Bahasa Indonesia Baik dan Benar

(1)

BAHASA INDONESIA BAIK DAN BENAR

Oleh :

1. Muhammad Irawan Saputra 1535100082

2. Emida Saputri 1525100070

3. Sarah Puja Harfiah 1525100051

4. Sulaiman 1525100054

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dosen Pembimbing : Arisalyati, M.Pd.


(2)

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Bahasa Indonesia Baik dan Benar dalam mewujudkan pengamatan dengan baik tepat pada waktunya.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, penyusun memperoleh observasi dukungan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, petunjuk, dan bantuan.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan dapat terselesaikan jika tanpa bimbingan Bapak dan dukungan dari semua. Untuk itu penyusun sampaikan terima kasih kepada semua yang telah memberikan dorongan untuk mempercepat proses penyelesaian penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat menjadi ilmu pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi semua.

Palembang, 16 Oktober 2015

Penyusun,

i DAFTAR ISI


(3)

Halaman Judul... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 1

C. Tujuan...1

BAB II BAHASA INDONESIA BAIK DAN BENAR A. Definisi Bahasa Indonesia Baik dan Benar... 2

B. Definisi Bahasa Indonesia Baku... 3

C. Ciri-ciri Ragam Bahasa Indonesia Baku... 4

D. Fungsi Bahasa Indonesia Baku... 4

E. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia... 4

F. Definisi Komposisi... 9

G. Analisis Bentuk dari Pengembangan Karangan Tulisan... 9

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 10

DAFTAR PUSTAKA


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dipergunakan secara lisan maupun tulisan. Timbulnya suatu bahasa berdasarkan simbol-simbol. Sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun dalam penerapan masih banyak orang yang jauh dari berbahasa indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari.

Kita sering mendengar ungkapan berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Selain itu juga anjuran pakailah bahasa indonesia yang baik dan benar. Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa secara resmi juga menghimbau agar kita berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Akan tetapi apakah kita telah mengetahui atau memahami apa yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi bahasa Indonesia baik dan benar?

2. Apa definisi bahasa Indonesia baku?

3. Apa saja ciri-ciri ragam bahasa Indonesia baku?

4. Apa saja fungsi bahasa Indonesia baku?

5. Apa saja kesalahan umum penggunaan bahasa Indonesia?

6. Apa definisi komposisi?

7. Apa saja analisis dari bentuk pengembangan karangan tulisan?


(5)

1. Menumbuhkan pemikiran secara sistematis.

2. Menumbuhkan ide-ide secara penerapan.

3. Memantapkan perluasan materi bahasa Indonesia baik dan benar. 1

BAB II

BAHASA INDONESIA BAIK DAN BENAR A. Definisi Bahasa Indonesia Baik dan Benar

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dipergunakan secara lisan maupun tulisan. Timbulnya suatu bahasa berdasarkan simbol-simbol. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

Bahasa memiliki beberapa macam penggunaannya yaitu : 1. Speaking Skill.

2. Writing Skill. 3. Learning Skill. 4. Isyarat

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.


(6)

Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan.

2

B. Definisi Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang dituturkan secara formal atau dalam situasi resmi. Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam, tiap-tiap ragam itu memiliki kekhasan. Akan tetapi, dari berbagai ragam itu masih dapat dikenali dan dimengerti sebagai bahasa Indonesia karena masing-masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu pada salah satu ragam yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap sebagai patokan inilah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian ragam yang lain. Dengan adanya tolok ini orang dapat mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar dan mana yang tidak benar.

Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai tolok semacam itu disebut dengan bahasa baku atau bahasa standar. Dengan demikian, bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai tolok bandingan bagi pemakaian ragam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi.

Secara lebih rinci, ragam bahsa Indonesia baku dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut:

1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya.


(7)

2. Untuk wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran pekerjaan, karya ilmiah,dan sebagainya.

3. Pembicaraan di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah, pengajaran di sekolah,dan sebagainya.

4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati misalnya guru, pejabat pemerintahan, atasan, atau orang yang belum atau baru saja dikenal.

