan kata-kata yang tepat dan di dalamnya terkandung maksud dan tujuan yang ingin disampaikan serta mengikuti kaidah berbahasa yang baik dan benar.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis (sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika, adalah hubungan antara suatu kalimat (atau proposisi) dan kalimat lain (proposisi) sewaktu kalimat yang terakhir "mengikuti" kalimat sebelumnya. Sebagai contoh, "Kermit berwarna hijau" adalah konsekuensi logis dari "Semua katak berwarna hijau" dan "Kermit adalah seekor katak").terkait dengan pemakaianya sesuai dengan situasi dan kondisi . Pada kondisi tertentu ,yaitu pada situasi formal pengguanaan bahasa Indonesia yang benar menjadi pioritas uutama. Penggunaan bahasa seperti ini sering

menggunakan bahasa baku .Kendala yang harus di hindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi ,integrasi ,campur kode,alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi.Hal ini

mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Bahasa Indonesia baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun dalam penerapan masih banyak orang yang jauh dari berbahasa indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari.

Kita sering mendengar ungkapan berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Selain itu juga anjuran pakailah bahasa indonesia yang baik dan benar. Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa secara resmi juga menghimbau agar kita berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Akan tetapi apakah kita telah mengetahui atau memahami apa yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.


(2)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Dalam kegiatan "Pintu Terbuka Tahun 1984", yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, muncul sebuah pertanyaan dari seorang pengunjung, "Apa dan

bagaimanakah wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?".

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, terdiri dari kata baik dan benar yang ke dua-nya memiliki arti.

Bahasa yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu

memperhatikan norma bahasa.

Penggunaan bahasa yang baik (sesuai aspek komunikatif) harus sesuai dengan sasaran kepada siapa bahasa tersebut di sampaikan. Hal ini harus disesuaikan dengan unsur umur, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita. Dengan kata lain, bahasa yang kita gunakan sesuai dengan lawan bicara, sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman ketika berkomunikasi.

Bahasa yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku.


(3)

Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi:

1.kaidah ejaan,

2.kaidah pembentukan kata, 3.kaidah penyusunan kalimat, 4.kaidah penyusunan paragraf,

Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR.

Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus berpakaian rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang "nyentrik" itu tidak menggunakan pakian rapi.


(4)

B.

KAIDAH BAHASA INDONESIA

Salah satu wujud pembinaan dan pengembangan sikap positif adalah menerapkan kaidah bahasa indonesia pada penulisan karya ilmiah. Kaidah ini meliputi tata tulis (ejaan), tata pembentukan kata, tata penulisan kalimat efektif, dan tata penulisan paragraph.

1. Tata Tulis (Ejaan)

Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) telah diberlakukan sejak tahun 1972 berdasarkan Kepres No. 57 Tahun 1972. Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.

 Penulisan huruf

Penulisan huruf terdiri atas dua macam, yaitu penulisan huruf miring dan huruf

kapital.

Huruf miring digunakan untuk

1. Menuliskan judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang terdapat dalam

teks

2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di dalam suatu teks

3. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah asing/daerah

Penggunaan huruf capital

ada dua macam, yaitu capital seluruhnya dan capital pada awal kata saja. Huruf kapital seluruhnya digunakan untuk menuliskan


(5)

2. Judul-judul bab

3. Judul kata pengantar

4. Judul daftar isi, dan 5. judul daftar pustaka.

Sementara itu, huruf Kapital pada awal kata digunakan sebagai huruf pertama

1. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, kitab suci,

termasuk kata ganti untuk Tuhan

2. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang

3. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat

4. Nama bangsa, suku bangsa, bahasa dan geografi

5. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah

6. Unsur nama orang, Negara, lemabaga organisasi, dokumen resmi, dll

 Penulisan Kata

Penulisan kata dibedakan atas kata tunggal dan gabungan kata. Penulisan kata tunggal tidak ada masalah karena kata-kata seperti itu ditulis terpisah dari unsur yang lain, baik unsur yang terdapat di depan maupun di belakangnya.

