PENGEMBANGAN MEDIA AUDIOVISUAL MOVIE MAKER PADA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA N 1 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014-2015

(1)

PENGEMBANGAN MEDIAAUDIOVISUAL MOVIE MAKER PADA PEMBELAJARAN SEJARAH DI

SMA N 1 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014-2015

ABSTRAK Oleh: Dora Arcella

1013033033

Pendidikan yang berkualitas tentunya tidak hanya dengan pendidikan biasa yang pada prosesnya guru hanya memberikan materi-materi saja, tetapi juga membuatnya menarik, menuntun siswa menjadi aktif, kreatif juga menjadikan pembelajaran tersebut menyenangkan. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya pembelajaran, media pembelajaran tidak cukup dengan spidol dan whiteboard untuk mempertegas kata atau kalimat yang sudah dijelaskan oleh guru. Media pembelajaran merupakan sarana penting yang harus digunakan oleh guru yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi sekarang membuat guru harus dapat menyeimbangkan kemampuannya dalam bidang teknologi. Melihat potensi yang ada di SMA N 1 Tumijajar berupa fasilitas teknologi yang lengkap tetapi kurang dimanfaatkan dalam hal mengembangkan media pembelajaran. Maka dari itu kiranya perlu diteliti cara pengembangan media audiovisual Movie Maker untuk pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar.

Rumusan masalah dalam peneltian ini adalah bagaimanakah mengembangkan media audiovisual Movie Maker untuk pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual Movie Maker untuk pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang peneliti gunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development, sampel dalam penelitian ini adalah XI IPA 5, penentuan sampel ini dilakukan secara acak. Hasil pengembangan media audiovisual Movie Maker

terdapat dua point yaitu pengembangan pada gambar dan pengembangan pada durasi. Peneliti menambahkan gambar yang lebih menarik. Gambar yang menarik dibuat dengan menggunakan gambar bergerak. Selain itu terdapat pengembangan pada durasi. Sehingga untuk pembelajaran sejarah durasi minimal media


(2)

PENGEMBANGAN MEDI

AUDIOVISUAL MOVIE MAKER

PADA PEMBELAJARAN SEJARAH DI

SMA N 1 TUMIJAJAR TAHUN

PELAJARAN 2014-2015

Oleh:

DORA ARCELLA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Raman, Kab. Lampung Tengah pada tanggal 07 September 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak Suryanto, dan ibu Juwati. Penulis mengawali pendidikan formal di sekolah dasar / SD Negeri 2 Margo Mulyo yang diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2003 masuk SMP N 1 Tumijajar dan menyelesaikan studi di SMP N 1 Tumijajar, Kab. Tulang Bawang Barat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di SMA N 1 Tumijajar dan diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetrahuan Sosial (IPS) Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Peerguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan pada organisasi, UKMF KSS FKIP UNILA periode 2010-2011, organisasi KOPMA periode 2011-2012, organisasi FOKMA Sejarah 2011-2012. Penulis melaksanakan KKN di pekon Gedung Cahya Kuningan Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat dan melaksanakan PPL di SMP N 2 Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT ,dengan

kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan

sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan

sayangku kepada :

Bapak Suryanto dan Mami Ku tercinta Juwati yang

telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,

pengorbanan, dan kesabaran juga untuk adikku

Tobi Berlian dan Rifqi Aldo yang selalu memotivasi.

Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari

Bapak dan Mamiku sayang untuk keberhasilan


(8)

MOTO

Sesungguhnya Allah mencintai

orang-orang yang sabar (QS. Ali Imron: 146)

Man Jadda Wajada

Siapa yang bersungguh-sungguh, akan

berhasil


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Solawat serta salam senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.Skripsi ini berjudul

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIOVISUAL MOVIE MAKER PADA

PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA N 1 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014-2015”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M.Hum., Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak., Drs. Zulkarnain, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, sekaligus sebagai pembimbing utama, terimakasih Bapak atas saran, rasa


(10)

simpati, kepeduliannya dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Unila.

7. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, pembimbing pendamping dan pembimbing akademik penulis, terimakasih Bapak telah memberikan bimbingan, saran rasa kepedulian dan kritik yang membangun selama penulis menjadi mahasiswa program studi pendidikan sejarah Unila.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, sebagai pembahas penulis, terimakasih Bapak telah memberikan bimbingan, saran rasa kepedulian dan kritik yang membangun selama penulis menjadi mahasiswa program studi pendidikan sejarah Unila.

9. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.S, Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd, Bapak Marzius Insani, S.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung.

10. Terimakasih kepada Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., dan Bapak Ersontowi, M.Pd. yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan media pembelajaran.

11. Terimakasih kepada Bapak Pujiyanta, S.Pd., M.Pd. Bapak Paijo S.Pd., M.Pd. dan Ibu Wiwin Setyowati, S.Pd., Pak Sri dan semua pihak SMA N 1 Tumijajar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. 12. Terimakasih pada Wegi Aprianto yang selalu membantu membuat media.


(11)

13. Para sahabat Yuniar Wike Wulandari, Indah Mustika Dewi, Monica Ladyana, (teman-teman angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu), Eka Yana, Itul, Yuli, Devi, Aya, yang selalu memberi semangat.

14. Terimakasih kakak-kakak dan adik-adik pendidikan sejarah yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang sudah membantu menyelesaikan karya ini. 15. Teman-teman KKN dan PPL Eka Mutia, Acid, Cita Bekti, April, Tri Yulia,

Qiput, Ferdy, Edi, dan Adit. Terimakasih kebersamaanya selama ini.

16. Keluarga besar Pendidikan Sejarah, terimakasih atas segala kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini.

Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua yang telah kalian berikan.

Bandar lampung, Juni 2015


(12)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Batasan Masalah... 8

3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 8

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Konsep Media Pengembangan ... 10

2. Konsep Media Pembelajaran... 11

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 13

4. Konsep Media Audiovisual ... 15

5. Konsep Pembelajaran Sejarah ... 19

B. Kerangka Pikir dan Paradigma ... 20

1. Kerangka Pikir ... 21

2. Paradigma ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan ... 24

B. Variabel Penelitian ... 25

C. Sampel Penelitian ... 25

1. Sampel Penelitian ... 26

2. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ... 26

D. Bahan-Bahan Pembuatan Movie Maker ... 28

1. Materi ... 28

2. Gambar ... 28


(13)

xi

4. Suara ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 35

1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Tumijajar ... 36

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Tumijajar ... 35

3. Keadaan Guru dan Tenaga Teknis Kependidikan ... 38

4. Sarana dan Prasarana... 38

B. Hasil Penelitian ... 39

1. Potensi dan Masalah ... 39

2. Pengumpulan Data ... 40

3. Desain Produk ... 40

4. Validasi Desain ... 54

5. Uji Coba Pemakaian ... 62

6. Revisi Produk ... 64

7. Uji Coba Produk ... 65

8. Revisi desain ... 67

9. Hasil Akhir Produk ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-kisi Angket ... 27

2. Kategori Skala Likert ... 30

3. Skor Yang Diharapkan DariTiap Aspek MediaAudiovisual... 32

4. Skala Interpretasi Kelayakan... 33

5. Keadaan Guru SMA N 1 Tumijajar ... 38

6. Sarana Dan Prasarana Sekolah... 38

7. Presentase Kelayakan MediaAudiovisual Movie Maker... 64


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan UtamaWindows Movie Maker... 47

