Internasionalisasi bidang Medis
Laelia Dwi Anggraini, Pediatric Dentist
Vice Dean for Students Affair, Alumni, Promotion and
Colaboration
Faculty of Medical and Health Science UMY
Strategi Pengembangan Kegiatan dalam
Implementasi Kerjasama Luar Negeri dan
Arah Kerjasama Luar Negeri Perti Kesehatan
pada era Masyarakat Ekonomi Asia
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
PERLUASAN
1967: INA, MAL
PHI, SIN, THA
1984: BRU
1995: VN
EAFTA Study
1997: LAO, MYM
1977: PTA
PENDALAMAN
2004: ASN-China
2006: ASN-KOR
1999: CAM
CEPEA Study
2008: ASN-JAP
1992: CEPT AFTA
2009: ASN-ANZ;
ASN-India;
ASN-China Investment;
ASN Korea Investment
1995: AFAS
1997: ASEAN Vision 2020
1998: AIA
Founding Fathers
2003: 3 Pillars of ASEAN Community
11 Priority Integration Sectors (PIS)
2010: ASEAN Plus
Working Groups on ROO,
Tariff Nomenclature,
Customs, Ec Cooperation
2005: Logistics as PIS
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint
2008: first year of AEC Blueprint;
ASEAN Charter entered into force
Adam Malik (Indonesia)
Narciso R. Ramos
(Filipina)
Tun Abdul Razak
(Malaysia)
S. Rajaratnam
(Singapura)
Thanat Khoman
(Thailand)
4
2011: ASEAN Framework
for Regional
Comprehensive Economic
Partnership
2012: Launching of RCEP
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Equitable
Economic Development
ASEAN Economic
Community 2015
3 Pilar ASEAN Community 2015
ASEAN Security
Community (ASC)
ASEAN Economic
Community (AEC)
ASEAN Socio-Cultural
Community (ASCC)
The Peaceful, prosperous,
and people-centric ASEAN
Regional production base
Single regional market
Inpres No. 5 Thn 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Inpres No 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen
Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Keppres No 23 Thn 2012 tentang Susunan Keanggotaan
Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi
AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015 UKP4 –
Monitoring Langkah Pemerintah
II. LIBERALISASI JASA KESEHATAN PADA AEC (31 DES’2015)
MNP dilaksanakan mulai tahun 2013 diawali
“negosiasi komitmen khusus antar negara ASEAN” :
pengakuan kualifikasi, penyetaraan “core” kompetensi
dan etikolegal melibatkan PMRA, PDRA, Organisasi
Profesi, 5 kolegium (dr, dr.SpB, dr.SpA, dr.SpOG,
dr.SpPD) dan kolegium dokter gigi/dokter gigi
spesialis.
Negara ASEAN diminta memfasilitasi pertukaran
informasi: prosedur registrasi, lisensi, “domestic
regulations” melalui website yang dikoordinasi ASEAN
Secretary.
implementasi ASEAN MRA dokter dan dokter gigi
harus tetap mengutamakan kepentingan bangsa dan
NKRI melalui penguatan “Domestic Regulations
1. Exchange of Information
•Compilation
•Adoption of best Practices
•Standardized Procedures
•Publication through Website
2. Facilitate Mobility
•Registration through AJCCS -ASEAN Joint Coordinating Committee on
3. Capacity Building
•Visite
•Conference
How to implement the Healtcare MRA’s ? With highly regulated
profesions
Kewajiban melakukan registrasi/registrasi ulang
berlaku bagi dokter/dokter gigi/spesialis di semua
Negara
Persyaratan rekognisi dokter/dokter gigi ASEAN:
1) Teregistrasi oleh ”Profesional Regulatory
Authority” di Negara asal dan Negara tujuan
2) Kualifikasi Institusi dan sistem pendidikan
terekognisi,
3) Sertifikat kompetensi diakui oleh kolegium se
ASEAN
4) Pengalaman berpraktik di negaranya minimal 5
tahun,
5) Melalui penyetaraan CPD,
Dokter/doktergigi/spesialis/subspesialis WNI/WNA
ASEAN
- Teregistrasi oleh PRA di negara asal dan negara
tujuan
- direkognisi sesuai persyaratan eligibilitas MRA
ASEAN,
- memenuhi persyaratan “domestic regulations”,
dapat melakukan kegiatan praktik kedokteran/
kedokteran gigi di Indonesia dan di negara ASEAN
Akan terjadi persaingan jasa tenaga medis ASEAN
berbasis kompetensi dan iptek.
