J01038
1 WACANA SUBORDINASI PEREMPUAN
DALAM KOMERSIALISASI “RUANG PUBLIK”
(Analisis Wacana Kr itis Sar a Mills Pada Rubr ik ‘DetEksi’ Jawa Pos)
Oleh:
Adi Kurnia Djarot Nahusona
1dan Sih Natalia Sukmi
2ABSTRACT
"Public Spher e", w hich now for m the mass media, contr ibuting significant ly to the str uggle of w omen. Aspir ations of w omen w ho had been confined in t he domestic r ealm, became mor e a place, after public spher e began to appear . At the t ime of the Republic of Indonesia into the w or ld spotlight, because the low er level of the r eader for the young, DetEksi r ubr ic come up and amplifying the voices of youth. The emer gence r ubr ic DetEksi be inter esting, seeing that the theme is being discussed, alw ays involves r espondents in lar ge quant ities, w hich consists of w omen and men, w hich can be fr eely as if expr essing their aspir ations. This st udy aimed to descr ibe the discour se of subor dination of w omen in the public spher e. Cr itical discour se analysis used in this study, as in the view of Sar a Mills, the media has been ver y biased in pr esenting w omen. The method used in this st udy is a qualitative appr oach, w ith a descr ipt ive st udy. Results of r esear ch conducted by the r esear cher s r evealed that, of the 11 analyzes conducted, all laden w ith patr iar chal cultur e, w omen ar e subor dinated
Keywords: Public Spher e, Mass Media, Aspir ations of Women.
1. LATAR BELAKANG
Sur at kabar menjadi salah satu media infor masi, yang aw al kemunculannya, mampu membaw a har apan untuk suar a per ubahan, ter utama pada iklim sosial politik yang lebih liber al. Mc Quail menjelaskan bahw a sejar ah kemunculan sur at kabar , diw ar nai dengan per juangan mew akili hak hak kebebasan, dan demokr asi w ar ga Negar a yang lebih besar (Mc Quail 2011:30-31). Dominasi sur at kabar sebagai media yang mampu mempengar uhi khalayak dalam jumlah besar , mulai mengalami masa kemundur an di abad ke 21, seir ing dengan per kembangan teknologi komunikasi dan infor masi yang ditandai dengan kemunculan inter net atau dikenal sebagai media massa bentuk bar u (Mc Quail 2011 32).
Badan Pusat Statistik mengeluar kan data mengenai penggunaan media oleh masyar akat Indonesia, yang semakin ber kur ang. Hal ter sebut dapat dilihat dar i tabel data dengan indikator sosial dan budaya bagi penduduk ber umur 10 tahun ke atas yang membaca sur at kabar atau majalah, sejak tahun 2003, 2006, dan 2009 semakin mengalami penur unan..3 Minat baca masyar akat yang r endah membuat, Indonesia
1
Fakult as Ilm u Sosial dan Ilmu Kom unikasi
2
St af Pengajar Fakult as Ilm u Sosial dan Ilm u Komunikasi
3
Dalam Badan Pusat St atist ik. Tabel Sosial dan Kependudukan dengan indikat or Sosial dan Budaya (Online) ht t p:/ / ww w .bps.go.id/ t ab_sub/ view.php?kat =1& t abel=1& daft ar=1& id_subyek=27& not ab=36 diunduh pada 17 Septem ber 2012 pukul 19.30 WIB
(2)
2 ber ada di ur utan ke-36 dar i 40 negar a, ber dasar studi lima tahunan yang dikeluar kan oleh Pr ogr ess in Int er nat ional Reading Lit er acy St udy (PIRLS) pada 2006, bahkan menur ut hasil sur vei UNESCO, minat baca masyar akat Indonesia menduduki per ingkat ter endah di ASEAN.4
Fenomena minat baca usia muda, yang semakin menur un dar i tahun ke tahun di Indonesia, dan mulai ter gantikan dengan dominasi ber bagai media massa lainnya, tur ut ber dampak pada meningkatnya per saingan media cetak. Ser upa dengan hal ter sebut, Depar temen Luar Neger i Republik Indonesia, memuat ber ita yang membanggakan, bahw a dua media cetak Indonesia, yaitu Jaw a Pos dan Kompas mampu ber saing, dan mer aih penghar gaan di tingkat Inter nasional, dalam kompetisi tahunan yang diselenggar akan oleh Wor ld Associat ion of Newspaper and News Publisher (WAN-IFRA) 2011, atas kontr ibusi yang dilakukan kepada pembaca usia muda. WAN-IFRA yang ber mar kas besar di Dar mstadt (Jer man) dan Par is (Per ancis) mer upakan asosiasi sur at kabar dan pener bit dunia yang mew akili 18.000 pener bitan, 15.000 situs online, dan lebih dar i 3.000 per usahaan di lebih dar i 120 negar a5.
Jaw a pos melalui r ubr ik DetEKsi mendapatkan dua penghar gaan sekaligus, ajang inter nasional ter sebut. Ter bitnya r ubr ik ‘DetEksi’, yang diper caya membaw a pengar uh positif, khususnya dalam inovasi mer aih dan mengembangkan pembaca muda. Kontr ibusi r ubr ik ‘DetEksi’, membuat Jaw a Pos ber hasil mer aih penghar gaan ter tinggi Wor ld Young Reader Pr ize 2011, dan sekaligus membuat Jaw a Pos menyandang gelar sebagai kor an dengan pembaca muda ter baik di dunia. Selain mer aih penghar gaan Wor ld Young Reader Pr ize 2011, di ajang tahunan yang diikuti kor an dar i selur uh dunia ter sebut, Jaw a Pos juga mer aih kemenangan pada kategor i Endur ing Excellence, ber dasar kan komitmen dan konsistensi untuk mer aih dan memper tahankan pembaca muda melalui r ubr ik ‘DetEksi’6.
Rubr ik ‘DetEksi’ memiliki suatu cir i khas yang unik dalam menggandeng sesama pembaca mudanya, yaitu dengan selalu melibat kan 500 hingga 1000 anak muda
4
Dalam Kom pas. 3 M anfaat Cint a Buku untuk Si Kecil (Online).
ht t p:/ / fem ale.kom pas.com / read/ 2012/ 02/ 10/ 11491514/ 3.M anfaat .Cint a.Buku.unt uk.Si.Kecil diunduh pada 17 Sept em ber 2012 pukul 19.40 WIB
5
Dalam Departemen Luar Negeri. 'Jaw a Pos' dan 'Kom pas' Raih Penghargaan Int ernasional WAN-IFRA (Online) ht t p:/ / ww w .deplu.go.id/ List s/ New s/ DispForm.aspx?ID=5207& l=en diunduh pada 12
Desem ber 2012 pukul 09.20 WIB
6
Dalam Jaw a Pos. Jaw a Pos Raih Gelar Koran Terbaik Dunia (Online)
ht t p:/ / w w w .jaw apos.com / new s/ new s_det ail.php?id_cnew s=45 diunduh pada 18 Sept em ber 2012 pukul 08.40 WIB
(3)
3 Sur abaya, untuk polling yang diadakan dalam setiap temanya7. Kontr ibusi r ubr ik ‘DetEksi’ yang telah menyediakan ”r uang publik”, sebagaimana digunakan oleh per empuan dan laki laki untuk mengemukakan pendapat, dan ber bagi pengalaman pr ibadinya secar a bebas, untuk menyikapi setiap tema yang sedang dibahas, mer upakan suatu hal yang positif, ter utama sebagaimana dihar apkan oleh kaum feminis, bahw a per empuan har us mendapatkan kesempatan yang sama dan ber imbang untuk mengemukakan opininya dalam ”r uang publik”.
Ser upa demikian r ubr ik ‘DetEksi’ bahkan, melalui per sonifikasi maskot anjing yang ber w ar na bir u dan mengenakan penutup mata, ber ani menjamin untuk selalu netr al, dalam menampilkan fakta yang apa adanya. Tidak menutup nutupi atau melebih lebihkan fenomena yang sedang ber kembang8. Meskipun demikian, peneliti masih menemukan bahw a tema pember itaan yang dibahas dan opini per empuan yang ditampilkan, secar a tidak langsung, masih menjadikan per empuan sebagai komoditas hibur an, dan ber ada dalam posisi yang disubor dinasi dalam dominasi laki-laki .
Ber anjak dar i fenomena ter sebut, apakah kontr ibusi per empuan yang ber sama sama dengan laki laki mengemukakan opini, bahkan ber bagi pengalaman pr ibadi yang selama ini ber ada dalam ”r uang pr ivat”, dan tabu untuk dibahas, namun akhir nya ber ani untuk dicer itakan ke ”r uang publik” dan dikatakan netr al, pada r ubr ik ‘DetEksi’, dapat digolongkan sebagai r ubr ik yang mew acanakan ideologi feminisme? ataukah opini per empuan yang selama ini ber ada dalam ”r uang pr ivat”, dan akhir nya ber ani untuk disampaikan di ”r uang publik”, pada r ubr ik ‘DetEksi’, justr u sesungguhnya tidak ber imbang dan sar at dengan subor dinasi ter hadap per empuan, sebagaimana pada akhir nya dimanfaatkan, bahkan dieksploitasi demi memper oleh keuntungan bisnis? Sebab bagaimanapun juga, menur ut Haber mas (Har diman 2010:195), ”r uang publik” di er a kapitalisme tidak lagi menjadi fasilitas diskur sus r asional, melainkan justr u menjalankan konstr uksi, seleksi, dan for masi diskur sus yang ber ubah menjadi komoditas hibur an, sebagaimana dikonsumsi secar a pasif oleh khalayak.
Fenomena ini yang ingin dikaji oleh peneliti, dengan menggunakan metode analisis w acana kr itis Sar a Mills, yang titik perhatiannya ter letak pada bagaimana per empuan ditampilkan di dalam teks, baik dalam novel, gambar , foto, maupun dalam ber ita.
7
Dalam Indopos. Pem baca M uda Surabaya Jadi Inspirasi (Online)
ht t p:/ / w w w .indopos.co.id/ index.php/ index-cat at an-don-kardono/ 17340-pem baca-m uda-surabaya-jadi-inspirasi.htm l diunduh pada 18 Sept em ber 2012 pukul 08.34 WIB
8
Dee/ Kkn. 2010. ‘DETEKSI’ DECADE.Jaw a Pos. Surabaya diunduh pada 5 Januari 2013 pukul 19.00 WIB
(4)
4 2. Ker angka Pikir
3. KAJIAN TEORITIS
Nur udin mengungkapkan bahw a komunikasi masa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektr onik). Sebab aw al per kembangannya, komunikasi massa ber asal dar i kata media of mass communication (media komunikasi massa), yang mer ujuk pada media massa atau salur an yang dihasilkan oleh teknologi moder n (Nur udin 2007:4). Ber dasar kan r agam bentuknya, media massa dibedakan menjadi media elektr onik (televisi, r adio), media cetak (surat kabar , majalah dan tabloid), buku, film, dan yang ter bar u yaitu inter net (Nur udin 2007:5).
