KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SENGON (Albazia falcataria) RAKYAT DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDARLAMPUNG

(1)

ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SENGON (Albazia falcataria) RAKYAT DI KECAMATAN

KEMILING KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh

DIMASH SEPTIAN ADI PUTRA

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) kelayakan finansial sengon rakyat, (2) sensitivitas kelayakan finansial sengon rakyat, (3) prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedaung dan Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung yang dipilih secara sengaja (purposive). Responden diambil secara sensus sebanyak 16 orang yang merupakan petani sengon rakyat. Tujuan pertama dianalisis menggunakan beberapa kriteria pengukuran kelayakan investasi. Tujuan ke dua dianalisis menggunakan analisis sensivitas dengan kemungkinan penurunan produksi sengon sebesar 11,15%, penurunan harga jual kayu sengon sebesar 17,24 %, dan peningkatan biaya produksi sebesar 30 %. Tujuan ke tiga dikaji dengan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) usahatani sengon di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung secara finansial layak untuk diusahakan yang ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 97.068.096,99, IRR sebesar 76,96% lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 19,25 %, Gross B/C sebesar 4,26, Net B/C sebesar 4,81 dan PP selama 5 tahun 8 bulan dari umur ekonomis usaha selama 6 tahun, (2) usahatani sengon masih tetap layak walaupun terjadi penurunan produksi sebesar 11,15 %, penurunan harga jual kayu sengon sebesar 17,24 %, dan kenaikan biaya produksi sebesar 30%, (3) prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat sangat prospektif atau baik untuk dikembangkan.


(2)

ABSTRACT

FINANCIAL FEASIBILITY AND AGRIBUSINESS DEVELOPMENT PROSPECT OF SENGON (Albazia falcataria) SMALL HOLDER FARMING

IN KEMILING SUBDISTRICT BANDARLAMPUNG CITY

By

DIMASH SEPTIAN ADI PUTRA

This study aims to assess: (1) financial feasibility of sengon small holder agribusiness, (2) sensitivity of financial feasibility of sengon small holder agribusiness, (3) prospect for the development of sengon small holder agribusiness. This research was conducted in the Kedaung and Sumber Agung village, Kemiling Subdistrict, Bandarlampung City were selected purposively. Respondents taken a census of 16 people who are farmers of sengon farming. The first aim was analyzed using several criteria for measuring investment feasibility. The second aim was analyzed using sensitivity analysis with possibility of decline in production sengon of 11.15%, decrease in selling prices of timber sengon of 17.24%, and increase in production costs by 30%. The third aim assessed by quantitative descriptive and qualitative descriptive analysis. The results showed that (1) sengon farming was financially feasible to cultivated indicated by the value of NPV Rp 97,068,096.99, IRR of 76.96% was greater than the interest rate used is 19.25%, Gross B/C 4.26, Net B/C of 4.81 and PP for 5 years 8 months of age economical business for 6 years, (2) sengon farming was still feasible to decrease production by 11, 15%, decrease in selling prices of timber sengon by 17.24%, and the increase in production costs by 30%, (3) prospect for the development of highly prospective of sengon small holder agribusiness or good to be developed.


(3)

KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SENGON ( Albazia falcataria ) RAKYAT DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh

DIMASH SEPTIAN ADI PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Jurusan Agribinsis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ogan Lima tanggal 10 September 1992 dari pasangan Bapak Drs. Suroso dan Ibu Siti Zubaidah, S.Pd.SD yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukamenanti pada tahun 2004, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Bukit Kemuning dan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning, Lampung Utara pada tahun 2007. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Analisis Pengambilan Keputusan Semester Genap T.A 2013/2014. Penulis juga pernah menjadi tenaga peneliti dalam penelitian “Pembuatan Sistem Jaringan Utilitas Kabupaten Lampung Utara” pada tahun 2013. Penulis memiliki pengalaman organisasi di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Faperta Unila sebagai anggota Bidang Akademik dan

Pengembangan Profesi. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Adiluwih, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Praktik Umum di Department Administrasi PT. Sweet Indolampung, Sugar Group Companies, Kabupaten Tulang Bawang.


(7)

“ Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan

mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu

nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati “

(QS. At-Tagabun : 4)

Science Without Religion Is Lame,

Religion Without

Science Is Blind “

( ~Albert Einstein)

“ Gagal dalam sebuah pertempuran akan lebih ksatria,

daripada gagal sebelum sempat menarik pedang “


(8)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan lipahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam yang tiada henti semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dan inspirasi dalam setiap kehidupan umat manusia, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Berbagai pihak telah banyak memberikan bantuan dan dukungan, baik berupa moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kelayakan Finansial dan Prospek Pengembangan Agribisnis Sengon (Albizia Falcataria) Rakyat Di Kecamatan Kemiling Kota Bandarlampung”, Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana L, M.Si., sebagai Pembimbing Pertama atas bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan, serta kesabaran dan kebaikan dalam membimbing penulis hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(9)

membimbing penulis hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

3. Ir. Adia Nugraha, M.S., sebagai Dosen Pembahas/Penguji Skripsi ini atas arahan, bantuan, saran dan nasehat yang telah diberikan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Helvi Yanfika, S.P., M.E.P., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan, bantuan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Drs. Suroso dan Ibunda Siti Zubaidah,

S.Pd., serta kedua mbak tersayang, Yulistiana Evayanti, S.St, M.Kes dan Evilia Ariyanti, S.Si, kak Dede serta kedua ponakanku Keysha dan Qaleeya atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, keceriaan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu, arahan dan motivasi yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

7. Karyawan-karyawan Jurusan Agribisnis, Mba Ayi dan Bang Epal atas nasihat dan kebaikan hatinya serta Mb Iin, Mas Bukhari, Mas Sukardi, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

8. Pak Ata suminta dan seluruh petani responden atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan demi penyelesaian skripsi.

9. Sahabat-sahabat se-basecamp dan leng, Iqbal S.P, Yoandra S.P, Dani, Deby, Reza, Wayan S.P, Danny, Madon S.P, Rahmat, Rizky, Ernas, Kahfindra, Seta, Edo, Ludi S.P, Faizal S.P dan kawan-kawan Agen Care 2010: Asih S.P, Fitri S.P, Tunjung S.P, Ova, Marcela, Tania S.P, Ita S.P, Adel S.P, Ayas


(10)

dan Eli, atas semua dukungan, kebersamaan dan motivasi yang telah diberikan.

10. Sahabat-sahabat Agribisnis 2010 dan seluruh Keluarga Besar Himaseperta Faperta Unila, atas dukungan dan saran kepada penulis.

11. Semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampunan.

Bandarlampung, September 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Konsep Agribisnis ... 11

2. Tinjauan Agronomis Sengon ... 14

3. Analisis Proyek ... 25

4. Teori Analisis dan Pengembangan Proyek ... 26

5. Analisis Kelayakan Finansial ... 29

6. Analisis Usahatani ... 31

7. Prospek Pengembangan Agribisnis ... 33

8. Analisis Sensitivitas ... 36

9. Kajian Penelitian Terdahulu ... 37

B. Kerangka Pemikiran ... 43

III. METODE PENELITIAN ... 47

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 47

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 52

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 54

1. Analisis Kelayakan Finansial ... 54

2. Analisis Sensitivitas ... 58


(12)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 66

A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung ... 66

1. Letak Geografis ... 66

2. Keadaan Demografi ... 67

3. Kondisi Perekonomian.. ... 68

B. Keadaan Umum Kecamatan Kemiling ... 69

1. Letak Geografis ... 69

2. Keadaan Demografi ... 70

3. Kondisi Perekonomian ... 72

4. Sarana Sosial dan Infrastruktur Pendukung Usahatani Sengon ... 74

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Keadaan Umum Petani Responden ... 76

1. Tingkat Umur ... 76

2. Tingkat Pendidikan ... 77

3. Pengalaman Usahatani ... 79

4. Luas dan Status Kepemilikan Lahan ... 80

5. Pekerjaan Sampingan ... 81

B. Biaya Kelayakan Finansial Usahatani Sengon ... 82

1. Biaya Investasi ... 82

2. Biaya Operasional ... 84

3. Arus Kas (cash flow) Biaya Usahatani Sengon ... 88

C. Penerimaan Usahatani Sengon ... 89

D. Analisis Kelayakan Finansial ... 91

E. Analisis Sensitivitas ... 96

F. Prospek Pengembangan Agribisnis ... 100

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(13)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

menurut lapangan usaha di Provinsi Lampung tahun 2011 ... 2

2. Populasi tujuh jenis pohon yang ditanam di hutan rakyat ... 4

3. Populasi pohon sengon yang diusahakan oleh rakyat menurut propinsi tahun 2011 ... 5

4. Luas lahan hutan rakyat per kecamatan Kota Bandarlampung ... 6

5. Perkembangan volume ekspor hasil hutan 2010 - 2011 ... 8

6. Kajian penelitian terdahulu ... 38

7. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami ... 63

8. Jumlah penduduk, luas daerah, dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di Kecamatan Kemiling tahun 2012 ... 71