Peningkatan kompetensi melalui kegiatan
P2KB/P3KGB/ sertifikasi internasional “keharusan”
untuk eksis di era global.
PENJAGAAN MUTU DAN LEGALITAS
PRAKTIK KEDOKTERAN/KEDOKTERAN
GIGI
KKI : Regulator,
Pengesahan Standar,
Standar Profesi
1. Standar Etik
2. Standar Kompetensi
3. Standar
Pendidikan Profesi
Pembinaan Ijazah
Profesi
Pendidikan
(FK/FKG)
Dr/Drg/Sp.
Sertifikat Kompetensi (Profesi)
Registrasi (STR)
Kompetensi
Kewenangan
Majelis
Kehormatan
Disiplin (MKDKI)
Lisensi (SIP)
(Pemerintah Daerah & Profesi)
4. Standar
Pelayanan
Medik
*) KKI: Fasilitasi
SUMBER : KKI, LD-2012
Praktik Dokter/Drg
Masyarakat
Masalah Disiplin
Masalah Etik
Masalah Hukum
13
The objectives of ASEAN MRA
for Medical/Dental Practitioners
Exchange of
Information
Compilation
Adoption of
Best
Practices
Publication
trhough
website
Capacity
Building
Facilitate
Mobility
Registration
through
AJCCs
Standardised
Procedures
Visits
Conferences
PRAs Process
(Evaluation ,
Registration etc)
How to Implement the Healthcare MRAs ? With Highly Over-regulated professions
Pengaturan Profesi secara ketat :
- Saling pengakuan Sistem pendidikan,
- Peraturan Registrasi dan Lisensi,
- Penyetaraan “Core” kompetensi, CPD,
- Aksesibilitas pertukaran informasi
melalui AMS-Website
Registrasi melalui PMRA/PDRA
(AJCCs) sesuai Kompetensi
merupakan “Penjaminan Negara”
terhadap “Legalitas Praktik
Kedokteran/Kedokteran Gigi
Menteri Perdagangan
Eselon 1, Kemenko
CCS
Eselon 2 / Eselon 3
Kementerian Perdagangan
Professional
Regulatory
Authority (PRA)
di Indonesia:
KKI dan
Kemenkes
Healthcare Services SWG
(HSSWG)
Kementerian Kesehatan
(Tim TKBJ-PMPK)
Negosiasi
AFAS
Pembahasan
MRAs,
domestic
regulation, dll
AJCCM
AJCCD
AJCCN
Konsil Kedokteran, KKI
Kemenkes RI
Konsil Kedokteran Gigi, KKI
Kemenkes RI
Dit. Bina Pelay. Keperawatan
Pusat Standarisasi, BPPSDM
➊ Membandingkan sistem pendidikan di 10 Negara anggota ASEAN
Sistem pendidikan kedokteran / kedokteran gigi bervariasi
(berbasis pendidikan akademik, berbasis rumah sakit)
Ada kesenjangan kurikulum pendidikan kedokteran/kedokteran gigi,
perlu petahapan penyetaraan “Core” kompetensi dokter/
dr.spesialis dan dokter gigi / drg.spesialis, melalui :
(a) Pertukaran informasi dan penyetaraan kurikulum
“FOREIGN
(b) Pertukaran staf pengajar
DENTAL
(c) Pertukaran mahasiswa/co-ass/peserta PPDS/PPDGS STUDENTS
EXCHANGE”
(d) Ujian bersama untuk penyetaraan kompetensi
Kerjasama saling pengakuan tenaga Profesi Dokter gigi Spesialis :
Diprioritaskan secara bilateral antara cabang ilmu yang sama dan
telah memiliki kemiripan sistem pendidikan, tidak secara multilateral.