2. Tampilan MenuTitle And Credit ... 47

3. TampilanTitle Before The Selected Clip ... 47

4. Tampilan Judul Materi Yang Akan Dijadikan Video ... 48

5. TampilanPicturePadaMenu Import... 48

6. Tampilan Gambar Yang Akan Dijadikan Video... 49

7. TampilanTimelineYang Telah Diisi Dengan Gambar... 49

8. TampilanTimellineYang Sudah Diisi Dengan Gambar-Gambar ... 50

9. Tampilan MenuImport,Audio or Music... 50

10. Tampilan Musik Atau Narasi Yang Akan Diimport... 50

11. Tampilan Musik Di DalamTimeline Music/Audio... 51

12. TampilanMenu Bar Publish Movie... 51

13. Tampilan Pemilihan Lokasi Penyimpanan ... 52

14. MediaAudiovisualAkan Tersimpan DiMy Videos... 52

15. MediaAudiovisualYang Akan DiPublishSecara Otomatis Mempunyai Kualitas Bagus ... 53

16. MediaAudiovisualSelesai DipublishSecara Otomatis Akan Terputar... 53


(16)

xv

18. MediaAudiovisualYang Telah Ditambahkan Tujuan Pembelajaran ... 55

19. Gambar Sebelum Diperbaiki, Gambar Baru GedungVolksraad. ... 56

20. Gambar Setelah Diperbaiki, Gambar Lama GedungVolksraad... 56

21. Gambar MediaAudiovisualSebelum Diperbaiki Berdurasi 6 Menit. ... 57

22. MediaAudiovisualSebelum Diperbaiki Berdurasi 6 Menit. ... 58

23. MediaAudiovisualSetelah Diperbaiki Berdurasi 15 Menit. ... 58

24. Penambahan Indikator Pencapaian Kompetensi. ... 59

25. Penambahan Arti Untuk Bahasa Asing... 59

26. MediaAudiovisualSebelum Diperbaiki Tidak Ada Kesimpulan. ... 60

27. Tampilan Media Setelah Diperbaiki Diberi Kesimpulan... 60

28. Tampilan MediaAudiovisualSebelum Diberi Musik... 61

29. Tampilan Media Setelah Ditambahkan Musik... 62

30. MediaAudiovisual Movie MakerSebelum Diperbaiki ... 65

31. MediaAudiovisual Movie MakerSetelah Diperbaiki ... 65


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya memutus lingkaran kemiskinan dan keterbelakangan dalam berbagai aspek, pendidikan dapat membuat kehidupan suatu bangsa menjadi lebih baik. Melalui pendidikan juga sumber daya manusia dapat tingkatkan sehingga kualitas generasi muda sebagai penerus bangsa semakin baik. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari produk pendidikan. Saat ini, tidak semua produk pendidikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, hal ini mencerminkan bahwa kualitas pendidikan masih perlu ditingkatkan. Pengaruh persaingan global yang semakin pesat dan membutuhkan orang–orang yang ahli dibidangnya membuat kualitas pendidikan suatu bangsa sangat diperhitungkan di dunia global.

Melalui pendidikan, sumber daya manusia yang berkualitas dapat diciptakan. Sumber daya manusia yang mandiri, kritis terhadap masalah-masalah sosial, bertanggung jawab, cerdas, mengikuti IPTEK dan tidak mengesampingkan imtak. Sehingga sumber daya alam di bumi ini dapat dimanfaatkan secara bijak dan optimal. Tanpa merusak tetapi membuatnya bernilai tinggi karena sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan IPTEK yang lebih maju. Sumber daya manusia yang berkualitas didapatkan dari pendidikan yang berkualitas.


(18)

2

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: “pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara Indonesia untuk menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran dan mampu membudayakan alam sekitar” (H. Fuad Ihsan, 2010:114).

Pendidikan memiliki fungsi yang fundamental yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap negara berlomba-lomba untuk memajukan pendidikan. Begitupun bangsa Indonesia, banyaknya usaha pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari bantuan-bantuan yang terus dialirkan untuk kalangan masyarakat yang kurang mampu seperti dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), serta bantuan lainnya yang disalurkan untuk fasilitas sekolah. Selain itu, pendidikan wajib 12 tahun pun dicanangkan. Hal tersebut merupakan cermin untuk melihat upaya pemerintah dalam memberantas ketertinggalan dalam melalui pendidikan.

Upaya pemerintah dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu secara menyeluruh memang masih belum mencapai target yang optimal, hal ini disebabkan karena berbagai faktor seperti jauhnya jarak tempuh dari pusat pemerintahanan membuat suatu wilayah kurang mendapat informasi terbaru mengenai pendidikan. Kurang terjangkaunya suatu daerah membuat tidak meratanya suatu sistem pendidikan sehingga ketimpangan pendidikan seringkali terjadi. Hal ini dapat menghambat tujuan nasional pendidikan, ketimpangan pendidikan terjadi karena terlambatnya informasi yang masuk ke dalam pemerintah daerah tersebut.


(19)

3

Sehingga terkadang ada perbedaan kualitas antara satu daerah dengan daerah yang lain. Kualitas pendidikan bagi daerah yang jauh dari pusat kota biasanya lebih rendah dari pada daerah yang dekat atau bahkan terletak di pusat kota pemerintah. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah mencari kurikulum yang sesuai dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh sebab itu kurikulum selalu berubah-ubah. Perubahan kurikulum di Indonesia telah terjadi beberapa kali seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi berubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kondisi peserta didik yang ada di Indonesia dan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Pada dasarnya pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan dengan meningkatkan kualitas guru, karena guru merupakan perantara penting setelah peran orang tua pada pendidikan didalam keluarga. Guru menjadi icon utama dalam bidang pendidikan, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan bangsa. Namun dewasa ini, masih banyak guru yang kurang optimal dalam membelajari generasi muda bangsa dengan tidak menghiraukan kebutuhan-kebutuhannya pada saat pembelajaran berlangsung.

Pada jenjang sekolah, terutama Sekolah Menengah Atas siswa perlu diberikan pembelajaran yang optimal, dengan memberikan pemahaman dengan baik agar siswa mampu menyerap semua informasi yang diberikan oleh guru. Ketidakseimbangan pengetahuan teknologi oleh guru dengan zaman yang sedang berkembang membuat situasi pembelajaran menjadi terhambat karena perantara


(20)

4

sebagai penyampai informasi dari guru sangat terbatas. Meskipun sudah diberikan pelatihan-pelatihan dalam bidang teknologi namun masih banyak guru yang memakai metode ceramah sehingga membuat suasana pembelajaran menjadi monoton dan terkesan membosankan. Metode pembelajaran merupakan sutau cara yang dilakukan oleh guru dalam mengatur kegiatan belajar-mengajar.

Apabila guru hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajaran maka siswa hanya terpaku pada penjelasan guru yang dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dari materi yang sedang dipelajari. Sehingga kemampuan siswa untuk mengembangakan kemampuannya menjadi terbatas. Oleh karena itu sangat diperlukan kreatifitas guru untuk mengubah metode pembelajaran menjadi menarik dan dapat memancing siswa untuk aktif.