9. Komposisi penduduk berdasarkan pada tingkat pendidikan di Kecamatan Kemiling tahun 2012 (dalam jiwa)... 71

10. Potensi ekonomi Kecamatan Kemiling berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2012 ... 73

11. Sarana sosial dan fasilitas umum Kecamatan Kemiling tahun 2013 ... 74

12. Sarana dan infrastruktur pendukung usahatani sengon di Kelurahan Sumber Agung tahun 2013 ... 75

13. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat umur di lokasi penelitian tahun 2014 ... 77

14. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian tahun 2014 ... 78


(14)

ii

16. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di lokasi penelitian

tahun 2014 ... 80

17. Sebaran petani responden berdasarkan pekerjaan sampingan di lokasi penelitian tahun 2014... 81

18. Rata-rata penyusutan penggunaan alat pertanian usahatani sengon tahun 2014 ... 83

19. Rata-rata penggunaan biaya pupuk usahatani sengon tahun 2014 ... 84

20. Rata-rata penggunaan HKP tenaga kerja usahatani sengon ... 87

21. Arus kas (cash flow) total biaya usahatani sengon... 88

22. Jumlah dan rata-rata produksi dan penerimaan usahatani sengon .. 90

23. Analisis finansial usahatani sengon rakyat dengan tingkat suku bunga 19,25 % ... 92

24. Analisis sensitivitas penurunan produksi sebesar 11,15 % ... 97

25. Analisis sensitivitas penurunan harga jual sebesar 17,24 % ... 98

26. Analisis sensitivitas kenaikan biaya produksi sebesar 30 % ... 99

27. Daftar harga bibit CV Tunas Mandiri, tahun 2014 ... 103

28. Jenis olahan dan harga jual kayu sengon di CV Anugrah Jaya, tahun 2014 ... 109

29. Nilai tambah hasil olahan kayu sengon ... 111

30. Identitas responden usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 135

31. Penggunaan dan biaya lahan usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 136

32. Penggunaan bibit usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 137

33. Penggunaan peralatan usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 138


(15)

iii

35. Penggunaan pestisida usahatani sengon rakyat di Kecamatan

Kemiling, Kota Bandarlampung ... 142

36. Penggunaan tenaga kerja usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 143

37. Penerimaan usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 147

38. Cash flow usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 148

39. Analisis finansial usahatani sengon rakyat selama 6 tahun ... 149

40. Analisis sensitivitas produksi turun 11,15 % ... 150

41. Analisis sensitivitas harga turun 17,24 % ... 151

42. Analisis sensitivitas biaya naik 30 % ... 152

43. Laju kepekaan usahatani sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 153


(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Keterkaitan antar subsistem dalam agribisnis ... 13

2. Diagram alir analisis kelayakan finansial dan prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 46

3. Kerangka operasional kelayakan finansial dan prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ... 65

4. Kondisi infrastruktur jalan aspal ... 101

5. Bibit sengon dan jenis bibit lain milik CV. Tunas Mandiri ... 102

6. Bibit sengon dan jenis bibit lain milik CV. Tunas Mandiri……. 102

7. Lahan usaha yang ditanami sengon (umur 3 tahun) ... 105

8. Batang sengon yang rusak oleh hama penggerek batang ... 106

9. Usaha budidaya jamur di daerah penelitian ... 107

10. Usaha pengolahan kayu CV. Anugerah Jaya ... 108

11. Kayu hasil olahan yang dijual berupa kaso, balok, papan, reng ... 109

12. Saluran pemasaran kayu sengon di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung, tahun 2013 ... 114

13. Lembaga keuangan di daerah penelitian ... 116

14. Kondisi jalan aspal di daerah penelitian... 117

15. Transportasi alat angkut kayu di daerah penelitian ... 118


(17)

v

Kelurahan Kedaung, Kemiling... 120 19. Media cetak (brosur) berisi informasi budidaya sengon ... 125 20. Contoh bibit bantuan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung ... 126


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan pada sektor kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga

kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat baik di dalam maupun luar kawasan hutan. Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan ( Kemenhut, 2012 ).

Peranan kehutanan dianggap sebagai salah satu alternatif dalam membangun sistem pertanian terpadu. Selain fungsinya sebagai ekologis, kehutanan juga memiliki manfaat ekonomi dalam memberikan lapangan usaha bagi

masyarakat dari kegiatan usaha bidang kehutanan. Menyadari akan pentingnya hal tersebut maka peran strategis pembangunan pertanian dan kehutanan dalam perekonomian nasional harus tercermin melalui

konstribusinya yang nyata dalam pembentukan capital, penyediaan bahan pangan, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja, sebagai sumber pendapatan dan devisa negara, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani sehingga sektor pertanian dan


(19)

kehutanan dianggap menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan perekonomian nasional. Menurut Mardikanto (2009) strategi pembangunan pertanian sebagai acuan dari penyelenggaraan upaya berencana maju terbentuknya pertanian maju, efisien dan tangguh sehingga menjamin terwujudnya kesejahteraan petani, kemajuan ekonomi, keberlanjutan kemajuan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup serta kesejahteraan masyarakat yang merata adalah pandangan dari sistem manajemen agribisnis dalam menununjang perekonomian nasional. Sektor pertanian berikut sistem agribisnisnya sangat dominan peran dan fungsinya dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 45,0 % dari total penyerapan tenaga kerja nasional, atau

menempati urutan pertama dalam penyerapan lapangan kerja. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (Juta Rupiah) di Provinsi Lampung tahun 2011

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 Pertanian

- Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan 34.591.074 15.122.923 6.529.876 4.164.902 488.814 8.264.558 39.916.660 18.349.696 6.999.511 4.102.245 549.393 9.925.814 46.287.631 22.222.657 8.094.994 5.186.648 597.363 10.815.969 2 Pertambangan dan

Penggalian

1.860.403 2.161.246 2.447.317 3 Industri Pengolahan 12.541.338 17.120.714 20.555.157

4 Bangunan 3.742.874 3.968.970 4.397.009

5 Perdagangan, Hotel & Restoran

11.948.935 16.530.762 20.433.382 Jumlah 88.934.861 108.378.507 128.408.895 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012


(20)

Salah satu subsektor pertanian yang saat ini cukup dikenal yaitu subsektor kehutanan.Hutan yang memiliki peran sebagai konservasi yang dapat

menghasilkan air dan oksigen sebagai komponen yang sangat diperlukan bagi kehidupan umat manusia juga memiliki fungsi ekonomi dari hasil hutan yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat. Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi- fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan.

Kehutanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Lampung. Dari tabel 1 diatas sektor kehutanan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan dalam menyediakan lapangan usaha pertanian yang terdapat di Provinsi Lampung.

Salah satu tanaman kehutanan yang berperan penting dalam sektor industri dan kegiatan ekspor adalah sengon. Sengon merupakan salah satu komoditas ekspor potensial andalan pemerintah dan telah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia karena memiliki manfaat secara ekologis dan ekonomis yang tinggi. Tanaman sengon dapat diambil kayunya sebagai bahan baku pembuatan veneer, kayu lapis, kayu bulat, bahan baku pembuatan pulp kertas dan lain-lain yang berkaitan dengan industri pengolahan kayu. Beragamnya pemanfaatan kayu sengon menyebabkan kebutuhan kayu sengon untuk bahan


(21)

baku industri terus mengalami peningkatan. Meningkatnya kebutuhan bahan baku industri tersebut menjadi peluang pasar yang besar bagi para petani sengon. Sengon merupakan salah satu tanaman kehutanan tahunan yang relatif lebih pendek masa panennya dibandingkan tanaman kehutanan lainnya. Selain itu budidaya dan pemeliharaannya yang cukup mudah membuat

tanaman sengon dijadikan alternatif pilihan oleh petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hutan Rakyat adalah Tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau rakyat ( petani ) untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan (Kemenhut, 2014 ). Populasi tujuh jenis pohon yang ditanam di hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi tujuh jenis pohon yang ditanam di Hutan Rakyat

No Jenis Pohon Potensi di daerah

Jawa Luar Jawa

1 Akasia 22.612.768 9.419.611

2 Bambu 29.139.388 8.756.890

3 Jati 50.129.623 29.492.850

4 Mahoni 39.990.850 5.260.811

5 Pinus 3.521.107 2.302.757

6 Sengon 52.245.420 9.858.768

7 Sonokeling 2.038.275 364.319

Jumlah 197.465.711 65.463.482

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Tabel 2 menunjukkan sengon banyak ditanam di pulau jawa dengan jumlah 50 juta batang, sedangkan diluar jawa termasuk Lampung jumlahnya hanya sekitar 9 juta batang. Lampung merupakan salah satu provinsi yang telah mengembangkan tanaman sengon dalam skala kehutanan rakyat. Beberapa diantaranya sengon sudah menjadi sumber pendapatan petani, hanya saja di tingkat petani perkembangannya lambat dan masih sangat sedikit yang


(22)

mengusahakannya. Mayoritas petani masih mengusahakan sebagai tanaman sela/naungan dari tanaman utama, banyak petani belum menerapkan budidaya secara intensif, sehingga hasil dari komoditas yang didapatkan adalah hasil sampingan dan belum menjadi pendapatan utama dari kegiatan usahatani yang dilakukan. Populasi pohon sengon yang diusahakan oleh rakyat di Propinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi pohon sengon yang diusahakan oleh rakyat menurut propinsi tahun 2011