2 Mengumpulkan Regulasi untuk Sertifikasi, Registrasi, Lisensi
3 Menginventarisasi Badan/otoritas yang berwenang mengatur
pendidikan, registrasi dan pelayanan kesehatan
Ada perbedaan Regulasi/peraturan, Kultur-budaya, Sosioekonomi,, Sistem Kesehatan Nasional, dan prosedur perijinan
praktik kedokteran
4 Pertukaran informasi/Data melalui Website PMRA/PDRA
Penyediaan informasi :
“Domestic regulations”
“event-2 Conference/ seminar (CPD)”
National website AMS .
Pengembangan website
“ASEAN Healthcare Services”
dan
KKI, 2013, DS,LD
Permenkes 67/2013
KKI, 2013, DS,LD
Dokter / dokter gigi WNA
Praktik tanpa STR dan SIP ??
Keselamatan
Pasien
di tangan
sejawat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Imigrasi
Kemkes
KKI
Kemnakertrans
IDI - PDGI
Pemda Provinsi
Pemda Kabupaten/Kota
Tim Koordinasi Perijinan TK-WNA
Pusrengun BPPSDM Kemenkes RI
(KKI, MTKI, KFN, BUK, BPSDM, Lintas K/L)
TIMPORA Pusat/Provinsi/Kab/Kota
(Tim Pengawasan Orang Asing)
Organisasi Profesi (Pengwil/Cabang)
22
Rekomendasi : Kepentingan
Nasional
Para Pemangku Kepentingan perlu tetap memperhatikan
“legalitas kompetensi dr/drg WNI/WNA untuk menegakkan
“Patient Safety” di semua upaya pelayanan kesehatan
termasuk kegiatan bakti sosial.
Mendorong anggota profesi dokter/dokter gigi/perawat
untuk menyelaraskan kompetensi dan meningkatkan
kualitas profesi di tingkat domestik, dan tingkat regional agar
mampu bersaing dengan negara ASEAN.
Penguatan koordinasi antar institusi Pemerintah,
TNI/POLRI, KKI, Organisasi Profesi di dalam Negeri dan
jejaring di luar Negeri (ASEAN) untuk kerjasama dalam
rangka “capacity building”.
Bagaimana
dengan kita pada
institusi pendidikan tinggi?
Universitas
mensupport
kegiatan
internasionalisasi dalam bentuk kucuran dana
untuk mendukung kerjasama internasional
dan kegiatan internasional
Univ menfasilitasi MoU dalam bentuk
pendampingan hukum (Biro Hukum) dan
pendampingan isi MoU (Biro Kerjasama)
Fakultas mengajukan proposal kegiatan untuk
kegiatan internasionalisasi
Standar keg internasional, ex: 1. Minimal 5
Perti asing yang terlibat, 2. Hasil bisa keluar
pada jurnal internasional, 3. Perti yang
diundang adalah yang sdh MoU
Proposal diverivikasi Tim Audit Univ
Proposal dinyatakan lolos, dengan acc dana
tertentu.