Pendidikan yang berkualitas tentunya tidak hanya dengan pendidikan biasa yang pada prosesnya guru hanya memberikan materi-materi saja, tetapi juga membuatnya menarik, menuntun siswa menjadi aktif, kreatif juga menjadikan pembelajaran tersebut menyenangkan. Hasil pembelajaran yang optimal akan dicapai dengan memancingnya agar siswa menjadi aktif ketika pembelajaran sedang berlangsung seperti memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir kritis dan melakukan “sharing” sesama siswa sehingga siswa mendapat banyak ilmu dan nantinya siswa dapat menjadi produk pendidikan yang berkualitas dandapat berguna bagi masyarakat. Pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan dengan adanya tenaga pengajar yang handal di bidangnya atau guru profesional.


(21)

5

Guru profesional merupakan guru yang dapat menguasai bidangnya, guru profesional tidak hanya berpatokan pada satu media pembelajaran di dalam metode atau model dalam setiap mengajar, tetapi juga dapat memodifikasikannya menjadi media dan metode pembelajaran yang efektif dan mudah diterima oleh siswa. Seorang guru profesional sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter siswa. Dalam hal ini, media pembelajaran sangat berperan penting. Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer (Azhar Arsyad, 2000:4).

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya pembelajaran, media pembelajaran tidak cukup dengan spidol dan

whiteboard untuk mempertegas kata atau kalimat yang sudah dijelaskan oleh guru. Media pembelajaran merupakan sarana penting yang harus digunakan oleh guru yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi sekarang membuat guru harus dapat menyeimbangkan kemampuannya dalam bidang teknologi.

Sehingga guru mampu membuat suatu media pembelajaran yang bersifat lebih menarik sehingga suasana belajar lebih kondusif. Selain itu juga penggunaan media pembelajaran yang inovatif dan modern dapat membuat suasana membosankan menjadi menyenangkan. Membuat suatu media pembelajaran diperlukan teknik sendiri agar siswa dapat benar-benar memahami materi yang


(22)

6

disampaikan oleh guru. Kreatifitas guru dalam memilih dan memodifikasi media pembelajaran akan menentukan keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran. Tidak semua siswa mampu berfikir sesuai dengan penjelasan yang dilakukan oleh guru, maka dari itu media digunakan untuk mempermudah siswa dalam menerima materi dengan memperjelas suatu kondisi dalam bentuk gambar atau video.

Terbatasnya kemampuan siswa dalam menerima materi yang disebabkan oleh besarnya ruang kelas sehingga tidak semua siswa mampu menerima materi yang disampaikan dengan baik. Terbatasnya kemampuan siswa memvisualisasikan seorang tokoh dan letak wilayah suatu peristiwa. Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap analisis kebutuhan siswa tersebut maka dapat diketahui bahwa siswa membutuhkan media pembelajaran yang mengandung unsur audio dan visual. Melihat potensi yang ada di SMA N 1 Tumijajar didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai seperti adanya komputer yang berjumlah 30, wifi dengan jaringan yang baik dengan rata-rata kecepatan internet 1,9 Mbps, dan program-program pembuatan video seperti macromedia flash. Tetapi sayangnya, sarana tersebut kurang dimanfaat secara optimal untuk membuat media pembelajaran yang mengandung unsur audio dan visual.

Penggunaan media pembelajaran yang berbasis teknologi dan didukung oleh metode pembelajaran yang tepat akan membuat kegiatan belajar lebih efektif. Pembelajaran yang efektif akan mengoptimalkan daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Dalam penggunaan media pembelajaran, media


(23)

7

menjadi menarik. Menurut Ahmad Rohani, media audiovisual merupakan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar (Ahmad Rohani, 1997:27). Media pembelajaran audiovisual dapat berbentuk gambar atau video-video yang dapat menunjang materi yang disampaikan oleh guru.

Dengan adanya media audiovisual, maka guru dapat menggunakan program-program seperti Movie Maker yang pada saat ini belum banyak digunakan oleh kebanyakan guru dengan menggabungkannya dengan materi pelajaran menjadi satu kesatuan materi pembelajaran yang lebih inovatif. Disisi lain pun kreatifitas guru akan lebih berkembang dalam hal mendesain materi pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya, seperti kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lain-lain (Rayandra Asyhar, 2012:94).

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan mediaaudiovisual Movie Makerdalam kegiatan belajar. 2. Penggunaan media pembelajaran inovatif, yang dapat dilihat dan


(24)

8

2. Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan yang muncul dalam penelitian ini membuat pembahasan semakin luas. Oleh sebab itu, peneliti membatasi masalah pada “pengembangan media audiovisual Movie Maker pada pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar tahun pelajaran 2014-2015”. Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, diharapkan penyusunan penelitian ini lebih fokus pada suatu permasalahan dan dapat sesuai dengan tujuan yang peneliti harapkan.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah mengembangkan media audiovisual Movie Maker pada pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar tahun pelajaran 2014-2015?

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan tentang apa yang ingin dicapai dari hasil akhir penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual Movie Maker pada pembelajaran sejarah di SMA N 1 Tumijajar tahun pelajaran 2014-2015.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya diharapkan dapat memberi kegunaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik itu sekolah, guru, maupun siswa. Maka dari itu, kegunaan dari penelitian ini adalah:


(25)

9

1. Membuat media pembelajaran sejarah yang berbasis teknologi.

2. Menciptakan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi

audiovisualdan menyenangkan.

3. Memotivasi siswa agar lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Membuat materi yang disampaikan kepada siswa lebih menarik.

5. Materi yang disampaikan dapat dikemas secara praktis dalam bentuk CD atausoftcopysehingga siswa dapat memutarnya kembali di rumah.

6. Memotivasi guru untuk dapat mengembangkan media pembelajaran yang lebih inovatif.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Subjek penelitian : siswa kelas XI IPA SMA N I Tumijajar

Objek penelitian : pengembangan mediaaudiovisual Movie Maker

Tempat penelitian : SMA N I Tumijajar Waktu penelitian : 2014


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pengembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (2008: 414) dan lebih dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta (2002: 473), bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya).

Kegiatan pengembangan meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang dianggap memadahi. Untuk melakukan kegiatan pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur pengembangan. Prosedur pengembangan adalah langkah-langkah prosedural yang harus ditempuh oleh pengembang agar sampai ke produk yang dispesifikasikan. Prosedur pengembangan media meliputi beberapa tahap, yaitu perencanaan atau penyusunan rancangan media, produksi media, dan evaluasi media.


(27)

11

Menurut Rayandra Asyhar (2012: 94) Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya, seperti kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan suatu proses yang mempunyai prosedur perencanaan atau penyusunan rancangan media, produksi media, dan evaluasi media. Pengembangan dalam penelitian ini yaitu mengembangkan media audiovisual Movie Maker. Pengembangan mediaaudiovisual Movie Makerpada pembelajaran sejarah.

2. Konsep Media Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, seorang guru memerlukan media dalam proses pembelajaran. Bermacam-macam media yang digunakan oleh guru tidak lain adalah untuk memperjelas materi yang akan disampaikan. Melalui media pembelajaran, guru dapat mengatur materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga pada saat proses pembelajaran, siswa dapat mencerna materi yang telah disampaikan dengan baik. Menurut Assosiation of Education Communication Technology, media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (Azhar Arsyad, 2000:3). Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi (Azhar Arsyad, 2000:21).


(28)

12

Media pengajaran memiliki arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan media pengajaran dalam arti luas tidak hanya media komunikasi elektronik yang komplek, akan tetapi juga mencakup media yang sederhana (Haryanto dalam Sumardi, 2007:76).