Sur at kabar diper caya memiliki bentuk inovasi yang lebih baik dar ipada buku yang dicetak, ter utama dengan penemuan bentuk liter atur , sosial dan budaya bar u. Keunggulannya dibandingkan dengan bentuk komunikasi budaya yang lain, ter letak pada or ientasinya kepada individu dan kepada r ealitas, kegunaannya ser ta sifat yang sekular , diyakini cocok bagi kebutuhan kelas bar u, yaitu pelaku bisnis yang ber basis di kota kecil. Mc Quail menjelaskan lebih lanjut bahw a kebar uannya bukan hanya pada teknologi atau car a penyebar annya saja, tetapi juga pada fungsinya bagi kelas ter tentu dalam per ubahan iklim sosial politik yang lebih liber al (Mc Quail 2011:30-31).
Minat Baca Khalayak usia muda
menur un
Per saingan Media Massa (Media Cetak/
Sur at Kabar )
“Ruang Publik” Jaw a Pos Mengemas
pesan dan opini tar get pembaca usia
m uda
Rubr ik DetEksi Jaw a Pos
Isi Rubr ik Deteksi Jaw a Pos Analisis Wacana
Kr itis Sar a Mills
Wacana Subor dinasi Per empuan Pada Rubr ik
DetEksi Jaw a Pos
(5)
5 Sur at kabar di Indonesia sebagaimana telah ditetapkan menur ut atur an hukum yang ber laku sebagai lembaga sosial, dihar apkan mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan undang undang nomor 40 tahun 1999 tentang per s, pasal 3 ayat 1 dan 2 (Tebba 2005:185), yang ber bunyi sebagai ber ikut :
1. Per s nasional mempunyai fungsi sebagai media infor masi, pendidikan, hibur an, dan kontr ol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi ter sebut ayat (1), per s nasional dapat ber fungsi sebagai lembaga ekonomi.
Ber ita dan sur at kabar , mer upakan bagian yang tidak ter pisahkan, sebab sebagaimana sejar ah dan fungsinya, sur at kabar diyakini sebagai salah satu media massa yang menyampaikan infor masi atau yang disebut dengan ber ita kepada tar get pembacanya. Secar a seder hana, ber ita adalah jalan cer ita tentang per istiw a. Hal ini dapat dikatakan bahw a suatu ber ita setidaknya mengandung dua hal yaitu per istiw a dan jalan cer ita. Jalan cer ita tanpa per istiw a, dan per istiw a tanpa cer ita tidak dapat dikatakan sebagai sebuah ber ita (Tebba 2005:55). Tidak semua cer ita dan per istiw a dalam kehidupan sehar i har i dapat dimuat dalam pember itaan, Tebba menjelaskan lebih lanjut bahw a per istiw a yang diber itakan ter gantung pada beber apa hal, yaitu:
a) Aktualitas.
b) Jar ak (dekat jauhnya) per istiw a dar i khalayak (pembaca, pendengar , penonton).
c) Penting tidaknya or ang/ figur yang diber itakan. d) Keluar biasaan per istiw a.
e) Akibat yang mungkin ditimbulkan dar i ber ita itu. f) Ketegangan dalam per istiw a.
g) Konflik dalam per istiw a. h) Per ilaku seks.
i) Kemajuan kemajuan yang diber itakan. j) Emosi yang ditimbulkan oleh per istiw a. k) Humor yang ter kandung dalam per istiw a” (Tebba 2005:55).
(6)
6 3.1. Rubrik
Effendy menjelaskan, bahw a secar a etimologi r ubr ik ber asal dar i bahasa Belanda yaitu Rubr iek, yang memiliki definisi r uangan pada halaman sur at kabar , majalah atau media cetak lainnya, mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyar akat; misalnya r ubr ik w anita, r ubr ik olahr aga, r ubr ik pendapat pembaca dan sebagainya (Effendy 1989:316).
3.2. Wacana Perspektif Foucault
Foucault (Er yanto 2001:65) menjelaskan bahw a w acana tidaklah dipahami sebagai ser angkaian kata atau pr oposisi dalam teks, melainkan lebih kepada sesuatu yang mempr oduksi lain seperti misalnya sebuah gagasan, konsep atau efek. Wacana dapat di’DetEksi’ kar ena secar a sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks ter tentu sehingga mempengar uhi car a ber pikir dan ber tindak ter tentu. Bahkan lebih lanjut diyakini bahw a, suatu w acana memiliki keter kaitan dengan kekuasaan, kar ena str ategi kuasa ber langsung di mana-mana.
3.3. Ideologi
Cahyadi (Er iyanto 2001:99) menjelaskan pandangan Althusser mengenai ideologi, yaitu bahw a ideologi memer lukan subjek dan subjek memer lukan ideologi. Ideologi yang mer upakan r umusan dar i individu individu ter tentu, keber lakuannya menuntut tidak hanya kelompok yang ber sangkutan tetapi juga selain membutuhkan subjek,ideologi tur ut menciptakan subjek, atau yang dikenal dengan istilah inter pelasi. Dalam inter pelasi individu konkr et dir ekr ut menjadi subjek ideologi.
3.4. Feminisme
Sudar minta (Har diman 2010:201) menjelaskan bahw a feminisme adalah ber bagai paham atau alir an pemikir an dan ger akan politik, ekonomi, sosial-budaya (ter masuk di dalamnya ger akan etis) yang memiliki kepr ihatinan dan kepedulian ter hadap r ealitas gender yang memper juangkan kesamaan hak dan membela kepentingan kaum per empuan. Dalam r ealitas poli tik, ekonomi, dan budaya patr iar ki selama ber abad abad, kesamaan hak dan kepentingan kaum per empuan cender ung diabaikan atau bahkan ditindas.
3.5. Subordinasi
Subor dinasi telah menjadi fokus per hatian penting dalam melihat diskriminasi atau ketidakadilan gender . Dalam situs r esminya, Kementer ian Pember dayaan Per empuan dan Per lindungan Anak menjelaskan, bahw a ar ti dar i subor dinasi adalah,
(7)
7 suatu penilaian atau anggapan bahw a suatu per an yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih r endah dar i yang lain9.
3.6. Ruang Publik
Haber mas (Har diman 2010:269-270) mer umuskan ”public spher e” atau r uang publik dalam penjelasan ber ikut: ”Dengan 'r uang publik' kami maksudkan per tama tama suatu w ilayah kehidupan sosial kita di mana apa yang disebut opini publik ter bentuk. Akses kepada r uang publik ter buka bagi semua w ar ga negar a. Sebagian dar i r uang publik ter bentuk dalam setiap pembicar aan di mana pr ibadi pribadi ber kumpul untuk membentuk suatu 'publik'. Bila publik menjadi besar , komunikasi ini menuntut suatu sar ana untuk diseminasi dan pengar uh ; zaman sekar ang sur at kabar dan majalah,r adio,dan televisi menjadi r uang publik”Dalam definisi ter sebut, tiga unsur seper ti media, pembicar aan, dan opini publik secar a er at ter hubung. Ruang publik bukan mer upakan suatu r uang fisik, tetapi r uang sosial yang dipr oduksi oleh tindakan komunikatif.
4. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan, Jenis Penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya adalah deskr iptif .
4.2. Metode Analisis Data, Penelitian.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis w acana. Analisis w acana adalah analisis teks dan bahasa, sebagaimana telah diur aikan pada beber apa metode, dihar apkan mampu membantu par a peneliti yang ingin memfokuskan penelitiannya untuk mencar i makna dalam suatu pesan. Metode yang digunakan untuk menganalisis w acana subor dinasi per empuan dalam “r uang publik” pada r ubr ik ‘DetEksi’ Jaw a Pos adalah metode analisis w acana kr itis Sar a Mills.
9
Dalam Aplikasi Dat a dan Inform asi PP dan KPA. Subordinasi (Online)
ht t p:/ / w w w .m enegpp.go.id/ aplikasidata/ index.php?opt ion=com _cont ent& view =art icle& id=98:subord inasi& cat id=52:bent uk-ket idakadilan-gender& Itemid=108 diunduh pada 2 Desem ber 2012 pukul 21.00 WIB
(8)
8 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Interpretasi Pada Rubrik Deteksi Jawa Pos Edisi Hari Kartini 21 Apr il 2012 5.1.1. Respon Det in fact
5.1. 2. Posisi Subjek-Objek
Teks ber ita, yang tampak pada r esponDet in fact, secar a keselur uhan memposisikan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, yang mencer itakan hasil poling, dan di sisi lain menempatkan r esponden laki-laki dan per empuan sebagai objek yang dicer itakan. Kendati ber sama sama ditempatkan sebagai objek, namun per empuan, tampak cender ung ditampilkan secar a tidak adil dibandingkan laki-laki. Ketidakdilan semakin tampak, ketika per empuan yang tampil sebagai pihak yang dir ugikan, sebagaimana dimanfaatkan laki-laki, diolok olok, dan membuat laki-laki menjadi manja, pada saat mener apkan emansipasi ber pacar an, justr u tidak dianggap sebagai suatu per masalahan, melainkan dilaw an oleh w ar taw an, melalui pemapar an fakta ber ikutnya.
KBBI menyatakan bahw a, kata “meski” adalah kata penghubung untuk menandai per law anan makna (KBBI 2011:907). Mer ujuk pada definisi ter sebut, maka per lu dipahami, bahw a pembelaan eksplisit, yang seolah olah dilakukan w ar taw an kepada per empuan, sebenar nya mengandung makna ter sir at, yang justr u melanggengkan keter tindasan per empuan, untuk tetap ber ada di baw ah laki-laki. Secar a keselur uhan, mengacu pada, ber agam ketimpangan yang dikonstr uksi w artaw an, agar per empuan yang dieksploitasi laki-laki, tetap memiliki image yang baik. Maka per lu dipahami bahw a, kendati per empuan dan laki-laki secar a ber sama sama ditempatkan sebagai objek yang dicer itakan, namun pada akhir nya, melalui teks yang dibangun w ar taw an, per empuan justr u cender ung tampil, sebagai pihak, yang ber ada pada posisi r endah atau disubor dinasi. Laki-laki sebagai pihak yang mengeksploitasi per empuan, kur ang ditonjolkan sebagai suatu per masalahan oleh w ar taw an.
Hal demikian, bahkan semakin jelas, ketika melihat pembiasan mengenai definisi emansipasi sesungguhnya, yang secar a implisit dinyatakan w ar taw an dalam teks. Ser upa
“Adanya emansipasi dalam ber pacar an bisa membuat hubungan r espondet dengan pacar menjadi bur uk. Misalnya dimanfaatkan pacar (21,5%). Selain itu, cew ek jadi olok olokan teman (15,1%) dan pacar jadi manja (14%). Meski begitu, image cew ek yang mener apkan emansipasi dalam ber pacar an tetap baik. Buktinya, r espondet ber pendapat bahw a mer eka adalah anak yang ker en atau kelihatan jagoan (8,3%) Ada pula yang menjadikan itu sebagai tanda sayang pacar (31,2%) dan bukti open minded (12,6%)”.
(9)
9 demikian KBBI menjelaskan bahw a emansipasi, memiliki definisi pembebasan dar i per budakan, dan per samaan hak dalam ber bagai aspek kehidupan masyar akat (KBBI 2011:365). Lebih lanjut, KBBI menjelaskan bahw a kata “per budakan” memiliki definisi, sistem segolongan manusia yang dir ampas kebebasan hidupnya untuk beker ja, guna kepentingan golongan manusia yang lain (KBBI 2011:214). Mer ujuk pada kecender ungan w ar taw an, untuk menampilkan keter tindasan per empuan sebagai suatu hal yang baik, dan tidak mer ampas kebebasan per empuan, maka per lu dipahami, bahw a secar a ter sir at, w ar taw an tur ut menudukung dominasi laki-laki dalam masyar akat, yang di sisi lain mensubor dinasi per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Jackson&Jones menjelaskan bahw a, secar a histor is laki laki telah mendominasi kehidupan dalam ber masyar akat, sehingga tidak jar ang, membuat per empuan lebih ser ing dijadikan objek dar ipada pencipta pengetahuan (Jackson&Jones 2009:1).