Semua kegiatan Internasionalisasi dibawah
kendali
WR3 dengan membentuk Tim
Internasionalisasi
Dekanat mengalokasikan dana tertentu untuk
supporting program internasionalisasi
Dekanat menjembatani proses MoU dari titik
Prodi, sehingga sesuai standar Univ, demikian
pula Dekanat menjembatani MoU pada Univ
yang didowngrade kan pelaksanaannya pada
Prodi (MoU top down dan MoU bottom up)
Selain untuk kerjasama yang melibatkan
dosen,
Dekanat
mendowngrade
kan
kerjasama
dosen
dengan
kerjasama
kemahasiswaan (saat ini ada 16 titik
kemahasiswaan pada FKIK, dengan 20 dosen
pendamping lapangan) sehingga tercipta
keselarasan program
Fakultas mempunyai beberapa PIC untuk
program internasionalisasi, misal :
1. Kerjasama Munster Germany PIC dr Upi, SpOG
2. Kerjasama Taiwan PIC Dr Titiek Hidayati, MKes
3. Kerjasama Tokushima PIC Prof Niken
4. Selain itu KPA Prodi membantu pada level
Prodi (ada 4 KPA Prodi: PSPD, PSPDG, PSIK, PF)
Selain KPA Prodi, Prodi juga mempunyai PIC
untuk kerjasama
PSPD: dr Imaniar MKes (KPA PD) untuk
kerjasama secara umum dan dr Farindira
MKes untuk kerjasama Student Exchange
PSPDG : drg Omi MDSc (KPA PDG) untuk
kerjasama secara umum, drg Likky SpKGA
untuk Student Exchange umum, drg Aji MDSc
utk SE Ladokgi,
Drg Ovi MDSc untuk SE Singapura dan
Thailand, drg Erlina MDSc untuk SE Malaysia,
drg Tita SpOrt untuk SE Cina.
PSIK : Ns Wulan (KPA PSIK) dan Ns Arif
(Promotion PSIK)
PF : Bp Bimo (KPA PF)
Pada prinsipnya, semua PIC pada level Prodi
dikendalikan KPA, KPA melaporkan kepada
WD2 FKIK
Contoh Kegiatan
Internasionalisasi
IDSS
6 th
Quality and quantity in medical
dentistry care, and the spesific
case, such as Atraumatic
Restorative Treatment-ART,
special need children and
acupuncture.
Philosophical
ground : Practical
experience is golden
A. EDUCATIONAL PROGRAM:
Topic for IDSS, in the Term of Reference was
discuss with lectures. Instructor and lecturer
from School of Dentistry UMY and from UGM and
UI
B. NON EDUCATIONAL PROGRAMME
- Social Programs.
City Tour (Malioboro, Sultan Palace, Water
Castle), Prambanan Temple, Borobudur Temple,
Ramayana Ballet , Camping &Village day (student
gathering and intercultural activity), Sport
(rafting, etc)
I hope this programme in concentration for:
Promotive ( education both in school and society)
Education system
◦ Preventive ( ex: flour application and sealant and
early detection)
◦ Curative
◦ Rehabilitative
Strength : Programme IDSS 6th with evaluation,
special event , membership in IADS. Cheap (500 euro,
3 weeks) UGM 440 euro 2 weeks
Opportunity : Support from Faculty 17 millions
(finance, lecture, and facility) Support Dr Irene, Prof
Niken, Dr Tetiana, Dr Dewi, Dr Sagiran, drg Lia+drg
Fifin (7 lecturers) UGM 2 lecturer
Weakness : More energy (effort) & publication and
new comer (Dental Student Club UGM 1st at 2-4 August
2015)
Threat : deadline and committee consistency
(internal)
1.
2.
3.
4.
WS IDSS, Collect the Team
The bonding system, one lecture UMY for
one speaker
Marketing strategy
Social (village, voluntary work, travel
destination)
Activities :
1.
Summer course/school. More social work or field
work (legal aspec with KKI)
2.
Lecture (Class with Profesor/expert) – 7 lecturer, 1
Proffesor
3.
Tutorial (mini class with tutor)
4.
Plenary and case presentations ? by participants
5.
Skills laboratory activity and practicum (with dentist
instructor)
6.
Voluntary Work (Colaboration /Inter Profesional
Education)
7.
Visitation in Puskesmas, Posyandu, High School
(UKGS in SMP Kesatuan Bangsa)
8.