No Propinsi Hutan

Rakyat

Jumlah Pohon yang dikuasai Seluruhnya Siap Tebang

1 Sumatra Utara 1.517 41.530 22.014

2 Jambi 5.497 595.259 453.824

3 Sumatra Selatan 35.151 1.032.907 636.411

4 Lampung 187.602 2.308.641 1.230.523

5 Jawa Barat 589.134 18.323.885 7.312.445

6 Jawa Tengah 939.751 20.845.710 7.361.427

7 Jawa Timur 316.119 6.508.946 2.828.958

8 Nusa Tenggara Timur 11.448 178.041 69.078

9 Sulawesi Selatan 14.948 178.251 85.954

10 Bali 32.385 800.996 451.074

Sumber : Kementerian Kehutanan, 2012

Tabel 3 menunjukkan populasi pohon sengon di Propinsi lampung yang diusahakan oleh rakyat terbesar di daerah bagian Sumatera hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah hutan rakyat sebesar 187.602 batang. Bandarlampung merupakan salah satu kota yang terdapat di Propinsi Lampung yang sebagian dari daerahnya masih mengandalkan bidang pertanian khususnya pada sektor kehutanan sebagai sumber penghasilan. Salah satu daerah di Kota Bandarlampung yang memiliki potensi hutan rakyat yaitu terdapat di Kecamatan Kemiling. Banyak tanaman kehutanan yang


(23)

dibudidayakan oleh petani salah satunya jenis sengon. Daerahnya yang sesuai serta keuntungan dari usaha yang dijalankan merupakan alasan petani tertarik untuk mengusahakan sengon. Budidaya sengon dianggap menjanjikan karena proses pemeliharaannya yang mudah dan umur tanaman yang relatif pendek dibandingkan tanaman kayu lainnya.

Menurut Simangunsong (2008), hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumber daya alam yang berdasarkan inisiatif masyarakat dan dikembangkan pada lahan milik masyarakat. Meskipun Kecamatan Kemiling yang terdapat di Bandarlampung bukan merupakan sentra penghasil sengon rakyat terbesar di Lampung, akan tetapi cukup banyak petani yang

membudidayakan sengon sebagai sumber tanaman penghasil pendapatan mereka. Luas lahan hutan rakyat yang ditanami tanaman kehutanan per kecamatan Kota Bandarlampung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas lahan hutan rakyat per kecamatan Kota Bandarlampung

No Lokasi Jenis Hutan Luas ( Ha)

1 Kemiling Hutan Rakyat 50

2 Panjang Hutan Rakyat 50

3 Tanjung Karang Barat Hutan Rakyat 50

4 Telukbetung Barat Hutan Rakyat 25

5 Telukbetung Utara Hutan Rakyat 35

6 Teluk Betung Selatan Hutan Rakyat 40

Jumlah 250

Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Bandarlampung, 2012

Tabel 4 menunjukkan luas lahan hutan rakyat yang ditanami tanaman kehutanan termasuk didalamnya sengon. Kecamatan kemiling memiliki 50 Ha luas hutan rakyat dari berbagai komoditas kehutanan termasuk sengon.


(24)

Melihat semakin bertambahnya kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan kayu, budidaya tanaman kayu khususnya sengon seharusnya dijadikan komoditas unggulan dalam meningkatkan pendapatan nasional. Akan tetapi, permintaan yang semakin meningkat tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku tersebut. Sengon sangat diminati di negara luar khususnya jepang yang menjadikan kayu sengon sebagai bahan baku pembuatan pulp kertas, sehingga prospek usaha budidaya sengon sangat tepat untuk dijalankan.

Budidaya sengon sebenarnya sangat menguntungkan secara ekonomi, akan tetapi permasalahan yang timbul hanya sedikit petani yang membudidayakan sengon, termasuk salah satunya petani sengon yang terdapat di Kecamatan Kemiling. Banyak petani yang beranggapan usaha budidaya sengon dapat memberikan pendapatan dan kesejahteraan yang tinggi, namun kenyataannya didaerah tersebut masih sangat sedikit petani yang membudidayakan sengon. Permintaan pasar internasional terhadap sengon yang terus meningkat sebagai bentuk apresiasi terhadap kayu sengon. Akan tetapi meningkatnya permintaan tersebut tidak diimbangi dengan tingginya ketersediaan kayu sengon yang dibudidayakan. Produksi yang dihasilkan masih sangat sedikit dibandingkan dengan permintaan yang terus melambung tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 yang menunjukkan volume ekspor hasil hutan yaitu kayu hasil olahan berupa kayu bulat, gergajian, pulp dan veneer.


(25)

Tabel 5. Perkembangan volume ekspor hasil hutan 2012 - 2013

No Produk olahan

Tahun

2010 2011

Konsumsi (m³)

Produksi (m³)

Konsumsi (m³)

Produksi (m³) 1 Kayu

Gergajian

32.201.599 30.893.501 42.911.937 41.567.697 2 Kayu Lapis 1.839.689.959 1.638.695.231 1.891.200.398 1.953.470.098 3 Pulp 2.572.338.903 1.465.940.916 2.933.915.991 1.554.610.336 4 Veneer 26.285.952 9.833.994 12.143.057 34.430.564 5 Kayu Bulat 151.593.452 43.719.087 127.456.677 42.405.662 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Tabel 5 menunjukkan volume ekspor hasil hutan pada tahun 2012 dan 2013 dilihat dari permintaan dan jumlah produksi yang dihasilkan. Terlihat hasil olahan seperti kayu gergajian, kayu lapis, pulp, veneer dan kayu bulat yang merupakan hasil olahan tanaman sengon salah satunya masih belum dapat mencukupi permintaan internasional dikarenakan jumlah produksi yang dihasilkan masih sedikit, sedangkan permintaan untuk konsumsi kayu terus meningkat.

Prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling masih belum berjalan dengan baik. Hal ini mengindikasikan kelayakan usaha budidaya sengon masih dipertanyakan, apakah sebenarnya usahatani sengon layak atau tidak untuk dibudidayakan atau sebaliknya, serta bagaimana prospek pengembangan usaha agribisnis sengon dijalankan ditinjau dari subsistem yang terdapat dalam agribisnis mulai dari hulu hingga hilir dan melihat aspek – aspek yang terkait seperti teknis, organisasi dan manajemen, pasar dan pemasaran, lingkungan dan sosial. Aspek – aspek tersebut berguna untuk melihat bagaimana peluang usaha sengon ini dilakukan, jika nantinya


(26)

hasil yang didapatkan aspek tersebut memiliki peluang usaha yang menguntungkan, maka usaha agribisnis sengon layak untuk diteruskan. Usaha budidaya sengon merupakan salah satu investasi yang cukup

menguntungkan bagi petani, proses budidayanya yang tergolong mudah dan umur tanaman yang pendek dibandingkan tanaman kayu lainnya merupakan salah satu alasan petani untuk membudidayakan. Akan tetapi masih

sedikitnya petani yang mengusahakan sengon di daerah penelitian menjadi pertanyaan kelayakan usaha tersebut. Maka atas dasar itulah penulis ingin melihat bagaimana kelayakan finansial dan prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling Kota Bandarlampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kelayakan finansial sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ?

2. Bagaimana analisis sensitivitas kelayakan finansial sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ?

3. Bagaimana prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ?


(27)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis kelayakan finansial sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung.

2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung.

3. Menganalisis prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Petani sengon sebagai bahan masukan dalam mengelola usahatani sengon dengan harapan dapat memberikan informasi demi kelancaran berusaha tani sehingga mampu meningkatkan pendapatan.

2. Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan kebijakan kehutanan yang berhubungan dengan program kehutanan dalam mengembangkan kawasan hutan rakyat. 3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Agribisnis

Agribisnis dapat diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau

pemasaran hasil pertanian. Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian ( Soekartawi, 2005 ).

Menurut Arsyad dalam Firdaus ( 2008 ), agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan


(29)

usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Agribisnis digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas lima subsistem, diantaranya : a. Subsistem pembuatan, pengadaan dan penyaluran berbagai sarana

produksi pertanian (farm supplier) seperti bibit, benih, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian, bahan bakar dan kredit. Pelaku kegiatan ini anatar lain perusahaan swasta, koperasi, lembaga pemerintah, banak atau perorang.

b. Subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan berbagai produk pertanian seperti bahan pangan, hasil

perekebunan,peternakan, perikanan dan kehutanan. Pelaku kegiatan ini antara lain petani, perusahaan swasta, koperasi dan lembaga pemerintah.

c. Subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyaluran berbagai produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahnnya ke konsumen. Pelaku kegiatan ini antara lain perusahaan pengolahan swasta, koperasi, lembaga pemerintah, bank atau perorangan.

Hubungan antara satu subsistem dengan subsistem yang lain sangat erat dan saling tergantung sehingga gangguan pada salah satu subsistem dapat menyebabkan terganggunya keseluruhan subsistem. Oleh karena itu, kaitan antara subsistem dan peranan lembaga penunjangnya merupakan salah satu tujuan penting dalam lingkup agribisnis.