5.1.3. Posisi Pembaca
Mer unut pada keselur uhan plot ber ita yang ditampilkan w ar taw an, maka per lu dipahami, bahw a ResponDet in fact, cender ung mengajak khalayak, untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin tampak, ketika w ar taw an cender ung mengulas, bentuk emansipasi ber pacar an yang dapat mer ugikan per empuan, kendati di sisi lain tetap memiliki citr a yang baik. Adapun dampak dar i ur aian w ar taw an ter sebut, bahw a ketika pembaca digir ing untuk menempatkan diri sebagai per empuan, yang mer asakan bahw a kendati per empuan, telah dir ugikan dalam emansipasi ber pacar an, seper ti dihina, dimanfaatkan pacar nya, dan membuat pacar nya jadi manja, namun hal demikian, tidak membuat citr a per empuan menjadi bur uk.
5.2. Cewek Autopilot (Judul Utama Rubrik ‘DetEksi’ Edisi Hari Kartini 21 April 2012) Bisa “Jalan” Sendiri tanpa Bantuan Cowok ( Judul Lead Berita)
5.2.1. Posisi Subjek-Objek
Seper ti pada r esponDet in fact, w ar taw an tampak masih memi liki otor itas sebagai subjek pencer ita, yang mencer itakan kedua objek, yaitu laki-laki dan per empuan. Bahkan tidak hanya sama, dalam meposisikan per an sebagai subjek pencer ita, konstr uksi ber ita yang dibangun w artaw an, juga masih sar at dengan subor dinasi ter hadap per empuan, dan di sisi lain menampilkan laki-laki secar a lebih baik. Aut opilot adalah suatu sistem yang mampu ber jalan dengan sendir inya untuk membantu pilot dalam melakukan peker jaannya, yaitu mengemudi kan pesaw at ter bang (FAA 2009:12). Mer ujuk pada ber agam penjelasan ter sebut, dan mencer mati posisi cew ek yang disebutkan, ter lebih dahulu sebelum kata aut opilot, maka, secar a eksplisit menunjukkan bahw a, w ar taw an seolah olah ingin memposisikan per empuan, agar mendapatkan hak
(10)
10 yang setar a dengan laki-laki, sebagaimana selama ini, laki-laki ker ap diasosiasikan dengan pilot, yang memiliki kew enangan untuk menjalankan aut opilot.
Meskipun seolah olah pada judul utama, w ar taw an ingin mew ujudkan suatu kesetar aan bagi per empuan, untuk memiliki hak yang sama, dalam menjalankan aut opilot, namun jika dicer mati lebih mendalam, ”cew ek aut opilot”, justr u memiliki maksud dan tujuan, yang ber beda dar i makna aslinya. Hal ter sebut dapat dicer mati, dalam judul lead ber ita ”Bisa ”Jalan” Sendir i tanpa Bantuan Cow ok, yang tampak ambigu sebagaimana seolah olah menjelaskan kebebasan dan kemandir ian per empuan, namun di lead ber ita, justr u ber banding ter balik, dan cender ung mengekang kebebasan per empuan.
Mengacu pada tampilan teks yang dikonstr uksi w artaw an pada lead ber ita, maka per lu dipahami bahw a per empuan pada akhir nya, justr u bukan diposisikan sebagai “pilot”, yang memiliki kew enangan untuk tidak ter beban melakukan kegiatannya, kar ena dibantu oleh sistem “aut opilot”, melainkan justr u per empuan, yang cender ung diposisikan sebagai “aut opilot”, yang melayani laki-laki, dalam menjalani aktifitasnya. Hal demikian bahkan semakin jelas ter sir at, ketika w ar taw an sebagai subjek pencer ita, cender ung menguatkan nilai nilai per budakan yang ter jadi dengan menggunakan kata “bahkan”. KBBI menjelaskan bahw a kata “bahkan” memiliki definisi penghubung bagian kalimat dengan bagian yang lain, atau kalimat dengan kalimat untuk menyatakan penguatan; lebih-lebih; malahan (KBBI 2011:118) . Dalam pr oses selanjutnya setelah kata “bahkan”, w ar taw an sebagai subjek pencer ita kembali menampilkan secar a detail bentuk per budakan per empuan ter sebut, seper ti antar jemput pasangan, memper baiki per alatan elektr onik yang r usak, dan membela pasangannya saat diganggu.
5.2.2. Posisi Pembaca
Mengacu pada keselur uhan plot ber ita yang ditampilkan w ar taw an, maka secar a tidak langsung tampak jelas, bahw a w ar taw an mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin jelas, ketika w ar taw an seolah olah, menggir ing pembaca untuk tur ut mer asakan aktifitas yang dijalani per empuan, seper ti mengantar jemput pacar nya, memper baiki per alat an elektr onik pacar nya, dan bahkan membela pacar nya yang diganggu. Adapun maksud ter sir at dar i pemapar an yang ditampilkan w ar taw an, dalam teks ber ita ter sebut, bahw a seolah olah, jika per empuan
Kalau di dunia pener bangan ada pesaw at dengan pilot otomatis (aut opilot), dihubungan pacar an ada cew ek aut opilot. Maksudnya, tanpa campur tangan si cow ok pun, kegiatan cew ek itu bisa ber jalan sendir i. Bahkan, nggak jar ang mer eka malah membantu ayang masing masing. Ya antar jemput, bener in gadget r usak, sampai belain saat ada yang ngeganggu. Semua itu demi emansipasi dalam ber pacar an.
(11)
11 ingin dikatakan mandir i, dalam mener apkan emansipasi ber pacar an, maka hendaknya, ditunjukkan dengan tetap melayani laki-laki. Pelayanan yang diber ikan per empuan kepada laki-laki, tentunya semakin ideal, jika per empuan mampu melayani laki-laki, tanpa disur uh.
5.3. "Harus kalau cowoknya nggak mau kegatelan-@DytaLedya" 5.3.1. Posisi Subjek-Objek
Posisi w ar taw an, sebagai subjek pencer ita, masih tampak pada ber ita per tama yang mengusung judul “Har us kalau cow oknya nggak mau kegatelan”. Sebagaimana w ar taw an telah tampil, sebagai subjek pencer ita, maka, secar a keselur uhan di dalam teks ber ita per tama, ter dapat tiga tokoh, yang ditempatkan sebagai objek pencer itaan, yaitu Dyta Ledya sebagai r esponden per empuan, kemudian tokoh per empuan lain yang ber konflik dengan Dyta, dan yang ter akhir adalah laki-laki, yaitu pacar Dyta. Per lu dicer mati, secar a mendalam, bahw a ketimpangan, yang dilakukan w ar taw an, dalam menampilkan Dyta sebagai r esponden per empuan, dan sekaligus objek yang didefinisikan, telah tampak sejak judul ber ita per tama.
Ser upa demikian KBBI menjelaskan, bahw a kata “gatal”, memiliki, ber agam definisi, meskipun demikian jika melihat, konteks yang tampak, pada judul ter sebut, maka kata “gatal” memi liki ar ti, suka atau ingin ber setubuh, yang sekaligus, digunakan untuk mencaci maki (KBBI 2011:421). Mer ujuk pada ber agam, definisi ter sebut, maka per lu dicer mati, bahw a secar a implisit, Dyta sebagai objek yang didefinisikan oleh w ar taw an, tampil secar a negatif, dengan mencaci maki laki laki, jika tidak menur uti keinginannya, dengan menyebut “kegatelan”. Pada par agr af per tama, konstr uksi ber ita yang dibentuk w ar taw an, dalam menampilkan Dyta sebagai per empuan yang seolah olah negatif, tampak ter us ber lanjut. Secar a implisit r angkaian kalimat yang terdapat pada par agr af per tama, yang sekaligus ber fungsi sebagai lead, mencer itakan bahw a Dyta, tidak mampu ber sikap sebagai pelajar yang ber pendidikan, dan lebih mengandalkan sisi pengalaman emosional dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain Dyta cender ung tampil sebagai per empuan yang emosional, r angkaian par agr af ter sebut, juga tur ut memunculkan pihak selain cow oknya, yaitu seor ang cew ek, yang didefinisikan, sebagai pihak yang mengganggu hubungan pacar annya.
“Gur u ter baik buat Cheyza bukanlah gur u bahasa Indonesia atau gur u sejar ah, melainkan pengalaman. Gar a gar a ada cew ek gatel yang naksir cow oknya, Cheyza pun ber tindak”
(12)
12 Per lu dicer mati secar a mendalam bahw a, kendati keduanya, yaitu Dyta, sebagai tokoh per empuan, yang melalui per nyataan emosi onalnya, justr u menampilkan dir inya sendiri pada posisi yang kur ang baik, dan bahkan juga melalui penjelasannya, menampilkan tokoh per empuan lain sebagai pihak yang menggoda hubungan pacar annya, juga pada posisi yang r endah. Maka hal yang ber banding ter balik, justr u tampak pada laki-laki , yang dikonstr uksi w ar taw an melalui per nyataan Dyta, sebagaimana cender ung ambigu dan seolah olah pasif, ketika digoda.War taw an, seolah olah tidak mengungkap secar a detail, apakah laki-laki juga mer espon per empuan lain yang menggodanya, sehingga menyebabkan Dyta, har us member ikan per ingatan, sebagaimana yang ter dapat pada judul, dan bahkan, hingga membuat Dyta nekat, melakukan tindak keker asan, ter hadap per empuan lain, yang dianggap mengganggu laki-laki ter sebut. Dengan kata lain, ambiguitas yang ter jadi dalam konstr uksi ber ita, yang dibentuk w artaw an justr u secar a tidak langsung, menguntungkan laki-laki.
Mer unut keselur uhan teks ber ita per tama, maka per lu dipahami bahw a secar a implisit, pada akhir nya konstr uksi ber ita yang ditampilkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, juga cender ung melanggengkan per empuan, untuk tidak benar benar mengalami emansipasi, sebagaimana menur ut ar ti sebenar nya, emansipasi, adalah ger akan bebas dar i per budakan. Dyta pada akhir nya, tidak benar -benar bebas, dalam menjalani kehidupannya, melainkan tetap kembali ber ada pada kondisi yang melayani laki-laki. Pelayanan yang diber ikan kepada laki-laki, pada akhir nya ter samar kan, dibalik sikap yang seolah olah melindungi pasangannya. Bahkan, pada konstr uksi ber ita, dalam melindungi pasangannya, Dyta tidak segan-segan untuk melakukan tindak keker asan, ter hadap per empuan lain.