Touring / social program, sight seeing
IDSS : 7 August – 24 August 2015
(3 Weeks)
Vice Dean for Students Affair, Alumni, Promotion and
Colaboration
Faculty of Medical and Health Science UMY
Strategi Pengembangan Kegiatan dalam
Implementasi Kerjasama Luar Negeri dan
Arah Kerjasama Luar Negeri Perti Kesehatan
pada era Masyarakat Ekonomi Asia
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
PERLUASAN
1967: INA, MAL
PHI, SIN, THA
1984: BRU
1995: VN
EAFTA Study
1997: LAO, MYM
1977: PTA
PENDALAMAN
2004: ASN-China
2006: ASN-KOR
1999: CAM
CEPEA Study
2008: ASN-JAP
1992: CEPT AFTA
2009: ASN-ANZ;
ASN-India;
ASN-China Investment;
ASN Korea Investment
1995: AFAS
1997: ASEAN Vision 2020
1998: AIA
Founding Fathers
2003: 3 Pillars of ASEAN Community
11 Priority Integration Sectors (PIS)
2010: ASEAN Plus
Working Groups on ROO,
Tariff Nomenclature,
Customs, Ec Cooperation
2005: Logistics as PIS
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint
2008: first year of AEC Blueprint;
ASEAN Charter entered into force
Adam Malik (Indonesia)
Narciso R. Ramos
(Filipina)
Tun Abdul Razak
(Malaysia)
S. Rajaratnam
(Singapura)
Thanat Khoman
(Thailand)
4
2011: ASEAN Framework
for Regional
Comprehensive Economic
Partnership
2012: Launching of RCEP
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Equitable
Economic Development
ASEAN Economic
Community 2015
3 Pilar ASEAN Community 2015
ASEAN Security
Community (ASC)
ASEAN Economic
Community (AEC)
ASEAN Socio-Cultural
Community (ASCC)
The Peaceful, prosperous,
and people-centric ASEAN
Regional production base
Single regional market
Inpres No. 5 Thn 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Inpres No 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen
Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Keppres No 23 Thn 2012 tentang Susunan Keanggotaan
Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi
AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015 UKP4 –
Monitoring Langkah Pemerintah
II. LIBERALISASI JASA KESEHATAN PADA AEC (31 DES’2015)
MNP dilaksanakan mulai tahun 2013 diawali
“negosiasi komitmen khusus antar negara ASEAN” :
pengakuan kualifikasi, penyetaraan “core” kompetensi
dan etikolegal melibatkan PMRA, PDRA, Organisasi
Profesi, 5 kolegium (dr, dr.SpB, dr.SpA, dr.SpOG,
dr.SpPD) dan kolegium dokter gigi/dokter gigi
spesialis.
Negara ASEAN diminta memfasilitasi pertukaran
informasi: prosedur registrasi, lisensi, “domestic
regulations” melalui website yang dikoordinasi ASEAN
Secretary.
implementasi ASEAN MRA dokter dan dokter gigi
harus tetap mengutamakan kepentingan bangsa dan
NKRI melalui penguatan “Domestic Regulations
1. Exchange of Information
•Compilation
•Adoption of best Practices
•Standardized Procedures
•Publication through Website
2. Facilitate Mobility
•Registration through AJCCS -ASEAN Joint Coordinating Committee on
3. Capacity Building
•Visite
•Conference
How to implement the Healtcare MRA’s ? With highly regulated
profesions
Kewajiban melakukan registrasi/registrasi ulang
berlaku bagi dokter/dokter gigi/spesialis di semua
Negara
Persyaratan rekognisi dokter/dokter gigi ASEAN:
1) Teregistrasi oleh ”Profesional Regulatory
Authority” di Negara asal dan Negara tujuan
2) Kualifikasi Institusi dan sistem pendidikan
terekognisi,
3) Sertifikat kompetensi diakui oleh kolegium se
ASEAN
4) Pengalaman berpraktik di negaranya minimal 5
tahun,
5) Melalui penyetaraan CPD,
Dokter/doktergigi/spesialis/subspesialis WNI/WNA
ASEAN
- Teregistrasi oleh PRA di negara asal dan negara
tujuan
- direkognisi sesuai persyaratan eligibilitas MRA
ASEAN,
- memenuhi persyaratan “domestic regulations”,
dapat melakukan kegiatan praktik kedokteran/
kedokteran gigi di Indonesia dan di negara ASEAN
Akan terjadi persaingan jasa tenaga medis ASEAN
berbasis kompetensi dan iptek.