(30)

Keterkaitan antara industri hulu, industri hilir, kegiatan usahatani dan subsistem pendukungnya dapat digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Keterkaitan antar subsistem dalam agribisnis Sumber : Firdaus, 2008.

Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan dan upaya memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Maksud dari memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang dibutuhkan, irigasi dan perlindungan lahan.

Sedangkan yang dimaksud menata adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim hujan, memanen dalam musim kering atau menanam perennial crops pada tanah miring/lereng dan sebagainya ( Siagian, 2003 ).

Subsistem Pengadaan Sarana Produksi

Pertanian (SAPRODI)

Subsistem Pemasaran Subsistem

Pengolahan Hasil Subsistem

Usahatani/ On farm

- Lembaga Keuangan - Sarana dan Prasarana - Penyuluhan

- Organisasi Kelompok tani - Koperasi

- Kebijakan pemerintah Lembaga Jasa Penunjang


(31)

Menurut Downey dan Erickson ( 1992 ), agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.

2. Tinjauan Agronomis Sengon

a. Sejarah Penyebaran Sengon

Sengon merupakan spesies asli yang berasal dari kepulauan sebelah timur Indonesia yaitu di sekitar Maluku dan Irian Jaya. Pada tahun 1870-an pohon sengon menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara mulai dari Myanmar sampai Fillipina. Pohon sengon banyak ditanam di daerah tropis. Akan tetapi, pohon sengon dapat beradaptasi pada iklim lembab dengan curah hujan 200 – 2700 mm / tahun serta bulan kering sampai empat bulan ( Siregar, 2010 ). Penyebaran secara luas disebabkan mudahnya pohon ini tumbuh dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga sengon saat ini sudah dapat tersebar luas hingga ke Srilanka, India, malaysia, Fillipina, Fiji dan Samoa. Salah satu kelebihan dari pohon sengon adalah pertumbuhannya cepat dibandingkan dengan tanaman kehutanan lainnya dan kegunaan kayunya sangat beragam, dari mulai akar hingga pucuk daunnya mempunyai kegunaan bagi kehidupan sehari-hari. Kayu sengon dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri


(32)

pulp-kertas, kayu lapis, papan serat, dan lain sebagainya. Karena kegunaanya yang banyak, saat ini sengon sudah tidak asing lagi bagi kalangan pengusaha perkayuan serta bagi para petani pembudidaya sengon yang berminat memperoleh keuntungan dalam waktu relatif singkat yang telah mengenal tanaman ini dengan baik ( Atmosuseno, 1999 ).

b. Jenis Tanaman

Sengon dapat dikenal juga dengan nama latin Albazia falcataria, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Albizia falcate Backer, Albizia moluccana Miq, Albizia falcataria (L) Fosberg. Sengon di Indonesia memiliki berbagai macam nama daerah, di bagian Pulau Jawa sengon mempunyai bermacam nama panggilan, antara lain : albasia, jeujing ( Jawa Barat ), sengon laut, mbesiah ( Jawa Tengah ), jing laut ( Madura ), sengon sebrang ( Jawa Timur dan Jawa Tengah ), di luar Jawa sengon dikenal dengan nama tedehu pute (Sulawesi), di Maluku dikenal dengan nama rawe, selawoku merah, sika, sika bot, sikahm atau tawasela. Sengon juga memiliki beberapa nama di negara lain yaitu batai (Perancis, Jerman, Italia, USA dan Kanada ), kayu machis (Malaysia) dan puah (Brunei). Adapun klasifikasi tanaman sengon adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Fabales

Famili : Fabaceae Sub Famili : Mimosaceae Marga : Paraserianthes


(33)

Sengon merupakan pohon yang termasuk dalam keluarga petai-petaian dan merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang pertumbuhannya sangat cepat. Pohon sengon berbatang lurus, tidak berbanir, kulit

berwarna kelabu keputih-putihan, licin, tidak mengelupas dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, agak jarang, dan selalu hijau. Sengon berdaun majemuk ganda. Jenis daun seperti ini merupakan ciri bagi suku Mimosaceae seperti halnya pohon turi (Sesbania grandiflora), putri malu (Mimosa pudica), dan petai cina (Leucaena glauca).

c. Syarat Tumbuh

Menurut Atmosuseno (1999), persyaratan tumbuh penting diperhatikan karena salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman terletak pada kesesuaian antara kebutuhan unsur hara tanaman dengan ketersediaan nya pada lahan penanaman. Beberapa persyaratan penting antara lain jenis tanah, iklim, dan topografi dari areal yang ada.

(1) Tanah

Dalam hal persyaratan tumbuh, sengon mempunyai kelebihan

dibandingkan budidaya pohon kayu lainnya. Sengon dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dari yang berdrainase jelek hingga baik, mulai dari tanah marginal sampai tanah yang banyak mengandung unsur hara dapat ditanami sengon. Akan tetapi, meskipun dapat tumbuh di

berbagai jenis tanah dan kesuburan yang berbeda-beda, akan lebih baik pertumbuhannya jika ditanam pada tanah yang subur, banyak


(34)

mengandung unsur hara mineral dan pada tekstur dan struktur tanah yang baik. Sengon mempunyai sistem perakaran yang terbentang lebar, berkembang agak dangkal dan akar utamanya menghujam masuk ke dalam tanah. Dengan sistem perakaran tersebut sengon memerlukan tanah yang memiliki zona kedalaman solum efektif yang bervariasi dari dangkal hingga dalam. Sengon menyukai pH tanah yang bersifat netral, hal ini disebabkan pada pH netral unsur hara mudah diserap oleh tanaman karena kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.

(2) Iklim

Sengon merupakan jenis vegetasi daerah tropik, suhu yang diperlukan untuk pertumbuhannya berkisar antara 20 – 30º C dengan suhu

optimum yang diperlukan sengon antara 22 – 29 º C. Sengon tumbuh di areal dengan ketinggian tempat antara 0 – 1500 m dpl. Daerah pertumbuhan sengon yang baik terletak antara 10 º LS – 3 º LU yang memiliki 15 hari hujan dalam empat bulan hari kering. Sengon tumbuh optimal pada kelembapan udara antara 50 – 75 %.

(3) Topografi

Sengon lebih menyukai topografi yang relatif datar, untuk areal yang mempunyai kemiringan diatas 25 % sebaiknya ditanam dengan sistem terasiring hal ini bertujuan untuk mengurangi besarnya aliran

permukaan (surface run off) pada saat terjadi hujan. Penanaman sengon di areal yang bertopografi miring atau bergelombang perlu memperhatikan faktor terpaan angin kencang.


(35)

d. Budidaya Tanaman Sengon

1) Benih dan Bibit

Syarat utama benih sengon yang baik adalah benih tersebut harus berasal dari pohon induk yang unggul secara genetik. Penanganan benih yang paling ideal adalah penyemaian benih secara langsung setelah pemanenan. Penyemaian benih dilakukan pada baki kecambah yang diletakkan diatas meja dalam bedeng tabur. Benih ditabur dalam larikan dengan jarak tabur 2 x 1 cm diatas media semai yang telah dimasukkan kedalam baki kecambah. Setalah benih ditabur bagian atasnya ditutp dengan lapisan pasir tipis untuk menjaga suhu agar tetap sesuai kebutuhan perkecambahannya. Penyapihan merupakan kegiatan pemindahan semai yang sehat pada ukuran dan umur tertentu dari bedeng tabur ke dalam pot berupa polibag. Penyapihan bibit merupakan kegiatan yang penting karena pada kegiatan ini terjadi perpindahan status dari semai menjadi bibit. Media yang digunakan untuk pertumbuhan bibit dapat berupa top soil, kompos serbuk kayu dan media yang terbuat dari serabut kelapa. Namun, untuk pengusahaan sengon skala tanaman rakyat umunya petani menggunakan media top soil untuk dimasukkan ke dalam polibag sebagai media tanam bibit sengon, polibag yang digunakan berukuran 10 x 15 cm untuk selanjutnya bibit bersama polibagnya tersebut dibawa ke bdedeng sapih.


(36)

2) Penanaman

a) Persiapan Tanam

Penanaman sengon diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam. Jarak tanam misalnya ditentukan 3x1 meter, dan ditandai dengan pemasangan ajir dari bambu. Pada tempat inilah hendak di buat lubang tanam. Adapun ukuran tiap lubang adalah panjang 30cm, lebar 30 cm, dan dalamnya 30 cm. Ketika membuat lubang, tanah cangkulan bagian atas (20-25 cm) dan bagian bawah (5-10 cm) dipisahkan. Pada tanah-tanah cangkulan tersebut diberikan pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang dilakukan satu bulan sebelum tanam, dan kebutuhannya 20 ton/hektar.

b) Cara Tanam

Sengon sebaiknya ditanam pada awal musim penghujan, atau pada bulan november-desember, karna bibit tanaman ini cukup peka terhadap kekeringan. Namun boleh saja bibit sengon ditanam diluar musim penghujan. Dalam hal ini, tentu saja membutuhkan penyiraman pagi dan sore.