Mer ujuk pada ber agam, ketimpangan yang ter jadi, maka, per lu dipahami, bahw a secar a tidak langsung, teks ber ita yang ada, semakin melanggengkan pelabelan negatif pada per empuan, yang kelak akan mensubor dinasi per empuan di masyar akat. Ser upa dengan hal ter sebut, Vries menjelaskan bahw a, citr a bur uk per empuan yang emosional, tidak r asional, lemah, cer ew et, pendendam, penggoda, dan sebagainya, secar a tidak langsung telah menghakimi dan menempatkan per empuan pada posisi yang tidak ber daya di masyar akat. Dengan label-label negatif seper ti itu, mustahil bagi per empuan, untuk dapat memper oleh kedudukan yang sejajar dengan laki-laki dalam pandangan masyar akat. Per empuan selalu akan ter tinggal di belakang kar ena dianggap memang posisi ter baiknya ber ada di belakang laki-laki (Vr ies 2006:15-16).
(13)
13 5.3.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin jelas ketika, w ar taw an menampilkan ber ita yang memuat kisah r esponden per empuan, yaitu Dyta. Pembaca seolah olah digir ing untuk ikut mer asakan pengalaman Dyta, dalam melindungi pacar nya, dar i seor ang per empuan penggoda, seper ti melabr ak. Secar a tesir at, adapun maksud dar i pengalaman Dyta yang dikemas w ar taw an sebagai pemegang otor titas ter tinggi. Pembaca seolah olah diajak untuk memahami bahw a, per empuan adalah makhluk penggoda, yang dapat mengancam hubungan pacar an. Sebagaimana per empuan adalah makhluk penggoda, maka jangan segan segan, untuk langsung melakukan tindak keker asan kepada per empuan yang sedang mengganggu hubungan pacar an.
5.4. "Antar jemput pacar gue banget-@EvelynVanessa" 5.4.1. Posisi Subjek-Objek
Seper ti ber ita sebelumnya, di ber ita yang kedua, w ar taw an masih tampak memegang per an sebagai subjek pencer ita. Per an w ar taw an sebagai subjek pencer ita, secar a tidak langsung, tur ut memposisikan selur uh tokoh yang hadir dalam ber ita kedua, sebagai objek yang dicer itakan, yaitu seor ang per empuan ber nama Evelyn Vanessa, dan juga seor ang laki-laki, yaitu pacar Evelyn, yang tidak disebutkan namanya. Per lu dicer mati secar a mendalam bahw a, selain masih ber per an sebagai subjek pencer ita, seper ti pada ber ita per tama, hal ser upa dalam mengusung judul yang seolah-olah sar at subor dinasi ter hadap per empuan, juga masih tampak diusung oleh w ar taw an. Secar a implisit judul “Antar jemput pacar gue banget”, cender ung menonjolkan Evelyn sebagai per empuan yang melayani, pacar nya. Bahkan lebih lanjut, tampilnya Evelyn untuk melayani pacar nya, seolah olah bukan suatu hal yang menjadi kemauan laki-laki, tetapi, lebih mer upakan inisiatif Evelyn, sebagaimana dapat dilihat dar i r angkaian kata ber ikutnya, yaitu “gue banget”. Per lu dipahami, bahw a ketimpangan semakin jelas ketika, w ar taw an yang mengusung tema emansipasi ber pacar an, seolah olah tidak menganggap aktifitas Evelyn yang melayani pacar nya, sebagai suatu masalah yang ber tentangan dengan emansipasi per empuan untuk lepas dar i per budakan.
Keter tindasan yang secar a implisit dialami Evelyn, dan seolah olah tidak menjadi suatu masalah bagi w ar taw an, bahkan ter us ber lanjut pada lead ber ita kedua. Per lu dicer mati secar a mendalam, bahw a ter jadi ketimpangan,yang disamar kan, ketika w ar taw an sebagai subjek pencer ita, mencoba mengaitkan dan menselar askan hubungan, antar a aktifitas tunggal yang dilakukan laki-laki dengan ser ing menjemput Evelyn, dan aktifitas balasan, yang dilakukan Evelyn, sebagai mana melakukan dua aktifitas, yaitu
(14)
14 tidak hanya menjemput, namun juga mengantar laki-laki. War taw an seolah olah melanggengkan per budakan yang dialami per empuan, ketika Dyta har us menanggung beban ganda yang mer ebut kebebasannya, dengan mengantar dan menjemput laki-laki . Ketimpangan ter sebut, bahkan semakin ter samar kan, ketika di akhir par agr af per tama, w ar taw an mencer itakan suatu kesimpulan yaitu, aktifitas yang sehar usnya, mer ugikan Evelyn itu, justr u ber akhir dengan membuat Evelyn dan pacar nya saling pengertian.
Mengacu pada ber agam, ketidakadilan yang ter jadi, maka secar a tidak langsung, melalui teks ber ita yang ada, w ar taw an telah melanggengkan ster eotipe yang, secar a negatif mensubor dinasi per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut Kasiyan (Poespodihar djo 2010:52) menjelaskan bahw a dalam ster eotipe feminis, per empuan ker ap digambar kan oleh media, secar a negatif dalam pr oses yang ber langsung panjang secar a kultur al. Per empuan ker ap digambar kan melalui sifat negatif seper ti emosional, lemah, halus, tidak independen, tidak tegas, dan submisif. Sedangkan di sisi lain, media justr u member ikan ster eotip kepada laki-laki dengan makna positif seperti r asional, tegar , kuat, mandir i, tegas, independen, ser ta dominan.
5.4.2.Posisi Pembaca
Tidak ber beda dengan ber ita sebelumnya, w ar taw an tampak, masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal ter sebut tampak jelas, ketika w ar taw an masih menampilkan kisah per empuan. Sebagai per empuan, khalayak digir ing untuk tur ut mer asakan dan memahami, bahw a mengantar dan menjemput pacar , dapat menjadi identitas dir i seor ang per empuan. Bahkan tidak per lu khaw atir ketika mengantar jemput laki-laki, akan dianggap memalukan, kar ena mengantar dan menjemput sudah menjadi suatu hal yang lumr ah, dan tr en bagi per empuan, di sekolah. Adapun maksud dar i pemapar an yang ditampilkan w ar taw an, dalam teks ber ita ter sebut, bahw a secar a ter sir at, jika ingin menjadi per empuan yang penger tian ter hadap laki-laki, maka hendaknya per empuan mengambil inisiatif sendir i untuk membalas budi laki-laki. Dalam membalas budi ter hadap laki-laki, jangan r agu untuk menunjukkan sikap yang lebih, dar i apa yang selama ini telah dilakukan laki-laki ter hadap per empuan. Jika laki-laki, selama ini telah menjemput per empuan, maka sekar anglah saatnya per empuan, untuk tidak hanya membalasnya dengan menjemput saja, tetapi juga mengantar laki-laki. 5.5. "Nggak untuk antar jemput dan nembak- @EndahTriMartaNingrum"
5.5.1.Posisi Subjek-Objek
Seper ti dua ber ita sebelumnya, ber ita ketiga, tampak memiliki kesamaan, dalam menempatkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus menempatkan kedua tokoh yang ter dapat pada ber ita ketiga, yaitu laki -laki dan per empuan sebagai objek
(15)
15 yang dicer itakan. Kendati secar a ber sama ditempatkan sebagai objek, namun per lu dicer mati bahw a per empuan, pada akhir nya seolah olah kembali dilanggengkan untuk tampil sebagai pihak yang ter subor dinasi.
Ber agam kalimat per nyataan Endah yang ditampilkan w ar taw an, seolah olah mengulang pola yang sama dengan dua ber ita sebelumnya, yaitu per empuan cender ung memaknai emansipasi dengan melayani laki-laki. Mengacu pada definisi emansipasi yang sesungguhnya, yaitu sebagai suatu ger akan yang bebas dar i per budakan, maka per lu dipahami bahw a, pola w ar taw an yang tetap menampilkan, per empuan sebagai objek yang melayani laki laki, secar a tidak langsung telah melanggengkan per empuan, untuk ber ada di baw ah dominasi laki-laki, dan tidak benar benar lepas dar i per budakan, ser ta bahkan tur utditampilkan sebagai suatu aktifitas yang tidak membuat har ga dir i per empuan menjadi r endah.
Par agr af ketiga, sekaligus penutup, tampak tidak jauh ber beda dengan dua par agr af sebelumnya. War taw an sebagai subjek pencer ita masih tampak, menampilkan teks yang sar at dengan subor dinasi per empuan.
Ser upa demikian Lakoff (Kuntjar a 2003:3-4) menjelaskan bahw a, kaum per empuan mengalami diskr iminasi dalam dua hal, per tama, dalam hal bagaimana mer eka diajar untuk ber bahasa, dan kedua, dalam hal bagaimana bahasa pada umumnya memper lakukan kaum per empuan. Lebih lanjut Lakoff menjelaskan bahw a, misalnya saja, kata “lady”, secar a tidak langsung ker ap mendikte per empuan untuk selalu ber sikap sopan dan lemah lembut, yang sekaligus menunjukkan ketidakber dayaan per empuan. Bahkan apabila seor ang yang dikatakan “lady” tidak ber bicar a sebagaimana mestinya, maka mer eka ker ap dikr itik sebagai tidak feminim. Dengan kata lain, mer ujuk pada per spektif ter sebut, maka kebebasan yang ditaw arkan oleh w ar taw an, kepada khalayak per empuannya untuk secar a leluasa mener apkan emansipasi, pada akhir nya tetap
“Cew ek yang ngefans sama Endah n Rhesa itu ber pendapat bahw a ngasih per hatian lebih ke cow ok sebagai bentuk emansipasi dalam ber pacar an adalah hal yang bisa bikin har ga dir i sebagai cew ek nggak ikut jatuh.”
"Lebih baik ber emansipasi dengan nger aw at dia w aktu sakit dong, nyuapin dia makanan, atau menemani dia di r umah w aktu sakit. Itu lebih ter hor mat dan elegan, ucap Endah”.
“Well, sebenar nya boleh saja sih ber emansipasi kayak gimana juga. Tapi, yang terpenting, gimana car anya kamu menjadikannya ber manfaat. Jangan justr u dengan emansipasi itu, kamu malah jadi susah dan r ibet. Okay ladies? ”
(16)
16 ber akhir dengan pengekangan pada kebebasan per empuan, sebagaimana diasosiasikan sebagai kaum yang tidak ber daya.
5.5.2.Posisi Pembaca
Hal demikian menjadi jelas, ketika di ber ita ketiga, w ar taw an memuat kisah r esponden per empuan, yaitu Endah. Lebih lanjut, war taw an bahkan mengajak khalayak, untuk tur ut mer asakan aktifitas yang dijalani Endah dalam melayani pacar nya sebagai suatu per buatan yang elegan dan ter hor mat bagi per empuan, seper ti mer aw at saat sakit, menyuapkan makanan, dan menemani di r umah sakit.
Secar a implisit, terdapat maksud tertentu dar i w ar taw an yang ter dapat pada teks ber ita ter sebut. Sebagai per empuan, hendaknya memiliki inisiatif pribadi, dengan member i per hatian lebih kepada laki-laki, jika ingin ber mansipasi. Jangan khaw atir , jika member i per hatian kepada laki-laki, kar ena hal ter sebut, tidak mer endahkan har ga dir i per empuan. Adapun beber apa contoh per hatian yang mampu membuat per empuan menjadi elegan dan ter hor mat, ketika melayani laki-laki, yaitu mer aw at laki-laki saat sakit, menyuapkan makanan, dan menemani laki-laki di r umah sakit.