3

C. Ragam Bahasa Indonesia Baku

Ragam bahasa indonesia baku atau standar memiliki tiga ciri-ciri yaitu :

1.Kemantapan dinamis

Bahwa bahasa baku haruslah memiliki kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat jadi kaidah-kaidah haruslah konsisten.

2. Kecendekiaan

Bahwa perwujudannya dalam kalimat, paragrap, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

3. Keseragaman

Bahwa bahasa baku memperanggapkan, adanya keseragaman kaidah.Akan tetapi, perlu diingat bahwa yang terjadi adalah penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman ragam atau variasi bahasa.

D. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Selain memiliki ciri-ciri, bahasa baku atau standar memiliki berbagai fungsi. Fungsi yang dimaksud ada empat yaitu:

a. Fungsi pemersatu.


(8)

c. Fungsi pembawa kewibawaan.

d.Fungsi sebagai kerangka acuan.

E. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia

Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca atau mantra bicara.

4

Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu menurut Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kesalahan struktur

a. Kalimat aktif tanpa subjek.

Beberapa contoh pembahasan mengenai kesalahan struktur :

1. Menurut ahli hokum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah)

2. Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir jika hokum ditegakkan. (benar)

b. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan.


(9)

Beberapa contoh pembahasan mengenai kata depan :

1. Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah)

2. Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar)

5

c.Tanpa unsur predikat menempatkan kata yangdi depan predikat, dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek. Beberapa contoh pembahasan mengenai unsur predikat :

1. Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah) 2. Dokter bekerja di rumah sakit. (benar)

d. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.

Beberapa contoh pembahasan mengenai kata depan di depan objek : 1. Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah) 2. Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar)

e. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat. Beberapa contoh pembahasan mengenai kata penghuung :


(10)

2. Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar) f. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat. Beberapa contoh pembahasan mengenai klausa :

1. Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah) 2. Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar)

6

g. Salah urutan.

Beberapa contoh pembahasan mengenai salah urutan : 1. Majalah itu saya baca. (salah)

2. Saya sudah membaca majalah itu. (benar) 2) Kesalahan Diksi

a. Diksi kalimat salah jika menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa : agar-supaya, adalah-merupakan, bagi-untuk, demi-untuk, naik-ke atas, turun-ke bawah, dan lain-lain. Contoh :

1. Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (salah)

2. Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (benar)

b.Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu : di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain. Contoh :


(11)

1. Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu, kini telah menjadi kota. (salah)

2. Desa tempatkami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu, kini telah menjadi kota. (benar)

c.Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan : tidak hanya-tetapi, seharusnya tidak, tetapi atau tidak hanya, tetapi juga, bukan hanya-tetapi juga seharusnya bukan hanya-melaikan juga. Contoh :

1.Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah)

2.Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar)

7

d.Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic

yang tidak sesuai. Misalnya:

Benar Salah

Bergantung kepada/pada Tergantung dari Tergantung dari pada Bergantung dari Berbeda dengan Berbeda dari/ daripada Disebabkan oleh Disebabkan karena Hormat akan/kepada/terhadap Hormat atas/sama

Berdasar pada/kepada Berdasarkan atas/pada kepada (berdasarkan)

Terdiri atas (dari) Terdiri


(12)

3) Kesalahan ejaan

Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan (lebih lanjut lihat Buku Ejaan Yang Disempurnakan).

Jenis kesalahan ejaan :

1. Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal.

2. Pemenggalan kata.

3. Penulisan kata baku.

4. Penulisan unsur serapan.

5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring.

6. Penggunaan tanda baca : titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik satu (‘…’), tanda pengangkatan (‘…), dan lain-lain.

8

7. Penulisan kalimat atau paragarf : induk kalimat dan anak kalimat, kutipan langsung, kutipan tidak langsung.

8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi.

9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah, jurnal.

