Analisis Produksi Dan Kelayakan Finansial Usahatani Karet Rakyat Di Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL

USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU,

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

ULPAN AFFANDI

060304058

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL

USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU,

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

ULPAN AFFANDI

060304058

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Ir. Thomson Sebayang, MT ) (Ir. Iskandarini, MM NIP : 19571115 198601 1 001 NIP : 19640505 199403 2 002

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ULPAN AFFANDI (060304058) dengan judul penelitian ANALISIS

PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET

RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU. Penelitian ini dibimbing oleh

Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir. Iskandarini, MM.

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat segera melakukan penyesuaian bilamana proyek tersebut berjalan menyimpang dari rencana semula. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tingkat produktivitas karet, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karet, dan untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani karet.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

pertimbangan bahwa di Desa Kebun Balok dan Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat terdapat tanaman yang memenuhi kriteria umur produksi tanaman karet. Metode penentuan sampel dilakukan secara purposive (sengaja). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis finansial (NPV, IRR, Net B/C).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : produktivitas karet di daerah penelitian tergolong rendah; pada tanaman karet umur 6-20 tahun, secara serempak semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet, namun secara parsial hanya faktor umur tanaman dan pupuk yang berpengaruh nyata; pada tanaman karet umur 21-25 tahun, secara serempak semua faktor produksi juga berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet, namun secara parsial hanya faktor umur tanaman yang berpengaruh nyata; secara finansial usahatani karet layak untuk diusahakan karena nilai NPV > 0, IRR > i, dan Net B/C > 1.


(4)

RIWAYAT HIDUP

ULPAN AFFANDI dilahirkan di Bahjambi pada tanggal 9 November 1988 dari

ayahanda Untung Surya dan ibunda Apriani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 091566 Bahjambi, Simalungun tahun 2000, SMP Negeri 2 Siantar, Simalungun tahun 2003, SMA Negeri 4 Pematang Siantar tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturrahim Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian.

Pada bulan Juni 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi. Pada bulan April 2011 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Kebun Balok dan Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI

KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT”

Dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT, selaku ketua komisi pembimbing,

dan kepada Ibu Ir. Iskandarini, MM, selaku anggota komisi pembimbing yang

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan

sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU

2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis.

3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut

serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

Terima kasih yang tiada terkira penulis haturkan kepada orang tua tercinta Ayahanda Untung Surya dan Ibunda Apriyani yang telah mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, dukungan, nasehat, serta doa yang tiada hentinya, dan juga kepada adik ku tercinta Ulia Khairunnisa yang juga selalu memberikan doa dan semangat. Terima kasih kepada Om Muhammad Hariadi dan Tante Safrida yang selama ini telah meberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

Tidak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di stambuk 2006 yang telah begitu banyak memberikan bantuan dan support kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

Tinjauan Pustaka ... 5

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 21

METODE PENELITIAN ... 22

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Pengambilan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

Defenisi ... 28

Batasan Operasional ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 31

Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

Karakteristik Petani Sampel ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Produktivitas Karet di Daerah Penelitian ... 35

Pengaruh Faktor-Produksi Terhadap Produktivitas Karet ... 37

Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Karet ... 50


(8)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58 Kesimpulan ... 58 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Rakyat per

Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 3

2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Rakyat per Kecamatan di Kabupaten Langkat Tahun 2009 ... 22

3. Luas Tanam dan Produksi Karet Rakyat per Desa di Kecamatan Wampu Tahun 2009 ... 23

4. Populasi dan Sampel Petani Karet di Kecamatan Wampu ... 24

5. Keadaan Tata Guna Tanah di Kecamatan Wampu ... 31

6. Komposisi Penduduk Kecamatan Wampu Menurut Kelompok Umur ... 32

7. Komposisi Penduduk Kecamatan Wampu Menurut Mata Pencaharian ... 33

8. Sarana dan Prasarana Kecamatan Wampu ... 33

9. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian ... 34

10. Perbandingan antara Produktivitas Lump Berdasarkan Tingkat Umur Tanaman Karet di Daerah Penelitian dengan Standar Produktivitas Balai Penelitian Karet ... 36

11. Hasil Pengujian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Umur 6-20 Tahun ... 38

12. Hasil Uji Multikolinearitas (Umur 6-20 Tahun) ... 40

13. Hasil Uji Autokorelasi (Umur 6-20 Tahun) ... 41

14. Hasil Uji F (Umur 6-20 Tahun) ... 44

15. Hasil Uji t (Umur 6-20 Tahun) ... 45

16. Hasil Pengujian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Umur 21-25 Tahun ... 46

17. Hasil Uji Multikolinearitas (Umur 21-25 Tahun) ... 47

18. Hasil Uji Autokorelasi (Umur 21-25 Tahun) ... 47

19. Hasil Uji F (Umur 21-25 Tahun) ... 49

20. Hasil Uji t (Umur 21-25 Tahun) ... 49

21. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Karet di Daerah Penelitian ... 51


(10)

23. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Karet di Daerah Penelitian ... 52

24. Analisis Finansial Usahatani Karet per Hektar di Daerah Penelitian ... 54


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 20

2. Hasil Uji Heterokedastisitas (Umur 6-20 Tahun) ... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal.

1. Karakteristik Petani Sampel ... 62

2. Biaya Penggunaan Bibit Usahatani Karet per Petani ... 63

3. Biaya Penggunaan Bibit Usahatani Karet per Hektar ... 64

4. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Karet per Petani ... 65

5. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Karet per Hektar ... 66

6. Biaya Penggunaan Herbisida Usahatani Karet per Petani ... 67

7. Biaya Penggunaan Herbisida Usahatani Karet per Hektar ... 68

8. Biaya Saprodi Usahatani Karet per Petani ... 69

9. Biaya Saprodi Usahatani Karet per Hektar ... 70

10. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Karet per Petani dan per Hektar ... 71

11. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Karet per Petani dan per Hektar ... 72

12. Biaya Penyusutan Usahatani Karet per Petani dan Per Hektar ... 73

13. Total Biaya Usahatani Karet per Petani ... 79

14. Total Biaya Usahatani Karet per Hektar ... 80

15. Penerimaan Usahatani Karet per Petani dan Per Hektar ... 81

16. Pendapatan Bersih Usahatani Karet per Petani dan per Hektar ... 82

17. Analisis Finansial Usahatani Karet ... 83

18. Input Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 6-20 Tahun ... 84

19. Input Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 21-25 Tahun ... 84

20. Output Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 6-20 Tahun ... 85

21. Output Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 21-25 Tahun ... 86


(13)

ABSTRAK

ULPAN AFFANDI (060304058) dengan judul penelitian ANALISIS

PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET

RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU. Penelitian ini dibimbing oleh

Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir. Iskandarini, MM.

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat segera melakukan penyesuaian bilamana proyek tersebut berjalan menyimpang dari rencana semula. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tingkat produktivitas karet, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karet, dan untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani karet.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

pertimbangan bahwa di Desa Kebun Balok dan Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat terdapat tanaman yang memenuhi kriteria umur produksi tanaman karet. Metode penentuan sampel dilakukan secara purposive (sengaja). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis finansial (NPV, IRR, Net B/C).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : produktivitas karet di daerah penelitian tergolong rendah; pada tanaman karet umur 6-20 tahun, secara serempak semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet, namun secara parsial hanya faktor umur tanaman dan pupuk yang berpengaruh nyata; pada tanaman karet umur 21-25 tahun, secara serempak semua faktor produksi juga berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet, namun secara parsial hanya faktor umur tanaman yang berpengaruh nyata; secara finansial usahatani karet layak untuk diusahakan karena nilai NPV > 0, IRR > i, dan Net B/C > 1.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam kegiatan usahatani, analisa usaha diperlukan untuk kepentingan pengelolaan yang menyangkut dana dan hasil yang diperoleh. Dengan analisa usaha dapat dilihat kelayakan usaha baik dari besarnya biaya yang sudah dikeluarkan serta prakiraan keuntungan yang akan didapat dari investasi yang sudah dijalankan. Analisa usaha juga berguna sebagai pertimbangan apakah pelaksanaan usahatani, dalam hal ini usaha perkebunan karet, sudah dijalankan dengan baik dan benar (Tim Penulis, 2008).