Peningkatan kompetensi melalui kegiatan
P2KB/P3KGB/ sertifikasi internasional “keharusan”
untuk eksis di era global.
PENJAGAAN MUTU DAN LEGALITAS
PRAKTIK KEDOKTERAN/KEDOKTERAN
GIGI
KKI : Regulator,
Pengesahan Standar,
Standar Profesi
1. Standar Etik
2. Standar Kompetensi
3. Standar
Pendidikan Profesi
Pembinaan Ijazah
Profesi
Pendidikan
(FK/FKG)
Dr/Drg/Sp.
Sertifikat Kompetensi (Profesi)
Registrasi (STR)
Kompetensi
Kewenangan
Majelis
Kehormatan
Disiplin (MKDKI)
Lisensi (SIP)
(Pemerintah Daerah & Profesi)
4. Standar
Pelayanan
Medik
*) KKI: Fasilitasi
SUMBER : KKI, LD-2012
Praktik Dokter/Drg
Masyarakat
Masalah Disiplin
Masalah Etik
Masalah Hukum
13
The objectives of ASEAN MRA
for Medical/Dental Practitioners
Exchange of
Information
Compilation
Adoption of
Best
Practices
Publication
trhough
website
Capacity
Building
Facilitate
Mobility
Registration
through
AJCCs
Standardised
Procedures
Visits
Conferences
PRAs Process
(Evaluation ,
Registration etc)
How to Implement the Healthcare MRAs ? With Highly Over-regulated professions
Pengaturan Profesi secara ketat :
- Saling pengakuan Sistem pendidikan,
- Peraturan Registrasi dan Lisensi,
- Penyetaraan “Core” kompetensi, CPD,
- Aksesibilitas pertukaran informasi
melalui AMS-Website
Registrasi melalui PMRA/PDRA
(AJCCs) sesuai Kompetensi
merupakan “Penjaminan Negara”
terhadap “Legalitas Praktik
Kedokteran/Kedokteran Gigi
Menteri Perdagangan
Eselon 1, Kemenko
CCS
Eselon 2 / Eselon 3
Kementerian Perdagangan
Professional
Regulatory
Authority (PRA)
di Indonesia:
KKI dan
Kemenkes
Healthcare Services SWG
(HSSWG)
Kementerian Kesehatan
(Tim TKBJ-PMPK)
Negosiasi
AFAS
Pembahasan
MRAs,
domestic
regulation, dll
AJCCM
AJCCD
AJCCN
Konsil Kedokteran, KKI
Kemenkes RI
Konsil Kedokteran Gigi, KKI
Kemenkes RI
Dit. Bina Pelay. Keperawatan
Pusat Standarisasi, BPPSDM
➊ Membandingkan sistem pendidikan di 10 Negara anggota ASEAN
Sistem pendidikan kedokteran / kedokteran gigi bervariasi
(berbasis pendidikan akademik, berbasis rumah sakit)
Ada kesenjangan kurikulum pendidikan kedokteran/kedokteran gigi,
perlu petahapan penyetaraan “Core” kompetensi dokter/
dr.spesialis dan dokter gigi / drg.spesialis, melalui :
(a) Pertukaran informasi dan penyetaraan kurikulum
“FOREIGN
(b) Pertukaran staf pengajar
DENTAL
(c) Pertukaran mahasiswa/co-ass/peserta PPDS/PPDGS STUDENTS
EXCHANGE”
(d) Ujian bersama untuk penyetaraan kompetensi
Kerjasama saling pengakuan tenaga Profesi Dokter gigi Spesialis :
Diprioritaskan secara bilateral antara cabang ilmu yang sama dan
telah memiliki kemiripan sistem pendidikan, tidak secara multilateral.