Berbeda dengan gabungan kata yang unsur-unsurnya berupa unsur bebas atau yang dapat berdiri sendiri sebagai kata yang ditulis terpisah, jika tidak berimbuhan atau hanya berimbuhan awalan/akhiran, tetapi adapula yang ditulis serangkai, yaitu jika mendapat imbuhan

 Penggunaan Tanda Baca

Tanda Baca merupakan unsur yang sangat penting dalam penggunaan bahasa tulis, lebih-lebih dalam tulisan resmi seperti pada penulisan karya ilmiah. Pada kesempatan


(6)

ini disajikan tiga tanda baca yang dianggap produktif, yaitu tanda titik, tanda koma, dan tanda hubung.

a. Tanda titik digunakan untuk

1. Mengakhiri kalimat

2. Memisahkan angka jam, menit, dan detik

3. Memisahkan nama penulis, tahun penerbitan, dan judul buku dalam penulisan daftar

pustaka

b. Tanda koma digunakan untuk

1. Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian

2. Memisahkan kalimat setara yang ditandai dengan kata penghubung tetapi,

melainkan, dan sedangkan. dll.

c. Adapun tanda penghubung digunakan untuk menghubungkan ke dengan angka

Arab atau angka biasa dan merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, angka dengan –an dan singkatan dengan imbuhan.

2. Tata Pembentukan Kata

Dalam penulisan karya ilmiah, penulis perlu memahami bentuk-bentuk kata yang benar dalam Bahasa Indonesia, yaitu yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Hal ini dikarenakan bentuk-bentuk kata yang benar atau baku itulah yang harus di gunakan dalam penulisan karya ilmiah.


(7)

Pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengimbuhan, pengulangan, serta penggabungan kata dasar, atau penggabungan unsur terikat dan kata dasar.Contoh:

3. Tata Pilihan Kata

Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam penulisan karya ilmiah karena pilihan kata yang digunakan akan menentukan kejelasan informasi yang disampaikan. Jika pilihan kata yang tidak tepat, hal itu selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya kejelasan informasi, juga dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap informasi yang disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih kata secara tepat, kita perlu memahami criteria pemilihan kata bahasa indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

1. Ketepatan

Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca.

2. Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

3. Keserasian

Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemaikaiannya.


(8)

Paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan gagasan. Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai paragraf yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Adanya satu kesatuan gagasan

2. Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya mengandung satu gagasan utama. Yang diikuti beberapa gagasan pengembang atau penjelas.

2. Adanya kepaduan hubungan antarkalimat

Sebuah paragraf harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin didalamnya untuk mendukung satu kesatuan gagasan.

3. Adanya ketuntasan informasi

Sebuah paragraf yang baik juga harus dapat mengungkapkan gagasan atau informasi secara tuntas. Artinya, paragraf itu harus dapat menyajikan informasi secara lengkap sehingga pembaca tidak dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutan informasi yang disampaikan.

4. Adanya konsistensi sudut pandang

Sudut pandang atau cara penulis menempatkan diri di dalam tulisannya harus konsisten, termasuk dalam pelibatan pembaca. Kalau ia mewakili dirinya dengan menggunakan kata penulis, pemeriksa, atau peneliti,kata itu hendaknya tetap digunakan secara konsisten sampai dengan akhir tulisannya.

5. Adanya keruntutan penyajian

Informasi di dalam paragraf hendaknya disajikan secara runtut dalam pola urutan yang mudah diikuti pembaca.


(9)

C.

CIRI – CIRI RAGAM BAHASA BAKU DALAM PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasaran dan mengikuti kaidah yang ditetapkan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memiliki beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Misalnya, pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama.

Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku.

Contoh :” Kami sedang menyaksikan pertandingan itu.”, bukan “Pertandingan itu kami sedang saksikan.”

2. Penggunaan kata-kata baku.

Contoh : “Seru sekali” dan bukan “Seru banget”, “Tampan” bukan “Ganteng”.

3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis (EyD / Ejaan yang Disempurnakan). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, tetapi secara umum lafal baku dapat diartikan sebagai lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat ataupun bahasa daerah. Misalnya: habis, bukan abis ; atap, bukan atep.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi secar efektif : pesan dari pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca sesuai maksud yang ingin disampaikan.

Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain adalah yang disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak sesuai dan tidak baik.


(10)

Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan? Apa yang kamu lakukan saat liburan kemarin?

Contoh ketika dalam dialog seorang dosen dengan mahasiswa

Dosen : Rio, Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan kemarin? Rio : Sudah Pak, nanti akan saya kirim melalui email.

Kata-kata diatas adalah kata yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan sosial.

Contoh lain dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar - menawar dengan tukang sayur atau tukang ojek kita memakai bahasa baku.

(1) Berapakah Ibu mau menjual kentang ini?

(2) Apakah Bang ojek bersedia mengantar saya ke Stasiun Gambir dan berapa ongkosnya? Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.

(3) Berapa nih, Bu, kentangnya? (4) Ke Stasiun Gambir, Bang. Berapa?

D.

FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT KOMUSIKASI

Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”,


(11)

“Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran.

Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.

Bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respon pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.

Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.