3) Pemeliharaan

Setelah bibit sengon ditanam, selanjutnya adalah proses pemeliharaannya. Untuk memperoleh produksi dan mutu kayu sengon yang sesuai dengan harapan, tindakan pemeliharaan tidak boleh dilupakan. Pemeliharaan tanaman sengon meliputi


(37)

penyulaman, penyiangan, pemupukan, penjarangan, serta pengendalian hama dan penyakit.

a) Penyulaman

Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan ke kebun sengon. Bila ditemukan pertumbuhan sengon yang layu, atau malah sudah mati, secepatnya dilakukan penyulaman. Agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, sebaiknya dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif. Penyulaman ini berguna untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya, dan nantinya digunakan untuk memprediksi produksi sengon yang dihasilkan. b) Penyiangan

Gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman sengon hendaknya dibersihkan, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur-unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu, tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai sebagai tempat persembunyian, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. Pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman, tindakan penyiangan dilakukan agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat. Penyiangan selanjutnya dilakukan pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh disekitar tanaman sehingga


(38)

c) Pemupukan

Untuk mendapatkan produksi kayu sengon yang sesuai dengan harapan kita, tidak ada salahnya jika kita memanfaatkan jasa pemupukan. Selain pupuk kandang yang telah diberikan pada saat pembuatan lubang tanam, juga disusul dengan penggunaan pupuk anorganik. Pada umur 3-4 bulan sejak tanam, diberikan pupuk dengan cara pupuk tersebut dimasukkan ke dalam tanah, melingkari tanaman sengon, berjarak 10-15 cm.

d) Penjarangan

Tujuan penjarangan adalah untuk memberikan kesempatan tumbuh lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Biasanya

penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun, karena tajuknya sudah merapat. Penjarangan ini dapat menghasilkan tambahan pendapatan, karena batang sengon sudah mencapai diameter sekitar 10-15 cm, sehingga dapat digunakan bahan baku pembuatan kertas. Cara penjarangan, pohon-pohon sengon ditebang menurut sistem “untu walang” (gigi belalang)

yakni:dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.

e) Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit sengon yang berbahaya yaitu penyakit karat puru/ karat tumor dan hama ulat penggerek (uter). Pengendalian dapat dilakukan dengan pengawasan yang ketat terhadap


(39)

e. Panen

Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan dan dilakukan dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial sesuai dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri agar stabil, meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi lokal dan regional.

Pohon sengon siap tebang ditandai dengan kayunya yang semakin berisi, warna kulit kayu berubah karena meningkatnya kematnagn kayu dan tajuk pohon membentuk perisai. Pada umur 4 – 5 tahun sengon telah

mempunyai sifat fisik, mekanis dan kimia yang mendukung sebagai bahan baku pulp kertas. Pada umur tersebut tinggi pohon rata-rata mencapai 17 – 27 m dengan diameter 12 – 34 cm tergantung tingkat kesuburan tanah.

f. Manfaat Pohon Sengon

Sengon mempunyai beragam kegunaan dari semua bagian pohonnya, mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Sengon merupakan salah satu alternatif pohon yang dapat dijadikan rehabilitasi lahan- lahan marginal. Kelebihan sengon

dibandingkan tanaman kehutanan lainnya yaitu masa panen yang relatif singkat yaitu 5 – 7 tahun, namun apabila sengon memiliki perlakuan khusus maka dapat dipanen pada umur 3 tahun. Keuntungan yang diperoleh dari penanaman sengon yaitu : (1) pengelolaan yang relatif mudah, (2) masa masak tebang relatif pendek, (3) persyaratan tempat


(40)

tumbuh yang tidak rumit, (4) dapat membantu penyuburan tanah dan memperbaiki unsur hara dalam tanah, (5) kayunya serbaguna. Adapun bagian- bagian dari pohon sengon yang dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan sebagai berikut :

a. Daun

Daun sengon dapat digunakan sebagai pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi. Selain itu dan sengon yang

berguguran akan berguna menjadi pupuk hijau yang baik bagi tanah dan tanaman sekitarnya. Tajuk pohonnya yang rindang dapat

dimanfaatkan sebagai pohon penaung bagi tanaman perkebunan. b. Perakaran

Sistem perakaran sengon memiliki struktur nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi tanah yang ada di sekitarnya setelah proses mineralisasi serasah sengon. Keberadaan nodul akar dapat membantu penyediaan unsur nitrogen dalam tanah.

c. Kayu

Menurut Atmosuseno (1999), bagian yang dapat memberikan

keuntungan paling besar dari pohon sengon adalah kayunya. Saat ini, sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, dan bahan baku industri pulp kertas.


(41)

1) Kayu olahan

Sengon dalam bentuk kayu olahan banyak diminati para importir dari negara Jepang, korea, Amerika Serikat serta negara lainnya. Kayu sengon di ekspor dalam bentuk potongan-potongan dengan standar ketebalan dan ukuran diameter tertentu. Kayu tersebut di Jepang digunakan sebagai bahan baku pembukus makanan, pembuatan souvenir, dan lain sebagainya.

2) Bahan baku kotak peti

Kayu sengon telah lama digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kotak peti. Pengusaha perkebunan teh memanfaatkan kayu sengon untuk mengemas teh hasil perkebunan. Demikian pula beberapa industri seperti pabrik sabun, garam, mesin, oli pelumas, semen, kaca, buah dan sayur, dan lain-lain.

3) Pulp dan kertas

Pemanfaatan kayu sengon untuk bahan baku pulp dan kertas dengan cara pengolahan kimia sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan kayu sengon memiliki warna yang terang sehingga dalam proses pemutihan sehingga tidak memerlukan bahan pemutih yang banyak dalm prosesnya. Pembuatan pulp dengan proses mekanis, baik sejenis maupun campuran dengan serat panjang dapat menghasilkan kertas koran bermutu tinggi. 4) Kayu lapis (plywood)

Kayu sengon memiliki bentuk lubang bulat memanjang yang mengakibatkan kayu ini mudah dikelupas untuk dibuat tripleks,


(42)

yaitu lembaran kayu tipis yang menjadi bahan dasar pembuatan kayu lapis. Kayu sengon tidak memiliki struktur kayu dengan batasan yang jelas pada lingkaran tumbuhnya.

5) Kayu pertukangan

Kayu sengon sangat sesuai untuk dijadikan kayu pertukangan. Hal ini dikarenakan kayu ini mudah diawetkan, dikeringkan dan digergaji. Bobot kayu yang ringan memudahkan pekerjaan pertukangan. Kayu sengon dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi ringan dibawah atap dan sebagai papan cor.

3. Analisis Proyek

Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan benefit atau manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorbanan dari resources yang dimiliki, oleh karena itu dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan harus diadakan penilaian, baik dari segi teknis maupun

ekonomis agar penanaman modal atau investasi jatuh pada pilihan proyek yang paling tepat. Kegiatan suatu proyek selalu ditunjukkan untuk

mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point), baik dalam hal biaya maupun hasilnya ( Ibrahim, 2004 ).

Menurut Kadariah ( 2001), tujuan dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber yang


(43)

tersedia bagi pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan sumber-sumber yang langka. Oleh karena itu sebelum proyek dilaksanakan, perlu diadakan perhitungan percobaan untuk menentukan hasil dan memilih di antara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang dapat diharapkan dari masing-masing proyek.

Untuk melihat suatu proyek layak untuk dijalankan terdapat dua macam analisis kelayakan, yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang

menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dengan proyek, dalam hal ini petani. Hasil finansial sering disebut private return, sedangkan untuk analisis ekonomi, proyek dilihat dari sudut

perekonomian sebagai keseluruhan, dimana keuntungan yang dilihat untuk masyarakat atau perekonomian keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut. Hasil ini sering disebut the social return (Kadariah, 2001).

4. Teori Analisis dan Pengembangan Proyek

Suatu proyek atau investasi akan bermanfaat, menguntungkan dan layak untuk dikembangkan bila telah dilakukan perencanaan dan penelaahan yang matang yang umumnya disebut dengan studi kelayakan. Menurut Husnan dan Suwarsono (1984), studi kelayakan adalah penelitian tentang


(44)

layak tidaknya suatu proyek investasi untuk dilaksanakan sehingga akan menguntungkan baik secara ekonomi, finansial dan sosial.

Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), manfaat dari suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi manfaat langsung (direct benefits), manfaat tidak langsung (indirect benefits), dan manfaat tak kentara (intangible benefits). Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi barang/jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari proyek. Kenaikan nilai hasil produksi dapat berupa meningkatnya jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Manfaat tak langsung adalah manfaat yang ditimbulkan secara tidak langsung dari suatu proyek yang merupakan multiplier effects dari proyek. Manfaat tak kentara dari suatu proyek adalah manfaat yang sukar diukur dengan uang. Biaya suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung yang umumnya tak kentara. Biaya langsung adalah semua pengeluaran yang langsung untuk keperluan proyek, misalnya biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan proyek. Biaya tak langsung umumnya berupa biaya tak kentara seperti polusi udara, bising, perubahan nilai-nilai (norma) dalam masyarakat.

