Bab V Penelitian Analisis Penetapan Margin dan Penerapan Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya
mengenai tentang pengungkapan perhitungan penetapan nilai margin serta
bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan murabahah di PT. BPRS
Fajar Sejahtera Bali, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Menetapan perhitungan margin merupakan suatu yang menjadi kelemahan di
PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali, karena kurangnya pemahaman terhadap
konsep perhitungan margin dan nilai mark up pada pembiayaan murabahah,
serta kurangnya penjelasan terhadap nilai margin kepada nasabah penerima
fasilitas pembiayaan murabahah, mengakibatkan terjadinya salah pemahaman
terhadap nilai margin yang disamakan dengan pengambilan bunga seperti
pada bank konvensional.
2. Kurangnya penerapan manajemen risiko pembiayaan serta pemahaman
terhadap faktor-faktor “five C’s” watak (character), kemampuan (capacity),
modal (capital), agunan (collateral), dan prospek usaha (condition of
economic) dan
lemahnya pengawasan terhadap fasilitas pembiayaan
murabahah yang telah terealisasikan, mengakibatkan lonjakan yang sangat
signifikan terhadap NPF (Non Performing Financing), yang tentunya
berakibat buruk pada kesehatan bank.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Agar setiap pekerja pada PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali, khususnya yang
menangani pembiayaan murabahah, lebih mampu memahami rumusan atau
64
metode dalam penetapan nilai margin, supaya tidak terjadi kesalahan dalam
2.
pengambilan nilai margin yang mengakibatkan margin menjadi riba,
Untuk memahami tentang perhitungan margin PT. BPRS Fajar Sejahtera
Bali, dapat melakukan pelatihan kepada pekerjanya, dan terkait dengan
penerapan manajemen risiko pembiayaan, sudah sepantasnya PT. BPRS Fajar
Sejahtera
Bali
melakukan
identifikasi,
memantau,
mengukur
dan
mengendalikan risiko dengan berpegangan pada pasal 2 UU Perbankan
Syariah tentang kehati-hatian dalam melakukan penyaluran pembiayaan
3. Dan akan sangat baik, apabila PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali memiliki unit
audit intern, yang berfungsi untuk melakukan audit terhadap pembiayaan
yang telah disalurkan secara periodik serta agar BI (Bank Indonesia) selaku
bank sentral agar lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan melakukan
audit secara periodik dengan periode yang lebih singkat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya
mengenai tentang pengungkapan perhitungan penetapan nilai margin serta
bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan murabahah di PT. BPRS
Fajar Sejahtera Bali, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Menetapan perhitungan margin merupakan suatu yang menjadi kelemahan di
PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali, karena kurangnya pemahaman terhadap
konsep perhitungan margin dan nilai mark up pada pembiayaan murabahah,
serta kurangnya penjelasan terhadap nilai margin kepada nasabah penerima
fasilitas pembiayaan murabahah, mengakibatkan terjadinya salah pemahaman
terhadap nilai margin yang disamakan dengan pengambilan bunga seperti
pada bank konvensional.
2. Kurangnya penerapan manajemen risiko pembiayaan serta pemahaman
terhadap faktor-faktor “five C’s” watak (character), kemampuan (capacity),
modal (capital), agunan (collateral), dan prospek usaha (condition of
economic) dan
lemahnya pengawasan terhadap fasilitas pembiayaan
murabahah yang telah terealisasikan, mengakibatkan lonjakan yang sangat
signifikan terhadap NPF (Non Performing Financing), yang tentunya
berakibat buruk pada kesehatan bank.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Agar setiap pekerja pada PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali, khususnya yang
menangani pembiayaan murabahah, lebih mampu memahami rumusan atau
64
metode dalam penetapan nilai margin, supaya tidak terjadi kesalahan dalam
2.
pengambilan nilai margin yang mengakibatkan margin menjadi riba,
Untuk memahami tentang perhitungan margin PT. BPRS Fajar Sejahtera
Bali, dapat melakukan pelatihan kepada pekerjanya, dan terkait dengan
penerapan manajemen risiko pembiayaan, sudah sepantasnya PT. BPRS Fajar
Sejahtera
Bali
melakukan
identifikasi,
memantau,
mengukur
dan
mengendalikan risiko dengan berpegangan pada pasal 2 UU Perbankan
Syariah tentang kehati-hatian dalam melakukan penyaluran pembiayaan
3. Dan akan sangat baik, apabila PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali memiliki unit
audit intern, yang berfungsi untuk melakukan audit terhadap pembiayaan
yang telah disalurkan secara periodik serta agar BI (Bank Indonesia) selaku
bank sentral agar lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan melakukan
audit secara periodik dengan periode yang lebih singkat.