1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya, yang menjadi daya tarik serta pembeda budaya Indonesia dengan negara
lainnya salah satunya pada aspek kesenian. Di Indonesia hasil kesenian merupakan perwujudan dari bentuk-bentuk dan penampilan ekspresif masyarakat
serta wujud dari sebuah aktivitas budaya yang terbentuk dari gagasan masyarakat sebagai subjek penggerak, pemeliharaan dan pengembangan dari kesenian itu
sendiri. Keanekaragaman kesenian daerah didasarkan oleh letak geografis, sejarah serta pengaruh eksistensi masyarakat yang berbeda.
Kesenian terdiri dari berbagai cabang seperti seni musik, seni rupa, seni kriya dan seni tari. Seni merupakan bagian yang sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan rohani sebagai makhluk hidup yang memerlukan keindahan Koentjaraningrat, 1990: 204. Seni tari menjadi suatu alat ekspresi dan
komunikasi berupa bahasa gerak yang secara universal dapat dilakukan dan dinikmati oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja Soedarsono, 1978: 5.
Dari berbagai macam fungsinya selain tari sebagai sarana upacara, juga sebagai hiburan, sarana pergaulan, sarana pertunjukan dan sarana media
pembelajaran Wardhana, 1990: 21. Tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam
suatu kehidupan masyarakat yang bersifat turun temurun dari generasi kegenerasi
berikutnya yang sampai saat ini berfungsi sebagai upacara ritual yang pada umumnya bersifat sakral dan magis.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menjadi bagian dari keanekaragaman kesenian di Indonesia.
Seni tari di Bangka Belitung memiliki sebuah tarian yang ditujukan sebagai tari upacara, tepatnya di desa Lampur kecamatan Sungai Selan, kabupaten Bangka
Tengah terdapat upacara adat Taber Darat yang merupakan salah satu ritual adat masyarakat kepulauan Bangka sejak tahun 1974 sebagai kearifan lokal nenek
moyang masyarakat Bangka. Upacara tari Taber darat ini dipercaya oleh masyarakat setempat dapat membersihkan lahan dari makhluk gaib sebelum
lahan tersebut digunakan. Dari bentuk upacara adat yang sederhana munculah sebuah ide kreativitas bapak Wahar Saxsono untuk mengemas sebuah upacara
adat dalam bentuk sajian tari. Tari Taber Darat ditarikan oleh 23 penari, yang terdiri atas 13 penari laki-
laki dan 11 orang penari perempuan. Setiap perpindahan gerakan dilihat dari pola- pola pengembangannya yang terletak pada jumlah penari, gerak, musik, pola
lantai, tempat pertunjukkan, rias dan busana, dan properti tari Taber Darat. Terlepas dari keunikan tari Taber Darat sebagai upacara adat, eksistensi
tari Taber Darat yang sedikit demi sedikit mulai menghilang dari kebiasaan masyarakat karena kemajuan zaman serta tidak adanya regenerasi menjadi dasar
utama perlunya dilakukan penelitian sejauh mana proses pembuatan tari dan mengkaji lebih dalam tari Taber Darat.
B. Rumusan Masalah