10. Penulisan judul bab, sub bab, bagian, sub bagian.

11. Penulisan : daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.


(13)

Komposisi merupakan suatu teknik menyusun karangan agar diperoleh cerita yang indah dan selaras.

G. Analisis Dari Bentuk Pengembangan Karangan Tulisan 1. Analisis Tema Narasi.

2. Analisis Tema Deskripsi.

3. Analisis Tema Eksposisi.

4. Analisis Tema Argumentasi.


(14)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam urainan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang dalam penggunaannya sesuai dengan kaidah tata bahasa. Kaidah bahasa yaitu kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap baku. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia dianjurkan menggunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi resmi maupun kehidupan sehari-hari. Namun masih minimnya pengetahuan tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga masih banyak yang tidak menggunakannya secara tidak tepat.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwimarta, Sri Soeksi, dkk. 1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Al-Kasimi, Ali M. 1977. Linguistics and bilingual Dictionary, Leiden : E.J. Brill. Abdullah Bin Nuh dan Oemar Bakry. 1959. Kamus Indonesia - Arab - Inggris.

Jakarta : Mutiara.


(16)

"Apa dan bagaimana wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?" Pertanyaan itu kerap muncul ketika kita berbicara bahasa Indonesia di masyarakat.

Dalam kegiatan "Pintu Terbuka Tahun 1984", yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, muncul sebuah petanyaan dari seorang pengunjung, "Apa dan

bagaimanakah wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?".

Bahasa yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa

Bahasa yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah

penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.

Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan. Kaidah-kaidah itu diungkapkan lebih lanjut pada bagian lain, dengan dilengkapi contoh yang salah dan contoh yang benar.

Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR.

Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus

berpakaian rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang "nyentrik"


(17)

itu tidak menggunakan pakian rapi.

Kalau contoh itu dianalogikan dengan pemakaian bahasa, betapa ganjilnya percakapan seorang suami dengan istrinya jika berlangsung seperti berikut:

Suami: "Bu, bolehkan Bapak bertanya, apakah Ibu sudah menyiapakan hidangan untuk makan siang hari ini?"

Istri : "Ya tentu saja. Saya sudah masak nasi lengkap dengan sayur kesenangan Bapak, dan sekarang silakan Bapak menikmati hidangan itu. Silakan Bapak menikmati hidangan yang sudah disiapkan".

Suami: "Mari Bapak cicipi makanan ini. Oh, menurut hemat Bapak, seandainya Ibu menambahkan sedikit garam ke dalam sayur ini, pasti sayur tersebut akan lebih lezat."

Istri : "Mudah-mudahan pada kesempaan lain Ibu dapat membuat sayur yang lebih enak sesuai dengan saran Bapak."

Sebaliknya, bagaimana pendapat Anda jika seorang mahasiswa (pembicara) bertanya kepada seorang dosen (pendengar) tentang materi kuliah yang diberikan dosen (objek), pada saat kuliah (waktu), di kampus (tempat), dalam situasi belajar-mengajar (resmi) sebagai berikiut:

"Maaf Mas,guekepengen usul, coba jelasin dulu dong garis besar kuliah kita, apadah sesuai kurikulum universitas kita?"

Kedua contoh rekaan itu dapat dikatakan tidak tepat. Contoh pertama sangat menggelikan karena pada situasi santai digunakan bahasa yang resmi sehingga terasa kaku; kasus kedua juga sangat tidak tepat karena pada situasi formal digunkan kata-kata dialek dan struktur yang tidak baku (ditetak miring) sehingga mirip percakapan di warung kopi. Kedua contoh itu tidak baik dan tidak benar karena bahasa yang digunakan tidak seuai dengan situasi pemakaian, lagi pula tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

Begitu pula dengan pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, Batak, dan Banjar dalam bahasa Indonesia pada situasi resmi dan formal sebaiknya dikurangi.

Kata memuaskan diucapkan (memuasken); pendidikan yang dilafalkan (pendidi'an) bukan lafal bahasa Indonesia. Kata kakak yang dilafalkan (kakak?); kata mie dilafalkan (me) tidak cocok dengan lafal bahasa Indonesia.

Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang yang sudah terbiasa mengucakan kata logis dan sosiologi menajdi (lohis) dan (sosiolohi). Ada lagi yang

melafalkan kata sukses menjadi (sakses); produk menjadi (prodak); dan sebagainya.

Dalam sebuah papan nama tertulis, Dana Proyek ini berasal dari dana yang di himpun dari pajak

yang anda bayar, imbuhan di pada kata di himpun ditulis terpisah, padahal seharus serangkai

yakni dihimpun. Sapaan anda seharusnya diawali dengan huruf besar; Anda.

Pemakaian kata daripada dalam kalimat, Saya tahu persis daerah ini merupakan basis daripada PKI tidak tepat. Ungkapan basis daripada PKI termasuk ungkapan yang menyatakan milik tidak perlu menggunakan daripada. Begitu juga dalam kepemilikikan yang lain, seperti Pemimpin

daripada PLO, ketua dairpada KUD, pintu daripada rumah dan seterusnya.

Dalam bahasa Indonesia daripada digunakan dalam perbandingan, seperti Sikap Pemimpim PLO lebih keras daripada sikap Presiden Mesir dalam menghadapi Israel


(18)

Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Baik dan

Benar

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.

Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan.

Contoh percakapan seoarang mahasiswa dengan dosen

Mahasiswa : Permisi Pak, saya ingin bertanya mengenai tugas minggu lalu, karena saya belum mendapat konfirmasi ulang dari Bapak

Dosen : Kamu sudah mengirim tugas tersebut ke email Saya? Mahasiswa : Sudah Pak


(19)

Dosen : Baiklah, nanti Saya periksa kembali Mahasiswa : Terima kasih Pak

Menurut saya dari percakapan tersebut sudah menggunakan susunan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena sesuai denagn waktu, tempat, dan situasinya. Disini mahasiswa menyadari dengan siapa dan dimana Ia sedang bicara jadi Ia menyesuaikan susunan kaliamat yang Ia gunakan.

Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Disini saya akan membahasa mengenai bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi berarti sebagai alat bunyi yang mempunyai maksud atau tujuan yang digunakan pemakainya untuk berinteraksi dengan lawan bicara agar tidak tercipta suatu kesalahpahaman. Jadi sudah sepatutnya bahasa digunakan sebaik mungkin bukan disalahgunakan untuk menyingguang atau menimbulkan masalah.

Banyak kesalahpahaman timbul karena penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak tepat pada waktunya.

Contoh beberapa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

 Proses belajar mengajar antara guru dan murid

Dari namanya proses belajar mengajar jadi dimulai dari hal dasar dulu untuk menjalankan proses tersebut apakah itu? Ya, bahasa. Benar bahasa adalah alat komunikasi tapi kembali ke waktu dan tempat penggunaan nya.

 Presentasi

Komunikasi antara satu orang dengan dua atau lebih lawan bicara, fungsi bahasa disini sangat terlihat jelas, karena kita akan berhadapan dengan banyak orang dimana kita harus membuat orang lain mengerti akan konsep dan maksud dari materi yang akan kita sampaikan, bagaimana orang mau membeli atau menggunakan produk atau jasa kita, jika kita saja tidak jelas dan yakin dalam memaparkannya. Jadi dengan membuat oang lain mengerti kita harus menggunakan bahasa yang baik, benar, dan jelas.

 Interview/wawancara

Disini kita akan berhadapan dengan satu atau lebih lawan bicara, kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada kita, dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu kita butuh bahasa yang jelas dan cerdas untuk meyakinkan mereka bahwa kita mampu dan pantas untuk berada di perusahaannya.


(20)

 Pembawa acara

Pembawa acara yang cerdas adalah pembawa acara yang dapat memimpin serta mengendalikan acara, dengan penampilan menarik saja tidak cukup dibutuhkan keberanian dan kecerdasan dalam pengolahan kata-kata.