Menurut Ibrahim (2004) terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu proyek. Tahapan-tahapan tersebut antara lain tahapan pengujian dan tahapan evaluasi. Tahapan pengujian digolongkan dalam beberapa aspek antara lain sebagai berikut:


(45)

a. Aspek pasar

Aspek pasar dan pemasaran melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar, dan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam mengambil kebijakan yang diperlukan.

b. Aspek teknis

Aspek teknis mencakup lokasi proyek yang diusahakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan jumlah investasi yang diperlukan serta membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek.

c. Aspek organisasi dan manajemen

Aspek oraganisasi dan manajemen mencakup bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja, serta keahlian yang diperlukan.

d. Aspek finansial

Aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, prakiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka panjang (NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C payback period), dan analisis sensitifitas, dan secara jangka pendek BEP dan Laporan Rugi Laba.

e. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan mencakup pengelolaan yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar tentang limbah yang dihasilkan, dan pengaruh yang ditimbulkan oleh usahatani tersebut.


(46)

5. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan adalah suatu metode yang digunakan untuk menunjukkan gejala finansial apakah suatu kegiatan layak untuk diusahakan. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penilaian investasi di bidang pertanian adalah metode diskonto ( Gittinger,1993). Untuk menganalisis suatu proyek, ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Dalam semua kriteria itu baik manfaat (benefit) maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarang (the present value). Kriteria-kriteria proyek tersebut adalah Net Present Value, Internal Rate of Return, Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, Payback Period ( Kadariah, 2001).

Net Present Value (NPV) dihitung dengan mencari selisih antara

penerimaan dengan biaya yang telah diperhitungkan nilainya saat ini. Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan kelayakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang dengan kriteria, apabila NPV > 0, maka investasi dinyatakan layak (feasible), apabila NPV < 0, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible), dan apabila NPV = 0, maka investasi berada pada posisi break event point.

Internal Rate of Return (IRR) adalah menghitung tingkat suku bunga yang menyamakan antara penerimaan (benefit) dan biaya (cost) yang


(47)

diperhitungkan saat ini. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Apabila IRR > i, maka investasi dinyatakan layak (feasible), apabila IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible), dan apabila IRR = i, maka investasi berada pada keadaan break event point.

Gross Benefit Cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah

dikeluarkan. Jika Gross B/C > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan, jika Gross B/C < 1, maka usahatani tidak layak diusahakan, dan jika Gross B/C = 1, maka usahatani tersebut dalam keadaan break event point. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara

penerimaan bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didscount positif net benefit yang telah di discount negatif. Jika Net B/C > 1, maka usahatani layak diusahakan, jika Net B/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk diusahakan, dan jika Net B/C = 1, maka usahatani dalam keadaan break event point.

Payback period adalah alat ukur untuk mengetahui jangka waktu pengembalian seluruh modal yang telah ditanamkan dalam usaha, bila waktu pengembalian investasi lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usahatani sengon layak untuk diusahakan ( Kadariah, 2001 ).


(48)

6. Analisis Usahatani Sengon

Menurut Suratiyah (2009), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha budisaya sengon dapat memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa tujuan akhir dari usahatani adalah memperoleh pendapatan

setinggi-tingginya. Salah satu manfaat analisis usahatani ini adalah untuk memperkirakan perkembangan bisnis komoditas ini di masa yang akan datang. Kegiatan usahatani sengon akan dapat berjalan dengan baik jika dalam pengelolaannya dilakukan analisis usahatani agar dapat

memperkirakan seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Analisis usahatani ini meliputi :

a. Analisis Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis

pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan.


(49)

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga tani. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan bersih usahatani (net farm income)

merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

Menurut Hernanto ( 1993 ), pendapatan petani dari usahatani dihitung dengan menggunakan rumus :

π = Y.Py - ∑ Xi.Pxi Keterangan :

π = Pendapatan atau keuntungan (Rp) Y = Hasil Produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg) Xi = Faktor produksi, i = 1,2,3,...n Pxi = Harga faktor produksi (Rp/satuan)

Biaya usahatani berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung kepada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.


(50)

7. Prospek Pengembangan Agribisnis

Agribisnis merupakan sebuah pendekatan dalam pengelolaan usahatani yang menekankan pada aspek peningkatan nilai tambah dari komoditas pertanian. Menurut Saragih ( 2001 ), sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Setidaknya ada lima subsistem yang saling terkait antara lain subsistem faktor input pertanian, subsistem produksi pertanian, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran, dan subsistem kelembagaan penunjang. Petani yang dinilai sebagai pelaksana kegiatan usahatani tentunya mengharap produksi yang lebih besar agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Petani menggunakan tenaga, modal, dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Produksi yang diperoleh ada kalanya justru lebih kecil, dan sebaliknya ada kalanya produksi yang diperoleh lebih besar. Kegiatan usahatani dapat dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar, serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2009).

Menurut Purwatiningrum (2004 ) pengembangan usahatani yang berskala kecil difokuskan pada pemberdayaan dan kemandirian sehingga

pemberdayaan ekonomi keluarga menjadi faktor utama dan sebagian besar dari pemberdayaan ekonomi keluarga menjadi faktor utama dan


(51)

sebagian dasar dari pemberdayaan ekonomi masyarakat yang memerlukan penanganan serius dan terintegrasi. Dengan demikian untuk mencapai kemandirian dalam pengembangan usaha agribisnis yang dimulai dari tingkat keluarga perlu memperhatikan dari aspek-aspek:

a. Kelembagaan usaha

Kelembagaan usaha dalam skala baik permodalan maupun jumlah tenaga kerja tidak memerlukan manajemen usaha yang rumit dan dapat dikerjakan dalam lingkungan keluarga, kelembagaan ini juga bersifat informal, dalam pemahamannya tidak memerlukan perijinan yang terlalu rumit namun tetap dapat dipertanggung jawabkan.

b. Sistem pendampingan

Sistem pendampingan dalam pemberdayaan usaha ekonomi keluarga dilakukan terus menerus yang meliputi bidang keterampilan usaha, manajemen keuangan lembaga usaha, proses produksi, pemasaran, pemberian informasi pasar.

c. Jaringan pasar

Jaringan pasar dibentuk oleh para pendamping atau kelompok-kelompok yang ada di lokasi sasaran. Jaringan pasar dibentuk berdasarkan komponen usaha yang saling melengkapi, hasil-hasil produksi yang serius, pangsa pasar yang ada di tingkat atau antara daerah, dan hasil produksi dari keseluruhan lembaga usaha yang ada.


(52)

d. Pelatihan

Berbagai pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang diperlukan meliputi:

1) Pelatihan keterampilan usaha/kewirausahaan 2) Pelatihan manajemen sederhana

3) Pelatihan manajemen usaha 4) Pelatihan keterampilan pemasaran e. Teknologi sederhana

Teknologi yang diperkenalkan harus sesuai dengan kebutuhan usaha yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Mudah dioperasikan oleh masyarakat

2) Biaya operasional dan pemeliharaannya rendah 3) Suku cadangnya mudah diperoleh

4) Mampu meningkatkan mutu dan jumlah produksi f. Sumber daya manusia

Usahatani dapat menyerap sumber daya manusia yang ada di pedesaan yang tidak memiliki keterampilan yang memadai. Sumber daya manusia yang tersedia akan dapat dikembangkan melalui bidang usaha di sektor informal di setiap keluarga dengan pendampingan, pelatihan, advokasi yang terus menerus dan berkesinambungan.


(53)

8. Analisis Sensitivitas

Menurut Sanusi (2000), analisis sensitivitas didefinisikan sebagai suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi di masa yang akan datang ( Gittinger, 1993 ). Ketidakpastian yang dimaksud itu diantaranya :

1) Terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasional (cost overrun) 2) Dengan adanya proyek, produk meningkat yang memungkinkan

untuk turunnya harga produk tersebut sehingga benefit turun. 3) Mundurnya waktu berproduksi sehingga benefit turun

Menurut Clive Gray dalam Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek bila terdapat suatu kepekaan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun benefit,kemungkinan- kemungkinan tersebut seperti kenaikan biaya produksi, perubahan volume produksi dan penundaan produksi.

Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan


(54)

nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).

9. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi atau rujukan mengenai penelitian yang serupa dan dapat juga dijadikan pembanding untuk mendapatkan hasil yang mengacu pada keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini tidak hanya menganalisis studi kelayakan suatu usaha saja, melainkan dibandingkan dengan penelitian - penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan kelayakan finansial usaha sengon atau sejenis dan bagaimana prospek pengembangan suatu usaha itu dijalankan sehingga menunjukkan keterkaitan antar subsistem agribisnis di dalamnya. Penelitian-penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 6.


(55)

Tabel 6. Kajian Penelitian Terdahulu

No Judul/Tahun Tujuan Metode Analisis Hasil

1. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Tanaman Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) di

Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. (Tania, 2011) Mengetahui kelayakan finansial usaha pembibitan sengon Analisis Finansial (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback period)

Dalam penelitian menunjukkan bahwa analisis finansial pada usaha pembibitan tanaman sengon layak untuk dikembangkan usahanya dan menguntungkan. Pada

penelitian diperoleh nilai NPV sebesar Rp 16.472.909; IRR 45,86%; Net B/C 2,02; Gross B/C 1,14; dan payback period (PP) 1,85 tahun. Usaha pembibitan sengon di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran layak untuk diusahakan terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 10%, penurunan harga jual bibit sebesar 10% dan penurunan produksi bibit tanaman sengon sebesar 10%.

