Nggak untuk antar jemput dan nembak- EndahTriMartaNingrum 1.Posisi Subjek-Objek
14
tidak hanya menjemput, namun juga mengantar laki-laki. War taw an seolah olah melanggengkan per budakan yang dialami per empuan, ketika Dyta har us menanggung
beban ganda yang mer ebut kebebasannya, dengan mengantar dan menjemput laki-laki . Ketimpangan ter sebut, bahkan semakin ter samar kan, ketika di akhir par agr af per tama,
w ar taw an mencer itakan suatu kesimpulan yaitu, aktifitas yang sehar usnya, mer ugikan Evelyn itu, justr u ber akhir dengan membuat Evelyn dan pacar nya saling pengertian.
Mengacu pada ber agam, ketidakadilan yang ter jadi, maka secar a tidak langsung, melalui teks ber ita yang ada, w ar taw an telah melanggengkan ster eotipe yang, secar a
negatif mensubor dinasi
per empuan. Ser upa
dengan hal
ter sebut Kasiyan
Poespodihar djo 2010:52 menjelaskan bahw a dalam ster eotipe feminis, per empuan ker ap digambar kan oleh media, secar a negatif dalam pr oses yang ber langsung panjang
secar a kultur al. Per empuan ker ap digambar kan melalui sifat negatif seper ti emosional, lemah, halus, tidak independen, tidak tegas, dan submisif. Sedangkan di sisi lain, media
justr u member ikan ster eotip kepada laki-laki dengan makna positif seperti r asional, tegar , kuat, mandir i, tegas, independen, ser ta dominan.
5.4.2.Posisi Pembaca
Tidak ber beda dengan ber ita sebelumnya, w ar taw an tampak, masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal ter sebut tampak jelas, ketika
w ar taw an masih menampilkan kisah per empuan. Sebagai per empuan, khalayak digir ing untuk tur ut mer asakan dan memahami, bahw a mengantar dan menjemput pacar , dapat
menjadi identitas dir i seor ang per empuan. Bahkan tidak per lu khaw atir ketika mengantar jemput laki-laki, akan dianggap memalukan, kar ena mengantar dan
menjemput sudah menjadi suatu hal yang lumr ah, dan tr en bagi per empuan, di sekolah. Adapun maksud dar i pemapar an yang ditampilkan w ar taw an, dalam teks ber ita
ter sebut, bahw a secar a ter sir at, jika ingin menjadi per empuan yang penger tian ter hadap laki-laki, maka hendaknya per empuan mengambil inisiatif sendir i untuk membalas budi
laki-laki. Dalam membalas budi ter hadap laki-laki, jangan r agu untuk menunjukkan sikap yang lebih, dar i apa yang selama ini telah dilakukan laki-laki ter hadap per empuan. Jika
laki-laki, selama ini telah menjemput per empuan, maka sekar anglah saatnya per empuan, untuk tidak hanya membalasnya dengan menjemput saja, tetapi juga mengantar laki-laki.
5.5. Nggak untuk antar jemput dan nembak- EndahTriMartaNingrum 5.5.1.Posisi Subjek-Objek
Seper ti dua ber ita sebelumnya, ber ita ketiga, tampak memiliki kesamaan, dalam menempatkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus menempatkan kedua
tokoh yang ter dapat pada ber ita ketiga, yaitu laki -laki dan per empuan sebagai objek
15
yang dicer itakan. Kendati secar a ber sama ditempatkan sebagai objek, namun per lu dicer mati bahw a per empuan, pada akhir nya seolah olah kembali dilanggengkan untuk
tampil sebagai pihak yang ter subor dinasi.
Ber agam kalimat per nyataan Endah yang ditampilkan w ar taw an, seolah olah mengulang pola yang sama dengan dua ber ita sebelumnya, yaitu per empuan cender ung
memaknai emansipasi dengan melayani laki-laki. Mengacu pada definisi emansipasi yang sesungguhnya, yaitu sebagai suatu ger akan yang bebas dar i per budakan, maka per lu
dipahami bahw a, pola w ar taw an yang tetap menampilkan, per empuan sebagai objek yang melayani laki laki, secar a tidak langsung telah melanggengkan per empuan, untuk
ber ada di baw ah dominasi laki-laki, dan tidak benar benar lepas dar i per budakan, ser ta bahkan tur utditampilkan sebagai suatu aktifitas yang tidak membuat har ga dir i
per empuan menjadi r endah. Par agr af ketiga, sekaligus penutup, tampak tidak jauh ber beda dengan dua
par agr af sebelumnya. War taw an sebagai subjek pencer ita masih tampak, menampilkan teks yang sar at dengan subor dinasi per empuan.
Ser upa demikian Lakoff Kuntjar a 2003:3-4 menjelaskan bahw a, kaum per empuan mengalami diskr iminasi dalam dua hal, per tama, dalam hal bagaimana
mer eka diajar untuk ber bahasa, dan kedua, dalam hal bagaimana bahasa pada umumnya memper lakukan kaum per empuan. Lebih lanjut Lakoff menjelaskan bahw a, misalnya
saja, kata “
lady
”, secar a tidak langsung ker ap mendikte per empuan untuk selalu ber sikap sopan dan lemah lembut, yang sekaligus menunjukkan ketidakber dayaan per empuan.
Bahkan apabila seor ang yang dikatakan “
lady
” tidak ber bicar a sebagaimana mestinya, maka mer eka ker ap dikr itik sebagai tidak feminim. Dengan kata lain, mer ujuk pada
per spektif ter sebut, maka kebebasan yang ditaw arkan oleh w ar taw an, kepada khalayak per empuannya untuk secar a leluasa mener apkan emansipasi, pada akhir nya tetap
“Cew ek yang ngefans sama Endah n Rhesa itu ber pendapat bahw a ngasih per hatian lebih ke cow ok sebagai bentuk emansipasi dalam
ber pacar an adalah hal yang bisa bikin har ga dir i sebagai cew ek nggak ikut jatuh.”
Lebih baik ber emansipasi dengan nger aw at dia w aktu sakit dong, nyuapin dia makanan, atau menemani dia di r umah
w aktu sakit. Itu lebih ter hor mat dan elegan, ucap Endah”.
“Well, sebenar nya boleh saja sih ber emansipasi kayak gimana juga. Tapi, yang terpenting, gimana car anya kamu menjadikannya
ber manfaat. Jangan justr u dengan emansipasi itu, kamu malah jadi susah dan r ibet. Okay
ladies
? ”
16
ber akhir dengan pengekangan pada kebebasan per empuan, sebagaimana diasosiasikan sebagai kaum yang tidak ber daya.
5.5.2.Posisi Pembaca
Hal demikian menjadi jelas, ketika di ber ita ketiga, w ar taw an memuat kisah r esponden per empuan, yaitu Endah. Lebih lanjut, war taw an bahkan mengajak khalayak,
untuk tur ut mer asakan aktifitas yang dijalani Endah dalam melayani pacar nya sebagai suatu per buatan yang elegan dan ter hor mat bagi per empuan, seper ti mer aw at saat sakit,
menyuapkan makanan, dan menemani di r umah sakit. Secar a implisit, terdapat maksud tertentu dar i w ar taw an yang ter dapat pada teks
ber ita ter sebut. Sebagai per empuan, hendaknya memiliki inisiatif pribadi, dengan member i per hatian lebih kepada laki-laki, jika ingin ber mansipasi. Jangan khaw atir , jika
member i per hatian kepada laki-laki, kar ena hal ter sebut, tidak mer endahkan har ga dir i per empuan. Adapun beber apa contoh per hatian yang mampu membuat per empuan
menjadi elegan dan ter hor mat, ketika melayani laki-laki, yaitu mer aw at laki-laki saat sakit, menyuapkan makanan, dan menemani laki-laki di r umah sakit.
5.6. Statistik ResponDet Edisi Hari Kartini 5.6.1. Posisi Subjek-Objek