Pengolahan kata disini seperti, pengucapan/pelafalan kata yang jelas, selektif dalam pemilihan kata/kalimat yang akan diucapkan agar tidak terjadi

diskriminasi (SARA).

Dengan bahasa kita dapat membangun dan mengenal karaker seseorang, dengan bahasa kita dapat berinteraksi dan dengan bahasa pula kita dapat mencipta suatu hubungan.

Referensi


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwimarta, Sri Soeksi, dkk. 1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta : Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Al-Kasimi, Ali M. 1977. Linguistics and bilingual Dictionary, Leiden : E.J. Brill.

Abdullah Bin Nuh dan Oemar Bakry. 1959. Kamus Indonesia - Arab - Inggris.

Jakarta : Mutiara.


(2)

"Apa dan bagaimana wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?" Pertanyaan itu kerap muncul ketika kita berbicara bahasa Indonesia di masyarakat.

Dalam kegiatan "Pintu Terbuka Tahun 1984", yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, muncul sebuah petanyaan dari seorang pengunjung, "Apa dan

bagaimanakah wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?". Bahasa yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa Bahasa yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah

penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.

Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan. Kaidah-kaidah itu diungkapkan lebih lanjut pada bagian lain, dengan dilengkapi contoh yang salah dan contoh yang benar.

Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR.

Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus

berpakaian rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang "nyentrik"


(3)

itu tidak menggunakan pakian rapi.

Kalau contoh itu dianalogikan dengan pemakaian bahasa, betapa ganjilnya percakapan seorang suami dengan istrinya jika berlangsung seperti berikut:

Suami: "Bu, bolehkan Bapak bertanya, apakah Ibu sudah menyiapakan hidangan untuk makan siang hari ini?"

Istri : "Ya tentu saja. Saya sudah masak nasi lengkap dengan sayur kesenangan Bapak, dan sekarang silakan Bapak menikmati hidangan itu. Silakan Bapak menikmati hidangan yang sudah disiapkan".

Suami: "Mari Bapak cicipi makanan ini. Oh, menurut hemat Bapak, seandainya Ibu menambahkan sedikit garam ke dalam sayur ini, pasti sayur tersebut akan lebih lezat."

Istri : "Mudah-mudahan pada kesempaan lain Ibu dapat membuat sayur yang lebih enak sesuai dengan saran Bapak."

Sebaliknya, bagaimana pendapat Anda jika seorang mahasiswa (pembicara) bertanya kepada seorang dosen (pendengar) tentang materi kuliah yang diberikan dosen (objek), pada saat kuliah (waktu), di kampus (tempat), dalam situasi belajar-mengajar (resmi) sebagai berikiut:

"Maaf Mas,guekepengen usul, coba jelasin dulu dong garis besar kuliah kita, apadah sesuai kurikulum universitas kita?"

Kedua contoh rekaan itu dapat dikatakan tidak tepat. Contoh pertama sangat menggelikan karena pada situasi santai digunakan bahasa yang resmi sehingga terasa kaku; kasus kedua juga sangat tidak tepat karena pada situasi formal digunkan kata-kata dialek dan struktur yang tidak baku (ditetak miring) sehingga mirip percakapan di warung kopi. Kedua contoh itu tidak baik dan tidak benar karena bahasa yang digunakan tidak seuai dengan situasi pemakaian, lagi pula tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

Begitu pula dengan pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, Batak, dan Banjar dalam bahasa Indonesia pada situasi resmi dan formal sebaiknya dikurangi.

Kata memuaskan diucapkan (memuasken); pendidikan yang dilafalkan (pendidi'an) bukan lafal bahasa Indonesia. Kata kakak yang dilafalkan (kakak?); kata mie dilafalkan (me) tidak cocok dengan lafal bahasa Indonesia.

Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang yang sudah terbiasa mengucakan kata logis dan sosiologi menajdi (lohis) dan (sosiolohi). Ada lagi yang

melafalkan kata sukses menjadi (sakses); produk menjadi (prodak); dan sebagainya.