2. Analisis Pendapatan Petani Sengon

(Parasianthes falcataria) dengan Pola Tanam Monokultur dan Tanaman Sela di Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng Kabupaten Lampung Selatan ( Putri, 2012 )

Mengetahui tingkat pendapatan petani sengon dengan pola tanam monokultur

Metode analisis kuantitatif (п, R/C dan analisis finansial)

Dari hasil perhitungan diperoleh pendapatan petani sengon dengan pola tanam monokultur sebesar Rp. 288.640.598 per hektar dan setelah dilakukan analisis finansial dikatakan layak dengan NPV sebesar Rp.51.222.586,19

(sengon+jagung), Rp.57.266.928,97 (sengon+ubi kayu), Rp.55.744.022,19 (sengon, jagung, ubi kayu), IRR 33 % (sengon+jagung), 37 % (sengon+ubi kayu), 36 % (sengon, jagung, ubi kayu), Net B/C 3,40 (sengon,jagung), 4,00 (sengon,ubi kayu), 3,62 (sengon, jagung, ubi kayu), Gross B/C 1,52 (sengon,jagung), 1,63 (sengon, ubi kayu), 1,59 (sengon,jagung, ubi kayu), PP 5,47 (sengon,jagung), 5,43 (sengon,ubi kayu), 5,44 (sengon, jagung, ubi kayu).


(56)

3. Analisis Kelayakan Finansial dan Prospek Pengembangan Usaha jamur Tiram Di Bandarlampung (Sari,2010)

a.Menganalisis

Kelayakan Finansial usaha jamur tiram

b. Menganalisis Prospek Pengembangan usaha jamur tiram a. Analisis Kelayakan Finansial (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PP) b. Analisis Deskriptif kualitatif

a. usaha jamur tiram di Bandarlampung secara finansial menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu, 14 %. NPV sebesar 13.406.209, IRR 78, 49 % , Net B/C 3,23 ; Gross B/C 1,17; Payback period 1,15 – 1,73 tahun.

b. Usaha Jamur Tiram sangat prospektif untuk

dikembangkan dan diperluas di Bandarlampung ditinjau dari aspek teknis, organisasi dan manajemen, sosial dan lingkungan serta aspek finansial.

4. Prospek Pengembangan Usahatani Buah Naga Di Desa Marga Jasa

Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan ( Andarini, 2010)

a. Mengetahui manajemen produksi usahatani buah naga dan pola kerja sama antara petani buah naga dan pengusaha b. Mengetahui prospek

pengembangan usahatani buah naga

a. Analisis deskriptif kualitatif

b.Analisis

Finansial (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback period)

a. Manajemen produksi yang diterapkan petani dalam usaha tani buah naga di Desa Marga Jasa Kacamatan Sragi

Kaupaten Lampung Selatan sudah dilakukan dengan baik. Pola kerjasama yang dilakukan petani adalah dalam aspek pemasaran, di mana petani bekerja sama dengan Chandra Departemen Store untuk menjual hasil produksinya . b. Perhitungan analisis finansial prospek untuk

dikembangkann dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yan berlaku, yaitu 14 %. Didapat nilai NPV Rp. 101.632.788; Gross B/C 1,72; Net B/C 3,02; IRR 29.67 %; dan payback periode 4,7 tahun, yang berarti usaha tani buah naga prospek untuk Net B/C › 1, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15 tahun. Pada analisis sensitivitas, sensitif pada penurunan produksi sebesar 15 %. Dimana usahatani tidak layak bila terjadi kondisi tersebut.


(57)

5. Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah, dan Prospek

Pengembangan Agroindustri Kerupuk Singkong Skala Rumah Tangga di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah (Sari, 2011) a. Mengetahui kelayakan finansial agroindustri b. Mengetahui Nilai

tambah agroindustri c. Mengetahui prospek pengembangan agroindustri Analisis kuantitatif dan analisis kualitatif

a. Agroindustri kerupuk singkong di Desa Sukosari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah secara finansial layak dijalankan dengan nilai NPV Rp.21.897.863,24 ; IRR 21,03 %; Net B/C 1,42 ; Gross B/C 1,04 dan Payback period 7,54 .

b. Ubi kayu yang diolah menjadi kerupuk singkong pada agroindustri di Desa Sukosari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah memberikan nilai tambah sebesar 32,89 %

c. Agroindustri kerupuk singkong di Desa Sukosari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah memiliki prospek yang sangat baik karena secara finansial layak untuk dijalankan serta dari aspek pasar dan pemasaran kerupuk singkong banyak diminati di berbagai daerah dalam dan luar provinsi.

6. Prospek Pengembangan usaha Jamur Merang di Bandarlampung (Limbong, 2005)

Mengetahui

kelayakan finansial usaha jamur merang

Analisis finansial (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PP)

Berdasarkan hasil analisis finansial usaha jamur merang tersebut prospektif untuk dikembangkan dan

menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 18 % didapat NPV Rp. 205.069.992,1, IRR 47,28 %, Net B/C 1,7498, Gross B/C 1,1933, PP 2 tahun 10 bulan yang berarti prospektif untuk dikembangkan secara

finansial karena NPV > 0, Gross B/C >1, Net B/C >1, IRR lebih dari tingakat suku bunga yang berlaku dan

pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 5 tahun.


(58)

7. Analisis Kelayakan Finansial Dan Ekonomi Serta Pemasaran Karet Rakyat Di Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang (Ayar,2007) a. Menganalisis Kelayakan finansial dan ekonomi tanaman karet rakyat b. Mengetahui Prospek pengembangan karet rakyat di masa yang akan datang.

Analisis finansial dan ekonomi

a. Usaha perkebunan karet rakyat di Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang layak secara finansial dan ekonomi. Secara finansial nilai NPV Rp. 53.703.299, IRR sebesar 23,54%, Net B/C ratio sebesar 3,0, Gross B/C 2,22, dan Payback period selama 8 tahun 1 bulan. Secara ekonomi nilai NPV Rp. 35.088.641, IRR sebesar 38,0 Net B/C ratio sebesar 2,52, Gross B/C 2,22, dan Payback period selama 6 tahun 4 bulan

b. Prospek pengembangan karet sangat prospektif/baik. Hal ini dilihat dari kecenderungan permintaan karet di masa yang akan datang yang lebih besar dari

produksinya sehingga harganya cenderung naik (ceteris paribus)

8. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia Crassicarpa

(Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau)

( Zuraida, 2008 )

Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa di

Koperasi Bunut Abadi

Analisis Finansial Hasil analisis finansial dengan kriteria investasi seperti NPV, Net B/C, IRR serta payback periode menunjukkan bahwa pengembangan usaha pembibitan Akasia pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan) dan pola usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) layak untuk dilaksanaka diperoleh nilai NPV sebesar Rp.2.550.479.259,23 ; IRR 159% ; Net B/C rasio yang diperoleh adalah 12,47105765 dan Payback period 1 tahun 9 bulan


(59)

9. Analisis Kelayakan Finansial Agroforestry sengon di Kabupaten Ciamis (Studi Kasus di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu) (Diniyati, 2012)

Memberikan

gambaran mengenai kondisi hutan rakyat pola agroforestry yang dilakukan oleh petani di Desa Ciomas

Analisis Kuantitatif dan kualititaif

Usaha hutan rakyat di Desa Ciomas sangat didukung oleh kondisi topografinya sehingga merupakan usaha dengan penggunaan lahan paling luas dibandingkan dengan usahatani lainnya. Usaha hutan rakyat sengon dengan pola agroforestry hanya layak untuk diusahakan pada lahan (0,25 -0,50 ha) dan jenis tanaman bervariatif 10. Prospek Pengembangan

Agribisnis Minyak Kayu Putih di Kecamatan Seram Barat ( Souhuwat, 2013)

Menganalisis

keuntungan agribisnis minyak kayu putih di Kecamatan Seram Barat

Analisis pendapatan

Prospek pengembangan agribisnis minyak kayu putih di Kecamatan Seram Barat Kebupaten Seram Bagian Barat baik, hasil dari nilai R/C atas biaya total diperoleh

sebesar 1,90 sehingga agribisnis minyak kayu putih dapat dikatakan menguntungkan dan prospektif.


(60)

B. Kerangka Pemikiran

Tujuan adanya hutan rakyat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan

partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Hutan rakyat diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pengembangan pada sektor tanaman kehutanan merupakan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sengon merupakan salah satu tanaman kehutanan yang saat ini banyak diminati kalangan pengusaha perkayuan. Budidaya sengon sebenarnya telah lama dikenal oleh masyarakat karena teknik budidayanya yang terbilang cukup mudah, menguntungkan dan umur panen yang relatif lebih pendek dibandingkan tanaman kehutanan tahunan lainnya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit petani yang mengusahakan budidaya sengon. Untuk itu diperlukan adanya manajemen bisnis yang baik dalam menjalankan usaha sengon.

Agribisnis sebagai bisnis berarti keseluruhan operasi yang mencakup

pertanian, semuanya mengarah pada usaha dan untuk mendapat profit melalui penyedian barang dan jasa. Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Terdapat lima subsistem yang digunakan dalam kegiatan agribisnis,


(61)

diantaranya subsistem penyediaan sarana produksi pertanian, subsistem usahatani, sibsistem pengolahan hasil, subsistem pemasaran dan subsistem jasa penunjang. Agribisnis sengon secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang dimulai dari penyediaan sarana produksi hingga pemasaran dari hasil kegiatan usahatani.