Para analis (peneliti) sering melakukan analisis finansial, karena analisis ini didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan data harga yang sebenarnya yang ditemukan di lapangan (real price). Dengan mengetahui hasil analis finansial, para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian (adjustment), bilamana proyek tersebut menyimpang dari semula. Analisis finansial penting dilakukan, untuk mengetahui posisi proyek pada tahun-tahun tertentu; apakah proyek dalam posisis defisit atau sebaliknya dalam keadaan menguntungkan (Soekartawi, 1995).

Karet merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara. Keberadaan Indonesia sebagai produsen karet utama di dunia menunjukkan bahwa karet Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring terus meningkatnya permintaan pasar terhadap karet maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan ekspor dengan lebih meningkatkan lagi produksi nasional.


(15)

Pengembangan investasi perkebunan karet dapat memberikan dampak positif untuk pertumbuhan sektor-sektor industri lainnya. Dalam usaha budidaya karet ini akan banyak membutuhkan bahan, seperti pupuk, pestisida, dan alat-alat pertanian sehingga dapat meningkatkan industri pupuk, pestisida, dan alat-alat pertanian tersebut. Selanjutnya, hasil perkebunan karet, dengan munculnya berbagai usaha industri maka akan membutuhkan tenaga kerja, sehingga akan memberi dampak positif karena berkurangnya jumlah pengangguran.

Total luas perkebunan karet di Indonesia hingga saat ini berkisar 3 juta hektar lebih, namun lahan karet yang luas di Indonesia tidak diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Hanya beberapa perkebunan besar milik negara dan swasta saja yang pengelolaannya sudah lumayan. Sementara kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya prduktivitas karet menjadi rendah (Tim Penulis, 2008).

Di Provinsi Sumatara Utara, Kabupaten Langkat merupakan salah satu sentra produksi dari komoditi karet. Kabupaten Langkat memiliki areal perkebunan karet rakyat yang cukup luas yaitu 41.455,00 Ha, dengan produksi mencapai 31.496,21 ton. Hal ini kemudian melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitian di daerah tersebut. Untuk melihat data luas areal, produksi, dan produktivitas karet rakyat di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, dapat dilihat pada tabel 1.


(16)

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Rakyat

Per Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009.

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Ket : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan

TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa luas areal perkebunan karet rakyat di Kabupaten Langkat pada tahun 2009 mencapai 41.455 Ha, dengan produksi 31.496,21 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat menempati posisi kedua setelah Kabupaten Mandailing Natal dalam hal luas areal dan produksi karet rakyat. Disamping itu, Kabupaten Langkat juga memiliki 20.770 KK yang mengusahakan usahatani karet rakyat dan merupakan jumlah KK terbanyak diantara kabupaten lainnya yang mengusahakan usahatani karet rakyat.

No Kabupaten

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton) Produk- tivitas (Kg/Ha/ Thn) KK

TBM TM TTM Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 29 20 21 22 Nias Mandailing Natal Tapanulu Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Hbg Hasundutan Pakpak Bharat Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara 5.370,50 7.928,00 5.240,29 3.650,50 326,25 64,00 309,00 296,00 813,40 83,00 3,00 1.000,00 1718,00 2.029,50 695,20 1.059,00 1.153,50 5,50 11.531,00 7.378,30 806,00 299,00 25.008,50 43.574,24 9.524,25 23.657,00 7.851,25 314,50 18.511,50 5.144,00 11.870,20 158,50 67,00 4.667,00 39.446,00 5.833,00 2.726,10 679,00 10.253,10 195,50 23.941,00 4.014,90 24.536,00 21.751,00 4.017,00 19.879,70 7.091,50 4.539,00 154,75 35,00 50,00 583,00 147,90 4,00 - 299,00 271,00 171,00 151,00 97,00 45,00 20,00 2.550,00 1.137,00 49,00 127,00 34.396,00 71.381,94 21.856,04 31.846,50 8.332,25 413,50 18.870,60 6.023,00 12.831,50 245,50 70,00 5.966,00 41.455,00 7.224,50 3.572,30 1.835,00 11.451,60 221,10 38.022,00 12.530,20 25.391,00 21.141,00 28.468,00 34.691,00 6.574,61 18.090,00 4.661,89 511,00 18.099,76 8.804,04 11.009.76 118,89 95,71 5.716.98 31.496,21 6.584,66 1.926,20 568,00 9.280,80 117,30 20.600,64 3.385,90 20.679,98 23.169,00 1.138,33 796,14 690,30 764,68 593,78 1.624,80 977,76 1.711,52 927,51 750,09 1.428,51 1.224,98 798,46 1.128,86 706,58 836,52 905,17 600,00 860,48 843,33 842,84 1.065,19 22.243 9.270 19.115 20.060 16.241 1.385 9.966 2.923 7.639 333 135 4.462 20.770 3.111 5.287 2.453 10.699 797 13.432 5.075 13.371 11.840

Jumlah 51.758,94 282.898,04 41.418,95 376.075,93 254.650,07 200.607


(17)

Identifikasi masalah

1. Bagaimana produktivitas karet di daerah penelitian?

2. Faktor-faktor produksi apakah yang mempengaruhi produktivitas karet di

daerah penelitian?

3. Apakah usahatani karet layak secara finansial?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan tingkat produktivitas karet di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi

produktivitas karet di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani karet di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani karet dalam mengembangkan usahatani

karet.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang


(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15°LS dan 15°LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/ tahun. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25°-30°C (Setyamidjaja, 1993).

Bibit unggul paling tidak harus memenuhi dua kriteria yakni unggul genetis dan unggul agronomis. Unggul genetis artinya karakter bibit dalam hal ketahanan hama dan penyakit tinggi, serta masa produksi lama. Unggul agronomis artinya cepat tumbuh, mudah perawatan, dapat ditumbuhkan dalam kisaran iklim yang luas. Salah satu komponen dalam paket teknologi budidaya perkaretan adalah penggunaan klon anjuran. Untuk perkebunan karet rakyat klon-klon anjuran terdiri dari klon-klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300, dan PR 303. Penggunaan klon unggul akan mempengaruhi besar kecilnya produksi lateks yang diperoleh pada saat penyadapan ( Haris, 1992).

Perawatan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) akan berpengaruh pada saat penyadapan pertama. Perawatan yang intensif dapat mempercepat awal penyadapan. Perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. Kematian tanaman karet setelah penanaman masih dapat ditolerir sebanyak 5%. Penyiapan bibit


(19)

untuk penyulaman dilakukan bersamaan dengan penyiapan bibit untuk penanaman agar diperoleh keseragaman bibit yang tumbuh. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu samapai dua tahun. Tahun ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman ( Tim Penulis, 1998).

Pemupukan pada TBM mempunyai tujuan untuk memperoleh tanaman yang subur dan sehat, sehingga lebih cepat tercapainya matang sadap dan agar tanaman cepat menutup sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk secara berkala dan dengan frekuensi yang tinggi dapat mengurangi kehilangan hara disebabakan proses pencucian dan dosis pupuk tahunan dapat diserap akar tanaman lebih efesien (Adiwiganda, 1995).

Seleksi pohon yang sehat dan homogen menjelang masak sadap perlu dilakukan. Pohon yang tetap tertinggal adalah pohon yang benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Sedangkan penjarangan dilakukan dengan cara membongkar pohon-pohon yang tidak baik dan terserang penyakit ( Tim Penulis, 1998).

Memasuki tahun kelima dari siklus hidup karet, tanaman karet sudah disebut tanaman yang menghasilkan. Pada tahun ini tanaman karet sudah mulai disadap. Namun adakalanya dari sejumlah pohon karet yang berumur empat tahun itu ada pohon yang belum bisa disadap. Menurut teori, tanaman karet yang bisa disadap pada usia empat tahun itu belum 100%. Biasanya dari 476 pohon, yang benar-benar matang sadap hanya sekitar 400 pohon (Tim penulis 2008).

Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan


(20)

kesuburan pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setiap tahun. Menurut Djoehana Setyamidjaja dosis setiap aplikasi berdasarkan jenis tanah sebahgai berikut :

- Jenis tanah latosol : 280 gr Urea, 133,3 gr TSP, 180 gr KCL per pohon

- Jenis tanah PMK : 280 gr Urea, 324 gr TSP, 156 gr ZK per pohon

Pemupukan tanaman produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi 10-20%, meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan hama penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama (Setyamidjaja, 1993).