(12)

BAB III

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang tidak menyinggung lawan bicara, dan tiap katanya adalah bagian dari kata-kata dalam kamus besar bahasa Indonesia

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu perlu dilestarikan olah penduduk indonesia itu sendiri, dan penggunaan bahasa Indonesia itu pun harus sesuai dengan situasi, tempat, dan keadaan ketika kita berkomunikasi, dan pemilihan kata yang tepat ketika berkomunikasi dengan orang lain demi mengurangi terjadi perbedaan pemahaman dan menyakiti hati lawan bicara kita.


(1)

Pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengimbuhan, pengulangan, serta penggabungan kata dasar, atau penggabungan unsur terikat dan kata dasar.Contoh:

3. Tata Pilihan Kata

Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam penulisan karya ilmiah karena pilihan kata yang digunakan akan menentukan kejelasan informasi yang disampaikan. Jika pilihan kata yang tidak tepat, hal itu selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan dan terganggunya kejelasan informasi, juga dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap informasi yang disampaikan. Untuk itu, agar dapat memilih kata secara tepat, kita perlu memahami criteria pemilihan kata bahasa indonesia, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

1. Ketepatan

Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca.

2. Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

3. Keserasian

Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih dan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemaikaiannya.


(2)

Paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan gagasan. Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai paragraf yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Adanya satu kesatuan gagasan

2. Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya mengandung satu gagasan utama. Yang diikuti beberapa gagasan pengembang atau penjelas.

2. Adanya kepaduan hubungan antarkalimat

Sebuah paragraf harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin didalamnya untuk mendukung satu kesatuan gagasan.

3. Adanya ketuntasan informasi

Sebuah paragraf yang baik juga harus dapat mengungkapkan gagasan atau informasi secara tuntas. Artinya, paragraf itu harus dapat menyajikan informasi secara lengkap sehingga pembaca tidak dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutan informasi yang disampaikan.

4. Adanya konsistensi sudut pandang

Sudut pandang atau cara penulis menempatkan diri di dalam tulisannya harus konsisten, termasuk dalam pelibatan pembaca. Kalau ia mewakili dirinya dengan menggunakan kata penulis, pemeriksa, atau peneliti,kata itu hendaknya tetap digunakan secara konsisten sampai dengan akhir tulisannya.

5. Adanya keruntutan penyajian

Informasi di dalam paragraf hendaknya disajikan secara runtut dalam pola urutan yang mudah diikuti pembaca.


(3)

C.

CIRI

CIRI RAGAM BAHASA BAKU DALAM PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasaran dan mengikuti kaidah yang ditetapkan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memiliki beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Misalnya, pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama.

Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku. Contoh :” Kami sedang menyaksikan pertandingan itu.”, bukan “Pertandingan itu kami sedang saksikan.”

2. Penggunaan kata-kata baku.

Contoh : “Seru sekali” dan bukan “Seru banget”, “Tampan” bukan “Ganteng”.

3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis (EyD / Ejaan yang Disempurnakan). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, tetapi secara umum lafal baku dapat diartikan sebagai lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat ataupun bahasa daerah. Misalnya: habis, bukan abis ; atap, bukan atep.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi secar efektif : pesan dari pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca sesuai maksud yang ingin disampaikan.

Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain adalah yang disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak sesuai dan tidak baik.


(4)

Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan? Apa yang kamu lakukan saat liburan kemarin?

Contoh ketika dalam dialog seorang dosen dengan mahasiswa

Dosen : Rio, Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan kemarin? Rio : Sudah Pak, nanti akan saya kirim melalui email.

Kata-kata diatas adalah kata yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan sosial.

Contoh lain dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar - menawar dengan tukang sayur atau tukang ojek kita memakai bahasa baku.

(1) Berapakah Ibu mau menjual kentang ini?

(2) Apakah Bang ojek bersedia mengantar saya ke Stasiun Gambir dan berapa ongkosnya? Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.

(3) Berapa nih, Bu, kentangnya? (4) Ke Stasiun Gambir, Bang. Berapa?

D.

FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT KOMUSIKASI

Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”,


(5)

“Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.

Bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respon pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.

Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.


(6)

BAB III

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang tidak menyinggung lawan bicara, dan tiap katanya adalah bagian dari kata-kata dalam kamus besar bahasa Indonesia

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu perlu dilestarikan olah penduduk indonesia itu sendiri, dan penggunaan bahasa Indonesia itu pun harus sesuai dengan situasi, tempat, dan keadaan ketika kita berkomunikasi, dan pemilihan kata yang tepat ketika berkomunikasi dengan orang lain demi mengurangi terjadi perbedaan pemahaman dan menyakiti hati lawan bicara kita.