Rossi dan Breidle, mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang daat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (dalam Wina Sanjaya, 2009:204).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala bentuk alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari guru kepada peserta didik agar pembelajaran terjadi dengan tujuan agar peserta didik mendapat pengetahuan mengenai informasi yang telah disampaikan. Sehingga proses pemebelajaran berlangsung lebih efektif dan efisien.

Menurut Kemp and Dayton media memiliki kontribusi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Di antara kontribusi tersebut menurut kedua ahli tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek. 5. Kualitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan.

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

8. Peran guru berubah ke arah positif, artinya tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar (dalam Sanjaya, 2009:211). Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa media mempunyai kontribusi penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik dan inovatif dapat membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar.


(29)

13

Penggunaan media yang inovatif tidak menentukan ruang dan waktu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat belajar lebih giat meskipun tidak berada dilingkup sekolah sehingga hasil belajar yang diperoleh akan optimal.

Menurut Suwardi, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Media sebagai sumber belajar

Media sebagai sumber belajar maksudnya media yang digunakan oleh guru dapat berfungsi sebagai tempat dimana bahan pembelajaran itu berada.

2. Media sebagai alat bantu

Media pembelajaran sebagai alat bantu maksudnya media mempunyai fungsi untuk membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran (Suwardi, 2007:76).

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa media menjadi sumber belajar. Tetapi, guru juga mendorong siswa untuk mencari sumber belajar lain, sehingga siswa tidak mempunyai paradigma bahwa guru merupakan satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, media menjadi alat bantu bagi guru menyampaikan materi pelajaran. Namun disisi lain, media juga menjadi alat bantu bagi siswa dalam menerima materi pelajaran karena bermacam-macam bentuk media dapat mewakili objek yang sebenarnya.

3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sarana penting sebagai perantara dalam menyampaikan informasi yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Penyampaian materi pembelajaran tidak boleh terpaku pada satu media saja melainkan harus memiliki variasi media dalam menyampaikan materi.

Menurut Wina Sanjaya, media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Jika dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.


(30)

14

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media garfis. c. Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2009:211).

Kemampuan media audiovisual ini dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab mengandung kedua unsur jenis media pertama dan kedua yaitu media auditif dan media visual. Sehingga guru dapat menampilkan materi pembelajaran berupa gambar atau rekaman suara.

Sedangkan menurut Rudy Brets, ada tujuh klasifikasi media yaitu: 1. Media audiovisual gerak, seperti film suara, pita video, film tv. 2. Media audiovisual diam, seperti film rangkai suara.

3. Audio semigerak, seperti tulisan jauh bersuara. 4. Media visual bergerak, seperti film bisu.

5. Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.

6. Media audio, seperti radio, telepon, pita audio.

7. Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri (Wina Sanjaya, 2009:212).

Berdasarkan pendapat di atas terlihat jelas bahwa media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Terlepas dari media audio, visual dan audiovisual, media mampu membuat materi pembelajaran yang disampaikan lebih jelas juga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Banyaknya manfaat dalam menggunakan media pembelajaran akan dirasakan oleh guru dan siswa. Mediaaudiovisualyang mempunyai beragam jenis dan fungsinya masing-masing dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah.

Jika menggunakan media auditif dalam pembelajaran sejarah, maka guru dapat memperdengarkan rekaman suara pada suatu peristiwa sejarah, contohnya rekaman suara proklamasi. Jika menggunakan media visual, maka guru dapat


(31)

15

menampilkan gambar-gambar pada peristiwa sejarah, misalnya gambar Sukarno ketika membacakan teks proklamasi. Pada mediaaudiovisual, dapat menampilkan gambar dan memperdengarkan suara sehingga lebih kompleks mannfaatnya.

4. Konsep Media Audiovisual

Terdapat berbagai macam jenis media pembelajaran, namun tidak semua media pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam proses belajar. Dalam menggunakan media pembelajaran, sebaiknya media tersebut dapat merangsang berrbagai indera siswa. Beberapa ahli mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan merangsang indera pandang dan indera dengar maka hasilnya akan lebih optimal jika dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan indera pandang saja atau indera dengar saja.

Media audiovisual adalah alat yang dapat menghasilkan suara dan dapat menghasilkan gambar, seperti film dan televisi (Maskun, 1998:46).

Menurut Ahmad Rohani, film adalah salah satu jenis media audiovisual. Dibanding dengan media yang lain film mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Penerima pesan akan memperoleh tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan karena antara melihat dan mendengar dapat dikombinasikan menjadi satu.

2. Dapat menikmati kejadian dalam waktu yang lama pada proses atau peristiwa tertentu.

3. Dengan teknik slow-motion dapat mengikuti suatu gerakan atau aktivitas yang berlangsung cepat.

4. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

5. Dapat membangun sikap, perbuatan dan membangkitkan emosi dan mengembangkan problema.

Menurut pendapat di atas dapat dipahami bahwa penggunaan media audiovisual memiliki keunggulan dalam membuat materi pelajaran menjadi lebih inovatif dan menyenangkan. Dengan media audiovisual, materi dapat digabungkan dengan


(32)

16

aniimasi, video, atau gambar yang berrhubungan dengan materi sehingga materi yang sudah dikemas menjadi lebih menarik. Menurut Ahmad Rohani, media audiovisual merupakan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar (Ahmad Rohani, 1997:27). Media audiovisual

bertujuan untuk meningkatkan efektifitas metode mengajar, misalnya penggunaan alat bantu visual untuk memperjelas proses pembelajaran, di samping itu alat bantu mengajar dan metode belajarnya akan membentuk metode mengajar baru yang sangat vital (Sudjarwo, 1988:56).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media

audiovisual mempunyai keunggulan yang mampu mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran dibandingkan dengan bentuk media lain. Hal ini disebabkan karena media audiovisual mempunyai fungsi ganda jika dimanfaatkan secara optimal maka dapat menampilkan gambar dan suara. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa media audiovisual dapat menampilkan video atau film dengan desain yang menarik.

Dalam media audiovisual terdapat syarat-syarat penting untuk memilih gambar dan mengisi suara atau narasi. Syarat-syarat penting dalam memilih gambar yang akan dimasukkan ke dalam media yaitu:

1. Gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail. Dalam hal ini, gambar dipilih yaitu gambar yang mempunyai resolusi besar sehingga gambar tidak pecah ketika akan dieditatau ditampilkan.

2. Apa yang tegambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi.

3. Gambar harus benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat dalam keadaan sebenarnya.


(33)

17

4. Gambar harus sederhana, hal ini bertujuan agar gambar tidak menyulitkan siswa.

5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya . (Amir Hamzah 1988:29)

Sedangkan dalam pengisian suara harus diperhatikan hal-hal berikut: 1. Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa percakapan, jika menggunakan istilah yang sulit, istilahh tersebut perlu di beri penjelasan.

2. Musik

Fungsi musik yang utama adalah menciptakan suasana, sehingga musik disesuaikan dengan suasana.

3. Keterbatasan Daya Konsentrasi

Daya konsentrasi orang dewasa berkisar antara 25 sampai dengan 45 menit. Sedangkan anak-anak hanya 15 sampai dengan 25 menit. Sehingga pembuatan video tidak boleh terlalu panjang.

Dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dibutuhkan media yang dapat membantu siswa untuk mempermudah menerima materi. Terutama mata pelajaran sejarah yang lebih menekankan pada urutan suatu peristiwa atau kejadian, oleh karena itu perlunya digunakan media yang dapat mempermudah siswa yang dapat menggambarkan runtutan suatu peristiwa dengan jelas. Film rangkai merupakan film yang berurutan membentuk satu kesatuan. Sadiman (Mustafidah, Anna, 2012:2). Salah satu program film rangkai yang dapat menggambarkan runtutan suatu peristiwa yaitu Movie Maker. Sehingga peneliti menggunakan aplikasi Movie Maker dalam membuat mediaaudiovisual.


(34)

18

Movie Maker jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, Movie adalah video dan maker yaitu pembuat. Dari pengartian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

Movie Maker adalah suatu program yang mampu membuat suatu video. Program tersebut dapat digunakan untuk membuat video dengan menggabungkan materi-materi pembelajaran sejarah dan dapat pula memasukan efek-efek yang bermacam-macam yang dapat mendukung materi pembelajaran. Menurut Florensius dkk, Windows Movie Maker adalah software untuk membuat atau mengedit video, yang terdapat dalam MicrosoftWindows. Softwareini berisi fitur seperti efek, transisi, judul / kredit, audio track, timeline narasi, dan Auto Movie. (file:///D:/MakalahMediaPembelajaran_SyanizayanasBlog.htm (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB))

Sedangkan menurut Dewi, Windows Movie Maker adalah sebuah aplikasi

freeware yang dibuat oleh Microsoft. Aplikasi ini dapat digunakan untuk membuat aplikasi video yang cukup berkualitas dengan penyertaan beberapa efek yang terdapat pada aplikasi tersebut. File-file photo, musik, maupun video dapat diinsert ke dalam time line yang selanjutnya dapat diolah menjadi sebuah video yang dapat ditonton melalui VCD maupun DVD (file:///D:/Windows Movie Maker-Jaringan Komputer.htm(diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB)) Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa fitur-fitur yang dimiliki oleh WindowsMovie Makersangat beragam, didalam WindowsMovie Makertersebut guru dapat menyertakan beberapa efek seperti musik, gambar dan video dan mengkombinasikannya dengan materi yang aka disajikan. Selain itu, materi yang sudah dibuat dalam bentuk video dapat disimpan dengan flasdisk atau kaset CD sehingga memudahkan siswa untuk mengaksesnya kembali.

Menurut Amelia, Windows Movie Maker memiliki kelebihan. Adapun kelebihan yang ada pada windowsmovie makerdiantaranya :

1. Hasil jadi videonya tidak terlalu besar kapasitasnya. 2. Dapat dimasukan ke dalam internet.


(35)

19

4. Kebanyakan sudah ada disetiap komputer yang menggunakan Microsoft windows.

5. Dapat langsung dijadikan bentuk VCD maupun DVD tanpa melalui nero. 6. Lebih mudah dan simple untuk pengedit pemula.

7. Dapat mengedit hanya dengan geser dan drag.

(file:///D:/AMELIASETIAWATYS BLOG WINDOWS MOVIE

MAKER.htm(diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB))

Dari uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa Movie Maker mempunyai keunggulan khusus yaitu dapat membuat video dengan cara yang sederhana namun dapat menghasilkan video yang berkualitas. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan untuk membuat video berupa video materi pembelajaran sejarah. Video yang akan diaplikasikan inilah yang akan dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efisien dan efektif. Hal tersebut dapat diketahui dari cara guru yang biasanya menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa verbal akan diubah dengan cara menggunakan media audiovisual movie maker yang dapat mewakili penjelasan guru bahkan lebih menarik. Dengan begitu, siswa akan lebih fokus terhadap materi pembelajaran yang sedang ditampilkan.

5. Konsep Pembelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk SMA N 1 Tumijajar. Mengingat pentingnya mata pelajaran sejarah yang dapat memupuk rasa nasionalisme siswa maka jam belajar untuk mata pelajaran sejarah pun bertambah. Terdapat beberapa konsep dari para ahli memgenai pembelajaran yaitu menurut I Gde Widja menyatakan bahwa “pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan


(36)

20

kaitannya dengan masa kini” (I Gde Widja, 1989:23). “Pembelajaran sejarah

mengembangkan kemampuan anak untuk memformulasikan penilaian yang objektif, mempertimbangkan setiap bukti yang penuh kehati-hatian dan menganalisis bukti-bukti tersebut secara tepat” (S.K Kochhar, 2008:32).

Sasaran utama pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah: 1. Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan

yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini.

2. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia.

3. Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan.

4. Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia.

5. Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat mempelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara keseluruhan.

(S.K Kochhar, 2008:1)

Menurut Hamid Hasan, tujuan pendidikan sejarah di SMA ialah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pendalaman tentang peristiwa sejarah terpilih baik lokal

maupun nasional.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. 3. Membangun kepedulian sosial dan semangat kebangsaan. 4. Mengembangkan rasa ingin tahu, inspirasi, dan aspirasi.

5. Mengembangkan nilai dan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan. 6. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

7. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi.

(Hamid Hasan, 2012:7)

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pelajaran yang berguna bagi siswa untuk mengetahui peristiwa masa lampau umat manusia sehingga siswa menganalisis bukti-bukti secara kritis dan


(37)

21

menyimpulkan menurut pemikiran siswa sendiri dan mampu menyampaikan kepada orang lain.

B. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran akan berlangsung jika komponen-komponennya telah terpenuhi seperti pendidik, peserta didik, alat yang digunakan atau media, ruang pembelajaran, waktu yang telah ditentukan dan prosedur yang sudah dirancang. Semua komponen untuk melaksanakan kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan karena seluruh komponen tersebut merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung dan dapat mengoptimalkan proses belajar. Meskipun semua komponen tersebut sudah terpenuhi namun saat ini pengembangan media pembelajaran kurang optimal karena masih menggunakan media standar, seperti buku paket. Media merupakan sarana yang paling penting karena media menjadi perantara dalam menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik. Kemajuan teknologi yang semakin modern kurang dimanfaatkan oleh guru, sehingga banyak siswa yang kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan apabila hanya terpaku dari buku cetak.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan membuat dan mengembangkan media pembelajaran audoivisual Movie Maker, media tersebut mempunya manfaat yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, media pembelajaran yang didesain dengan gambar, dan suara dapat mendukung siswa untuk mempermudah dalam menerima dan memahami materi


(38)

22

juga untuk memotivasi agar siswa aktif dalam kegiatan belajar sehingga hasil belajar siswa pun akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai cara membuat dan mengembangkan media

audiovisual Movie Maker dalam pembelajaran sejarah sebagai media berbasis teknologi yang diharapkan mampu mengoptimalkan hasil belajar sejarah siswa serta sebagai media pembelajaran yang bersifat menyenangkan sehingga efektif digunakan di dalam pembelajaran sejarah.


(39)

23

2. Paradigma

Ket:

= garis pembuatan dan revisi = garis uji coba/tes media Uji Coba Media ke siswa

Pengumpulan Data

Revisi Akhir Media Observasi ke sekolah

Revisi Media Uji Coba Media Pembuatan Media

Uji ahli media dan revisi


(40)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Metode penelitian merupakan langkah dan cara dalam mencari, menggali data, menganalisis, membahas dan menyimpulkan masalah dalam penelitian (Musfiqon, 2012:14). Dalam penelitian ini, metode yang peneliti gunakan adalah metode penelitian dan pengembagan (Research and Development ). Menurut Sugiyono, metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg dan Gall (dalam Nusa Putra, 2011:120-121) langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mencari potensi dan masalah dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPA SMA N 1 Tumijajar.