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun tergantung pada kesuburan pertumbuhannya. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkat produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 28 tahun produksinya akan menurun. Apabila sudah terjadi penurunan produksi lateks karena umur tua, maka tanaman karet sudah waktunya untuk diremajakan (Syamsulbahri, 1996).

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah. Melalui saluran irisan akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental (Sadjad. S, 1996).

Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang sadap. Jika belum mencapai 55% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang


(21)

dilakukan sebelum mencapai persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet (Tim Penulis, 1998).

Sebatang pohon karet telah dapat dikatakan memenuhi syarat untuk disadap bila pohon tersebut telah mencapai lilit batang 45 cm pada ketinggian 100 cm di atas pertautan untuk tanaman yang berasal dari bibit okulasi atau pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah untuk tanaman asal biji (Setyamidjaja, 1993).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke arah kanan bawah dengan sudut kemiringan 30° dari horizontal. Pisau sadapan berbentu V dengan demikian aliran lateks akan tertampung pada daerah dasarnya (Syamsulbahri, 1996).

Dalam pelaksanaan penyadapan harus diperhatikan ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan dan pemulihan kulit bidang sadap. Tebal irisan yang dianjurkan 1,5 – 2 mm, kedalaman irisan yang dianjurkan 1 – 1,5 mm dari lapisan kambium. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00 pagi. Sedang pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.00 - 10.00 pagi. Kulit pulihan bisa disadap kembali setelah 9 tahun untuk kulit pulihan pertama dan dapat disadap kembali pada bidang yang sama setelah 8 tahun untuk kulit pulihan kedua ( Tim Penulis, 1998).

Sistem sadap menggambarkan kombinasi jumlah sayatan/ potongan per pohon, panjang sayatan dan frekuensi sadapan. Berdasarkan hitungan internasional, maka panjang sayatan merupakan fraksi dari lingkar/ lilit/ diameter batang. S/1 berarti sadapan satu spiral penuh, S/2 sadapan dilakukan setengah spiral, S/4 ;


(22)

seperempat spiral, S/R ; kurang dari satu spiral. Frekuensi sadapan dirumuskan dengan huruf d, d/1 artinya sadapan dilakukan setiap hari, d/2 berarti sadapan dilakukan setiap 2 hari sekali. Sistem sadap yang digunakan akan berpengaruh pada umur ekonomis tanaman karet. Penyadapan yang berlebihan dapat memperpendek umur ekonomis tanaman karet. Hasil karet dinyatakan dengan kg karet kering per hektar setiap tahunnya (Syamsulbahri, 1996).

Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian akan berpengaruh terhadap biaya. Di dalam peningkatan produksi yang terpenting adalah adanya kenaikan produktivitas per satuan luas dan waktu. Bentuk teknologi dapat berupa cara budidaya yang baik, introduksi teknologi biologis/ kimia seperti bibit, pupuk dan obat-obatan, penggunaan teknologi mekanisasi meliputi penggunaan alat-alat pertanian (Hermanto, 1988).

Bahan olah karet rakyat diantaranya sebagai berikut :

1. Lump Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.

2. Lump Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung

bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya

3. Sleb/Lump Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh Balai Penelitian Sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.


(23)

4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan

mencampurkan lateks dengan lump mangkok kemudian dibekukan dengan asam

format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60 cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalampengangkutan .

5. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS) : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.

6. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan sit asap dengan

pembeku asam format/semut hampir sama dengan sit angin, bedanya terletak pada

proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang

bertahap antara 40 derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari .

Landasan Teori

Produksi

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1994).


(24)

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).

Dalam ilmu ekonomi mikro dikenal dengan apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik atau output dengan faktor produksi atau input. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi ditulis sebagai berikut (Sadono Sukirno, 1994) :

Q = F (K, L, R, T)

Dimana :

Q = jumlah produksi K = modal


(25)

R = kekayaan alam/ tanah

T = teknologi

Fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut :

Q = ALαKβ

Dimana :

Q = out put (produksi)

L = tenaga kerja

K = modal

α dan β = parmeter-parameter positif yang lainnya yang ditentukan oleh data.

Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur

persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen sementara K

dipertahankan konstan (ceteris paribus). Demikian pula β mengukur persentase

kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan

konstan. Jadi α dan β masing-masing adalah elastisitas output dari L dan K (Dominick Salvatore, 1990).

Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi dalam fungsi produksi Cobb Douglass yang telah diuraikan di atas dalam bentuk linier ditransformasikan ke sistem bilangan logaritma, sering digunakan nilai

koefisien regresi dalam persamaan fungsi produksi Cobb Douglass Y = f (Xi),


(26)

Y = a + biXi,

Turunan pertama nilai (Y) terhadap (X) adalah :

δY / δXi = bi ; diintegralkan menjadi

Y = ∫ bi δXi

Y = biXi + C ; dimana C = konstanta (intrcept)

Maka dari hasil perhitungan integral persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa berapapun pertambahan nilai (X), akan dapat berpengaruh terhadap nilai Y sebesar pertambahan persentase nilai (bi). Maka sesuai dengan pengertian nilai koefisisen elastisitas yaitu mengukur persentase perubahan jumlah produksi persatuan Xi yang diakibatkan oleh persentase perubahan faktor produksi tertentu yang digunakan.

Biaya Produksi

Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel, karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian biaya tetap dan biaya variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel (Mubyarto, 1994).

Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.


(27)

TR = Y . Py

Dimana :

TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh

Py = harga Y

(Soekartawi, 2002).

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani (total farm expense) didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi, 1986).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan TC = total biaya (Soekartawi, 2002).


(28)

Kelayakan Finansial

Analisis finansial merupakan suatu alat untuk mengukur layak atau atau tidaknya suatu investasi apabila diukur dari aspek keuangan. Pada umumnya terdapat beberapa kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang tergantung kepada kondisi dan kebutuhan yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost), dan IRR (Internal Rate of Return).

(Soekartawi, 1991).

Dasar penerimaan/ penolakan sebagai rangka mencari ukuran yang menyeluruh yang telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : (1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) ; (2) Internal Rate of Return (IRR) ; (3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ; (4) Gross Benefit- Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; dan (6) Return on Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray dkk, 1999).

Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan

istilah analisis yang sudah mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu-waktu

tertentu.

Cara menghitung NPV adalah sebagai berikut :

NPV =�Bt−Ct (1 + I)t

n


(29)

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu proyek pada

tahun t

Ct = biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t, Ct dihitung per

hektar per tahun

n = umur ekonomis proyek dalam perhitungan dipergunakan 1 tahun

i = discount rate

NPV = nilai netto sekarang (Soekartawi, 1991).

Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan parameter yang dipakai untuk melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari Bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0), oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu (Soekartawi, 1995).

Perkiraan IRR dapat dicari dengan memecahkan persamaan sebagai berikut :

IRR = i′+ NPV′

(NPV′−NPV") (i"−i′)

Keterangan :

i’ = discount rate ke -1

i” = discount rate ke -2


(30)

NPV” = nilai net present value -2

- Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk

dilaksanakan.

- Bila IRR < tingkat suku bungan berlaku maka usaha tersebut tidak layak

untuk dilaksanakan (Kadariah, 1999).

Benefit cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negatif atau :

Dengan Rumus :

NetB

C =

� Bt−Ct

(1 + i)t

n

t=0

� Ct−Bt

(1 + i)t

n t=0

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu proyek

pada tahun t

Ct = biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t, Ct dihitung

per hektar per tahun

N = umur ekonomis proyek

i = discount rate yang digunakan

t = jangka waktu suatu proyek atau usaha tani

Kriteria yang dipakai adalah :


(31)

- Bila B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1986).

Kerangka Pemikiran

Dalam usaha pertanian produksi diperoleh mulai suatu proses yang panjang dan penuh resiko. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai faktor penentu pencapaian produktivitas. Input produksi yang dibutuhkan antara lain adalah lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan lain-lain.

Lahan, tenaga kerja, dan sarana produksi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani karet. Semakin luas lahan yang dimiliki, semakin besar pula hasil yang didapat dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti penggunaan bibit, jarak tanam, pemupukan dan juga obat-obatan yang digunakan. Demikian juga halnya dengan sarana produksi, misalnya penggunaan bibit. Jika yang digunakan petani adalah bibit unggul, maka produktivitasnya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bibit yang biasa.