2 Mengumpulkan Regulasi untuk Sertifikasi, Registrasi, Lisensi
3 Menginventarisasi Badan/otoritas yang berwenang mengatur
pendidikan, registrasi dan pelayanan kesehatan
Ada perbedaan Regulasi/peraturan, Kultur-budaya, Sosioekonomi,, Sistem Kesehatan Nasional, dan prosedur perijinan
praktik kedokteran
4 Pertukaran informasi/Data melalui Website PMRA/PDRA
Penyediaan informasi :
“Domestic regulations”
“event-2 Conference/ seminar (CPD)”
National website AMS .
Pengembangan website
“ASEAN Healthcare Services”
dan
KKI, 2013, DS,LD
Permenkes 67/2013
KKI, 2013, DS,LD
Dokter / dokter gigi WNA
Praktik tanpa STR dan SIP ??
Keselamatan
Pasien
di tangan
sejawat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Imigrasi
Kemkes
KKI
Kemnakertrans
IDI - PDGI
Pemda Provinsi
Pemda Kabupaten/Kota
Tim Koordinasi Perijinan TK-WNA
Pusrengun BPPSDM Kemenkes RI
(KKI, MTKI, KFN, BUK, BPSDM, Lintas K/L)
TIMPORA Pusat/Provinsi/Kab/Kota
(Tim Pengawasan Orang Asing)
Organisasi Profesi (Pengwil/Cabang)
22
Rekomendasi : Kepentingan
Nasional
Para Pemangku Kepentingan perlu tetap memperhatikan
“legalitas kompetensi dr/drg WNI/WNA untuk menegakkan
“Patient Safety” di semua upaya pelayanan kesehatan
termasuk kegiatan bakti sosial.
Mendorong anggota profesi dokter/dokter gigi/perawat
untuk menyelaraskan kompetensi dan meningkatkan
kualitas profesi di tingkat domestik, dan tingkat regional agar
mampu bersaing dengan negara ASEAN.
Penguatan koordinasi antar institusi Pemerintah,
TNI/POLRI, KKI, Organisasi Profesi di dalam Negeri dan
jejaring di luar Negeri (ASEAN) untuk kerjasama dalam
rangka “capacity building”.
Bagaimana
dengan kita pada
institusi pendidikan tinggi?
Universitas
mensupport
kegiatan
internasionalisasi dalam bentuk kucuran dana
untuk mendukung kerjasama internasional
dan kegiatan internasional
Univ menfasilitasi MoU dalam bentuk
pendampingan hukum (Biro Hukum) dan
pendampingan isi MoU (Biro Kerjasama)
Fakultas mengajukan proposal kegiatan untuk
kegiatan internasionalisasi
Standar keg internasional, ex: 1. Minimal 5
Perti asing yang terlibat, 2. Hasil bisa keluar
pada jurnal internasional, 3. Perti yang
diundang adalah yang sdh MoU
Proposal diverivikasi Tim Audit Univ
Proposal dinyatakan lolos, dengan acc dana
tertentu.
