PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI JAGUNG ( Zea mays L. ) VARIETAS BISI-2 DAN VARIETAS SHS-4

ABSTRAK
PENGARUH EMPAT JENIS KOMPOS PADA PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.) VARIETAS SHS-4 DAN BISI-2

Oleh
ANJANI PRATIWI

Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan makanan pokok di Indonesia yang memiliki
kedudukan sangat penting setelah beras. Produksi jagung nasional meningkat setiap

tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar
11 juta ton/tahun, sehingga masih mengimpor yaitu sebesar 1 juta ton. Berbagai
upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi jagung antara lain dengan
cara penggunaan benih unggul, pemupukan yang efektif, dan efisien.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan produksi antar jagung yang diuji,
membandingkan produksi jagung yang diberi pupuk kompos alami dengan pupuk
kompos + aktivator, mengetahui apakah produksi jagung bergantung pada jenis
kompos dengan aktivator yang berbeda.

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Universitas lampung (Unila), Bandar

Lampung, pada bulan Juni sampai September 2011. Perlakuan disusun secara
faktorial (4 x 2) dengan 3 ulangan dalam Rancangan Kelompok Teracak
Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah jenis kompos yang digunakan yaitu
K0(kompos + alami), K1 (kompos + Golden Harvest), K2 (kompos + M-Dec), dan
K3 (kompos + EM4). Faktor kedua adalah varietas jagung yaitu V1 (SHS 4) dan
V2(Bisi 2).

Data yang diperoleh dianalisis homogenitas ragam dengan uji Bartlett dan sifat
kemenambahan dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam
dan dilanjutkan dengan uji Perbandingan Kelas pada taraf 5% dan 1 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Terdapat perbedaan produksi antara varietas SHS 4 dan BISI 2. Varietas
SHS 4 menghasilkan 3,217 kg/petak dan varietas BISI 2 menghasilkan
2,69 kg/petak,
(2) aplikasi kompos dengan jenis aktivator yang berbeda belum mampu
meningkatkan produksi 2 varietas jagung jika dibandingkan dengan
kompos alami,
(3) produksi 2 varietas jagung tidak bergantung pada pemberian jenis kompos
dengan aktivator yang berbeda.


ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FOUR DIFFERENT TYPES OF COMPOST ON
PRODUCTION OF CORN (Zea mays L.) SHS-4 VARIETIES and BISI-2

By
ANJANI PRATIWI
Corn (Zea mays L.) is a staple food in Indonesia which has a very important position
after rice. National corn production increased every year, but until now has not been
able to meet the domestic needs of around 11 million tonnes/year, so it is still
importing about an amount of 1 million tonnes. Various efforts are being made to
enhance the production of corn, among others, by means of the use of seed,
fertilization is effective and efficient. This study aims to compare the production
among the corn tested, compared the production of corn fed with natural compost ,
compost + activator , find out if the corn production depending on the type of
compost + Activator by differently. The research was carried out in the garden
experiments University of Lampung (Unila), Bandar Lampung, on June until
September 2011. The treatment is structured as a factorial (4 x 2) with 3 bee in the
draft Group Perfectly mixed reviews (RKTS). The first factor is the type of compost
used namely K0 (compost + natural), K1 (compost + Golden Harvest), K2 (compost

+ M-Dec), and K3 (compost + EM4). The second factor is the corn varieties namely
V1 (SHS 4) and V2 (BISI 2). The Data obtained were analyzed with the variety of its
homogeneity test of Bartlett and the properties of addiction with the Tukey test. If the
assumptions are met, the data is analyzed and continued with a Comparison test in
standard class on 5% and 1%. The results showed that :
1. there is a difference between SHS 4 Varieties and BISI 2 Varieties . Varieties
of SHS 4 produces of 3,217 kg/swath and Varieties of BISI 2 produces 2.69
kg/swath,

2. the application of compost with different types of Activator hasn't been able
to increase the production of , 2 varieties of corn when compared to natural
compost,
3. the production of two varieties of corn does not depend on the granting of this
type of compost Activator by differently.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 14 Januari
1988, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak
Asnawi dan Ibu Rojaisah.


Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Purwodadi pada
tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP Negeri 6 Kotabumi pada
tahun 2003. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Umum pada tahun 2006
DI SMU Negeri 2 Kotabumi, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN).

Pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti Praktik Umum di UPTD Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Pada tahun 2011 penulis melakukan k
Tanaman Pangan dan Hortikultura VIII Lampung. Kegiatan kuliah lapang di
Malang-Jogya-Jakarta

PERSEMBAHAN

Dengan Rasa Syukur Kepada Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini
kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, adikku Julian Fransiska, Soni Andersen,
Joe Pithersen dan semua yang telah mendoakan keberhasilanku, serta Almamater
yang ku banggakan


MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.
(QS. Alam Nasyrah; 6-8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh
penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Paul Benjamin Timotiwu, M.S. selaku Direktur Eksekutif
(HEI-IU) I-MHERE dan juga selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan saran, arahan, dan kesempatan dalam program hibah I-MHERE
kepada penulis;
2. Ibu Dr. Ir. Tumiar Katarina Manik, M.Sc. selaku Co-Pic I-MHERE Program
Studi Agronomi atas saran, koreksi, dan persetujuan pencetakan laporan
program hibah I-MHERE;
3. Ibu Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran, kritik,

pengertian, serta kesabaran selama penulis melaksanakan penelitian hingga
penulisan laporan program hibah I-MHERE;
4. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Penguji bukan Pembimbing atas
koreksi, saran dan kritik yang diberikan selama penyusunan laporan program
hibah I-MHERE;
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.S., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi;

6. Bapak Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Pertanian Universitas Lampung yang telah membantu penulis untuk mengikuti
program hibah I-MHERE;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
8. Ibu dan Ayah tersayang yang selalu menyayangi dan mendoakan penulis,
saudara tersayang Cika, Soni, dan Joe yang selalu memberikan dukungan, dan
menyangi penulis;
9. Lukas Hadinata S.P., Andi Triyanto S.P., sebagai sahabat seperjuangan atas
segala hal yang sudah kita jalani dan lewati bersama;
10. Ricky Liemen atas dukungan dan nasehatnya yang membangun;
11. Teman-teman Agronomi 2007 atas cerita indah, persahabatan, dan

kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan;
12. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dan semoga laporan ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Anjani Pratiwi

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ................................................................................ vii

I.

PENDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar Belakang dan Masalah . .................................................
1.2 Tujuan Penelitian . ..................................................................
1.3 Landasan Teori .......................................................................
1.4 Kerangka Pemikiran ...............................................................
1.5 Hipotesis . ................................................................................

1
1
4
4
7
9

II.

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
2.1 Karakteristik Tanaman Jagung ..............................................

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung . .........................................
2.3 Deskripsi Varietas Jagung .....................................................
2.3.1 Jagung Varietas Bisi 2 ....................................................
2.3.2 Jagung varietas SHS 4 ....................................................
2.4 Kompos ...................................................................................
2.4.1 Manfaat Kompos ...........................................................
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan ......
2.4.1 Memanipulasi Kondisi Pengomposan ...........................
2.5 Dekomposer Kompos ............................................................
2.5.1 Effective Mikroorganisme 4 (EM-4) ...............................
2.5.2 M-Dec ............................................................................
2.5.3 Golden harvest ...............................................................

10
10
12
13
13
14
14

15
17
20
22
22
23
24

III. BAHAN DAN METODE ...........................................................
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
3.2 Bahan dan Alat Penelitian .......................................................
3.3 Metode Penelitian ....................................................................
3.3.1Rancangan Percobaan ...................................................
3.3.2Rancangan Perlakuan ....................................................
3.3.3Analisis Data ..................................................................
3.4Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
3.4.1 Pengolahan Lahan ........................................................
3.4.2 Penanaman ...................................................................

26

26
26
27
27
27
27
28
28
28

ii

3.4.3 Pemupukan ...................................................................
3.4.4 Pemeliharaan ...............................................................
3.4.5 Panen .............................................................................
3.5 Variabel Pengamatan ..............................................................

29
29
29
30

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................
4.4.1 Tinggi Tanaman ............................................................
4.4.2 Bobot Kering Brangkasan ............................................
4.4.3 Diameter Tongkol .........................................................
4.4.4 Panjang Tongkol ..........................................................
4.4.5 Bobot 100 Butir . ...........................................................
4.4.6 Produksi .........................................................................
4.3 Pembahasan ............................................................................

32
32
33
34
35
36
37
38
39

V.

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
5.1 Kesimpulan .............................................................................
5.2 Saran . ......................................................................................

42
42
42

PUSTAKA ACUAN .............................................................................

43

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Hasil analisis kompos. ................................................................................

26

2. Koefisien pembanding untuk perbandingan kelas. .....................................

28

3. Perbedaan kandungan organisme di dalam masing-masing kompos. ........

28

4. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada tinggi
tanaman dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ......................................

32

5. Pengaruh empat jenis kompos pada bobot kering brangkasan dua
varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ............................................................

33

6. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada diameter
tongkol (cm) dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ...............................

33

7. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada panjang
tongkol (cm) dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ...............................

33

8. Pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman dua varietas jagung
(SHS-4 dan Bisi-2). ....................................................................................

34

9. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot
kering brangkasan dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ......................

34

10. Hasil analisis sidik ragam pengaruh empat jenis kompos pada bobot
kering brangkasan dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ......................

35

11. Hasil analisis pengaruh empat jenis kompos pada panjang tongkol (cm)
dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ....................................................

35

12. Hasil analisis pengaruh empat jenis kompos pada panjang tongkol (cm)
dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ....................................................

36

13. Uji Bartlett (homogenitas ragam) variable pertumbuhan dan produksi
pada pertanaman jagung. ............................................................................

45

14. Uji Tukey (kemenambahan variable pertumbuhan dan produksi pada
pertanaman jagung. ....................................................................................

45

15. Pengaruh empat jenis kompos pada tinggi tanaman dua varietas jagung
(SHS-4 dan Bisi-2). ....................................................................................

45

16. Pengaruh empat jenis kompos pada bobot kering brangkasan dua
varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ...........................................................

46

17. Pengaruh empat jenis kompos pada panjang tongkol (cm) dua varietas
jagung (SHS-4 dan Bisi-2). .........................................................................

46

18. Hasil analisis pengaruh empat jenis kompos pada panjang tongkol (cm)
dua varietas jagung (SHS-4 dan Bisi-2). . ...................................................

47

19. Pengaruh empat jenis kompos pada bobot 100 butir (g) dua varietas
jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ........................................................................

47

20. Pengaruh empat jenis kompos pada diameter tongkol (cm) dua varietas
jagung (SHS-4 dan Bisi-2). ........................................................................

48

21. Pengaruh empat jenis kompos pada produksi (kg) dua varietas jagung
(SHS-4 dan Bisi-2). ....................................................................................

49

22. Deskripsi jagung varietas SHS-4 dan Bisi-2. .............................................

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Terdapat perbedaan produksi antara varietas SHS 4 dan BISI 2. Varietas SHS
4 menghasilkan 3,217 kg/petak dan varietas BISI 2 menghasilkan 2,69
kg/petak.
2. Aplikasi pupuk kompos dengan jenis dekomposer yang berbeda belum mampu
meningkatkan produksi 2 varietas jagung jika dibandingkan dengan kompos
tanpa decomposer tambahan.
3. Produksi 2 varietas jagung tidak bergantung pada pemberian jenis kompos
dengan decomposer yang berbeda.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan untuk dilakukan penelitian
lanjutan dengan menggunakan kompos dengan kandungan C/N rasio yang rendah
sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.

41

PUSTAKA ACUAN

Abdurohim, O. 2008. Pengaruh kompos terhadap ketersediaan hara dan produksi
tanaman caisin.Sebuah Skripsi. Dalam IPB Repository.
Carpenter, M. A., et al., 2008.Characterisation of a Trichoderma hama tummono
oxygenase gene involved in antagonistic activity against fungal plant
pathogens.Curr Genet 53:193-205.
Darmanti, S., et al., 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.
Saccharata)yang diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang
Berbeda.Buletin Anatomi dan Fisiologi.Vol.XIV, No. 2, Oktober 2006.
De Datta, S. K. 1981. Principle and Practice of Rice Production.John Willey and
Suns.Co. New York.
Frazier, W.B., and D. C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. Third
edition.McGraw-Hill, Inc. New York. 539 hlm.
Gaur, D. C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect, in:
Hesse, P. R. (ed). Improvig Soil Fertility Through Organic Recycling,
Compost Technology.FAO of United Nation. New Delhi.
Guntoro, Dwi, P, danSarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase
Terhadap Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Tebu.Buletin
Agronomi.IPB.
Hakim, N., et al. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 490 Hlm.
Hamdi, Y.A. 1982. Application Of Nitrogen-Fixing Systems In Soil Improvement
And Management. Rome. Food And Agriculture Organization Of The
United Nation.
Handayani, M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam. Skripsi dalam IPB Repository.
Indaranada, KH. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. BumiAksara. Jakarta. Hal
79-84

42
Isroi. 2008.Kompos. Makalah.Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia. Bogor.
Mayunar. 2010. Pembuatan Pupuk Kompos. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP).Banten.
Morris. R.J. 1987. The Importance and Need for Sulfur in Crop Production in
Asia Pertea Region in Proceding of Symposium on Fertilizer, Bangkok.
Nasih.2009. Pembuatan Kompos. http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/009%20p%20k.
htm.
Patrick, W.H. 1976. Rate of Fertilizer Nitrogen in a Flooded Soil.Soil. Sui. Proc.
40: 678-681
Paustian, T. 2008. Microbiology and bacteriology: The world of microbes.
http://wikipedia.com/streptomyces. (10Januari 2012).
Poehlman, J. M. 1983. Breeding Field Crops. Second ed. The Avi Publishing
Company, Inc. Westport. 486p.
Rao, N.S.1994. Soil Microorganism and plant growth.Oxford and IBM
publishing co.terjemahan H.Susilo.Mikroorganisme Tanah dan
Pertumbuhan tanaman.Universitas Indonesia press. Jakarta.
Rayner, A. D. M. dan L. Boddy. 1988. Fungi Decomposition of Wood, Its Biology
and Ecology. New York: Jhonwiley and Sons.
Rzaieva, O.M., et al., 2005. Screeningofmicroorganisme-producers of alpha-Lrhamnosidase.Microbiol. Z. 67 (5) : 19-27.
Sarief. S. 1980. Kesuburan Tanah dan Pemupukan dalam Ilmu Tanah.Universitas
Padjajaran. Bandung. Hal 23-29.
Setyorini, et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Dalam
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf.
Singh, J. 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Food and
Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
Sprague, G. F. and J.W. Dudley. 1988. Corn and Corn Improvement. Third
edition. Crop. Sci. Soc. Am., Inc., Soil Sci. Soc. Am., Inc. Wisconsin.
968p.
Sukamto, S., et al.1994. Teknik Perbanyakan dan Aplikasi Jamur Trichoderma
spp. Pusat Penelitian Kopi dan kakau Indonesia.Jember Press. Jember.
Suprapto, H.S. 1998. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hlm.

43
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta. 219. hlm
Syafruddin, S., et al. 1997. Pemantauan Kecukupan Hara N berdasarkan Bagan
Warna Daun.(BWD) Pada Tanaman Jagung.
Tate, R. L. 2000. Soil Microbiology, second edition. New York. Jhon Wiley
&Sons,Inc
Tisdale, S.L. dan W.L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Fourth ed. Mc.
MillanPulb.Co. New York.
Todar, K. 2004.Online Textbook's Todar of Bacteriology / University of
Wisconsin-Madison, Dept. Of Bacteriology aeruginosa
Bakteriologi.University of Wisconsin-Madison, Departemen.
Toharisman, A. 1991. Potensidan Pemanfaatan Limbah Industi Gula Sebagai
Sumber Bahan Organik Tanah.BumiAksara. Jakarta.
Wibawa, A., 2009. Tiensgolden harvest.http://konstruksi-dantaman.tokobagus.com/ tanaman-bibit-bunga/Tiens-Golden-Harvest243489.html.

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan makanan pokok di Indonesia yang
memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai
pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai
pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat
tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan
baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya) (Efendi, 1985).

Kebutuhan jagung di Indonesia cenderung meningkat, seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan
industri yang menggunakan bahan jagung. Produksi jagung nasional meningkat
setiap tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik
sekitar 11 juta ton/tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu 1
juta ton. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri
pakan sekitar 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan
industri lainnya (Rukmana, 1997).

2
Statistik impor jagung Indonesia semenjak tahun 1991 menunjukkan adanya
peningkatan yang tinggi, yaitu dari 323.000 ton pada tahun 1991, bisa menjadi
lebih dari 1 juta ton pada tahun 1997. Hal ini disebabkan karena adanya
kebutuhan untuk pakan ternak dan hampir 90% dari kebutuhan jagung untuk
pakan ternak tersebut kadang-kadang terpaksa harus diadakan melalui impor.
Devisa yang harus dikeluarkan untuk impor jagung diberitakan mencapai US $
168 juta sampai US $ 196 juta untuk tahun 1997.

Menurut Sutoro (1988), produktivitas tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (seperti iklim dan kondisi lahan) dan varietas yang ditanam.
Berbagai upaya yang dilakukan guna meningkatkan produksi jagung antara lain
dengan cara penggunaan benih unggul, pemupukan yang efektif, dan efisien serta
pemanfaatan lahan marginal yang masih sesuai untuk tanaman jagung.

Salah satu usaha untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik
adalah dengan pemupukan. Dari berbagai jenis pupuk, yang paling banyak
digunakan dalam kaitannya dengan produksi pertanian adalah N, P, dan K.
Menurut De Datta (1981), salah satu panca usaha pertanian adalah kegiatan
pemupukan. Pemupukan yang baik dan rasional membutuhkan pengetahuan
tentang keberadaan unsur mineral sebaagai hara yang diperlukan tanaman, baik
dalam pertumbuhan atau pembentukan biji. Dengan demikian keseimbangan
unsur hara dalam tanah dapat tercapai. Menurut Sarief (1980), produksi akan
dicapai dengan baik bila unsur-unsur hara yang tersedia dalam tanah berada dalam
keadaan seimbang.

3
Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah.
Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah, meliputi sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah
dengan cara membuat tanah menjadi gembur dan remah sehingga aerasi menjadi
lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman. Sifat kimia tanah diperbaiki
dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan
pengaruh bahan organik pada biologi tanah adalah menambah energi yang
diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah (Sutanto, 2002).

Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman jagung adalah
dengan penggunaan pupuk kompos. Pemberian pupuk hijau dan pupuk kandang
seringkali sulit terlaksana, karena untuk menyediakan mereka dalam jumlah
besar. Untuk mengatasi masalah itu, kompos dapat membantu pemecahannya.
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik.
Pengomposan adalah dekomposisi bahan organik segar menjadi bahan yang
menyerupai humus (C/N mendekati 10). Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan dekomposer pengomposan. Di dalam
pembuatan kompos, kualitas bahan sangat menentukan kelancaran dekomposisi.

4
Bahan organik yang baik harus mempunyai nisbah C/N serendah mungkin
(Indranada, 1994). Dalam penelitian ini digunakan empat jenis kompos dengan
dekomposer yang berbeda yaitu EM-4, M-Dec, mikroorganisme indegoneous
yang terdapat pada Golden Harvest, dan pupuk kompos alami.

Berdasarkan latar belakang masalah, perlu dilaksanakan suatu penelitian untuk
menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan produksi antara varietas jagung yang diuji?
2. Apakah pemberian kompos alami menghasilkan produksi jagung yang
berbeda dibandingkan dengan kompos yang menggunakan dekomposer?
3. Apakah produksi jagung bergantung pada jenis kompos dengan dekomposer
yang berbeda?

1.2 Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1.

Membandingkan produksi antar jagung yang diuji.

2.

Membandingkan produksi jagung yang diberi kompos alami dengan kompos
dengan dekomposer.

3.

Mengetahui apakah produksi jagung bergantung pada jenis kompos dengan
dekomposer yang berbeda.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah
dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

5
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan
bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Melalui penambahan bahan
organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih
ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah
dapat menyerap air lebih cepat (Hakim et al., 1986).

Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah dapat meningkatkan daya jerap
dan kapasitas tukar kation (KTK). Peningkatan KTK menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur- unsur hara.Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik
atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian
tersedia kembali (Isroi, 2008). Secara umum, pemberian bahan organik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik
merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup
di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya
akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber
energi untuk tumbuh.

Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifatsifat tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang
berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman (Abdurohim, 2008).
Lebih lanjut Abdurohim (2008) menyatakan bahwa kompos menyediakan hara
baik makro maupun mikro mineral. Dari segi biologi, kompos banyak

6
mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri, dan algae) yang
berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah.

Mineralisasi merupakan kebalikan dari immobilisasi.Mineralisasi merupakan
transformasi oleh mikroorganisme dari unsur bahan organik menjadi bentuk
anorganik. Apabila sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di
dalam tanaman itu dapat terdekomposisi dan termineralisasikan oleh
mikroorganisme dan segera tersedia bagi tanaman, atau nitrogen itu tidak
termineralisasi (tidak terdekomposisi) dan tidak tersedia bagi tanaman (Indranada,
1994).

Nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan tingkat dekomposisi dari
bahan organik tanah. Semakin lanjut tingkat dekomposisinya, semakin kecil
nisbah C/N nya. Jika nisbah C/N dari bahan organik segar dibenamkan ke dalam
tanah lebih besar dari 20, mikroorganisme yang terlibat di dalam proses
dekomposisi tersebut biasanya sulit memperoleh nitrogen yang cukup dari bahan
organik tersebut, sehingga mikroorganisme tersebut harus memanfaatkan nitrogen
yang tersedia disekitarnya. Tanaman akan kalah dalam persaingan dan bila tidak
ada nitrogen yang tersedia dalam jumlah yang cukup, tanaman dapat menderita
defisiensi nitrogen.

Laju pengomposan tergantung pada ukuran partikel,kekuatan struktur bahan,
aerasi, komposisi bahan, ketersediaan mikroorganisme (dekomposer),
kelembaban, pengadukan dan volume tumpukan. Semakin tinggi nisbah C/N
bahan baku, semakin lama laju pengomposannya. Tanaman jagung membutuhkan
paling kurang 13 unsur hara yang diserapmelalui tanah. Hara N, P, dan K

7
diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut
hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut
hara sekunder. Hara primerdan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn,
Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dan dapat
dipenuhi dari pemberian kompos, disebut hara mikro. Unsur C, H,dan O diperoleh
dari air dan udara (Syafruddin et al., 1997). Tidak semua pupuk yang diberikan ke
dalam tanah dapat diserap olehtanaman. Nitrogen yang dapat diserap hanya 5560% (Patrick, 1976), P sekitar 20% (Hagin dan Tucker 1982), K antara 50-70%
(Tisdale dan Nelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan
tanaman jagung terhadappupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan
tingkat kesuburantanah.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Kompos yang memiliki kualitas baik adalah kompos yang sudah matang yang
telah terdekomposisi dengan sempurna. Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benarbenar matang. Ketersediaan dekomposer merupakan hal yang penting untuk
mempercepat laju pengomposan. Penggunaan pupuk kompos dengan dekomposer
lebih baik dibanding pupuk kompos alami. Dengan semakin baiknya kualitas
kompos yang ada akan memberikan manfaat dalam tanah yaitu kompos dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik, biologi, dan kimia tanah.

8
Dalam sifat fisik tanah, kompos berperan penting dalam pembentukan agregat
tanah yang stabil dan tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang
relatif lebih ringan. Adanya kompos juga dapat meningkatkan kemampuan tanah
dalam menyimpan air. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih
baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat
yang stabil. Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah dapat meningkatkan
daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Peningkatan KTK menambah
kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara. Unsur N,P,S diikat dalam
bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari
pencucian, kemudian tersedia kembali dan kompos sebagai penambah hara N, P,
K dan hara mikro seperti Fe, S, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Si bagi tanaman dari hasil
mineralisasi oleh mikroorganisme. Dari segi biologi, kompos banyak
mengandung mikroorganisme yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut
terhadap bahan organik tanah.

Tanaman jagung dalam pertumbuhan dan produksinya membutuhkan berbagai
macam unsur hara, baik hara makro maupun hara mikro. Tidak semua pupuk
yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap olehtanaman. Tanggapan tanaman
jagung terhadappupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat
kesuburantanah. Dengan semakin baiknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
maka tanah akan menjadi lebih gembur dan dapat menyimpan lebih banyak air.
Adanya air yang cukup akan menyebabkan unsur-unsur hara menjadi lebih larut
dan tersedia bagi tanaman dan adanya peningkatan KTK juga menyebabkan
kation-kation hara lebih banyak dipertukarkan dengan akar tanaman sehingga
menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

9
Dengan meningkatnya air dan kandungan unsur hara yang diserap tanaman,
senyawa organik yang disintesis melalui proses fotosintesis akan meningkat juga.
Hasil sintesis ini dimanfaatkan dalam proses pembelahan sel di seluruh jaringan
tanaman, penambahan ukuran sel, dan peningkatan pasokan bahan organik dalam
sel. Adanya penambahan ukuran dan jumlah sel akan meyebabkan tinggi tanaman
semakin meningkat.

fotosintat dari hasil fotosintesis disimpan oleh tanaman dalam cadangan makanan
di dalam tongkol jagung. Adanya peningkatan fotosintat dapat meningkatkan
diameter tongkol, bobot 100 butir, dan panjang tongkol. Disamping itu, bobot
kering brangkasan juga meningkat sebagai akibat dari akumulasi bahan organik
pada jaringan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi maksimal.
Semakin tinggi bobot 100 butir jagung dan bobot kering yang dihasilkan, akan
semakin tinggi produksi per hektarnya.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1. Produksi jagung SHS-4 lebih tinggi dibandingkan jagung varietas Bisi-2.
2. Jagung yang diberi kompos dengan dekomposer menghasilkan produksi yang
lebih baik dibandingkan jagung yang diberi kompos tanpa dekomposer.
3. Terdapat perbedaan tanggapan tanaman untuk produksi yang bergantung pada
pemberian jenis kompos dengan dekomposer yang berbeda.