Jika faktor-faktor produksi sudah terpenuhi maka kegiatan produksi dapat

berjalan. Salah satu hasil produksi dari usahatani karet adalah lump, yaitu getah

karet yang mengalir pada bidang sadap kemudian dikumpulkan dalam tempurung kelapa atau wadah lainnya.

Hasil produksi ini kemudian dijual petani berdasarkan harga yang berlaku di pasar. Dari kegiatan ini petani memperoleh penerimaan. Pendapatan petani dihitung dengan mengurangkan total penerimaan dengan total biaya.


(32)

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Yang termasuk dalam biaya tetap antara lain pajak bumi dan bangunan, sewa lahan, dan biaya penyusutan. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya sarana dan produksi.

Analisis finansial mencakup pembiayaan proyek yang akan atau yang sedang dilaksanakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh. Aspek ini diawali dengan memperhitungkan aspek pembiayaan dari kegiatan yang paling kecil sampai dengan kegiatan yamg paling besar. Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input-output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya.

Dasar penerimaan atau penolakan sebagai rangka mencari ukuran yang menyeluruh yang telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal adalah Net Present Value (NPV) ; Internal Rate of Return (IRR) ; Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C).


(33)

Skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan seperti pada gambar berikut :

Keterangan :

Ada hubungan Mempengaruhi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani karet

Input Produksi: - Tenaga Kerja

- Saprodi

Produksi Usahatani (Lump)

Harga

Penerimaan

Biaya Produksi (FC , VC)

Pendapatan Petani

Analisis Finansial : (NPV, IRR, B/C)

Layak Tidak Layak Produktivitas

Faktor tanaman:

- Umur tanaman - jumlah pokok


(34)

Hipotesis Penelitian

1. Produktivitas karet rakyat di daerah penelitian relatif tinggi.

2. Variabel umur, jumlah pokok, pupuk, herbisida, tenaga kerja dalam keluarga

dan tenaga kerja luar keluarga berpengaruh nyata terhadap produktivitas karet rakyat di daerah penelitian.

3. Usahatani karet adalah usahatani yang menguntungkan dan layak secara


(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, dengan alasan bahwa dari enam kecamatan dengan produktivitas tertinggi di Kabupaten Langkat, yaitu Kecamatan Stabat, Wampu, Sawit Seberang, Padang Tualang, Tanjung Pura, dan Sei Lepan, Kecamatan Wampu merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan yang terbesar.

Tabel 2. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Rakyat Per Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2009.

No Kecamatan

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton) Produk-tivitas (Kg/Ha/Thn) KK TBM TM TTM Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Bahorok Salapian Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Stabat Wampu Batang Serangan Sawit Seberang Padang Tualang Hinai Secanggang Tanjung Pura Gebang Babalan Sei Lepan Brandan Barat Besitang Pangkalan Susu 392 405 149 50 95 1 2 125 275 126 68 2 0 0 9 15 175 21 108 42 8.096 11.162 2.185 1.770 1.344 9 31 1.722 4.403 1.022 1.158 36 5 2 78 181 1.055 209 2.557 416 45 32 32 20 15 0 1 5 10 13 7 1 0 0 1 5 10 4 63 7 8.533 11.599 2.366 1.840 1.454 10 34 1.852 4.688 1.161 1.233 39 5 2 88 201 1.240 234 2.728 465 6.072 8.259 1.721 1.451 820 7 28 1.567 3.962 941 1.056 31 4 2 59 147 2.780 178 2.109 302 750,00 739,92 787,64 819,77 610,12 777,78 903,23 909,99 899,84 920,74 911,92 861,11 800,00 1000,00 756,41 812,15 909,98 851,67 824,79 725,96 4.213 5.815 1.163 910 718 5 17 935 2.358 552 626 20 3 1 42 98 1.610 112 1.349 223

Jumlah 2.060 39.441 271 41.772 31.496 20.770

Rata-rata 828,65


(36)

Tabel 3. Luas Tanam dan Produksi Karet Rakyat per Desa di Kecamatan Wampu Tahun 2009

No Desa Luas tanam (Ha) Produksi (Ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Besilam B. Lembasa Gergas Bingai Bukit Melintang Kebun Balok Sumber Mulyo Gohor Lama Stabat Lama

Stabat Lama Barat Pertumbukkan Paya Tusam Mekar Jaya Jentera Stabat Stungkit 182 214 0 0 350 245 254 0 76 172 132 57 92 78 153,99 181,07 0,00 0,00 296,14 207,30 214,91 0,00 64,30 145,53 111,69 48,23 77,84 66,00

Jumlah 1852 1567,00

Sumber : KecamatanWampu Dalam angka 2010.

Dari 14 desa di Kecamatan Wampu, dipilih dua desa sebagai daerah penelitian yaitu Desa Kebun Balok dan Desa Stabat Lama Barat. Dengan alasan di kedua daerah ini terdapat tanaman yang memenuhi kriteria umur produksi tanaman karet. Sehingga, sampel berdasarkan umur produksi tanaman karet pada penelitian ini dapat terpenuhi.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani karet di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Metode yang digunakan dalam

penentuan sampel adalah Purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan umur

tanaman karet yang ada di daerah penelitian. Umur tanaman yang diambil mulai dari umur 1 tahun sampai dengan 25 tahun, dengan distribusi sebagai berikut :


(37)

Tabel 4. Populasi dan sampel petani karet di Kecamatan Wampu

No Desa Populasi Sampel 1 Kebun Balok 175 25 2 Stabat Lama Barat 38 5

Total 213 30

*Sumber : Penyuluh Kecamatan Wampu

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani karet melalui survey maupun melalui kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan data skunder diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Langkat, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kecamatan Wampu dan instansi yang terkait. Jenis data skunder yang diperlukan antara lain luas areal, produksi, dan produktivitas karet rakyat.

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis, digunakan metode dan teknik analisis data yang sesuai dengan masing-masing hipotesis yang dibuat. Hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan produktivitas karet rakyat di daerah penelitian dengan Standar Balai Penelitian Karet.

Hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Untuk analisis ini, nilai data variabel tidak boleh ada yang nol, bila ada nilai nol maka variabel tersebut tidak ikut dianalisis karena tidak dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, untuk menghindari nilai data nol tersebut digunakan nilai yang dianggap kecil yaitu nilai 0,0001 sehingga dapat ditransformasikan ke dalam


(38)

bentuk logaritma. Dengan demikian semua variabel dapat dianalisis sehingga persamaan regresinya sebagai berikut :

Y = b0X1b 1 . X2b 2 . X3b 3 . X4b 4 . X5b 5 . X6b 6 . e µ

Dimana :

Y = Produktivitas karet (kg/ha/tahun)

X1 = Umur tanaman (tahun)

X2 = Jumlah pokok ( batang)

X3 = Pupuk (kg)

X4 = Herbisida (liter)

X5 = TKDK (HKP)

X6 = TKLK (HKP)

b0 = Intersep

b-b6 = Koefesien regresi

u = Faktor pengganggu

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :


(39)

Hipotesis 3, dianalisis dengan metode perhitungan kelayakan finansial yaitu :

1. Net Present Value

���=���− ��

(�+�)�

�=�

Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) finansial dari usaha tani karet pada tahun t

Ct = Biaya finansial usaha tani karet pada tahun t, Ct dihitung per hektar per

tahun

n = Umur ekonomis proyek dalam perhitungan dipergunakan setiap 1 tahun

pemeliharaan

i = Discount Rate

NPV = Nilai netto sekarang (Soekartawi, 1991).

Kriteria yang dipakai adalah :

- Bila nilai NPV > 0 maka proyek dikatakan layak

- Bila nilai NPV = 0 maka proyek tersebut maka proyek tersebut

mengembalikan persis sebesar Opportunity Costof Capital

- Bila nilai NPV < 0 maka proyek dikatakan tidak layak

2. Net Benefit Cost Ratio

���� =

� ��−��

(�+�)�

�=� ������� − ��> 0

� ��− ��

(�+�)�


(40)

Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) finansial dari usaha tani karet pada tahun t

Ct = Biaya finansial usaha tani karet pada tahun t, Ct dihitung per hektar per

tahun

n = umur ekonomis proyek

i = discount rate yang digunakan

t = jangka waktu usaha tani karet

Kriteria yang dipakai adalah :

- Bila B/C > 1 usaha tersebut layak diusahakan

- Bila B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan

(Soekartawi, 1986).