Semua kegiatan Internasionalisasi dibawah
kendali
WR3 dengan membentuk Tim
Internasionalisasi
Dekanat mengalokasikan dana tertentu untuk
supporting program internasionalisasi
Dekanat menjembatani proses MoU dari titik
Prodi, sehingga sesuai standar Univ, demikian
pula Dekanat menjembatani MoU pada Univ
yang didowngrade kan pelaksanaannya pada
Prodi (MoU top down dan MoU bottom up)
Selain untuk kerjasama yang melibatkan
dosen,
Dekanat
mendowngrade
kan
kerjasama
dosen
dengan
kerjasama
kemahasiswaan (saat ini ada 16 titik
kemahasiswaan pada FKIK, dengan 20 dosen
pendamping lapangan) sehingga tercipta
keselarasan program
Fakultas mempunyai beberapa PIC untuk
program internasionalisasi, misal :
1. Kerjasama Munster Germany PIC dr Upi, SpOG
2. Kerjasama Taiwan PIC Dr Titiek Hidayati, MKes
3. Kerjasama Tokushima PIC Prof Niken
4. Selain itu KPA Prodi membantu pada level
Prodi (ada 4 KPA Prodi: PSPD, PSPDG, PSIK, PF)
Selain KPA Prodi, Prodi juga mempunyai PIC
untuk kerjasama
PSPD: dr Imaniar MKes (KPA PD) untuk
kerjasama secara umum dan dr Farindira
MKes untuk kerjasama Student Exchange
PSPDG : drg Omi MDSc (KPA PDG) untuk
kerjasama secara umum, drg Likky SpKGA
untuk Student Exchange umum, drg Aji MDSc
utk SE Ladokgi,
Drg Ovi MDSc untuk SE Singapura dan
Thailand, drg Erlina MDSc untuk SE Malaysia,
drg Tita SpOrt untuk SE Cina.
PSIK : Ns Wulan (KPA PSIK) dan Ns Arif
(Promotion PSIK)
PF : Bp Bimo (KPA PF)
Pada prinsipnya, semua PIC pada level Prodi
dikendalikan KPA, KPA melaporkan kepada
WD2 FKIK
Contoh Kegiatan
Internasionalisasi
IDSS
6 th
Quality and quantity in medical
dentistry care, and the spesific
case, such as Atraumatic
Restorative Treatment-ART,
special need children and
acupuncture.
Philosophical
ground : Practical
experience is golden
A. EDUCATIONAL PROGRAM:
Topic for IDSS, in the Term of Reference was
discuss with lectures. Instructor and lecturer
from School of Dentistry UMY and from UGM and
UI
B. NON EDUCATIONAL PROGRAMME
- Social Programs.
City Tour (Malioboro, Sultan Palace, Water
Castle), Prambanan Temple, Borobudur Temple,
Ramayana Ballet , Camping &Village day (student
gathering and intercultural activity), Sport
(rafting, etc)
I hope this programme in concentration for:
Promotive ( education both in school and society)
Education system
◦ Preventive ( ex: flour application and sealant and
early detection)
◦ Curative
◦ Rehabilitative
Strength : Programme IDSS 6th with evaluation,
special event , membership in IADS. Cheap (500 euro,
3 weeks) UGM 440 euro 2 weeks
Opportunity : Support from Faculty 17 millions
(finance, lecture, and facility) Support Dr Irene, Prof
Niken, Dr Tetiana, Dr Dewi, Dr Sagiran, drg Lia+drg
Fifin (7 lecturers) UGM 2 lecturer
Weakness : More energy (effort) & publication and
new comer (Dental Student Club UGM 1st at 2-4 August
2015)
Threat : deadline and committee consistency
(internal)
1.
2.
3.
4.
WS IDSS, Collect the Team
The bonding system, one lecture UMY for
one speaker
Marketing strategy
Social (village, voluntary work, travel
destination)
Activities :
1.
Summer course/school. More social work or field
work (legal aspec with KKI)
2.
Lecture (Class with Profesor/expert) – 7 lecturer, 1
Proffesor
3.
Tutorial (mini class with tutor)
4.
Plenary and case presentations ? by participants
5.
Skills laboratory activity and practicum (with dentist
instructor)
6.
Voluntary Work (Colaboration /Inter Profesional
Education)
7.
Visitation in Puskesmas, Posyandu, High School
(UKGS in SMP Kesatuan Bangsa)
8.
Touring / social program, sight seeing
IDSS : 7 August – 24 August 2015
(3 Weeks)