2. Mengumpulkan data, data-data yang dikumpulkan berupa jumlah siswa di kelas yang akan diteliti yaitu kelas XI IPA 5, dan informasi media yang digunakan dalam pembelajaran.

3. Desain produk, mendesain media audiovisual Movie Maker yang akan digunakan.


(41)

25

4. Validasi desain, desain media audiovisual Movie Maker akan divalidasi oleh ahli media yaitu Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. dan ahli materi yaitu Bapak Ersontowi, M.Pd..

5. Uji coba pemakaian, dalam hal ini peneliti mengujicobakan media

audiovisual Movie Makerke kelas.

6. Revisi produk, memperbaiki media apabila ada kekurangan.

7. Uji coba produk, mengujicobakan media Audiovisual Movie maker ke kelas kembali.

8. Revisi desain, memperbaiki desain pada media kembali 9. Revisi produk, revisi akhir produk.

10. Produksi massal, produk dapat diperbanyak dan digunakan menjadi media pembelajaran.

B. Variabel Penelitian

Menurut Yatim Riyanto, variabel adalah gejala yang menjadi objek penelitian (dalam Musfiqon, 2012:45). Sedangkan menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60). Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan suatu objek yang akan diteliti sehingga dapat diketahui pengaruhnya pada subjek.

Terdapat dua macam variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independent merupakan variabel yang sifatnya mempengaruhi, sedangkan variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi. Sehingga


(42)

26

dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah media audiovisual Movie Maker, sedangkan variabel yang akan dipengaruhi yaitu pembelajaran sejarah siswa kelas XI.

C. Sampel penelitian

1. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sampel pada penelitian ini yang nantinya akan digunakan untuk uji coba media audiovisual Movie Maker. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel siswa kelas XI IPA 5 yang berjumlah 38 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Kelas tersebut akan dijadikan kelas eksperimen dalam uji coba media audiovisual Movie Maker. Pemilihan sampel ini ditetapkan melalui simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

2. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilaakukan deengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya (Sugiyono, 2013:199). Sebelum membuat angket, peneliti


(43)

27

mempersiapkan kisi-kisi terlebih dahulu. Kisi-kisi angket dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kisi-kisi angket

No. Aspek Penilaian Indikator Jumlah

1 Audio Kualitas Suara 1

Kesesuaian Suara Dengan Gambar 1

Penggunaan Bahasa 1

Penggunaan Musik 1

2 Visual

Kesesuaian Gambar Dengan

Peristiwa 1

Kesesuaian Gambar Dengan Tokoh 1 Kesesuaian Gambar Dengan

Wilayah Peristiwa 1

Format Teks 1

3 Materi Pemahaman Siswa Tentang latar belakang munculnya kebijakan politik etis.

1 Pemahaman Siswa Tentang dampak

kebijakan politik etis bagi rakyat Indonesia.

1 Pemahaman Siswa tentang

perkembangan politik pers di Indonesia.

1 Pemahaman siswa tentang tokoh

reformasi islam 1

Jumlah 12

2. Observasi

Observasi merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung data jumlah siswa kelas XI IPA SMA N 1 Tumijajar dan nilai-nilai tes siswa pada pelajaran sejarah. Data-data tersebut peneliti dapatkan selama melakukan penelitian pendahuluan.

3. Test

Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tentang peningkatan hasil belajar sejarah siswa. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada


(44)

28

seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono, 2010:170). Bentuk test yang digunakan adalah tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda yang akan dibuat berjumlah 10 soal.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan suatu teknik mengumpulkan data-data yang telah diperoleh melalui berbagai referensi buku guna melengkapi konsep-konsep dari variabel yang telah ditentukan, serta memperkuat suatu argumentasi yang didapatkan menurut pendapat dari para ahli.

D. Bahan-Bahan Pembuatan Movie Maker

Dalam setiap pembuatan sebuah video pembelajaran, maka terdapat beberapa bahan yang akan dimasukkan ke dalam program Movie Maker yang kemudian dirangkai dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi suatu video yang dapat dijadikan video pembelajaran. Adapun bahan-bahan dalam pembuatan materi

Movie Makeryaitu sebagai berikut: 1. Materi

Materi-materi yang akan dimasukan ke dalam pembuatan video Movie Maker

yaitu Tumbuhnya Ruh Kebangsaan Dan Nasionalisme dan materi Perjuangan Organisasi Pergerakan, di dalam materi Tumbuhnya Ruh Kebangsaan Dan Nasionalisme tersebut membuat empat indikator pencapaian kompetensi antara lain:

a. Menjelaskan latar belakang munculnya kebijakan politik etis.


(45)

29

c. Menjelaskan perkembangan pers di Indonesia. d. Menyebutkan tokoh reformasi islam.

2. Gambar

Media audiovisual merupakan rangkaian gambar yang akan dijadikan suatu video. Dalam pembuatan video ini, peneliti membutuhkan sebanyak 41 gambar. Gambar yang diambil dari internet merupakan gambar-gambar yang sesuai dengan materi. Misal, untuk materi politik etis maka diperlukan gambar Van Deventer, dan gambar-gambar lain yang berkaitan deengan materi politik etis.

3. Video

Video digunakan untuk memperjelas situasi pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, dan peneliti memasukkan video peta pembuatan jalan Anyer-Panarukan. Mediaaudiovisual Movie Makerdapat menginsertvideo sehingga apabila ada video asli yang berkaitan dengan materi dapat diinsert

didalamnya. 4. Suara

Setelah gambar dirangakai sesuai dengan materi pembelajaran maka peneliti menarasikan video tersebut, dalam menarasikannya peneliti merangkum materi terlebih dahulu. Adapun bahan yang peneliti gunakan yaitu:

1. Buku Sejarah Indonesia kelas XI IPA, penerbit Dinas Pendidikan. 2. Buku LKS Sejarah Indonesia kelas XI IPA, penerbit Dinas

Pendidikan.


(46)

30

Buku-buku tersebut peneliti gunakan sebagai sumber dalam menarasikan video

Movie Maker.

E. Teknis analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian yang menggunakan teknik deskriptif kuantitatif adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh berupa angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti (Sukardi, 2008:86).

Data mengenai penggunaan media audiovisual Movie Maker yang terkumpul melalui kuesioner yang diisi oleh siswa dianalisis dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 2. KategoriSkala Likert

Penilaian Nilai

Sangat setuju 4

Setuju 3

Kurang setuju 2

Tidak setuju 1


(47)

31

(Skor tertinggi tiap butir instrumen ) x (jumlah instrumen tiap aspek) x (jumlah responden)

Setelah data yang diperoleh dianalisis sesuai tabel 2, kemudian dijumlahkan total keseluruhan data. Setiap pernyataan apabila mendapat skor tertinggi yakni 4 maka akan diperoleh skor yang diharapkan dari tiap aspek ataupun skor yang diharapkan dari keseluruhan pernyataan. Skor yang diharapkan merupakan skor maksimal atau skor tertinggi dari tiap aspek apabila tiap pernyataan diberi skor 4. Untuk mencari skor yang diharapkan maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Sumber : Sugiyono,2013:418

Skor tertinggi tiap butir pernyataan instrumen : 4 Jumlah instrumen tiap item aspekaudio : 4

Jumlah responden : 38

Skor yang diharapkan tiap aspek : 4 x 4 x 38 = 608

Skor ideal yang diharapkan dari tiap aspek audio pada media audiovisual Movie Makerberdasarkan kuesioner adalah 608.

Skor tertinggi tiap butir pernyataan instrumen : 4 Jumlah instrumen tiap item aspekvisual : 4

Jumlah responden : 38

Skor yang diharapkan tiap aspek : 4 x 4 x 38 = 608

Skor ideal yang diharapkan dari tiap aspek visual pada media Audiovisual Movie Makerberdasarkan kuesioner adalah 608.


(48)

32

Jumlah instrumen tiap item aspek materi : 4

Jumlah responden : 38

Skor yang diharapkan tiap aspek : 4 x 4 x 38 = 608

Skor ideal yang diharapkan dari tiap aspek pemahaman materi pada media

audiovisual Movie Makerberdasarkan kuesioner adalah 608.

Tabel 3. Skor yang diharapkan dari tiap aspek mediaaudiovisual

No.

Aspek Penilaian Indikator

Skor yang diharapkan

1 Audio

Kualitas Suara

608 Kesesuaian Suara Dengan

Gambar Penggunaan Bahasa Penggunaan Musik 2 Visual Kesesuaian Gambar Dengan Peristiwa 608 Kesesuaian Gambar Dengan Tokoh Kesesuaian Gambar Dengan Wilayah Peristiwa Format Teks 3 Materi Pemahaman Siswa Tentang latar belakang munculnya kebijakan politik etis.

608 Pemahaman Siswa

Tentang dampak

kebijakan politik etis bagi rakyat Indonesia.

Pemahaman Siswa tentang perkembangan politik pers di Indonesia. Pemahaman siswa tentang tokoh reformasi


(49)

33

Persentase

islam

Data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diolah dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase (Arikunto, 1996: 244), atau dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Arikunto, 1996: 244

Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif yang diungkapkan dalam distribusi skor dan persentase terhadap kategori skala penilaian yang telah ditentukan. Setelah penyajian dalam bentuk persentase, langkah selanjutnya mendeskriptifkan dan mengambil kesimpulan tentang masing-masing indikator. Kesesuaian aspek dalam pengembangan media

audiovisualdapat menggunakan tabel interpretasi skor sebagai berikut:

Tabel 4. Tabel skala interpretasi kelayakan

Persentase Pencapaian Interpretasi

76–100 % Layak

56–75 % Cukup layak

40–55 % Kurang layak

0–39 % Tidak layak


(50)

34

Pada tabel 4 diatas disebutkan pencapaian persentase interpretasi skor kelayakaan media audiovisual Movie Maker. Kriteria interpretasi skor efektivitas tersebut diatas digunakan sebagai acuan penilaian terhadap kelayakan media audiovisual Movie Maker sebagai media pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPA SMA Tumijajar Tahun pelajaran 2014-2015. Interpretasi antara 0-39% dikatakan media

audiovisual Movie Maker tidak layak untuk dijadikan media pembelajaran. Interpretasi 40-55% dikatakan media audiovisual Movie Maker kurang layak untuk dijadikan media pembelajaran sehingga perlu diperbaiki agar cukup layak untuk dijadikan sebuah media pembelajaran. Interpretasi 56-75% media audiovisual Movie Maker dikatakan cukup layak untuk dijadikan media pembelajaran. Interpretasi 76-100% media audiovisual dikatakan layak untuk dijadikan media pembelajaran.


(51)

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan media audiovisual Movie Maker terdapat dua point yaitu pengembangan pada gambar dan pengembangan pada durasi. Menurut Amir Hamzah, bahwa penampilan gambar pada media audiovisual Movie Maker harus sesuai dengan topik yang sedang dipelajari ternyata tidak cukup sehingga peneliti menambahkan gambar yang lebih menarik. Gambar yang menarik dibuat dengan menggunakan gambar bergerak. Selain itu terdapat pengembangan pada durasi, berdasarkan pendapat Amir Hamzah bahwa durasi media pembelajaran berkisar antara 15-25 menit. Tetapi setelah peneliti melakukan uji coba pemakaian hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa durasi 15 menit tidak cukup. Sehingga untuk pembelajaran sejarah durasi minimal media audiovisual Movie Maker yaitu 20 menit.

Terdapat beberapa tahap dalam mengembangkan media audiovisual Movie Maker

seperti melihat potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, uji coba pemakaian, revisi produk, uji coba produk, revisi desain, hasil akhir produk. Hasil dari desain produk, foto-foto yang akan dijadikan media


(52)

72

sebagai media audiovisualMovie Maker harus orisinil, durasi media juga minimal 20 menit. Penggunaan media audiovisual Movie Maker pada pembelajaran sejarah siswa dikatakan layak untuk dikembangkan, hal ini berdasarkan revisi produk melalui ahli media dan ahli materi. Dari revisi tersebut terdapat beberapa kekurangan media audiovisual Movie Maker yang telah diperbaiki seperti penambahan tujuan pembelajaran, penambahan materi, penambahan durasi, penambahan indikator pencapaian kompetensi, pemberian penjelasan pada istilah asing, pemberian kesimpulan, dan pemberian musik atau instrumen.

Selain melalui ahli media dan ahli materi, produk juga diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA 5 SMA N 1 Tumijajar tahun pelajaran 2014-2015. Perolehan data hasil kuesioner yang dibagikan ke siswa pada pertemuan pertama yaitu 54,93%. Berdasarkan tabel skala interpretasi kelayakan, 54,93% masuk ke dalam kategori kurang layak. Dari ketiga aspek media audiovisual Movie Maker, aspek materi yang paling rendah sehingga perlu diperbaiki. Pada pertemuan kedua, media

audiovisual Movie Maker mendapatkan presentase sebesar 77,13%. Berdasaarkan tabel skala interpretasi, 77,13% masuk ke dalam kategori layak.

Penggunaan media pembelajaaran audiovisualMovie Maker juga dapat digunakan sebagai selingan media pembelajaaran yang biasa digunakan oleh guru seperti media pembelajaaraan power point, sehingga media pembelajaran lebih bervariasi. media audiovisual Movie Maker dapaat dibuat secara sederhana deengan melakukan tahapan-tahapan yang sudah dipaparkan sebelumnya. Dalam pembuatan media pembelajaran ini terdapat salah satu langkah pembuatan yang sedikit rumit yaitu ketika narasiatau pengisian suara.


(53)

73

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media audiovisual Movie Maker dapat membuat siswa lebih kondusif. Selain itu, siswa juga bisa meminta media

audiovisual Movie Maker yang sudah ditampilkan untuk dipelaajaari kembali dirumah. media audiovisual Movie Maker ini bisa disimpan di flashdisk atau CD. Sehingga siswa dapat mempeelajarinya kembali sesuai keinginan siswa dan apabila guru mengulas materi pada awal pertemuan selanjutnya, siswa mengingat materi yang sudah dipelajari.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat media audiovisual Movie Maker perlu memperhatikan materi karena tidak semua materi mempunyai gambar yang berkaitan.

2. Pembuatan media audiovisual Movie Maker memerlukan tahapan yang banyak sehingga diperlukan kreatifitas agar media yang ditampilkan menarik. 3. Ketika menampilkan media audiovisual Movie Maker sebaiknya menggunakan speaker, sebab suara yang dikeluarkan laptop tidak mampu di dengar oleh seluruh siswa di dalam kelas.