3. Internal Rate of Return

���= �+ ���

(���− ���") (�"− �)

Keterangan :

i’ = discount rate ke -1

i” = discount rate ke -2

NPV’ = Nilai net present value -1 NPV”= Nilai net present value -2

Kriteria yang dipakai adalah :

- Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk


(41)

- Bila IRR < tingkat suku bungan berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah, 1999).

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menganalisis penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

1. Usahatani karet adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan

yang di atasnya diusahakan tanaman karet sebagai tanaman utama.

2. Sarana produksi adalah sesuatu yang digunakan dalam proses produksi

suatu usahatani untuk menghasilkan suatu produk (out put). Sarana produksi yang digunakan adalah pupuk (Urea, TSP, MOP, KCL), obat-obatan (Round up, Gramoxone, Polaris).

3. Lahan adalah sebidang tanah yang dimiliki oleh petani untuk kegiatan

usahatani karet.

4. Tenaga kerja adalah orang yang mengelola usahatani pada sebidang tanah

yang merupakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

5. Produksi tanaman karet rakyat adalah getah tanaman karet dalam bentuk beku

berupa cup lump (karet setengah kering) yang dihasilkan oleh kebun petani (rakyat).

6. Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah produksi dengan luas lahan.

7. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama


(42)

Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dll.

8. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi (contoh : pajak, sewa lahan, penyusutan alat dan mesin).

9. Biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan

langsung dengan besar kecilnya produksi (contoh : biaya sarana dan produksi).

10. Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan

harga tanaman karet selama musim tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah.

11. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi.

12. Analisis finansial adalah analisis biaya dan manfaat dari usahatani karet di

daerah penelitian

13. Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih

antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga.

14. Internal Rate of Return (IRR) adalah parameter yang digunakan untuk

melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak.

15. Benefit Cost Ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan


(43)

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Daerah penelitian adalah, di Desa Kebun Balok dan Desa Stabat Lama Barat,

Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani karet.


(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Wampu adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Langkat, yang terletak di sebelah Barat Kota Stabat yang berjarak 17 Km dari Ibukota kabupaten dan 45 km dari ibukota propinsi. Kecamatan Wampu dengan luas 22.111 Ha, berada pada ketinggian rata-rata 4 meter di atas permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 35°C dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Hinai

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Serapit

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Stabat dan Selesai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan kecamatan

Batang Serangan.

Tata Guna Tanah

Pola penggunaan tanah di Kecamatan Wampu dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Keadaan Tata Guna Tanah di Kecamatan Wampu

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) %

1 Pemukiman/ pekarangan 725 3,3

2 Tanah sawah 715 3,2

3 Tanah kering 4.208 19

4 Tanah Rawa 1.300 5,9

5 Perkebunan Negara 6.813 30,8

6 Perkebunan Rakyat 6.700 30,3

7 Bangunan Perkantoran 1.129 5,1

8 Lain-lain 521 2,4

Jumlah 22.111 100


(45)

Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa dari 22.111 Ha luas Kecamatan Wampu sebagian besar digunakan untuk perkebunan rakyat seluas 6700 Ha (30,3 %). Berkaitan dengan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebesar 28% dari luas perkebunan rakyat digunakan untuk tanaman karet. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Wampu pada umumnya berkebun tanaman karet.

Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk Kecamatan Wampu adalah 41.859 KK, terdiri dari 21.096 laki-laki dan 20.763 perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Kecamatan Wampu Menurut Kelompok Umur

No Umur (tahun) Jumlah (jiwa)

1 2 3

0-14 15-64 >65

13.762 26.623 1.474

Jumlah 41.859

Sumber : Data Monografi Kec. Wampu 2010

Dari tabel 6. diketahui bahwa penduduk Kecamatan Wampu paling banyak pada umur/ usia 15-64 tahun yaitu 26.623 jiwa

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Wampu adalah dalam bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.


(46)

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kecamatan Wampu Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (jiwa) %

1 2 3 4 5 6 7 Pertanian Industri/ kerajinan PNS dan ABRI Perdagangan Angkutan Buruh Lainnya 11.451 767 343 787 80 5.760 425 58,4 3,9 1,7 4 0,4 29,4 2,2

Jumlah 19.613 100

Sumber : Data Monografi Kec. Wampu 2010

Dari tabel 7. dapat dilihat bahwa menurut mata pencaharian di Kecamatan Wampu yang paling tinggi adalah lapangan pertanian sebesar 58,4 % .

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Wampu saat ini dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana transportasi, pendidikan dan sosial. Keadaan sarana dan prasarana Kecamatan Wampu dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kecamatan Wampu

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana pendidikan

- TK - SD - SLTP - SMA - SMK 7 32 5 4 1

2 Sarana Kesehatan

- Puskesmas - Klinik - Polindes 1 12 7


(47)

- Posyandu 56

3 Sarana Transportasi

- Jalan negara

- Jalan kabupaten

- Jalan desa

- Jalan perkebunan

- Jembatan besi/ beton

- Jembatan kayu

- Jembatan darurat

8 km 46 km 50 km 10 km

27 buah 31 buah 2 buah Sumber : Data Monografi Kec. Wampu 2010

Karakteristik Petani Sampel

Adapun karekteristik petani yang menjadi petani sampel dalam penelitian ini meliputi, luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, lama berusaha tani, dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Luas Lahan Hektar 0,4 - 3 1,19

2 Umur Tahun 35 - 82 45,53

3 Tingkat Pendidikan Tahun 6 - 12 7,5

4 Lama berusaha tani Tahun 7 - 50 27,57

5 Jumlah tanggungan Jiwa 0 - 4 1,9

Sumber : Analisis Data Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata luas lahan karet yang dimiliki petani adalah 1,19 hektar. Rata-rata umur petani karet adalah 45,53 tahun dengan rentang antara 35-82 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani karet rata-rata 7,5 tahun, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dominan dari petani karet adalah tingkat SMP. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden pengolah tempe rata-rata 1,9 dengan rentang antara 0 - 4 orang, sedangkan pengalaman atau lama berusaha tani rata-rata 27,57 tahun dengan rentang antara 7-50 tahun.


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Karet di Daerah Penelitian

Di daerah penelitian, produksi karet yang dihasilkan hanya berupa lump. Lump adalah lateks yang merupakan getah pohon karet yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses

pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya. Lump

merupakan karet berkadar air sekitar 50%. Jadi untuk lump seberat 1 kg, jika dikeringkan menjadi 0,5 kg karet kering.

Produktivitas tanaman karet berbeda untuk setiap umur tanaman. Untuk melihat pola produktivitas tanaman karet di daerah penelitian, maka disajikan grafik sebagai berikut :

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 15.

1.625,00 1.828,67

1.898,00 1.950,00

1.960,00 1.966,00

1.970,00

1.978,25

1.820,00 1.820,00

1.768,00 1.690,00

1.674,00

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

6 10 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Pr

od

u

k

ti

v

it

a

s

Umur tanaman


(49)

Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa tanaman karet di daerah penelitian baru mulai berproduksi pada saat tanaman karet berumur 6 tahun. Produktivitas lump mulai meningkat pada saat umur tanaman karet 6-20 tahun. Produktivitas tertinggi tercapai pada saat tanaman berumur 20 tahun. Dan produktivitas mulai menurun pada saat tanaman karet berumur 21 tahun dan seterusnya.

Untuk melihat seberapa besar tingkat produktivitas karet di daerah penelitian, maka dibuat perbandingannya dengan standar yang ditetapkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Karet.

Tabel 10.Perbandingan antara Produktivitas Lump Berdasarkan Tingkat

Umur Tanaman Karet di Derah Penelitian dengan Standar Produktivitas Balai Penelitian Karet

Tahun Sadap

Umur Tanaman (tahun)

Hasil di Lapangan (Daerah Penelitian)

Standar

Balai Penelitian Karet* Produktivitas Lump (Kg/ha/tahun) Produktivitas Karet Kering* (Kg/ha/tahun) Produktivitas Lump (Kg/ha/tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1.625,00 - - - 1.828,67 - - - - 1.898,00 1.950,00 1.960,00 1.966,00 1.970,00 1.978,25 1.820,00 1.820,00 1.768,00 1.690,00 1.674,00 500 1.150 1.400 1.600 1.750 1.850 2.200 2.300 2.350 2.300 2.150 2.100 2.000 1.900 1.800 1.650 1.550 1.450 1.400 1.400 1.000 2.300 2.800 3.200 3.500 3.700 4.400 4.600 4.700 4.600 4.300 4.200 4.000 3.800 3.600 3.300 3.100 2.900 2.800 2.800

Rata-Rata 1.842,15 3.480


(50)

Dari tabel 10. dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas lump di daerah penelitian (1.842,15 kg/ha/tahun) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas

lump berdasarkan standar Balai Penelitian Karet (3.480 kg/ha/tahun). Dengan

demikian, potensi produksi lump yang masih bisa ditingkatkan di daerah penelitian adalah sebesar 1.637,85 kg/ha/tahun.

Dari perbandingan tersebut maka hipotesis (1) yang menyatakan bahwa produktivitas karet rakyat di daerah penelitian relatif tinggi ditolak.

Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Karet

Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas karet di daerah penelitian digunakan analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas dalam regresi linier berganda adalah produktivitas karet sebagai variabel terikat dan umur tanaman, jumlah pokok, pupuk, herbisida , TKDK, dan TKLK, sebagai variabel bebas dengan model sebagai berikut :

Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + µ

Y : Produktivitas (Kg/ha/tahun)

X1 : Umur tanaman (Tahun)

X2 : Jumlah pokok (Batang)

X3 : Pupuk (Kg)

X4 : Herbisida (Liter)

X5 : Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKP)

X6 : Tenaga Kerja Luar Keluarga (HKP)


(51)

b1-b6 : Koefisien regresi

Analisis dilakukan terhadap 2 (dua) tahapan umur tanaman karet, yakni untuk tanaman karet berumur 6-20 tahun dan tanaman karet berumur 21-25 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola produktivitas karet mulai dari umur 6-20 tahun dimana produktivitasnya cenderung meningkat, sedangkan pada umur tanaman 21-25 tahun produktivitasnya semakin lama semakin menurun. Tanaman karet yang dirawat dengan baik sudah berproduksi pada umur 5 tahun. Namun kenyataan di lapangan tanaman karet yang diteliti baru berproduksi (siap sadap) pada umur 6 tahun.

Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karet pada umur 6-20 tahun.

Tabel 11. Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Umur 6-20 tahun.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 2,836 ,149 19,041 ,000

Umur ,225 ,033 1,471 6,815 ,000

J.pokok ,006 ,037 ,015 ,158 ,877

Pupuk ,077 ,031 ,547 2,535 ,030

Herbisida ,005 ,007 ,071 ,778 ,454

TKDK ,002 ,021 ,010 ,115 ,911

TKLK -,001 ,001 -,034 -,459 ,656

a Dependent Variable: Produktivitas

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 18.

Dari hasil analisis regresi pada tabel di atas, dapat ditulis persamaan regresinya sebagai berikut :


(52)

Log Y = Log 2,836 + 0,225 Log X1 + 0,006 Log X2 + 0,007 Log X3 + 0,005 Log

X4 + 0,002 Log X5 – 0,001 Log X6 + µ

Kemudian diubah bentuknya ke persamaan regresi non linier berganda menjadi :

Y = 0,45 . X10,225 . X20,006 . X30,007. X40,005 . X50,002 . X6 -0,001 . eµ

Sebelum membahas model regresi linier berganda di atas , maka idealisnya model tersebut harus terbebas dari uji asumsi klasik, baik itu multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Multikolinearitas (umur 6-20 tahun)

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut :

- R2 tinggi, tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji-t.

- Hasil dugaan parameter tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat

menyesatkan interpretasi.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006).


(1)

Lampiran 15. Penerimaan Usahatani Karet Per Petani dan Per Ha

Sampel Luas Umur Produksi Produktivitas Harga Penerimaan Penerimaan

Lahan Tanaman Lump Lump Jual Lump Per Petani Per Ha

(Ha) (Thn) (Kg) (Kg/Ha/Thn) (Rp) (Rp) (Rp)

1 0,40 1,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

2 1,50 1,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

Jumlah 1,90 2,00 0,00 0,00 24.000 0,00 0,00

Rata-rata 0,95 1,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

3 0,50 3,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

4 0,60 4,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

5 1,00 5,00 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

Total 4,00 14,00 0,00 0,00 60.000,00 0,00 0,00

Rata-rata 0,80 2,80 0,00 0,00 12.000 0,00 0,00

6 0,80 6,00 1.300,00 1.625,00 12.000 15.600.000,00 19.500.000,00

7 1,50 10,00 2.730,00 1.820,00 12.000 32.760.000,00 21.840.000,00

8 2,00 10,00 3.640,00 1.820,00 12.000 43.680.000,00 21.840.000,00

9 2,00 10,00 3.692,00 1.846,00 12.000 44.304.000,00 22.152.000,00

Jumlah 5,50 30,00 10.062,00 5.486,00 36.000 120.744.000,00 65.832.000,00

Rata-rata 1,83 10,00 3.354,00 1.828,67 12.000 40.248.000,00 21.944.000,00

10 2,00 15,00 3.692,00 1.846,00 12.000 44.304.000,00 22.152.000,00

11 0,80 15,00 1.560,00 1.950,00 12.000 18.720.000,00 23.400.000,00

Jumlah 2,80 30,00 5.252,00 3.796,00 24.000 63.024.000,00 45.552.000,00

Rata-rata 1,40 15,00 2.626,00 1.898,00 12.000 31.512.000,00 22.776.000,00

12 0,60 16,00 1.170,00 1.950,00 12.000 14.040.000,00 23.400.000,00

13 2,00 17,00 3.920,00 1.960,00 12.000 47.040.000,00 23.520.000,00

14 0,80 18,00 1.568,00 1.960,00 12.000 18.816.000,00 23.520.000,00

15 2,00 18,00 3.936,00 1.968,00 12.000 47.232.000,00 23.616.000,00

16 1,00 18,00 1.968,00 1.968,00 12.000 23.616.000,00 23.616.000,00

17 2,00 18,00 3.936,00 1.968,00 12.000 47.232.000,00 23.616.000,00

Jumlah 5,80 72,00 11.408,00 7.864,00 48.000 136.896.000,00 94.368.000,00

Rata-rata 1,45 18,00 2.852,00 1.966,00 12.000 34.224.000,00 23.592.000,00

18 0,40 19,00 788,00 1.970,00 12.000 9.456.000,00 23.640.000,00

19 2,00 20,00 3.952,00 1.976,00 12.000 47.424.000,00 23.712.000,00

20 1,00 20,00 1.976,00 1.976,00 12.000 23.712.000,00 23.712.000,00

21 1,00 20,00 1.976,00 1.976,00 12.000 23.712.000,00 23.712.000,00

22 2,00 20,00 3.970,00 1.985,00 12.000 47.640.000,00 23.820.000,00

Jumlah 6,00 80,00 11.874,00 7.913,00 48.000 142.488.000,00 94.956.000,00

Rata-rata 1,50 20,00 2.968,50 1.978,25 12.000 35.622.000,00 23.739.000,00

Total 23,90 270,00 45.774,00 32.564,00 204.000,00 549.288.000,00 390.768.000,00

Rata-rata 1,41 15,88 2.692,59 1.915,53 12.000 32.311.058,82 22.986.352,94

23 1,00 21,00 1.820,00 1.820,00 12.000 21.840.000,00 21.840.000,00

24 1,50 22,00 2.730,00 1.820,00 12.000 32.760.000,00 21.840.000,00

25 1,00 23,00 1.768,00 1.768,00 12.000 21.216.000,00 21.216.000,00

26 0,50 23,00 884,00 1.768,00 12.000 10.608.000,00 21.216.000,00

Jumlah 1,50 46,00 2.652,00 3.536,00 24.000 31.824.000,00 42.432.000,00

Rata-rata 0,75 23,00 1.326,00 1.768,00 12.000 15.912.000,00 21.216.000,00

27 0,80 24,00 1.352,00 1.690,00 12.000 16.224.000,00 20.280.000,00

28 3,00 25,00 5.199,00 1.733,00 12.000 62.388.000,00 20.796.000,00

29 0,80 25,00 1.300,00 1.625,00 12.000 15.600.000,00 19.500.000,00

30 1,00 25,00 1.664,00 1.664,00 12.000 19.968.000,00 19.968.000,00

Jumlah 4,80 75,00 8.163,00 5.022,00 36.000 97.956.000,00 60.264.000,00

Rata-rata 1,60 25,00 2.721,00 1.674,00 12.000 32.652.000,00 20.088.000,00

Total 9,60 188,00 16.717,00 13.888,00 96.000,00 200.604.000,00 166.656.000,00

Rata-rata 1,20 23,50 2.089,63 1.736,00 12.000,00 25.075.500,00 20.832.000,00


(2)