Setiap usahatani yang dikelola oleh rakyat merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pembelian (input) faktor produksi, proses produksi dan

pemeliharaan hingga menghasilkan (output) berupa kayu sengon. Penggunaan (Input) dalam usahatani sengon diantaranya yaitu berupa bibit, pestisida, alat-alat pertanian, pupuk, tenaga kerja, lahan, dll. Tujuan dari setiap usahatani tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan atas biaya yang telah

dikelurakan selama proses produksi berlangsung, demikian pula halnya pada usahatani sengon di Kelurahan Kedaung dan Sumber Agung di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung yang sebagian besar masyarakatnya mengusahakan sengon sebagai alternatif pilihan untuk meningkatkan pendapatan hidup mereka.

Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh oleh pengusaha dari penjualan kayu sengon setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi. Perubahan antara nilai jual dengan biaya produksi akan mempengaruhi tingkat keuntungan pengusaha. Pendapatan atau keuntungan akan menjadi lebih besar apabila pengusaha dapat menekan biaya produksi dan diimbangi dengan produksi yang tinggi serta harga jual produk yang tinggi.


(62)

Kelayakan suatu usaha serta prospek pengembangan dari usaha budidaya sengon akan dilihat dari analisis finansial jangka panjang yang meliputi nilai NPV yang mempunyai nilai lebih besar dari nol, Gross B/C dan Net B/C yang mempunyai nilai lebih besar dari satu, IRR yang memiliki nilai lebih dari tingkat suku bunga dan payback period dimana masa pengembalian lebih pendek daripada umur ekonomis proyek.

Penggunaan analisis sensitivitas meninjau kelayakan usaha dari dampak-dampak perubahan yang terjadi pada kelayakan usaha seperti perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual dan perubahan volume produksi. Sedangkan analisis finansial jangka pendek berupa analisis pendapatan. Aspek-aspek prospek pengembangan yang digunakan untuk menjelaskan secara kualitatif antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek organisasi dan manajemen, aspek sosial dan lingkungan.

Kelayakan suatu usaha dapat dikatakan berhasil atau tercapai dan memiliki prospek yang baik jika kriteria dari analisis-analisis tersebut dapat terpenuhi. Apabila setelah dilakukan analisis hasil yang ditunjukkan layak, maka usaha tersebut baik untuk dilanjutkan dan dilakukan pengembangan, sebaliknya apabila hasil menunjukkan usaha tersebut tidak layak, maka sebaiknya usaha budidaya sengon tersebut dievaluasi dan dilakukan penataan ulang yang lebih baik agar usaha tersebut layak untuk dikembangkan.


(1)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Usahatani sengon di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung secara finansial layak untuk diusahakan dimana kriteria investasi yang diperoleh menguntungkan dilihat dari Net B/C sebesar 4,81, nilai Gross B/C sebesar 4,26, nilai NPV sebesar Rp 97.068.096,99, nilai IRR sebesar 76,96 % lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 19,25 % dan PP selama 5 tahun 8 bulan dari umur ekonomis usaha selama 6 tahun.

2. Setelah dilakukan analisis sensitivitas usahatani sengon di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung masih tetap layak terhadap penurunan produksi sebesar 11,15 %, penurunan harga jual kayu sengon sebesar 17,24 %, dan kenaikan biaya produksi sebesar 30%. Perhitungan berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 19,25 %.

3. Prospek pengembangan agribisnis sengon rakyat sangat prospektif/baik. Hal ini dilihat dari kondisi hulu dimulai dari perencanaan dan pengelolaan sarana produksi yang terencana, penerapan cara budidaya sengon yang sudah baik, dan dari sektor pengolahan hasil olahan kayu sengon banyak


(2)

diminati konsumen dimana rasio nilai tambah pada masing-masing hasil olahan diantarannya kaso 17,80 %, balok 31,25 %, papan 25,31 % dan reng 34,24 % yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan sehingga aspek pasar dan pemasaran kayu sengon jelas didukung dengan sarana dan prasarana dan jasa penunjang yang sudah baik seperti lembaga keuangan, trasnsportasi dan jalan yang lancar, kelembagaan kelompok tani serta ketersediaan sumber air dan listrik yang merata.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi petani, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani sengon rakyat layak dan menguntungkan, sehingga petani sangat perlu

meningkatkan penggunaan input dan pemeliharaan yang baik dan sesuai anjuran sehingga dapat meningkatkan kualitas kayu dan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

2. Bagi pemerintah daerah dan kota khususnya Dinas Kehutanan Provinsi Lampung serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kota Bandarlampung, agar mendorong pengembangan usahatani sengon rakyat berupa

diberikannya penyuluhan tentang penanaman, pemeliharaan, dan

penanganan pasca panen, selain itu diharapkan juga lebih mempermudah akses permodalan dan sarana produksi bagi petani sengon sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan kualitas produksi kayu yang dihasilkan.


(3)

3. Bagi peneliti lain, disarankan agar membahas lebih lanjut mengenai aspek permintaan dan penawaran kayu sengon, serta strategi pengembangan usahatani sengon untuk melihat seberapa besar permintaan pasar lokal maupun internasional mengenai kayu sengon dan melihat seberapa besar pengaruh perekonomian terhadap ekspor kayu sengon.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andarini, N.S. 2010. Prospek Pengembangan Usahatani Buah Naga Di Desa Marga Jasa Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

Atmosuseno, B.S. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Jakarta. Penebar Swadaya

Ayar, J.J. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Dan Ekonomi Serta Pemasaran Karet Rakyat Di Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka (LDA). Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung

. 2012. Statistik Kehutanan. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung

Cangara, H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Bandarlampung.

2012. Data dan Informasi Luas Hutan Rakyat Per Kecamatan. Bandarlampung. Lampung

. 2012. Data dan Informasi Kelompok Tani Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling. Bandarlampung. Lampung

Diniyaiti, D. 2012. Analisis Finansial Agroforestry Sengon Di Kabupaten Ciamis. Jurnal Penelitian Agroforestry, UGM. Vol 1 No 1, Agustus 2013 (hal. 13-30) Djamin, Z. 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta. FE-UI

Downey, W. D dan S. P. Erickson.1992. Manajemen Agribisnis. Jakarta. Erlangga Firdaus, M. 2008. Manajemen agribisnis. Jakarta. Bumi Aksara


(5)

Gittinger, J.P. 1993. Analisa Proyek-proyek Pertanian. Jakarta. UI - Press Hayami Y., Thosinori M., dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Markerting and

Processing in Upland Java: A prospectif From A Sunda Village. Bogor Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya

Husnan, S dan Suwarsono. 1984. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan. Yogyakarta. FE-UGM

Ibrahim, H.M.Y. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Kementerian Kehutanan. 2012. Populasi pohon sengon yang diusahakan oleh

rakyat menurut propinsi. Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan. Jakarta .2014. http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/umum/19-hutan-tanaman-rakyat.html. Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Diakses pada tanggal 20 Februari 2014

Limbong, H.W. 2005. Prospek Pengembangan usaha Jamur Merang di Bandarlampung. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Mardikanto, T. 2009. Membangun Pertanian Modern. Surakarta. UNS Press Nitisemito, A.S dan M.U Burhan. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi

Proyek. PT Bumi Aksara. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Purwatiningrum. 2004. Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga/Kelompok

Masyarakat. Makalah Penelitian Usaha Ekonomi Keluarga di Jakarta. 12 Maret 2004

Putri, D.A.D. 2012. Analisis Pendapatan Petani Sengon (Parasianthes falcataria) dengan Pola Tanam Monokultur dan Tanaman Sela Di Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Rizal, A. 2012. Kajian Strategi Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Hutan Rakyat Di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi


(6)

Sanusi, B. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta. LPFE-UI

Saragih, B. 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor. Pustaka Wirausaha Muda

Sari, A.O. 2011. Analisis Kelayakan Finansial, Nilai Tambah, dan Prospek Pengembangan Agroindustri Kerupuk Singkong Skala Rumah Tangga di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Sari, D.M. 2010. Analisis Kelayakan Finansial dan Prospek Pengembangan Usaha jamur Tiram Di Bandarlampung. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Siagian, S. P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Rineka Cipta

Simangunsong, C. 2008. Sistem pengelolaan hutan rakyat dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat. 10 Juli 2011. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/25069/7/Cover.pdf. 20 p Siregar, I.Z, T. Yunanto dan J. Ratnasari. 2008. Kayu Sengon: Prospek Bisnis,

Budidaya, Panen dan Pasca Panen. Jakarta. Penebar Swadaya

Sismaryadi. 1988. Silvopasture. Majalah Duta Rimba 95-96 (X1V) : 25-30 Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press) Souhuwat, R. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Minyak Kayu Putih di

Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Manajemen Agribisnis. Vol. 1, No.1, Mei 2013

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor. Ghalia Indonesia Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya

Tania, D. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Tanaman Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Zuraida, R. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia Crassicarpa (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau. Skripsi Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor