Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) dengan Atrazin + Mesotrion pada Berbagai Jarak Tanam

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)
DENGAN ATRAZIN + MESOTRION PADA
BERBAGAI JARAK TANAM

SKRIPSI

OLEH :

ERWIN F. NAINGGOLAN
060301011

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)
DENGAN ATRAZIN + MESOTRION PADA

BERBAGAI JARAK TANAM

SKRIPSI

OLEH :
ERWIN F. NAINGGOLAN
060301011/BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi


: Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
dengan Atrazin + Mesotrion pada Berbagai Jarak
Tanam
Nama
: Erwin F. Nainggolan
NIM
: 060301011
Program Studi : BDP-Agronomi

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua

(Ir. Sanggam Silitonga)
Anggota

Mengetahui,


(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ERWIN F. NAINGGOLAN : Pertumbuhan dan produksi jagung dengan atrazin +
mesotrion pada berbagai jarak tanam, dibimbing oleh EDISON PURBA dan
SANGGAM SILITONGA.
Pertumbuhan dan produksi jagung dengan atrazin + mesotrion pada
berbagai jarak tanam belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu telah
dilakukan penelitian di kelurahan Tanjung selamet, mulai bulan April 2010
sampai bulan Juli 2010. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak
Terpisah dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah
jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu T1 (30 cm x 30 cm), T2 (50 cm x 30
cm), T3 (70 cm x 30 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah penggunaan
herbisida yang terdiri dari H0 (tanpa penggunaan herbisida) dan H1 (penggunaan
atrazin + mesotrion).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 4, 8 MST, bobot 100 biji, produksi per tanaman,
produksi per plot, produksi per Ha, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur
berbunga dan jumlah daun serta nilai indeks panen. Penggunaan herbisida hanya
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 MST. Interaksi antara
sistim jarak tanam dan penggunaan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per
tanaman, produksi per plot, produksi per Ha, dan nilai indeks panen.
Kata kunci : Jarak tanam, Herbisida, Jagung

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ERWIN F. NAINGGOLAN : Growth and Production of Maize to the different
plant distance and using atrazine + mesotrion, suvervised by EDISON PURBA
and SANGGAM SILITONGA.
The combination effects of using atrazine + mesotrion and plant distances
on growth and production of maize have not been research enough in this region.
Therefore, a research has been done in Tanjung selamet during April 2010 until
July 2010. The design use split plot design with 2 factor. First factor as a

mainframe is plant distance consist of three stages, those are T1 (30 cm x 30 cm),
T2 (50 cm x 30 cm), T3 (70 cm x 30 cm). The second factor as subordinate frame
is using herbicide consist of H0 (without using herbisida), H1 (using atrazin +
mesotrion).
The result of research shown, plant distance system significantly effects to
plant height 4 and 8 MST, weight of 100 seed, production per plant, production
per plot, production per Ha, but not significantly effecs to total of leaf and age of
tasseling and harvest indeks. Using herbicide only significantly effects to plant
height 4 MST. The interaction between of plant distance system with using
herbicide do not significantly effects to plant height, total of leaf, age of tasseling,
weight of 100 seed, production per plant, production per plot, production per Ha,
and Harvest indeks.
Key words : Plant distances, Herbicide, Maize

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Erwin F. Nainggolan lahir di desa Bandar Pasir Mandoge, Kab. Asahan,
pada tanggal 22 Juli 1988, anak ketiga dari empat bersaudara, putra ayahanda

(alm) R.Nainggolan dan Ibunda S.Sitinjak.
Tahun 2006 penulis lulus dari STM Negeri P. Siantar dan pada tahun yang
sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Laboratorium
Dasar Agronomi (tahun 2007 dan 2008), Laboratorium Agronomi Tanaman
Perkebunan I (tahun 2009 dan 2010)

dan mengikuti kegiatan organisasi

HIMADITA. Penulis juga melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN
III Kebun Bangun mulai bulan Juni 2010 sampai bulan Juli 2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) dengan atrazin + mesotrion
pada Berbagai Jarak Tanam” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda
Alm.R.Nainggolan dan Ibunda S.Sitinjak atas sumbangan materil dan morilnya,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. E. Purba, Ph,D
selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.S.Silitonga selaku anggota komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama persiapan penelitian
hingga penulisan skripsi ini. Begitu juga kepada abangda Efendi nainggo lan yang
banyak membantu saya serta teman-teman saya Sian, Hendri, Brian Selvi, Tasya,
Feni, Victor, Agassi, Benni, Ika, Kresna, Susi, Ruth, Ruben, namboru Dela,
namboru Sehat, Ayu, dan teman-teman lainnya yang member dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima
kasih dan semoga skripsi ini berguna sebagai informasi dalam budidaya tanaman
jagung.
Medan,


November 2010
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Hipotesis Penelitian .............................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................................


1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Sistim jarak tanam ............................................................................... 4
Pengendalian Gulma ............................................................................ 6
Herbisida Pasca-tumbuh ...................................................................... 7
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 9
Bahan dan Alat .................................................................................... 9
Metode Penelitian ................................................................................ 9
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ..................................................................................
Penanaman ..........................................................................................
Pemupukan .........................................................................................
Aplikasi Herbisida ...............................................................................
Pemeliharaan Tanaman .......................................................................

Penyiraman ..............................................................................
Penjarangan .............................................................................
Panen .................................................................................................
Pengeringan dan Pemipilan ......................................................

11
11
11
12
12
12
12
12
12

Pengamatan Parameter ........................................................................ 13

Universitas Sumatera Utara

Tinggi tanaman (cm) ................................................................

Jumlah daun (helai) ..................................................................
Umur berbunga (HST) .............................................................
Bobot 100 biji (g) ....................................................................
Produksi per tanaman (g) .........................................................
Produksi per plot (g) ................................................................
Produksi per Ha (ton) ...............................................................
Nilai indeks panen ...................................................................
Jenis gulma yang tumbuh .........................................................
Tinggi gulma (cm) ...................................................................
Jumlah daun gulma (helai) .......................................................
Bobot kering gulma (g) ............................................................
Indeks keragaman gulma .........................................................

13
13
13
13
13
13
14
14
14
15
15
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan ......................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................... 39
Saran ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 40
LAMPIRAN ..................................................................................................... 42

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Hal

1.

Rataan tinggi tanaman umur 2, 4, 6 dan 8 MST (cm) .................................. 16

2.

Rataan jumlah daun umur 2, 4, 6, dan 8 MST (helai) ................................. 18

3.

Rataan umur berbunga (HST) .................................................................... 19

4.

Rataan bobot 100 biji (g) ........................................................................... 20

5.

Rataan produksi per tanaman (g) ............................................................... 22

6.

Rataan produksi per plot (g) ...................................................................... 23

7.

Rataan produksi per Ha (ton) ..................................................................... 25

8.

Rataan nilai indeks panen .......................................................................... 27

9.

Data pengamatan identifikasi gulma saat sebelum aplikasi herbisida .......... 28

10.

Data pengamatan identifikasi gulma saat panen ........................................ 29

11.

Data tinggi gulma saat sebelum aplikasi herbisida (cm) ............................ 31

12.

Data tinggi gulma saat panen (cm) ........................................................... 32

13.

Data pengamatan jumlah daun gulma saat sebelum aplikasi herbisida ...... 33

14.

Data pengamatan jumlah daun gulma saat panen (helai) ........................... 34

15.

Data pengamatan bobot kering gulma saat panen ..................................... 35

16.

Data Indeks keragaman gulma ................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Hal

1. Grafik tinggi tanaman dari berbagai jarak tanam umur 8 MS ...................... 18
2. Grafik bobot 100 biji dari berbagai jarak tanam ........................................ 21
3. Grafik produksi per tanaman dari berbagai jarak tanam ............................. 22
4. Grafik produksi per plot dari berbagai jarak tanam .................................... 24
5. Grafik produksi per Ha dari berbagai jarak tanam ...................................... 26

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal

1. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) .............................................. 43
2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ................................................... 43
3. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ............................................. 44
4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ................................................... 44
5. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ............................................. 45
6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST .................................................. 45
7. Data Pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ............................................. 46
8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST ................................................... 46
9. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) .............................................. 47
10. Daftar Sidik ragam jumlah daun 2 MST ...................................................... 47
11. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ............................................. 48
12. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST ...................................................... 48
13. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ............................................. 49
14. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST ..................................................... 49
15. Data pengamatan jumlah daun 8 MST (helai) ............................................. 50
16. Daftar sidik ragam jumlah daun 8 MST ...................................................... 50
17. Data pengamatan umur berbunga (HST) ..................................................... 51
18. Daftar sidik ragam umur berbunga .............................................................. 51
19. Data pengamatan produksi bobot 100 biji (g) .............................................. 52
20. Daftar sidik ragam produksi bobot 100 biji ................................................. 52
21. Data pengamatan produksi per tanaman (g) ................................................ 53
22. Daftar sidik ragam produksi per tanaman .................................................... 53

Universitas Sumatera Utara

23. Data pengamatan produksi per plot (g) ....................................................... 54
24. Daftar sidik ragam produksi per plot ........................................................... 54
25. Data pengamatan produksi per Ha (kg) ....................................................... 55
26. Daftar sisik ragam produksi per Ha ............................................................. 55
27. Data pengamatan nilai indeks panen ........................................................... 57
28. Daftar sidik ragam nilai indeks panen ......................................................... 57
29. Data jenis gulma yang tumbuh saat aplikasi herbisida ................................. 56
30. Data jenis gulma yang tumbuh saat panen ................................................... 57
31. Data tinggi gulma saat aplikasi herbisida .................................................... 58
32. Data tinggi gulma saat panen ...................................................................... 59
33. Data jumlah daun gulma saat aplikasi herbisida (helai) ................................ 61
34. Data jumlah daun gulma saat panen (helai) ................................................. 62
35. Data bobot kering gulma saat panen (g) ...................................................... 63
36. Data rangkuman uji beda rataan .................................................................. 65
37. Bagan lahan penelitian ................................................................................ 66
38. Bagan jarak tanam dalam plot ..................................................................... 67
39. Jadwal kegiatan penelitian .......................................................................... 68
40. Data hasil analisis tanah............................................................................... 69
41. Gambar tongkol jagung .............................................................................. 70
42. Gambar biji jagung per tanaman ................................................................. 71
43. Deskripsi jagung varietas DK 979................................................................ 71

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ERWIN F. NAINGGOLAN : Pertumbuhan dan produksi jagung dengan atrazin +
mesotrion pada berbagai jarak tanam, dibimbing oleh EDISON PURBA dan
SANGGAM SILITONGA.
Pertumbuhan dan produksi jagung dengan atrazin + mesotrion pada
berbagai jarak tanam belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu telah
dilakukan penelitian di kelurahan Tanjung selamet, mulai bulan April 2010
sampai bulan Juli 2010. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak
Terpisah dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah
jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu T1 (30 cm x 30 cm), T2 (50 cm x 30
cm), T3 (70 cm x 30 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah penggunaan
herbisida yang terdiri dari H0 (tanpa penggunaan herbisida) dan H1 (penggunaan
atrazin + mesotrion).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 4, 8 MST, bobot 100 biji, produksi per tanaman,
produksi per plot, produksi per Ha, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur
berbunga dan jumlah daun serta nilai indeks panen. Penggunaan herbisida hanya
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 MST. Interaksi antara
sistim jarak tanam dan penggunaan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per
tanaman, produksi per plot, produksi per Ha, dan nilai indeks panen.
Kata kunci : Jarak tanam, Herbisida, Jagung

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ERWIN F. NAINGGOLAN : Growth and Production of Maize to the different
plant distance and using atrazine + mesotrion, suvervised by EDISON PURBA
and SANGGAM SILITONGA.
The combination effects of using atrazine + mesotrion and plant distances
on growth and production of maize have not been research enough in this region.
Therefore, a research has been done in Tanjung selamet during April 2010 until
July 2010. The design use split plot design with 2 factor. First factor as a
mainframe is plant distance consist of three stages, those are T1 (30 cm x 30 cm),
T2 (50 cm x 30 cm), T3 (70 cm x 30 cm). The second factor as subordinate frame
is using herbicide consist of H0 (without using herbisida), H1 (using atrazin +
mesotrion).
The result of research shown, plant distance system significantly effects to
plant height 4 and 8 MST, weight of 100 seed, production per plant, production
per plot, production per Ha, but not significantly effecs to total of leaf and age of
tasseling and harvest indeks. Using herbicide only significantly effects to plant
height 4 MST. The interaction between of plant distance system with using
herbicide do not significantly effects to plant height, total of leaf, age of tasseling,
weight of 100 seed, production per plant, production per plot, production per Ha,
and Harvest indeks.
Key words : Plant distances, Herbicide, Maize

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia, yang
memiliki kedudukan penting setelah beras. Jagung menjadi sangat penting karena
merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam
pakan ternak mencapai 50% yang harus diimpor karena produksi dalam negeri
tidak

cukup

sehingga

menelan

devisa

yang

tidak

sedikit

(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id, 2009).
Menurut data Biro Pusat Statistik (2008), produksi nasional jagung pada
tahun 2006 sebesar 11,61 juta ton, tahun 2007 sebesar 13,28 juta ton atau
meningkat 14,39% dibandingkan pada tahun 2006. Untuk tahun 2008, produksi
jagung meningkat 20% dibandingkan pada tahun 2007, sehingga mampu
memproduksi 16 juta ton. Sementara pada tahun 2009 adalah berkisar 18 juta ton.
Berdasarkan biro pusat statistik Sumatera utara produksi jagung Sumatera utara
tahun 2007 sebesar 804.651 ton dan tahun 2008 sebesar 823.966 ton.
Produsen jagung telah melakukan upaya peningkatan produksi jagung
diantaranya dengan penggunaan varietas hibrida. Selain penggunaan varietas
hibrida, alternatif lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi jagung
adalah dengan peningkatan populasi melalui sistem jarak tanam (Stalcup, 2008).
Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan
memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu.
Gulma atau sering juga disebut ‘tumbuhan pengganggu’ selalu dikendalikan oleh

Universitas Sumatera Utara

petani atau pekebun karena mengganggu kepentingan petani/pekebun tersebut.
Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan
sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang
tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, produksi tanaman menjadi tidak
optimal atau dengan kata lain ada kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki
tanaman (Purba, 2009).
Untuk mengendalikan tanaman pengganggu telah dilakukan berbagai
metode pengendalian diantaranya seperti pengendalian secara mekanis seperti
mencabut atau membabat, membakar, memakai mulsa, musuh alami, dan
penyemprotan herbisida. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang dalam
mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke
pemakaian herbisida (Pane et al, 1999). Selain itu penggunaan herbisida lebih
ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada
hamparan yang luas (Moody, 1994).
Pemakaian herbisisda yang tepat dan benar untuk mengendalikan gulma
mempunyai keuntungan seperti daya berantas yang lebih baik, hemat waktu dan
biaya bila dibandingkan dengan penyiangan dengan tangan. Namun banyak juga
pengaruh negatif dari herbisida seperti adanya residu yang dapat menyebabkan
tanaman menjadi keracunan bahkan

bisa juga

kematian bila residu yang

ditinggalkan didalam tanah berjumlah banyak dan persistensinya lama.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.)
dengan aplikasi atrazin + mesotrion dan tiga sistem jarak tanam.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi jagung
(Zea mays L.) akibat aplikasi atrazin + mesotrion dan perbedaan jarak tanam
serta interaksi kedua perlakuan tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk data penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
budidaya jagung (Zea mays L.).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Jarak Tanam

Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman
yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi
tanaman tersebut, viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95% karena dalam
budidaya tidak diperkenankan melakukan penyulaman tanaman yang tidak
tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya
tongkol yang terbentuk tidak berisi biji ( Suryana, 2003).
Produsen terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan,
mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan,
sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian
selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam
menjadi

lebih

dekat

dan

meningkatkan

persaingan

antar

tanaman

(Farnham, 1999).
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak
pertumbuhan

dan

produksi

jagung

belum

diketahui

tanam terhadap
pasti.

Menurut

Barbieri et al (2000), faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak
tanam yang berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan
produksi jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun berbeda halnya
Westgate et al (1997) yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada
produksi jagung karena tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.

Universitas Sumatera Utara

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang
pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan
dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan
produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji
(Maddonni et al, 2006). Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga
didapatkan ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase peningkatan
produksi perlahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi
cahaya matahari.
Selain pengolahan tanah, variasi pengaturan jarak tanam merupakan salah
satu cara pengendalian gulma secara kultur teknis, yang dapat untuk
meningkatkan daya saing tanaman budidaya terhadap gulma dan meningkatkan
hasil. Menurut Mintarsih et al (1989), peningkatan kerapatan populasi tanaman
persatuan luas pada suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji jagung.
Namun penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil karena
terjadi kompetesi unsur hara, air, ruang tumbuh dan sinar matahari.
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat
ditekan (Dad Resiworo, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit
mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena
adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak
tanam optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Sebagai parameter
pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitive terhadap factor

Universitas Sumatera Utara

lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya
biasanya

lebih

tinggi

dari

tanaman

yang

mendapat

cahaya

(Sitompul dan Guritno, 1995)
Pengendalian Gulma
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui
berbagai karantina: secara biologi dengan menggunakan organisme hidup: secara
fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budidaya dengan pergiliran
tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan
mencabut , membabat, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat
mekanis, secara kimiawi menggunakan herbisida (Fadhly dan Fahdiana, 2006).
Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah
konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional
dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga
ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak
mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali.
Lahan disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida. Pada
usahatani jagung yang menerapkan sistem olah tanah konservasi, pengolahan
banyak dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Utomo, 1997).
Efisiensi pengendalian gulma tergantung efektivitas tindakan yang
memadai untuk mencapai batas minimum pengendalian tertentu. Pengendalian
gulma secara penuh dibawah semua kondisi mungkin tidak diperlukan dan tidak
dianjurkan. Pada semua pertanaman terdapat suatu periode yang saat itu gulma
dipertahankan dibawah batas daya saing tertentu sehingga dicapai produksi

Universitas Sumatera Utara

maksimum dan periode dimana gulma dapat dibiarkan tumbuh tanpa mengurangi
produksi (Sukman dan Yakup, 1991).
Pengendalian gulma dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma
dengan cara pengolahan tanah, penyiangan dan pembubuhan herbisida.
Pengendalian gulma dengan olah tanah ialah tanah langsung diolah sehingga akan
mengurangi pertumbuhan gulma, demikian pula pengendalian gulma dengan
penyiangan yang dilakukan secara manual dengan alat siang serta pengendalian
gulma

yang

dilakukan

dengan

cara

pembubuhan

herbisida

pasca-tumbuh (Ashton dan Monaco, 1991).
Herbisida Pasca tumbuh
Herbisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat gulma berada pada
stadia yang peka terhadap pestisida. Umumnya, makin dini tahap perkembangan
OPT, makin peka pula terhadap herbisida, Gulma yang baru berdaun 2-4 helai
lebih mudah dikendalikan dengan herbisida daripada gulma yang sudah tumbuh
besar. Susahnya, perkembangan gulma di suatu lahan atau hamparan kebun tidak
bersamaan (Triharso, 2004).
Kehadiran gulma pada lahan pertanaman

jagung tidak jarang

mengganggu dan menurunkan hasil mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada
jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan
oleh gulma. Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma
melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit (Violic,
2000). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah
tidak

memberikan

hasil

akibat

persaingan

intensif

dengan

gulma

(Clay and Aguilar, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Herbisida pasca tumbuh bertujuan agar gulma yang tumbuh setelah
tanaman tumbuh dapat ditekan, sehingga pertumbuhan pertanaman selanjutnya
tidak terganggu,. Dalam pengendalian gulma dikenal adanya masa kritis tanaman
terhadap gulma. Pada jagung, misalnya, masa kritis itu adalah ketika jagung
berumur antara 10-40 hari. Artinya gulma yang tumbuh antara umur kritis
tersebut akan sangat mempengaruhi (menurunkan) hasil jagung. Sedangkan gulma
yang tumbuh sebelum dan sesudahnya tidak banyak mempengaruhi hasil,
meskipun dapat mempengaruhi faktor lainnya (mempersulit pekerjaan di lading,
dsb). Oleh karena itu usaha pengendalian gulma pada tanaman jagung diarahkan
pada masa kritis itu (Djojosumatro, 2008).
Populasi gulma mudah berubah karena perubahan tanaman yang
diusahakan dan herbisida yang digunakan dari satu musim kemusim berikutnya
(Francis and Clegg, 1990). Perubahan jenis gulma dapat berimplikasi pada
perlunya herbisida yang digunakan untuk pengendalian. Pertimbangan utama
pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh gulma yang
tumbuh diareal pertanaman.
Atrazin merupakan herbisida selektif terbanyak yang digunakan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar serta rumput setahun pada tanaman jagung
dan sorgum. Jagung sangat toleran terhadap atrazin karena tanaman ini mampu
mendetoksifikasi atrazin oleh enzim glutathione transferase. Atrazin bersifat
sistemik, diserap terutama oleh akar dan sebagian oleh daun,

serta

ditranslokasikan secara akropetal (Djojosumatro, 2008).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Tanaman Palawija,
Kelurahan Tanjung Selamet, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl dan
dimulai bulan Maret 2010 sampai bulan Juli 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas DK 979,
Calaris 550 sc, fungisida Marshal, surfaktan, pupuk Urea, pupuk TSP dan pupuk
KCL.
Alat yang digunakan yaitu cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik,
tugal, pacak sampel, alat tulis dan kalkulator, alat semprot pungung (knapsack
sprayer), ember serta alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian
Benih jagung varietas DK 979 ditanam dengan berbagai jarak tanam yaitu
30 cm x 30 cm (T1), 50 cm x 30 cm (T2) dan 70 cm x 30 cm (T3) sebagai petak
utama, dimana jarak antar barisan (30 cm, 50cm, 70 cm) menghadap ke arah
matahari terbit. Tanaman jagung diberi perlakuan penyemprotan atrazin +
mesotrion (H1) dan yang lainnya dibiarkan tumbuh gulma atau tanpa
penyemprotan (H0) sebagai anak petak. Penyemprotan dilakukan saat tanaman
memiliki 4-5 helaian daun (berumur 2 minggu setelah tanam) dengan dosis 1,5
l/ha dan volume semprot 328 l/ha. Perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali
dan disusun dalam sebuah rancangan petak terpisah (RPT).

Universitas Sumatera Utara

Benih jagung ditanam pada plot berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan jarak
antar petak utama 0,5 m dan anak petak 0,3 m serta jarak antar blok 1 m. Benih
ditanam dua per lubang tanam dan kemudian dijarangkan dengan meninggalkan
satu tanaman yang pertumbuhannya baik per lubang tanam. Dilakukan
pengamatan pada 5 tanaman sampel per plot yang ditetapkan secara acak.
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier yaitu:
Yijk

= µ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk

= Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan
ke-j dan aplikasi herbisida

µ

= Rata-rata

ρi

= Efek blok ke-i

αj

= Efek main plot ke-j

dij

= Efek error yang disebabkan main plot ke-j pada blok k-i

βk

= Efek sub plot ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi dari main plot ke-j dengan sub plot ke-k
Εijk

= Efek error yang disebabkan main plot ke-j dan sub plot ke-k pada blok
ke-i
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan
Lahan digunakan untuk penelitian diolah dengan kedalaman olah tanah
15-20 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah menjadi gembur, rata, dan dibuat
plot-plot percobaan berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan jarak antar petak utama 0,5
m dan anak petak 0,3 m.
Penanaman
Sebelum penanaman, benih diberikan perlakuan seed treatment yaitu
fungisida Marshal. Penanaman dilakukan dengan cara menugal lubang tanam
sedalam 3-5 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan perlakuan yaitu 30 cm x 30 cm,
50 cm x 30 cm, dan 70 cm x 30 cm. Jarak antar barisan (30 cm, 50 cm, 70 cm)
menghadap ke arah matahari terbit. Setiap lubang tanam ditanam dua biji jagung
lalu ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu Urea 300 kg/ha ,TSP 100 kg/ha dan
KCL 100kg/ha. Pemberian urea dilakukan tiga tahap, masing-masing diberikan
1/3 bagian dari dosis yaitu pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST, sedangkan
TSP dan KCL diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan
dengan cara dibenamkan pada lubang sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari
lubang tanam lalu ditutup dengan tanah.
Aplikasi Atrazin + Mesotrion
Herbisida disemprotkan merata ke plot-plot sesuai dengan perlakuan
dengan menggunakan alat semprot punggung (knapsack sprayer). Herbisida

Universitas Sumatera Utara

diaplikasikan sesuai dosis anjuran yaitu Calaris 550 SC dengan dosis 1,5 L/ha
saat umur tanaman 2 MST, dengan volume semprot 328 l/ha. Nozel yang
digunakan adalah nozel warna biru.
Pemeliharaan tanaman
Penyiraman
Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lingkungan, apabila turun hujan
atau tanah dalam keadaan lembab maka penyiraman tidak diperlukan.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.
Penjarangan dengan cara memotong tanaman yang pertumbuhannya kurang baik
dengan pisau dan setiap lubang tanam ditinggalkan satu tanaman yang jagur.
Panen
Panen dilakukan saat tanaman telah menunjukkan kriteria panen yaitu
rambut tongkol berwarna kecoklatan dan kelobot berwarna kecoklatan. Cara
panen jagung adalah dengan mematahkan tangkai tongkol jagung kemudian
dimasukkan kedalam kantong plastik yang sudah diberi label terlebih dahulu
sesuai dengan perlakuan dan no sampel.
Pengeringan dan Pemipilan
Setelah panen dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung yang
sudah dibersihkan dari klobot jagung. Pengeringan dilakukan selama dua hari
dibawah sinar matahari langsung kemudian dilakukan pemipilan dengan
menggunakan tangan.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi
dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan sekali

dalam dua minggu yaitu pada umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam.
Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh helaian daun yang telah
terbuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan pada umur 2, 4, 6, dan 8
minggu setelah tanam.
Umur berbunga
Umur berbunga ditetapkan pada saat muncul bunga jantan pada setiap
tanaman. Dicatat umur berbunga tanaman setiap hari sejak bunga pertama keluar
hingga tanaman per plot berbunga sebanyak 75%.
Bobot 100 biji
Bobot 100 biji didapat dengan cara mengambil 100 biji secara acak dari
setiap plot kemudian ditimbang.
Produksi per tanaman
Produksi per tanaman diketahui dengan menimbang biji pipilan kering
dari masing-masing sampel (5 sampel) dalam satu plot kemudian dirata-ratakan.
Produksi per plot
Produksi per plot diketahui dengan menimbang seluruh produksi tanaman
jagung dalam satu plot tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Produksi per hektar
Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi produksi pipilan
kering per plot yaitu dengan mengalikan produksi pipilan kering per plot dengan
1600, dimana luasan per ha (10000 m2) merupakan 1600 kali dari luasan per plot
yaitu 6,25 m2.
Nilai indeks panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering
per tanaman dengan bobot berangkasan kering per tanaman.
Identifikasi gulma
Jenis gulma yang terdapat pada setiap plot diidentifikasi dengan membuat
satu petak contoh per plot berukuran 50 cm x 50 cm pada area antar barisan
tanaman. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui situasi gulma dilapangan
sehingga membantu dalam penentuan pengendalian gulma. Identifikasi dilakukan
sebelum aplikasi herbisida dan satu hari sebelum panen. Jenis dan populasi gulma
diidentifikasi kemudian dihitung Nilai Jumlah Dominasi (NJD) dengan rumus
sebagai berikut :
NJD = KN + FN
2
Keterangan :
KN : Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak terhadap
jumlah semua spesies dikali 100%
FN : Frekwensssi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi mutlak
terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutlak semua jenis spesies dikali 100%.

Universitas Sumatera Utara

Tinggi gulma
Tinggi gulma diketahui dengan mengukur tinggi dua gulma tertinggi pada
setiap spesies gulma di dalam petak contoh pengamatan. Pengamatan dilakukan
satu hari sebelum aplikasi atrazin + mesotrion dan satu hari sebelum panen.
Jumlah daun gulma
Pengamatan jumlah daun gulma dilakukan dengan menghitung jumlah
daun yang terdapat pada setiap jenis gulma di dalam petak contoh pengamatan.
Pengamatan dilakukan satu hari sebelum aplikasi atrazin + mesotrion dan satu
hari sebelum panen.
Bobot kering gulma
Jenis gulma diidentifikasi pada setiap petak contoh pengamatan, kemudian
dipotong pangkal batang gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut.
Kemudian setiap jenis gulma dikeringanginkan selama 5 hari pada temperatur
ruang di laboratorium gulma lalu ditimbang. Pengamatan dilakukan pada saat
tanaman jagung dipanen.
Indeks keragaman gulma
Indeks keragaman gulma diketahui dengan menggunakan rumus Shannonweaver yaitu sebagai berikut:
H = - Σ (pi) (Lnpi)
Dimana : pi = Ni
N
Ni = Jumlah individu suatu spesies gulma
N = Jumlah individu seluruh jenis
Ln = Log natural

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman
Perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2
dan 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 4 dan 8 MST, penggunaan
herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 6, 8
MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 4 MST dan interaksi antara
penggunaan herbisida dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata pada umur 2,
4, 6, dan 8 MST.
Rataan

tinggi tanaman umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada penggunaan

herbisida dan berbagai jarak tanam ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada penggunaan
herbisida dan berbagai jarak tanam
Waktu
Penggunaan
pengamatan herbisida
2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan

Rataan
Jarak tanam (cm)
T1 (30 x 30) T2 (50 x 30) T3 (70 x 30)
36.27
40.25
36.81
37.78
43.81
40.77
39.09
41.22
40.04
40.51
37.95
99.09
98.38
93.84
97.10 b
112.27
98.61
96.67
102.52 a
105.68 a
98.50 b
95.26 b
199.41
198.93
184.09
194.14
204.69
192.27
192.13
196.36
202.05
195.60
188.11
235.13
234.49
229.41
233.01
239.97
234.08
230.99
235.01
237.55 a
234.29 a
230.20 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 1 menunjukkan pada umur 8 MST jarak tanam 30 cm x 30 cm
memiliki tinggi tanaman 237,55 cm berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 50

Universitas Sumatera Utara

cm x 30 cm (234,29 cm) tetapi berbeda nyata dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm
(230,20 cm). Pada umur 4 MST, aplikasi herbisida berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, pada perlakuan aplikasi atrazin + mesotrion memiliki tinggi
tanaman 102,52 cm berbeda nyata dengan tinggi tanaman

perlakuan tanpa

herbisida sebesar 97,10. Namun pada umur 2, 6, dan 8 MST aplikasi atrazin +
mesotrion berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara
penggunaan herbisida dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman umur 2, 4, 6, dan 8 MST.
Hubungan antara tinggi tanaman dengan berbagai jarak tanam umur 8
MST ditampilkan pada gambar 1.
y
Ŷ = 112.8 – 0.260x
r = 0.954

x
Jarak tanam (cm)

Gambar 1. Grafik hubungan tinggi tanaman umur 8 MST dengan berbagai jarak
tanam
Gambar 1 diketahui bahwa hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak
tanam umur 8 MST berbentuk linier negatif yang berarti bahwa jarak tanam
yang semakin lebar menghasilkan tanaman yang semakin pendek.
Tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya
matahari. Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari dapat lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan cahaya yang cukup (Sitompul

Universitas Sumatera Utara

dan Guritno, 1995). Hal ini terlihat pada jarak tanam 30 cm x 30 cm merupakan
jarak tanam dengan tanaman tertinggi. Hal ini disebabkan jarak tanam tersebut
lebih sempit dan memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan dengan jarak
tanam 50 cm x 30 cm dan jarak tanam 70 cm x 30 cm sehingga penyerapan
cahaya matahari tidak maksimal diserap oleh daun jagung dan mengakibatkan
terjadinya gejala etiolasi.
Jumlah daun
Perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada
umur 2, 4, 6, 8 MST. Begitu juga pada perlakuan penggunaan herbisida
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur 2, 4, 6, 8 MST. Interaksi
antara penggunaan herbisida dengan berbagai jarak tanam berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun umur 2, 4, 6, 8 MST.
Rataan jumlah daun jagung umur 2, 4, 6, dan 8 (MST) pada penggunaan
herbisida dan jarak tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun umur 2, 4, 6, 8, MST (helai) pada penggunaan
herbisida dan berbagai jarak tanam
Waktu
pengamatan
2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

Penggunaan
Herbisida
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataan

Jarak tanam (cm)
T1 (30 x 30) T2 (50 x 30) T3 (70 x 30)
4.67
4.47
4.40
4.60
4.40
4.60
4.64
4.44
4.50
5.93
6.20
6.27
6.47
6.53
6.13
6.20
6.37
6.20
8.33
8.67
8.47
8.53
8.47
8.33
8.43
8.57
8.40
14.33
14.27
14.07
14.00
14.53
14.00
14.17
14.40
14.04

Rataan
4.51
4.53
6.13
6.38
8.49
8.44
14.22
14.18

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun pada penggunaan herbisida dan
berbagai jarak tanam berbeda tidak nyata. Begitu juga jumlah daun pada interaksi
kedua perlakuan tersebut berbeda tidak nyata. Hal ini mungkin disebabkan untuk
jumlah daun jagung lebih dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman jagung varietas
DK 979 dibandingkan pengaruh dari faktor-faktor luar atau modifikasi
lingkungan.

Umur berbunga
Perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.
Begitu juga perlakuan penggunaan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
unur berbunga. Interaksi penggunaan herbisida dengan berbagai jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.
Rataan umur berbunga pada penggunaan herbisida dan berbagai jarak
tanam ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan umur berbunga (HST) pada penggunaan herbisida dan berbagai
jarak tanam
Penggunaan
herbisida
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataaan

Jarak tanam (cm)
T1 (30 x 30) T2 (50 x 30) T3 (70 x 30)
50.50
49.67
50.17
49.67
49.33
49.83
50.09
49.50
50.00

Rataan
50.11
49.61

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur berbunga pada penggunaan herbisida
dan berbagai jarak tanam berbeda tidak nyata. Begitu juga umur berbunga pada
interaksi kedua perlakuan tersebut berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh
untuk umur berbunga jagung lebih dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman jagung
varietas DK 979 dibandingkan pengaruh dari faktor luar atau modifikasi
lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Bobot 100 biji
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji,
sedangkan perlakuan penggunaan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot 100 biji. Interaksi antara penggunaan herbisida dan berbagai jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.
Rataan bobot 100 biji pada penggunaan herbisida dan berbagai jarak
tanam ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot 100 biji (g) pada penggunaan herbisida dan berbagai jarak
tanam
Penggunaan
Herbisida
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataaan

Jarak tanam (cm)
T1 (30 x 30)
T2 (50 x 30)
T3 (70 x 30)
24.16
29.88
28.81
25.07
27.78
30.23
24.62 b
28.83 a
29.52 a

Rataan
27.62
27.69

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda
nyata pada taraf 5 % menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot 100 biji dari berbagai jarak tanam
berbeda nyata dimana bobot 100 biji pada jarak tanam 70 cm x 30 cm sebesar
29,52 g berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 50 cm x 30 cm sebesar 28,83 g,
namun berbeda nyata dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm sebesar 24,62 g. Bobot
100 biji dari penggunaan herbisida berbeda tidak nyata dimana bobot 100 biji
pada penggunaan herbisida (27,69 g) berbeda tidak nyata dengan bobot 100 biji
dari perlakuan tanpa herbisida (27,62 g). Interaksi antara penggunaan herbisida
dengan berbagai jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.
ditampilkan pada gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara bobot 100 biji dengan berbagai jarak tanam ditampilkan
pada Gambar 3.
y

Ŷ = 21.52 + 0.122x
r = 0.853

x
Jarak tanam (cm)

Gambar 3. Grafik hubungan bobot 100 biji dengan berbagai sistim jarak tanam.
Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan bobot 100 biji dengan berbagai
jarak tanam berbentuk linier positif yang berarti bahwa jarak tanam yang semakin
lebar meningkatkan bobot 100 biji.
Sistim jarak tanam mempengaruhi unsur hara dan ruang tumbuh yang
diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman (Barri, 2003). Hal ini terlihat pada jarak
tanam 70 cm x 30 cm memperlihatkan bobot 100 biji tertinggi. Hal ini disebabkan
jarak tanam tersebut lebih besar sehingga tanaman mendapatkan unsur hara yang
cukup untuk melakukan proses asimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya
membuat tanaman mampu menghasilkan biji jagung yang lebih baik.
Produksi per tanaman
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman,
sedangkan perlakuan penggunaan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap
produksi per tanaman. Interaksi antara penggunaan herbisida dan berbagai jarak
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan produksi per tanaman pada penggunaan herbisida dan jarak
tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan produksi per tanaman (g) pada penggunaan herbisida dan
berbagai jarak tanam
Penggunaan
Herbisida
H0 (Tanpa herbisida)
H1 (Herbisida)
Rataaan

Jarak tanam (cm)
T1 (30 x 30) T2 (50 x 30)
T3 (70 x 30)
130.85
165.15
163.17
125.48
172.67
180.61
128.17 b
168.91 a
171.89 a

Rataan
153.06
159.59

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada baris yang sama berbeda
nyata pada taraf 5 % menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi per tanaman dari berbagai jarak
tanam berbeda nyata dimana produksi per tanaman pada jarak tanam 70 cm x 30
cm sebesar 171,89 g berbeda tidak nyata dengan pada jarak tanam 50 cm x 30 cm
sebesar 168,91 g, namun berbeda nyata dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm
sebesar 128,17 g. Produksi per tanaman pada penggunaan herbisida berbeda tidak
nyata dimana produksi per tanaman pada penggunaan herbisida sebesar 159,59 g
berbeda tidak nyata dengan tanpa herbisida sebesar 153,06 g.
Hubungan antara produksi per tanaman dengan berbagai jarak tanam
ditampilkan pada Gambar 4.
y

Ŷ = 101.6 + 1.093x
r = 0.800

x
Jarak tanam (cm)

Gambar 4. Grafik hubungan produksi per tanaman dengan berbagai jarak tanam

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4 menunjukkan bahwa hub