4. Pengembangan media pembelajaran penting dilakukan sebagai selingan media pembelajaran lain yang digunakan oleh guru seperti power point

sehingga siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan sebab media audiovisual Movie Maker tidak hanya menampilkan tulisan tetapi juga gambar, dan suara sekaligus.


(54)

74

5. Memberi kesempatan siswa untuk memberikan media audiovisual Movie Maker yang sudah ditampilkan agar dipelajari kembali di rumah.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2000.Media Pengajaran.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Asyhar, Rayandra. 2012.Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta:

Referensi.

Azwar, Saifuddin. 2012.Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nazir, Moh. 2009.Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia.

Fitria, Dewi. 2012 file:///D:/Windows Movie Maker-Jaringan Komputer.htm (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB)

Florensius,dkk.2010file:///D:/MakalahMediaPembelajaran_SyanizayanasBlog.ht m (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB)

Fuad Ihsan, Haji. 2010.Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008.Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hasan, Hamid. 2001.Pendidikan Sejarah Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Widja, I Gde. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif

Pendidikan. Semarang: Satya Wacana.

Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah (Teaching of History). Jakarta: Grasindo.


(56)

Maskun. 1998.Media Pendidikan. Lampung: Universitas Lampung.

Musfiqon. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Rohani, Ahmad. 1997.Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Setiawaty, Amelia. 2013 file:///D:/AMELIASETIAWATYS BLOG WINDOWS MOVIE MAKER.htm (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB) Sudjarwo, S. 1988.Teknologi Pendidikan. Jakarta: P.T Gelora Aksara Pratama. Sugiono, Dendy. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Surabaya: PT. Temprina Media

Grafika

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan media audiovisual Movie Maker terdapat dua point yaitu pengembangan pada gambar dan pengembangan pada durasi. Menurut Amir Hamzah, bahwa penampilan gambar pada media audiovisual Movie Maker harus sesuai dengan topik yang sedang dipelajari ternyata tidak cukup sehingga peneliti menambahkan gambar yang lebih menarik. Gambar yang menarik dibuat dengan menggunakan gambar bergerak. Selain itu terdapat pengembangan pada durasi, berdasarkan pendapat Amir Hamzah bahwa durasi media pembelajaran berkisar antara 15-25 menit. Tetapi setelah peneliti melakukan uji coba pemakaian hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa durasi 15 menit tidak cukup. Sehingga untuk pembelajaran sejarah durasi minimal media audiovisual Movie Maker yaitu 20 menit.

Terdapat beberapa tahap dalam mengembangkan media audiovisual Movie Maker seperti melihat potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, uji coba pemakaian, revisi produk, uji coba produk, revisi desain, hasil akhir produk. Hasil dari desain produk, foto-foto yang akan dijadikan media audiovisual Movie Maker harus orisinil. Selain gambar-gambar yang dijadikan


(2)

72

sebagai media audiovisualMovie Maker harus orisinil, durasi media juga minimal 20 menit. Penggunaan media audiovisual Movie Maker pada pembelajaran sejarah siswa dikatakan layak untuk dikembangkan, hal ini berdasarkan revisi produk melalui ahli media dan ahli materi. Dari revisi tersebut terdapat beberapa kekurangan media audiovisual Movie Maker yang telah diperbaiki seperti penambahan tujuan pembelajaran, penambahan materi, penambahan durasi, penambahan indikator pencapaian kompetensi, pemberian penjelasan pada istilah asing, pemberian kesimpulan, dan pemberian musik atau instrumen.

Selain melalui ahli media dan ahli materi, produk juga diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA 5 SMA N 1 Tumijajar tahun pelajaran 2014-2015. Perolehan data hasil kuesioner yang dibagikan ke siswa pada pertemuan pertama yaitu 54,93%. Berdasarkan tabel skala interpretasi kelayakan, 54,93% masuk ke dalam kategori kurang layak. Dari ketiga aspek media audiovisual Movie Maker, aspek materi yang paling rendah sehingga perlu diperbaiki. Pada pertemuan kedua, media

audiovisual Movie Maker mendapatkan presentase sebesar 77,13%. Berdasaarkan

tabel skala interpretasi, 77,13% masuk ke dalam kategori layak.

Penggunaan media pembelajaaran audiovisualMovie Maker juga dapat digunakan sebagai selingan media pembelajaaran yang biasa digunakan oleh guru seperti media pembelajaaraan power point, sehingga media pembelajaran lebih bervariasi. media audiovisual Movie Maker dapaat dibuat secara sederhana deengan melakukan tahapan-tahapan yang sudah dipaparkan sebelumnya. Dalam pembuatan media pembelajaran ini terdapat salah satu langkah pembuatan yang sedikit rumit yaitu ketika narasiatau pengisian suara.


(3)

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media audiovisual Movie Maker dapat membuat siswa lebih kondusif. Selain itu, siswa juga bisa meminta media audiovisual Movie Maker yang sudah ditampilkan untuk dipelaajaari kembali dirumah. media audiovisual Movie Maker ini bisa disimpan di flashdisk atau CD. Sehingga siswa dapat mempeelajarinya kembali sesuai keinginan siswa dan apabila guru mengulas materi pada awal pertemuan selanjutnya, siswa mengingat materi yang sudah dipelajari.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat media audiovisual Movie Maker perlu memperhatikan materi karena tidak semua materi mempunyai gambar yang berkaitan.

2. Pembuatan media audiovisual Movie Maker memerlukan tahapan yang banyak sehingga diperlukan kreatifitas agar media yang ditampilkan menarik. 3. Ketika menampilkan media audiovisual Movie Maker sebaiknya menggunakan speaker, sebab suara yang dikeluarkan laptop tidak mampu di dengar oleh seluruh siswa di dalam kelas.

4. Pengembangan media pembelajaran penting dilakukan sebagai selingan media pembelajaran lain yang digunakan oleh guru seperti power point sehingga siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan sebab media audiovisual Movie Maker tidak hanya menampilkan tulisan tetapi juga gambar, dan suara sekaligus.


(4)

74

5. Memberi kesempatan siswa untuk memberikan media audiovisual Movie Maker yang sudah ditampilkan agar dipelajari kembali di rumah.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2000.Media Pengajaran.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Asyhar, Rayandra. 2012.Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta:

Referensi.

Azwar, Saifuddin. 2012.Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nazir, Moh. 2009.Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia.

Fitria, Dewi. 2012 file:///D:/Windows Movie Maker-Jaringan Komputer.htm (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB)

Florensius,dkk.2010file:///D:/MakalahMediaPembelajaran_SyanizayanasBlog.ht m (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB)

Fuad Ihsan, Haji. 2010.Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008.Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hasan, Hamid. 2001.Pendidikan Sejarah Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Widja, I Gde. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana.

Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah (Teaching of History). Jakarta: Grasindo.


(6)

Maskun. 1998.Media Pendidikan. Lampung: Universitas Lampung.

Musfiqon. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Rohani, Ahmad. 1997.Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Setiawaty, Amelia. 2013 file:///D:/AMELIASETIAWATYS BLOG WINDOWS MOVIE MAKER.htm (diunduh pada 23 Mei 2013, pukul 14:07 WIB) Sudjarwo, S. 1988.Teknologi Pendidikan. Jakarta: P.T Gelora Aksara Pratama. Sugiono, Dendy. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Surabaya: PT. Temprina Media

Grafika

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.