5.6. Statistik ResponDet Edisi Hari Kartini 5.6.1. Posisi Subjek-Objek
War taw an sebagai subjek pencer ita, masih tampak pada papar an data statistik ResponDet Edisi Har i Kar tini. Tampilnya w ar tawan sebagai subjek pencer ita, secar a tidak langsung membuat dua tokoh lainnya, yaitu laki-laki, dan per empuan yang ter dapat pada statistik, menjadi objek pencer itaan. Per lu dicer mati lebih mendalam, bahw a kendati per empuan, dan laki-laki secar a ber sama sama ditampilkan sebagai objek, namun demikian, r esponden per empuan, cender ung lebih ditampilkan secar a tidak adil dibandingkan laki-laki.
Secar a ter sir at w ar taw an tampak, seolah olah membiaskan penger tian emansipasi, ketika menanyakan bentuk emansipasi yang per nah dilakukan dalam ber pacar an. Hal ter sebut, bahkan semakin jelas ketika w ar taw an, cender ung mengajukan pilihan jaw aban, yang ber tentangan dengan definisi emansipasi sesungguhnya, sebagai suatu ger akan untuk bebas dar i per budakan. Dengan kata lain pilihan jaw aban yang ditampilkan oleh w ar taw an, seolah olah cender ung memaknai emansipasi, sebagai suatu
Bentuk emansipasi yang per nah kamu lakukan dalam ber pacar an? (3 ter tinggi)
Antar jemput pacar 39,3% Nembak duluan 24,3%
(17)
17 aktifitas yang membebaskan per empuan, untuk mengambil inisiatif pr ibadi melayani laki-laki.
Responden per empuan, sebagai salah satu pihak yang ter libat, dalam pemilihan polling, bahkan seolah olah cender ung dibatasi, untuk memi lih pilihan jaw aban ter sebut. Hal demikian jelas, ketika mengetahui bahw a metode closed quest ion yang digunakan, diper untukkan untuk membatasi kemungkinan jaw aban dar i r esponden, khususnya per empuan untuk memaknai emansipasi menur ut gagasan pribadi r esponden per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Hill&McCor mack menjelaskan bahw a “Closed quest ions ar e designed t o limit r espondent s t o a pr e-det er mined select ion of alt er nat ive answer s, t hus avoiding many of t he difficult ies associat ed wit h open-ended quest ions (Per tanyaan ter tutup dir ancang untuk membatasi r esponden untuk pilihan yang telah ditentukan alter natif jaw aban, sehingga menghindar i banyak kesulitan yang ber hubungan dengan per tanyaan-per tanyaan ter buka) (Hill&McCor mack 1997:71).
5.6.2. Posisi Pembaca
Data statistik ResponDet yang dipapar kan w ar tawan sebagai subjek pencer ita, secar a ter sir at mengajak khalayak untuk memposisikan dir i sebagai per empuan. Hal demikian semakin jelas, ketika dalam pilihan jaw aban yang ditampilkan w ar taw an, cender ung ditujukan bagi per empuan, sebagaimana di lead ber ita, disebutkan w ar taw an bahw a, ber agam kegiatan ter sebut dilakukan oleh per empuan. Khalayak lebih lanjut seolah olah digir ing, untuk tur ut mer asakan, bahw a ketika sedang mer ayakan emansipasi, per empuan cender ung mengantar dan menjemput pacar nya, menyatakan cinta ter lebih dahulu kepada pacar , dan juga memper baiki gadget yang r usak. Secar a ter sir at, adapun maksud yang seolah olah ingin dipapar kan w artaw an melalui data statistik ter sebut, yaitu per empuan, seolah olah cender ung memilih untuk melayani laki-laki ketika diber ikan pilihan ter baik yang dilakukan, saat memaknai emansipasi ber pacar an.
5.7. Interpretasi Pada Rubrik Deteksi Jawa Pos Edisi Hari Ibu 22 Desember 2012
5.7.1. Ibu sang Pahlawan ( Judul Utama Rubrik ‘DetEksi’ Edisi Hari Ibu 22 Desember 2012) & Lead Berita
5.7.1.1. Posisi Subjek-Objek
Judul utama r ubr ik DetEksi “Ibu sang Pahlaw an”, secar a eksplisit memper lihatkan, bahw a w ar taw an sebagai subjek pencer ita, mengkonstr uksi per empuan, khususnya ibu, sebagai objek pencer itaan yang ber ada pada posisi tinggi.
(18)
18 Ser upa demikian KBBI menjelaskan bahw a, kata “pahlaw an” memiliki definisi, or ang yang menonjol kar ena keber anian dan pengor banannya dalam membela kebenar an; pejuang yang gagah ber ani (KBBI 2011:999). Sejar ah penetapan har i ibu, dan kepahlaw anan per empuan, yang ber ani, tulus, dan dimuliakan, memang memiliki keter kaitan yang sangat er at. Ibu dalam sejar ah penetapan har i ibu, tampak dengan gagah ber ani, memper juangkan hak hak kaum per empuan, di “r uang publik”, kendati telah ber status sebagai istr i.
Ser upa dengan hal ter sebut, Pr inggodigdo&Shadily menjelaskan bahw a, seir ing dengan semakin gencar nya per juangan kaum per empuan, Per ser ikatan Per himpunan Istr i Indonesia (PPII), yang sekaligus menjadi penyelenggar a KPI kedua di Jakar ta Juli 1935. Pada saat itu bahkan menghasilkan beber apa keputusan penting, seper ti misalnya: KPI ber dasar kan r asa kebangsaan, peker jaan sosial, netr al ter hadap agama. Kedudukan per empuan menur ut hukum Islam akan diselidiki dan diusahakan per baikan tanpa menyinggung agama Islam. Per empuan Indonesia sebagai "ibu bangsa" ber kew ajiban menginsyafkan gener asi bar u akan tugas tugas kebangsaannya. Badan Penyelidikan Per bur uhan Per empuan akan didir ikan. Pember antasan buta hur uf dan hubungan dengan per himpunan per himpunan pemuda/ pemudi akan diusahakan oleh tiap per kumpulan yang ber gabung dengan KPI (Pringgodigdo&Shadily 1973:583).
Pada par agr af selanjutnya, ambiguitas mulai muncul, ter utama ketika teks yang ditampilkan, justr u menunjukkan tidak konsistennya gagasan w ar taw an yang bahkan, cender ung ber bias gender . Ibu sebagai tokoh yang sebelumnya ditampilkan pada posisi yang tinggi, dengan cender ung didefinisikan sebagai pahlaw an yang dimuliakan, tulus, ber juang tanpa pamr ih, dan bahkan pember ani untuk mengemukakan pendapatnya di r uang publik, sebagaimana ter cer min dalam sejar ah penetapan har i ibu, justr u tidak ber lanjut pada kalimat ber ikutnya.
KBBI menjelaskan bahw a kata “Banyak”, memiliki ar ti besar jumlahnya; tidak sedikit (KBBI 2011:138). Kemudian kata “banget” menur ut KBBI memiliki definisi sangat (KBBI: 2011:132). Mengacu pada definisi ter sebut, maka pengor banan, yang dalam hal ini dilakukan seor ang Ibu dan bahkan dikatakan sangat banyak, pada akhir nya justr u tidak ber banding lur us dengan gagasan w ar tawan, sebagaimana hanya dinilai dan diasosiasikan dalam 3 hal, yaitu secar a biologis sebagaimana dikatakan dengan mengandung, dan melahir kan, bahkan kemudian dikaitkan dan dianggap hanya memiliki per an untuk mer aw at anaknya hingga dew asa. Ser upa dengan hal ter sebut, Ar ivia
Banyak banget yang ibu kor bankan buat kita. Mulai mengandung, melahir kan, dan mer aw at kita hingga tumbuh besar seper ti sekar ang.
(19)
19 menjelaskan bahw a, feminisme menantang pandangan konser vatif yang meminggir kan per empuan dan pendapat-pendapat yang mengacu pada per anan per empuan yang kodr atiah dan esensialis. Konsep gender disini menjadi penting kar ena mengacu pada soal konstr uksi sosial dan budaya, yang mengimplikasikan bahw a per anan laki-laki dan per empuan bukan ber asal dar i yang kodr atiah / esensial, tetapi dar i str uktur sosial, dan nor ma-nor ma budaya (Ar ivia 2006:95-96).
Mer unut pada ber agam bias yang ter jadi pada teks, dan ber bagai per spektif feminis yang menentang, ketika per empuan, cender ung dinilai secar a biologis, dan kemudian dikaitkan dengan beban per an tertentu. Maka per lu dipahami, bahw a secar a keselur uhan, tokoh ibu yang sedang dibahas dalam judul utama dan lead ber ita, pada akhir nya, cender ung ditampilkan pada posisi r endah sebagai objek, oleh w ar taw an yang ber per an sebagai subjek pencer ita.
5.7.1.2. Posisi Pembaca
War taw an secar a keselur uhan, tampak mengajak khalayak untuk memposisikan dir inya sebagai per empuan, khususnya ibu. Hal demikian, semakin ter lihat ketika ‘Ibu sang Pahlaw an’, menjadi judul utama pember itaan yang diusung w ar taw an. Lebih lanjut, di lead ber ita, sebagaimana khalayak diposisikan sebagai ibu, maka pembaca juga tur ut digir ing oleh w ar taw an, untuk tur ut mer asakan, besar nya kasih dan pengor banan ibu, sebagaimana telah hamil, melahir kan, dan mer aw at anaknya hingga dew asa. Secar a keselur uhan, adapun maksud ter sir at, dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an ter sebut. Sebagai per empuan, menjadi ibu adalah suatu hal yang membanggakan, dan menunjukkan sikap kepahlaw anan seor ang per empuan. Rasa bangga per empuan, ketika menjadi seor ang ibu, bahkan dapat dilihat, dalam kasih dan pengor banan yang tulus kepada anaknya, seper ti mulai mengandung, melahir kan, dan mer aw at anak hingga dew asa.
5.8. Kejutan Spesial di Hari Ibu 5.8.1. Posisi Subjek-Objek
Ber ita per tama di r ubr ik DetEksi edisi har i Ibu, secar a keselur uhan, masih menempatkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita, yang memiliki otor itas ter tinggi untuk mencer itakan dua tokoh per empuan sebagai objek, yaitu Nimas Ror o, dan juga ibunya yang namanya tidak disebutkan dalam ber ita. Sebagai objek pencer itaan, maka secar a keselur uhan Nimas, dan juga ibu, pada akhi r nya cender ung tampil sebagai pihak yang sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang tampak pada kedua objek pencer itaan, bahkan dapat dicer mati sejak par agr af per tama.
(20)
20 Pada par agr af per tama ter sebut, per nyataan Nimas yang ditampilkan w ar taw an, secar a implisit, sar at dengan kondisi yang dibebankan pada seor ang ibu, sebagaimana juga menjadi per hatian dalam feminisme. Bahkan, jika dicer mati secar a mendalam, bias gender tampak ter sir at, saat seor ang ibu, dinilai istimew a dan menjadi pahlaw an, ketika secar a dominan mampu mer aw at anaknya. Lebih lanjut, per an seor ang ibu, seper ti selalu hadir untuk anaknya, ter utama ketika anaknya sedang sakit, dikondisikan untuk selalu sabar , seolah olah senada dengan gambar an yang ker ap lekat pada kar akter istik per an yang dikonstr uksi dalam masyar akat, ter utama masyar akat yang menganut ideologi patr iar ki, mengenai per empuan. Ser upa dengan hal ter sebut, Sir egar menjelaskan bahw a per empuan ker ap menghayati citr a yang dianut laki-laki. Beber apa contoh, misalnya bahw a per empuan har us: sabar , penyayang, pandai mengur us suami, anak-anak, dan r umah tangga, ser ta har us siap melayani siapa saja (Sir egar 1999:1). Di sisi lain per nyataan Nimas yang ditampilkan w ar taw an, bahw a ibu selalu ada untuknya, secar a ter sir at, mendefinisikan, bahw a Nimas adalah per empuan yang tidak mandir i. Ketidakmandir ian Nimas yang ditampilkan w ar taw an, secar a tidak langsung tur ut melanggengkan per empuan, untuk ser upa dengan anggapan masyar ar akat yang ber ideologi bias gender . Senada demikian, Mur niati menjelaskan bahw a, dalam masyar akat yang masih ber ideologi bias gender , per empuan sulit menjadi pr ibadi yang mandir i, sebagaimana selalu dihubungkan dengan keter gantungan pada keluar ga (Mur niati 2004:111).
5.8.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak mengajak khalayak untuk menempatkan dir i sebagai per empuan, di ber ita per tama r ubr ik DetEksi edisi har i Ibu. Hal ter sebut semakin jelas, ketika w ar taw an, menampilkan kisah dar i r esponden per empuan, yaitu Nimas. Sebagai per empuan, khalayak diajak untuk tur ut mer asakan, pengalaman menar ik yang dialami Nimas, saat ingin member i kejutan kepada ibu yang dinilainya sebagai pahlaw an, kar ena selalu ada untuk Nimas, dan bahkan selalu sabar ketika menghadapi Nimas. Adapun kejutan Nimas telah diper siapkan selama satu minggu dengan menyisihkan uang jajan, dan menabung, untuk membeli kado dan kue, tepat sehar i sebelum har i ibu. Secar a keselur uhan, adapun maksud ter sir at, dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an ter sebut. Sebagai per empuan, khalayak diajak untuk memahami, bahw a keter gantungan ter hadap ibu adalah suatu hal yang w ajar . Ter utama juga dapat dipahami, bahw a ibu sebagai per empuan, adalah sosok yang lebih sabar ketika
Buat Nimas Ror o, sisw i SMAN 4 Sur abaya, Ibu adalah pahlaw an. "Iya, ibu itu bener bener pahlaw an buat aku. Dia selalu ada buat aku. Apalagi pas aku lagi sakit, dia selalu sabar menghadapi aku," ujar Nimas.
(21)
21 menghadapi, anaknya saat sakit. Bahkan sebagai sosok yang sabar , dan selalu ada untuk anaknya, maka ibu secar a ideal, dapat dikatakan sebagai pahlaw an.
5.9. Merawat Ibu saat Sakit 5.9.1.Posisi Subjek - Objek
Per an w ar taw an sebagai subjek pencer ita, di ber ita kedua secar a tidak langsung, tur ut mempengar uhi tampilnya tokoh per empuan ber nama Fatimah, dan ibunya sebagai, objek yang dicer itakan ser ta sekaligus sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang secar a ter sir at dialami oleh Fatimah dan ibunya dapat dicer mati pada par agr af per tama.
Secar a implisit, subor dinasi ter hadap Fatimah, telah tampak ketika w ar taw an, member i penjelasan pengor banan ter besar , yang per nah dilakukan Fatimah adalah mer aw at ibunya saat sakit. KBBI menjelaskan bahw a pengor banan memiliki definisi member ikan sesuatu sebagai per nyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya (KBBI 2011:733). Lebih lanjut, pengor banan yang diber ikan Fatimah dalam teks ber ita, bukanlah pengor banan yang biasa, melainkan pengor banan yang paling besar . Mengacu pada ber agam definisi ter sebut, maka ketimpangan semakin tampak, ketika w ar taw an cender ung mengaitkan dan menampilkan pengor banan ter besar yang dilakukan Fatimah dengan per annya di r anah domestik, yaitu mer aw at ibunya saat sakit. Ser upa demikian, Ar ivia menjelaskan bahw a budaya patr iar ki, tur ut ber per an untuk melestar ikan, dan memper tahankan dominasinya, melalui sosialisasi per an mengenai, mitos mitos ibu yang dibebankan, sejak dini pada anak per empuan, seper ti misalnya tur ut melegalkan dikotomi bidang publik, yang ber ur usan dengan dunia luar r umah tangga, dan dunia pr ivat yang ber ur usan di dalam r umah tangga. Kedua dunia ini dipisahkan, melalui adanya pembagian per an dalam dunia ker ja. Misalnya laki-laki ber ur usan dan ber kecimpung dalam r uang publik, dan di sisi lain, per empuan cender ung dibatasi dalam dunia pr ivat (Arivia 2006:454) .
Ber agam ketimpangan, yang ditampilkan w ar tawan sebagai subjek pencer ita, tidak hanya mensubor dinasi Fatimah saja, tetapi juga ibunya. Secar a implisit, per nyataan Fatimah, yang ditampilkan w ar taw an, tur ut menjelaskan bahw a, ibu sebagai pahlaw an yang sar at dengan per juangan gagah ber ani, pada akhir nya justr u ber banding ter balik,
Ber beda dengan Nimas, Fatimah punya pengalaman lain. Yap Fatimah Har um Adiba, sisw i SMKN 1 Sur abaya, menganggap bahw a ibu itu mer upakan sosok yang sangat hebat. Pengor banan ter besar yang per nah dilakukan Fatimah adalah mer aw at ibunya saat sakit."Dulu per nah ibu sakit, ter us aku yang mer aw atnya. Mulai membuatkan makanan, mengur us obat ibu, hingga menyelesaikan peker jaan r umah," katanya.
(22)
22 sebagaimana cender ung lemah, dan tidak ber daya secar a fisik, sehingga tidak mampu melakukan aktifitasnya. Ketidakber dayaan dan lemahnya fisik ibu, bahkan secar a ter sir at, dijelaskan dalam detail kr onologi aktifitas Fatimah, yang ditampilkan w ar taw an. Sebagaimana, ibu tidak mampu membuatkan makanan, sehingga Fatimah har us membuatkan makanan, ibu tidak mampu mengur us obatnya sendir i, sehingga Fatimah har us mengur us obatnya, dan bahkan yang ter akhir , ibu tidak mampu menyelesaikan peker jaan r umah, sehingga Fatimah yang menggantikannya.
5.9.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir inya sebagai per empuan. Indikasi ter sebut semakin jelas, ketika di ber ita kedua, w ar taw an menampilkan kisah yang dialami per empuan, yaitu Fatimah, dalam membalas pengor banan yang telah dilakukan ibunya. Mer unut pada keselur uhan teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an, dan sekaligus menempatkan khalayak sebagai per empuan, maka per lu dipahami, bahw a ter dapat maksud ter sir at yang ingin disampaikan. Sebagai per empuan, per lu dipahami bahw a pengor banan per empuan yang ter besar , adalah ketika mampu melakukan per annya di r anah domestik, seper ti mer aw at ibu saat sakit. 5.10. Mendamaikan Ibu dan Ayah
5.10.1. Posisi Subjek-Objek
Ber ita ketiga di r ubr ik DetEksi, edisi har i ibu, sekaligus ber ita ter akhir , tampak masih didominasi oleh w ar taw an yang ber per an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus menempatkan tiga tokoh sebagai objek pencer itaan, yaitu dua per empuan Igga serta ibunya, dan seor ang laki-laki yaitu ayah Igga. Seper ti dua ber ita sebelumnya, per empuan masih tampil sebagai pihak yang sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang dialami pada dua tokoh per empuan, dapat dicer mati pada tampilan teks ber ita, yang dimuat w ar taw an.
Secar a ter sir at bentuk subor dinasi yang dilanggengkan dan ditampilkan w ar taw an, dengan memuat per nyataan Igga, mulai tampak ketika, w ujud pengor banan Igga, pada akhir nya cender ung dikonstr uksi war taw an, sebagai pengalaman yang menar ik. Bentuk subor dinasi ter sebut, semakin ber lanjut, ketika keber anian dan per an positif Igga, dalam mendamaikan Ayah dan Ibunya, cender ung samar , kar ena w ar taw an
Igga punya pengalaman menar ik soal ber kor ban untuk ibunya. Pada suatu har i, ibunya per nah ber tengkar dengan ayahnya."Habis itu ibu menangis, sontak aku kaget dan nggak tega. Akhir nya, aku samper in ibu. Saat itu pula ibu ber cer ita tentang masalah beliau dengan ayah," ungkap anak yang hobi membaca novel ter sebut. Akhir nya, ber kat usahaku, ayah mengalah dan mer eka ber baikan,"
(23)
23 seolah olah kur ang ter tar ik, untuk mengungkapkan secar a detail, w ujud usaha yang dilakukan Igga. Tidak ber beda dengan Igga, ibu juga cender ung ber ada di posisi yang r endah, yaitu sebagai pihak yang kalah dan emosional. Ibu bahkan, pada akhir nya hanya bisa mer atapi kekalahannya, dengan menangis. Kekalahan ibu, yang kemudian hanya ber lanjut, dengan menangis, secar a implisit, cender ung ber beda dengan, definisi ibu sebagai pahlaw an, dan bahkan ber banding ter balik, dengan sejar ah ditetapkannya har i ibu, sebagaimana sar at dengan keber anian, dan per juangan per empuan, yang bahkan memiliki pengar uh di r uang publik. Di sisi lain, meskipun Ayah dalam teks ter sebut, ditampilkan mengalah, namun per lu dipahami bahw a, mengalah dalam definisi KBBI ber ar ti sengaja untuk kalah (KBBI 2011:606). Dengan kata lain, sikap mengalah yang ditampilkan seor ang ayah, justr u menjelaskan bahw a, Ayah adalah tokoh yang secar a bijaksana, mau mer espon usaha ter tentu yang dilakukan anaknya.
Secar a keselur uhan, Ber agam nilai-nilai bias gender , dan sar at ster eotipe, yang ditampilkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita ter hadap ibu, secar a implisit tur ut melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada dalam subor dinasi. Ser upa demikian, Sunar to (Poespodihar djo 2010:15) menjelaskan bahw a, media ker ap, melekatkan per empuan dalam suatu ster eotipe, yang timpang, seperti per an per empuan sebagai ibu r umah tangga, posisi sosial sebagai pendamping laki-laki, dan pengasuh anak, ser ta sifat per sonal sebagai per empuan emosional, pengalah, dan pasif.
5.10.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak, masih mengajak khalayak untuk menempatkan dir i sebagai per empuan. Hal demikian, semakin jelas, ket ika w ar taw an menampilkan kisah r esponden per empuan, yaitu Igga. Sebagai per empuan, khalayak tur ut diajak untuk mer asakan, pengalaman Igga yang sangat dekat, dengan ibunya. Lebih lanjut, khalayak digir ing untuk ikut mer asa iba, saat Igga melihat Ibunya, yang hanya bisa menangis, ketika ber tengkar dengan Ayah. Secar a keselur uhan, dapat dicer mati, bahw a ter dapat maksud ter sir at, yang dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an. Sebagai per empuan, khalayak dituntun untuk memahami, bahw a, ibu adalah sosok yang emosional, dan bahkan hanya bisa menangis saat, kalah dalam ber bantah dengan ayah. Adapun sebagai anak per empuan, jangan r agu saat i ngin mendamaikan ayah dengan ibu, sebab Ayah, adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan, ter utama ketika ber kaitan dengan anaknya.
(24)
24 5.11. Statistik ResponDet Edisi Hari Ibu
5.11.1. Posisi Subjek-Objek
Tidak ber beda dengan analisis pada ber ita, tampilnya w ar taw an sebagai subjek pencer ita di papar an data statistik r espondet har i ibu, secar a tidak langsung, membuat selur uh r esponden yang ter libat, pada polling, yaitu laki-laki dan per empuan, tampil sebagai objek pencer itaan. Per lu dicer mati bahw a meskipun secar a ber sama sama ditampilkan sebagai objek yang ber kesempatan untuk mengikuti polling. Namun demikian, ketimpangan ter lihat ketika, per tanyaan yang diajukan w ar taw an, seolah olah tur ut melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada pada posisi yang disubor dinasi.
KBBI menjelaskan bahw a r eaksi memiliki ber agam definisi, kendati demikian, melihat pada konteks per tanyaan yang diajukan war taw an, maka r eaksi senada dengan penger tian tanggapan atau r espons ter hadap suatu aksi (KBBI 2011:1150). Per lu dipahami, bahw a satu diantar a tiga pilihan jaw aban yang diber ikan w artaw an, secar a implisit, tur ut melanggengkan ketidakadilan gender , yang sar at subor dinasi ter hadap per empuan. Reaksi ibu, ketika hanya bisa menangis ter har u, ketika menyadar i anaknya telah melakukan pengor banan, seolah olah cender ung menampilkan bahw a per empuan, yaitu ibu adalah sosok yang cengeng. Ser upa demikian Ghalib&Anshor menjelaskan bahw a ketidakadilan gender ker ap ter jadi, saat sosialisasi kepr ibadian nilai nilai yang dikondisikan pada per empuan, sebagaimana har us dengan kepr ibadian yang feminim, seper ti lemah lembut, halus, penyayang, dan cengeng (Ghalib&Anshor 2010:68).Tidak hanya ibu, yang secar a ter sir at tampak ditampilkan secar a timpang oleh w ar taw an. Responden per empuan yang mew akili suar a per empuan, juga mengalami ketidakadilan yang sama, ter utama ketika, per lu dipahami, bahw a dengan metode closed question, yang digunakan w ar taw an, r esponden per empuan tidak memiliki kebebasan, untuk memilih r eaksi yang dilakukan tokoh per empuan lain, yaitu ibu, ketika menyadar i per ngor banan anaknya.
5.11.2. Posisi Pembaca
War taw an sebagai subjek pencer ita, cender ung mengajak khalayak untuk memposisikan dir inya sebagai per empuan, yaitu ibu. Lebih lanjut, hal ter sebut semakin jelas, ketika w ar taw an tur ut menggir ing khalayak untuk mer asakan, bahw a ketika seor ang ibu menyadar i pengor banan yang dilakukan seor ang ibu, maka kemudian ibu
Bagaimana r eaksi ibumu? Mendoakan 49%
Menangis ter har u 17,5% Ter kejut 14,4%
(25)
25 cender ung mer esponnya dengan mendoakan, menangis ter har u, dan menangis. Secar a keselur uhan, adapun maksud ter sir at yang ingin disampaikan w ar taw a pada data statistik r esponden, yaitu seor ang ibu, adalah sosok yang tidak mampu member ikan r espon yang lebih kepada anaknya. Ibu ber beda dengan Ayah, kar ena ibu hanya bisa mendoakan, menangis ter har u, dan ter kejut, ketika membalas budi anaknya.
6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Saat melakukan penelitian Analisis Wacana Kr itis Sar a Mills, pada r ubr ik DetEksi, peneliti mendapatkan beber apa kesimpulan:
1. Subor dinasi per empuan tampak menjadi w acana pada r ubr ik DetEksi Jaw a Pos, melalui pemosisian per empuan, sebagai objek dalam komer sialisasi "r uang publik".
2. Pemosisian per empuan yang sar at dengan subor dinasi, tampak pada:
a. Tema Pember itaan yang ditampilkan oleh r ubr ik DetEksi Jaw a Pos.
b. Teks ber ita yang memuat 6 kisah Responden per empuan.
c. Beber apa per tanyaan dan pilihan jaw aban yang diajukan pada r esponden,
sebagaimana dapat dilihat dalam data statistik r esponden.
3. Subor dinasi per empuan yang seolah olah dilanggengkan r ubr ik DetEksi, tur ut menunjukkan bahw a r ubr ik DetEksi, bukanlah r ubr ik yang netr al.
4. "Ruang Publik" yang difasilitasi oleh r ubr ik DetEksi, sar at dengan inter vensi, sedangkan r esponden atau khalayak, tidak diber ikan kebebasan untuk membentuk opininya sendiri.
6.2. Saran
Ber kaitan dengan penelitian w acana subor dinasi per empuan dalam komer sialisasi "r uang publik", maka sar an yang dapat diber ikan peneliti adalah:
1. Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang digemar i oleh tar get pembaca dengan usia r elatif muda, maka r ubr ik DetEksi, hendaknya mensosialisasikan nilai-nilai gender secar a ber imbang, antar a laki-laki, dan per empuan.
(26)
26 2. Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang memfasilitasi "r uang publik" bagi pembacanya, maka hendaknya r ubr ik DetEksi member ikan kebebasan bagi r esponden untuk, benar benar leluasa mengemukakan pendapatnya, tanpa diinter vensi.
DAFTAR PUSTAKA
Administr ation, Feder al Aviation.2009. Pilot 's Handbook of Aer onaut ical Knowledge. Washington: United States Gover ment Pr inting Office.
Ar ivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kat a Hat i. Jakar ta: Kompas Media Nusantar a. Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Er iyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengant ar Analisis Teks Media. Yogyakar ta: LKiS. Ghalib, Abdullah& Ulfah,Mar ia.2010. Par ent ing wit h Love. Bandung: Pener bit Mizania. Gr amedia Pustaka Utama.
Har diman, Budi F. 2005. Ruang Publik. Yogyakar ta: Kanisius.
Hill, Elizabeth& Mc Cor mack,Br enda. 2007. Conduct ing a Sur vey: The Spss Wor kbook. London: Inter national Thomson Business Pr ess.
Jackson, Stevi dan Jones, Jackie. 2009 . Pengant ar Teor i-Teor i Feminis Kont empor er. Yogyakar ta: Jalasutr a
Kuntjar a, Esther .2003. Gender , Bahasa, Dan Kekuasaan. Jakar ta: Gunung Mulia. Mc Quail, Denis. 2011. Teor i Komunikasi Massa. Jakar ta: Salemba.
Mur niati, Nunuk.2004. Get ar Gender , Buku Per t ama. Magelang: Yayasan Indonesia Ter a. Nur udin. 2007. Pengant ar Komunikasi Massa. Jakar ta: Rajaw ali Per s.
Poespodihar djo, Widodo. 2010. Beyond Bor der s Communicat ion Moder nit y & Hist or y. Jakar ta: STIKOM The London School of Public Relations.
Pr inggodigdo, A.G dan Shadily, Hassan.1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakar ta:Kanisius. Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakar ta: PT
(27)
27 Tebba, Sudir man. 2005. Jur nalist ik Bar u. Jakar ta: Kalam Indonesia.
Wiliam-de Vr ies.2006. Gender bukan t abu Cat at an per jalanan fasilit asi kelompok per empuan di Jambi. Bogor :Center for International For estr y Resear ch.
Sumber Lain
Dee/ Kkn. 2010. ‘DETEKSI’ DECADE.Jaw a Pos. Sur abaya diunduh pada 5 Januar i 2013 pukul 19.00 WIB
http:/ / w ww .bps.go.id/ tab_sub/ view .php?kat=1&tabel=1&daftar =1&id_subyek=27¬a b=36 diunduh pada 17 September 2012 pukul 19.30 WIB
http:/ / w ww .deplu.go.id/ Lists/ News/ DispFor m.aspx?ID=5207&l=en diunduh pada 12 Desember 2012 pukul 09.20 WIB
http:/ / female.kompas.com/ r ead/ 2012/ 02/ 10/ 11491514/ 3.Manfaat.Cinta.Buku.untuk.S i.Kecil diunduh pada 17 September 2012 pukul 19.40 WIB
http:/ / w ww .indopos.co.id/ index.php/ index-catatan-don-kar dono/ 17340-pembaca-muda-sur abaya-jadi-inspir asi.html diunduh pada 18 September 2012 pukul 08.34 WIB
http:/ / w ww .jaw apos.com/ new s/ new s_detail.php?id_cnew s=45 diunduh pada 18 September 2012 pukul 08.40 WIB
http:/ / w ww .menegpp.go.id/ aplikasidata/ index.php?option=com_content&view =ar ticle &id=98:subor dinasi&catid=52:bentuk-ketidakadilan-gender &Itemid=108 diunduh pada 2 Desember 2012 pukul 21.00 WIB
(1)
22
sebagaimana cender ung lemah, dan tidak ber daya secar a fisik, sehingga tidak mampu
melakukan aktifitasnya. Ketidakber dayaan dan lemahnya fisik ibu, bahkan secar a
ter sir at, dijelaskan dalam detail kr onologi aktifitas Fatimah, yang ditampilkan w ar taw an.
Sebagaimana, ibu tidak mampu membuatkan makanan, sehingga Fatimah har us
membuatkan makanan, ibu tidak mampu mengur us obatnya sendir i, sehingga Fatimah
har us mengur us obatnya, dan bahkan yang ter akhir , ibu tidak mampu menyelesaikan
peker jaan r umah, sehingga Fatimah yang menggantikannya.
5.9.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak masih mengajak khalayak untuk memposisikan dir inya
sebagai per empuan. Indikasi ter sebut semakin jelas, ketika di ber ita kedua, w ar taw an
menampilkan kisah yang dialami per empuan, yaitu Fatimah, dalam membalas
pengor banan yang telah dilakukan ibunya. Mer unut pada keselur uhan teks ber ita yang
ditampilkan w ar taw an, dan sekaligus menempatkan khalayak sebagai per empuan, maka
per lu dipahami, bahw a ter dapat maksud ter sir at yang ingin disampaikan. Sebagai
per empuan, per lu dipahami bahw a pengor banan per empuan yang ter besar , adalah
ketika mampu melakukan per annya di r anah domestik, seper ti mer aw at ibu saat sakit.
5.10. Mendamaikan Ibu dan Ayah
5.10.1. Posisi Subjek-Objek
Ber ita ketiga di r ubr ik DetEksi, edisi har i ibu, sekaligus ber ita ter akhir , tampak
masih didominasi oleh w ar taw an yang ber per an sebagai subjek pencer ita, dan sekaligus
menempatkan tiga tokoh sebagai objek pencer itaan, yaitu dua per empuan Igga serta
ibunya, dan seor ang laki-laki yaitu ayah Igga. Seper ti dua ber ita sebelumnya, per empuan
masih tampil sebagai pihak yang sar at dengan subor dinasi. Subor dinasi yang dialami
pada dua tokoh per empuan, dapat dicer mati pada tampilan teks ber ita, yang dimuat
w ar taw an.
Secar a ter sir at
bentuk subor dinasi yang dilanggengkan dan ditampilkan
w ar taw an, dengan memuat per nyataan Igga, mulai tampak ketika, w ujud pengor banan
Igga, pada akhir nya cender ung dikonstr uksi war taw an, sebagai pengalaman yang
menar ik. Bentuk subor dinasi ter sebut, semakin ber lanjut, ketika keber anian dan per an
positif Igga, dalam mendamaikan Ayah dan Ibunya, cender ung samar , kar ena w ar taw an
Igga punya pengalaman menar ik soal ber kor ban untuk ibunya. Pada
suatu har i, ibunya per nah ber tengkar dengan ayahnya."Habis itu ibu
menangis, sontak aku kaget dan nggak tega. Akhir nya, aku samper in
ibu. Saat itu pula ibu ber cer ita tentang masalah beliau dengan ayah,"
ungkap anak yang hobi membaca novel ter sebut. Akhir nya, ber kat
usahaku, ayah mengalah dan mer eka ber baikan,"
(2)
23
seolah olah kur ang ter tar ik, untuk mengungkapkan secar a detail, w ujud usaha yang
dilakukan Igga. Tidak ber beda dengan Igga, ibu juga cender ung ber ada di posisi yang
r endah, yaitu sebagai pihak yang kalah dan emosional. Ibu bahkan, pada akhir nya hanya
bisa mer atapi kekalahannya, dengan menangis. Kekalahan ibu, yang kemudian hanya
ber lanjut, dengan menangis, secar a implisit, cender ung ber beda dengan, definisi ibu
sebagai pahlaw an, dan bahkan ber banding ter balik, dengan sejar ah ditetapkannya har i
ibu, sebagaimana sar at dengan keber anian, dan per juangan per empuan, yang bahkan
memiliki pengar uh di r uang publik. Di sisi lain, meskipun Ayah dalam teks ter sebut,
ditampilkan mengalah, namun per lu dipahami bahw a, mengalah dalam definisi KBBI
ber ar ti sengaja untuk kalah (KBBI 2011:606). Dengan kata lain, sikap mengalah yang
ditampilkan seor ang ayah, justr u menjelaskan bahw a, Ayah adalah tokoh yang secar a
bijaksana, mau mer espon usaha ter tentu yang dilakukan anaknya.
Secar a keselur uhan, Ber agam nilai-nilai bias gender , dan sar at ster eotipe, yang
ditampilkan w ar taw an sebagai subjek pencer ita ter hadap ibu, secar a implisit tur ut
melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada dalam subor dinasi. Ser upa
demikian, Sunar to (Poespodihar djo 2010:15) menjelaskan bahw a, media ker ap,
melekatkan per empuan dalam suatu ster eotipe, yang timpang, seperti per an per empuan
sebagai ibu r umah tangga, posisi sosial sebagai pendamping laki-laki, dan pengasuh
anak, ser ta sifat per sonal sebagai per empuan emosional, pengalah, dan pasif.
5.10.2. Posisi Pembaca
War taw an tampak, masih mengajak khalayak untuk menempatkan dir i sebagai
per empuan. Hal demikian, semakin jelas, ket ika w ar taw an menampilkan kisah
r esponden per empuan, yaitu Igga. Sebagai per empuan, khalayak tur ut diajak untuk
mer asakan, pengalaman Igga yang sangat dekat, dengan ibunya. Lebih lanjut, khalayak
digir ing untuk ikut mer asa iba, saat Igga melihat Ibunya, yang hanya bisa menangis,
ketika ber tengkar dengan Ayah. Secar a keselur uhan, dapat dicer mati, bahw a ter dapat
maksud ter sir at, yang dar i konstr uksi teks ber ita yang ditampilkan w ar taw an. Sebagai
per empuan, khalayak dituntun untuk memahami, bahw a, ibu adalah sosok yang
emosional, dan bahkan hanya bisa menangis saat, kalah dalam ber bantah dengan ayah.
Adapun sebagai anak per empuan, jangan r agu saat i ngin mendamaikan ayah dengan ibu,
sebab Ayah, adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan, ter utama ketika
ber kaitan dengan anaknya.
(3)
24
5.11. Statistik ResponDet Edisi Hari Ibu
5.11.1. Posisi Subjek-Objek
Tidak ber beda dengan analisis pada ber ita, tampilnya w ar taw an sebagai subjek
pencer ita di papar an data statistik r espondet har i ibu, secar a tidak langsung, membuat
selur uh r esponden yang ter libat, pada polling, yaitu laki-laki dan per empuan, tampil
sebagai objek pencer itaan. Per lu dicer mati bahw a meskipun secar a ber sama sama
ditampilkan sebagai objek yang ber kesempatan untuk mengikuti polling. Namun
demikian, ketimpangan ter lihat ketika, per tanyaan yang diajukan w ar taw an, seolah olah
tur ut melanggengkan per empuan, khususnya ibu untuk ber ada pada posisi yang
disubor dinasi.
KBBI menjelaskan bahw a r eaksi memiliki ber agam definisi, kendati demikian,
melihat pada konteks per tanyaan yang diajukan war taw an, maka r eaksi senada dengan
penger tian tanggapan atau r espons ter hadap suatu aksi (KBBI 2011:1150). Per lu
dipahami, bahw a satu diantar a tiga pilihan jaw aban yang diber ikan w artaw an, secar a
implisit, tur ut melanggengkan ketidakadilan gender , yang sar at subor dinasi ter hadap
per empuan. Reaksi ibu, ketika hanya bisa menangis ter har u, ketika menyadar i anaknya
telah melakukan pengor banan, seolah olah cender ung menampilkan bahw a per empuan,
yaitu ibu adalah sosok yang cengeng. Ser upa demikian Ghalib&Anshor menjelaskan
bahw a ketidakadilan gender ker ap ter jadi, saat sosialisasi kepr ibadian nilai nilai yang
dikondisikan pada per empuan, sebagaimana har us dengan kepr ibadian yang feminim,
seper ti lemah lembut, halus, penyayang, dan cengeng (Ghalib&Anshor 2010:68).Tidak
hanya ibu, yang secar a ter sir at tampak ditampilkan secar a timpang oleh w ar taw an.
Responden per empuan yang mew akili suar a per empuan, juga mengalami ketidakadilan
yang sama, ter utama ketika, per lu dipahami, bahw a dengan metode closed question,
yang digunakan w ar taw an, r esponden per empuan tidak memiliki kebebasan, untuk
memilih r eaksi yang dilakukan tokoh per empuan lain, yaitu ibu, ketika menyadar i
per ngor banan anaknya.
5.11.2. Posisi Pembaca
War taw an sebagai subjek pencer ita, cender ung mengajak khalayak untuk
memposisikan dir inya sebagai per empuan, yaitu ibu. Lebih lanjut, hal ter sebut semakin
jelas, ketika w ar taw an tur ut menggir ing khalayak untuk mer asakan, bahw a ketika
seor ang ibu menyadar i pengor banan yang dilakukan seor ang ibu, maka kemudian ibu
Bagaimana r eaksi ibumu?
Mendoakan 49%
Menangis ter har u 17,5%
Ter kejut 14,4%
(4)
25
cender ung mer esponnya dengan mendoakan, menangis ter har u, dan menangis. Secar a
keselur uhan, adapun maksud ter sir at yang ingin disampaikan w ar taw a pada data
statistik r esponden, yaitu seor ang ibu, adalah sosok yang tidak mampu member ikan
r espon yang lebih kepada anaknya. Ibu ber beda dengan Ayah, kar ena ibu hanya bisa
mendoakan, menangis ter har u, dan ter kejut, ketika membalas budi anaknya.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Saat melakukan penelitian Analisis Wacana Kr itis Sar a Mills, pada r ubr ik DetEksi,
peneliti mendapatkan beber apa kesimpulan:
1.
Subor dinasi per empuan tampak menjadi w acana pada r ubr ik DetEksi Jaw a Pos,
melalui pemosisian per empuan, sebagai objek dalam komer sialisasi "r uang
publik".
2.
Pemosisian per empuan yang sar at dengan subor dinasi, tampak pada:
a.
Tema Pember itaan yang ditampilkan oleh r ubr ik DetEksi Jaw a Pos.
b.
Teks ber ita yang memuat 6 kisah Responden per empuan.
c.
Beber apa per tanyaan dan pilihan jaw aban yang diajukan pada r esponden,
sebagaimana dapat dilihat dalam data statistik r esponden.
3.
Subor dinasi per empuan yang seolah olah dilanggengkan r ubr ik DetEksi, tur ut
menunjukkan bahw a r ubr ik DetEksi, bukanlah r ubr ik yang netr al.
4.
"Ruang Publik" yang difasilitasi oleh r ubr ik DetEksi, sar at dengan inter vensi,
sedangkan r esponden atau khalayak, tidak diber ikan kebebasan untuk membentuk
opininya sendiri.
6.2.
Saran
Ber kaitan
dengan
penelitian
w acana
subor dinasi
per empuan
dalam
komer sialisasi "r uang publik", maka sar an yang dapat diber ikan peneliti adalah:
1.
Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang digemar i oleh tar get pembaca dengan usia
r elatif muda, maka r ubr ik DetEksi, hendaknya mensosialisasikan nilai-nilai gender
secar a ber imbang, antar a laki-laki, dan per empuan.
(5)
26
2.
Sebagai suatu kar ya jur nalistik, yang memfasilitasi "r uang publik" bagi
pembacanya, maka hendaknya r ubr ik DetEksi member ikan kebebasan bagi
r esponden untuk, benar benar leluasa mengemukakan pendapatnya, tanpa
diinter vensi.
DAFTAR PUSTAKA
Administr ation, Feder al Aviation.2009.
Pilot 's Handbook of Aer onaut ical Knowledge.
Washington: United States Gover ment Pr inting Office.
Ar ivia, Gadis. 2006.
Feminisme: Sebuah Kat a Hat i. Jakar ta: Kompas Media Nusantar a.
Effendy, Onong Uchjana. 1989.
Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Er iyanto. 2001.
Analisis Wacana: Pengant ar Analisis Teks Media. Yogyakar ta: LKiS.
Ghalib, Abdullah& Ulfah,Mar ia.2010.
Par ent ing wit h Love. Bandung: Pener bit Mizania.
Gr amedia Pustaka Utama.
Har diman, Budi F. 2005.
Ruang Publik. Yogyakar ta: Kanisius.
Hill, Elizabeth& Mc Cor mack,Br enda. 2007.
Conduct ing a Sur vey: The Spss Wor kbook.
London: Inter national Thomson Business Pr ess.
Jackson, Stevi dan Jones, Jackie. 2009 .
Pengant ar Teor i-Teor i Feminis Kont empor er.
Yogyakar ta: Jalasutr a
Kuntjar a, Esther .2003.
Gender , Bahasa, Dan Kekuasaan. Jakar ta: Gunung Mulia.
Mc Quail, Denis. 2011.
Teor i Komunikasi Massa. Jakar ta: Salemba.
Mur niati, Nunuk.2004.
Get ar Gender , Buku Per t ama. Magelang: Yayasan Indonesia Ter a.
Nur udin. 2007.
Pengant ar Komunikasi Massa. Jakar ta: Rajaw ali Per s.
Poespodihar djo, Widodo. 2010.
Beyond Bor der s Communicat ion Moder nit y & Hist or y.
Jakar ta: STIKOM The London School of Public Relations.
Pr inggodigdo, A.G dan Shadily, Hassan.1973.
Ensiklopedi Umum. Yogyakar ta:Kanisius.
Pusat Bahasa. 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakar ta: PT
(6)
27