Dalam sebuah papan nama tertulis, Dana Proyek ini berasal dari dana yang di himpun dari pajak yang anda bayar, imbuhan di pada kata di himpun ditulis terpisah, padahal seharus serangkai yakni dihimpun. Sapaan anda seharusnya diawali dengan huruf besar; Anda.

Pemakaian kata daripada dalam kalimat, Saya tahu persis daerah ini merupakan basis daripada PKI tidak tepat. Ungkapan basis daripada PKI termasuk ungkapan yang menyatakan milik tidak perlu menggunakan daripada. Begitu juga dalam kepemilikikan yang lain, seperti Pemimpin daripada PLO, ketua dairpada KUD, pintu daripada rumah dan seterusnya.

Dalam bahasa Indonesia daripada digunakan dalam perbandingan, seperti Sikap Pemimpim PLO lebih keras daripada sikap Presiden Mesir dalam menghadapi Israel


(4)

Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Baik dan

Benar

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.

Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan.

Contoh percakapan seoarang mahasiswa dengan dosen

Mahasiswa : Permisi Pak, saya ingin bertanya mengenai tugas minggu lalu, karena saya belum mendapat konfirmasi ulang dari Bapak

Dosen : Kamu sudah mengirim tugas tersebut ke email Saya? Mahasiswa : Sudah Pak


(5)

Dosen : Baiklah, nanti Saya periksa kembali Mahasiswa : Terima kasih Pak

Menurut saya dari percakapan tersebut sudah menggunakan susunan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena sesuai denagn waktu, tempat, dan situasinya. Disini mahasiswa menyadari dengan siapa dan dimana Ia sedang bicara jadi Ia menyesuaikan susunan kaliamat yang Ia gunakan.

Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Disini saya akan membahasa mengenai bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi berarti sebagai alat bunyi yang mempunyai maksud atau tujuan yang digunakan pemakainya untuk berinteraksi dengan lawan bicara agar tidak tercipta suatu kesalahpahaman. Jadi sudah sepatutnya bahasa digunakan sebaik mungkin bukan disalahgunakan untuk menyingguang atau menimbulkan masalah.

Banyak kesalahpahaman timbul karena penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak tepat pada waktunya.

Contoh beberapa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

 Proses belajar mengajar antara guru dan murid

Dari namanya proses belajar mengajar jadi dimulai dari hal dasar dulu untuk menjalankan proses tersebut apakah itu? Ya, bahasa. Benar bahasa adalah alat komunikasi tapi kembali ke waktu dan tempat penggunaan nya.

 Presentasi

Komunikasi antara satu orang dengan dua atau lebih lawan bicara, fungsi bahasa disini sangat terlihat jelas, karena kita akan berhadapan dengan banyak orang dimana kita harus membuat orang lain mengerti akan konsep dan maksud dari materi yang akan kita sampaikan, bagaimana orang mau membeli atau menggunakan produk atau jasa kita, jika kita saja tidak jelas dan yakin dalam memaparkannya. Jadi dengan membuat oang lain mengerti kita harus menggunakan bahasa yang baik, benar, dan jelas.

 Interview/wawancara

Disini kita akan berhadapan dengan satu atau lebih lawan bicara, kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada kita, dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu kita butuh bahasa yang jelas dan cerdas untuk meyakinkan mereka bahwa kita mampu dan pantas untuk berada di perusahaannya.


(6)

 Pembawa acara

Pembawa acara yang cerdas adalah pembawa acara yang dapat memimpin serta mengendalikan acara, dengan penampilan menarik saja tidak cukup dibutuhkan keberanian dan kecerdasan dalam pengolahan kata-kata.

Pengolahan kata disini seperti, pengucapan/pelafalan kata yang jelas, selektif dalam pemilihan kata/kalimat yang akan diucapkan agar tidak terjadi

diskriminasi (SARA).

Dengan bahasa kita dapat membangun dan mengenal karaker seseorang, dengan bahasa kita dapat berinteraksi dan dengan bahasa pula kita dapat mencipta suatu hubungan.

Referensi