Lampiran 16. Pendapatan Bersih Usahatani Karet Per Petani dan Per Ha

Sampel Luas Penerimaan Total Biaya Penerimaan Total Biaya Pendapatan Pendapatan

Lahan Per Petani Per petani Per Ha Per Ha Per Petani Per Ha

(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 0,40 0,00 1.257.500,00 0,00 3.143.750,00 -1.257.500,00 -3.143.750,00

2 1,50 0,00 4.110.000,00 0,00 2.740.000,00 -4.110.000,00 -2.740.000,00

Jumlah 1,90 0,00 5.367.500,00 0,00 5.883.750,00 -5.367.500,00 -5.883.750,00

Rata-rata 0,95 0,00 2.683.750,00 0,00 2.941.875,00 -2.683.750,00 -2.941.875,00

3 0,50 0,00 1.289.500,00 0,00 2.579.000,00 -1.289.500,00 -2.579.000,00

4 0,60 0,00 2.187.000,00 0,00 3.645.000,00 -2.187.000,00 -3.645.000,00

5 1,00 0,00 2.763.500,00 0,00 2.763.500,00 -2.763.500,00 -2.763.500,00

Total 4,00 0,00 11.607.500,00 0,00 14.871.250,00 -11.607.500,00 -14.871.250,00

Rata-rata 0,80 0,00 2.321.500,00 0,00 2.974.250,00 -2.321.500,00 -2.974.250,00

6 0,80 15.600.000,00 3.210.700,00 19.500.000,00 5.607.125,00 12.389.300,00 13.892.875,00

7 1,50 32.760.000,00 6.213.000,00 21.840.000,00 4.857.000,00 26.547.000,00 16.983.000,00 8 2,00 43.680.000,00 11.792.000,00 21.840.000,00 6.628.500,00 31.888.000,00 15.211.500,00 9 2,00 44.304.000,00 12.395.500,00 22.152.000,00 6.861.500,00 31.908.500,00 15.290.500,00

Jumlah 5,50 120.744.000,00 30.400.500,00 65.832.000,00 18.347.000,00 90.343.500,00 47.485.000,00

Rata-rata 1,83 40.248.000,00 10.133.500,00 21.944.000,00 6.115.666,67 30.114.500,00 15.828.333,33 10 2,00 44.304.000,00 9.052.000,00 22.152.000,00 5.468.500,00 35.252.000,00 16.683.500,00 11 0,80 18.720.000,00 2.177.650,00 23.400.000,00 4.215.812,50 16.542.350,00 19.184.187,50

Jumlah 2,80 63.024.000,00 11.229.650,00 45.552.000,00 9.684.312,50 51.794.350,00 35.867.687,50

Rata-rata 1,40 31.512.000,00 5.614.825,00 22.776.000,00 4.842.156,25 25.897.175,00 17.933.843,75

12 0,60 14.040.000,00 1.588.500,00 23.400.000,00 3.147.500,00 12.451.500,00 20.252.500,00 13 2,00 47.040.000,00 10.522.000,00 23.520.000,00 5.931.000,00 36.518.000,00 17.589.000,00

14 0,80 18.816.000,00 2.567.500,00 23.520.000,00 4.069.375,00 16.248.500,00 19.450.625,00 15 2,00 47.232.000,00 7.235.500,00 23.616.000,00 4.317.750,00 39.996.500,00 19.298.250,00 16 1,00 23.616.000,00 4.650.500,00 23.616.000,00 5.920.500,00 18.965.500,00 17.695.500,00 17 2,00 47.232.000,00 11.227.000,00 23.616.000,00 6.353.500,00 36.005.000,00 17.262.500,00 Jumlah 5,80 136.896.000,00 25.680.500,00 94.368.000,00 20.661.125,00 111.215.500,00 73.706.875,00

Rata-rata 1,45 34.224.000,00 6.420.125,00 23.592.000,00 5.165.281,25 27.803.875,00 18.426.718,75

18 0,40 9.456.000,00 1.071.000,00 23.640.000,00 3.155.000,00 8.385.000,00 20.485.000,00

19 2,00 47.424.000,00 9.747.000,00 23.712.000,00 5.692.000,00 37.677.000,00 18.020.000,00 20 1,00 23.712.000,00 3.764.500,00 23.712.000,00 4.621.500,00 19.947.500,00 19.090.500,00 21 1,00 23.712.000,00 4.036.500,00 23.712.000,00 5.231.000,00 19.675.500,00 18.481.000,00 22 2,00 47.640.000,00 9.936.000,00 23.820.000,00 5.474.000,00 37.704.000,00 18.346.000,00 Jumlah 6,00 142.488.000,00 27.484.000,00 94.956.000,00 21.018.500,00 115.004.000,00 73.937.500,00

Rata-rata 1,50 35.622.000,00 6.871.000,00 23.739.000,00 5.254.625,00 28.751.000,00 18.484.375,00

Total 23,90 549.288.000,00 111.186.850,00 390.768.000,00 87.551.562,50 438.101.150,00 303.216.437,50 Rata-rata 1,41 32.311.058,82 6.540.402,94 22.986.352,94 5.150.091,91 25.770.655,88 17.836.261,03 23 1,00 21.840.000,00 3.623.500,00 21.840.000,00 4.306.500,00 18.216.500,00 17.533.500,00 24 1,50 32.760.000,00 6.458.000,00 21.840.000,00 5.067.333,33 26.302.000,00 16.772.666,67 25 1,00 21.216.000,00 4.095.500,00 21.216.000,00 4.919.000,00 17.120.500,00 16.297.000,00 26 0,50 10.608.000,00 1.069.500,00 21.216.000,00 2.059.000,00 9.538.500,00 19.157.000,00

Jumlah 1,50 31.824.000,00 5.165.000,00 42.432.000,00 6.978.000,00 26.659.000,00 35.454.000,00

Rata-rata 0,75 15.912.000,00 2.582.500,00 21.216.000,00 3.489.000,00 13.329.500,00 17.727.000,00

27 0,80 16.224.000,00 2.430.500,00 20.280.000,00 3.290.625,00 13.793.500,00 16.989.375,00

28 3,00 62.388.000,00 14.515.000,00 20.796.000,00 5.465.000,00 47.873.000,00 15.331.000,00 29 0,80 15.600.000,00 2.013.200,00 19.500.000,00 3.736.500,00 13.586.800,00 15.763.500,00 30 1,00 19.968.000,00 4.622.000,00 19.968.000,00 5.576.000,00 15.346.000,00 14.392.000,00

Jumlah 4,80 97.956.000,00 21.150.200,00 60.264.000,00 14.777.500,00 76.805.800,00 45.486.500,00

Rata-rata 1,60 32.652.000,00 7.050.066,67 20.088.000,00 4.925.833,33 25.601.933,33 15.162.166,67

Total 9,60 200.604.000,00 38.827.200,00 166.656.000,00 34.419.958,33 161.776.800,00 132.236.041,67 Rata-rata 1,20 25.075.500,00 4.853.400,00 20.832.000,00 4.302.494,79 20.222.100,00 16.529.505,21 Over All 37,50 749.892.000,00 161.621.550,00 557.424.000,00 136.842.770,83 588.270.450,00 420.581.229,17


(3)

Lampiran 17. Analisis Finansial Usahatani Karet

Umur Cost Benefit Net Benefit DF 15 % DF 47 % Benefit Cost PV1 PV2

Tanaman Per Ha Per Ha DF 15 % DF 15 % DF 15 % DF 47 %

1 2.941.875,00 0,00 -2.941.875,00 0,86957 0,680272 0,00 2.558.152,17 -2.558.152,17 -2.001.275,51

2 0,75614 0,462770 0,00 2.126.943,27 -2.126.943,27 -1.406.584,76

3 2.579.000,00 0,00 -2.579.000,00 0,65752 0,314810 0,00 1.695.734,36 -1.695.734,36 -811.894,01 4 3.645.000,00 0,00 -3.645.000,00 0,57175 0,214156 0,00 2.084.040,58 -2.084.040,58 -780.599,37 5 2.763.500,00 0,00 -2.763.500,00 0,49718 0,145684 0,00 1.373.947,91 -1.373.947,91 -402.599,10 6 5.607.125,00 19.500.000,00 13.892.875,00 0,43233 0,099105 8.430.388,12 2.424.114,87 6.006.273,25 1.376.854,73

7 0,37594 0,067418 7.678.846,39 2.196.010,97 5.482.835,42 1.116.626,07

8 0,32690 0,045863 6.927.304,66 1.967.907,07 4.959.397,59 856.397,41

9 0,28426 0,031199 6.175.762,92 1.739.803,17 4.435.959,75 596.168,75

10 6.115.666,67 21.944.000,00 15.828.333,33 0,24718 0,021224 5.424.221,19 1.511.699,27 3.912.521,92 335.940,09

11 0,21494 0,014438 4.899.185,91 1.328.374,27 3.570.811,64 279.842,38

12 0,18691 0,009822 4.374.150,63 1.145.049,28 3.229.101,35 223.744,66

13 0,16253 0,006682 3.849.115,35 961.724,29 2.887.391,07 167.646,94

14 0,14133 0,004545 3.324.080,07 778.399,29 2.545.680,78 111.549,23

15 4.842.156,25 22.776.000,00 17.933.843,75 0,12289 0,003092 2.799.044,80 595.074,30 2.203.970,50 55.451,51 16 3.147.500,00 23.400.000,00 20.252.500,00 0,10686 0,002103 2.500.635,61 336.356,86 2.164.278,75 42.599,18 17 5.931.000,00 23.520.000,00 17.589.000,00 0,09293 0,001431 2.185.616,86 551.143,43 1.634.473,42 25.167,87 18 5.165.281,25 23.592.000,00 18.426.718,75 0,08081 0,000973 1.906.354,37 417.381,17 1.488.973,20 17.936,43 19 3.155.000,00 23.640.000,00 20.485.000,00 0,07027 0,000662 1.661.072,18 221.687,09 1.439.385,10 13.564,59 20 5.254.625,00 23.739.000,00 18.484.375,00 0,06110 0,000450 1.450.459,52 321.059,05 1.129.400,47 8.326,42 21 4.306.500,00 21.840.000,00 17.533.500,00 0,05313 0,000306 1.160.373,99 228.807,26 931.566,73 5.372,85 22 5.067.333,33 21.840.000,00 16.772.666,67 0,04620 0,000208 1.009.020,86 234.113,78 774.907,08 3.496,40 23 3.489.000,00 21.216.000,00 17.727.000,00 0,04017 0,000142 852.340,61 140.168,57 712.172,04 2.513,83 24 3.290.625,00 20.280.000,00 16.989.375,00 0,03493 0,000096 708.467,25 114.955,62 593.511,63 1.638,93 25 4.925.833,33 20.088.000,00 15.162.166,67 0,03038 0,000066 610.225,98 149.635,18 460.590,80 995,01 72.227.020,83 287.375.000,00 215.147.979,17 67.926.667,27 27.202.283,10 40.724.384,18 -161.119,46


(4)

Lampitan 18. Input Regresi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 6-20 tahun

produktivitas

umur

j.pokok

pupuk

herbisida

tkdk

tklk

3,2109

0,7782

2,7443

2,3010

0,3979

1,6924

-4,0000

3,2601

1,0000

2,8239

2,3010

-0,1761

1,6947

-4,0000

3,2601

1,0000

2,7447

2,3010

-0,3010

1,5210

-4,0000

3,2662

1,0000

2,7447

2,3010

-0,1249

1,8154

-4,0000

3,2662

1,1761

2,7447

2,0000

-0,3010

1,6946

-4,0000

3,2900

1,1761

2,8236

2,0000

0,3979

1,5185

-4,0000

3,2900

1,2041

2,9031

2,0000

0,2218

1,5283

-4,0000

3,2923

1,2304

2,7447

2,0000

-0,1249

1,5966

-4,0000

3,2923

1,2553

2,8236

2,0000

0,3979

1,5185

-4,0000

3,2940

1,2553

2,7447

2,0000

0,1761

1,6924

-4,0000

3,2940

1,2553

2,7451

1,9031

0,4771

1,6946

-4,0000

3,2940

1,2553

2,7447

1,9031

-0,3010

1,7955

-4,0000

3,2945

1,2788

2,9031

1,9031

0,3979

1,5283

-4,0000

3,2958

1,3010

2,7447

1,9031

-0,1249

1,6924

-4,0000

3,2958

1,3010

2,8241

1,9031

0,0000

1,6946

-4,0000

3,2958

1,3010

2,8241

1,9031

0,3010

1,6946

0,3541

3,2978

1,3010

2,7447

1,9031

-0,3010

1,6946

0,0531

Lamiran 19. Input Regresi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 21-25 tahun

produktivitas

umur

j.pokok

pupuk

herbisida

tkdk

tklk

3,2601

1,3222

2,7451

1,9031

0,0000

1,6946

-4,0000

3,2601

1,3424

2,7446

1,7270

0,1249

1,6947

-4,0000

3,2475

1,3617

2,7451

1,9031

0,1761

1,6946

-4,0000

3,2475

1,3617

2,8235

2,0000

0,3010

1,4236

-4,0000

3,2279

1,3802

2,7443

2,0000

0,0969

1,5185

-4,0000

3,2388

1,3979

2,7448

1,9031

0,0000

1,4736

1,2900

3,2109

1,3979

2,7443

1,9720

-4,0000

1,5185

-4,0000

3,2212

1,3979

2,7451

1,9031

-4,0000

1,6946

-4,0000


(5)

Lampiran 20. Output Regresi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 6-20 tahun

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

,008

6

,001

33,438

,000(a)

Residual

,000

10

,000

Total

,008

16

a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00002

b Dependent Variable: VAR00001

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

2,836

,149

19,041

,000

VAR00002

,225

,033

1,471

6,815

,000

,102

9,818

VAR00003

,006

,037

,015

,158

,877

,563

1,775

VAR00004

,077

,031

,547

2,535

,030

,102

9,795

VAR00005

,005

,007

,071

,778

,454

,575

1,739

VAR00006

,002

,021

,010

,115

,911

,619

1,616

VAR00007

-,001

,001

-,034

-,459

,656

,865

1,156

a Dependent Variable: VAR00001

Model Summary(b)

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

,976(a)

,953

,924

,00626

2,382

a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00002

b Dependent Variable: VAR00001

Regression Standardized Predicted Value

1 0

-1 -2

-3 -4

Regression Standardized Residual

2

1

0

-1

-2

Scatterplot


(6)

Lampiran 21. Output Regresi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karet Pada Umur 21-25 tahun

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

,002

6

,000

596,007

,031(a)

Residual

,000

1

,000

Total

,002

7

a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00004, VAR00005, VAR00003, VAR00002, VAR00006

b Dependent Variable: VAR00001

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

3,151

,070

44,732

,014

VAR00002

-,349

,023

-,550

-15,488

,041

,222

4,506

VAR00003

,209

,017

,324

12,312

,052

,403

2,482

VAR00004

-,038

,005

-,185

-7,126

,089

,415

2,409

VAR00005

,003

,000

,326

11,090

,057

,324

3,088

VAR00006

,047

,006

,302

7,982

,079

,196

5,114

VAR00007

,003

,000

,301

11,112

,057

,380

2,630

a Dependent Variable: VAR00001

Model Summary(b)

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

1,000(a)

1,000

,998

,00080

2,233

a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00004, VAR00005, VAR00003, VAR00002, VAR00006

b Dependent Variable: VAR00001