PERSEPSI DAN PARTISIPASO MASYRAKT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DI KABUPATEN MESUJI (Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya

(1)

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

(PNPM Mandiri) DI KABUPATEN MESUJI (Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya)

Oleh Agung Wihandoko

PNPM Mandiri merupakan program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang didasarkan pada prinsipdasar, pendekatan, dan strategipembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemerintah dan beberapa lembaga penelitianmenyatakan keberhasilan PNPM Mandiri dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Namun pada sisi lain terdapat pula kegagalan dan berbagai permasalahan ditemui dalam pelaksanaan PNPM Mandiri di Indonesia. Persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandirimerupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinanberbasis pemberdayaan masyarakat pada suatu wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian dan evaluasi terhadap persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaanPNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji.Persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya terhadap PNPM Mandiri dinilai berdasarkan pernyataan responden terpilih terhadap tujuan dan prinsip dasar PNPM Mandiriyang disusun dalam lima skala psikometri"Likert Scale". Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan partisipatif PNPM Mandiri didasarkan pada teori tipologi delapan tangga partisipasi Arnstein.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya terhadap PNPM Mandiri berada dalam kategori baik. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri berada pada kriteria Penentraman (Placation).Persepsi yang baik dan tingkat partisipasi yang berada pada derajat Penentraman (Placation)mendukung keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri. Keberhasilan PNPM Mandirisebagai program pengentasan kemiskinandi Kecamatan Tanjungraya itu sendiri tentunya berpengaruh terhadap pengurangan angka kemiskinan di Kecamatan Tanjungraya.


(3)

MASYARAKAT MANDIRI (PNPM Mandiri)

DI KABUPATEN MESUJI

(Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya)

(Tesis)

Oleh

Agung Wihandoko

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Tesis ini Saya persembahkan kepada kedua Orang Tua, Istri dan Anak-anakku tercinta, seluruh keluarga besar, sahabat-sahabatku di HMI, Pro-Strategic, Mesuji,


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang tanggal 30 September 1979, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sukadji dan Ibu Siti Fatimah. Pendidikan pertama penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 6 Merak Batin Natar, lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar Lampung Selatan, dan lulus pada tahun 1994, yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada SMU Negeri 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1997.

Pada Tahun 1997, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen, Koperasi Mahasiwa Unila dan Organisasi Ekternal Kampus yaitu pada Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi Unila.

Selepas penulis menyelesaikan pendidikan sarjana, pada Tahun 2002, Penulis bekerja pada salah satu Perusahaan Joint Venture di Bandar Lampung yaitu PT. Sarana Lampung Ventura sampai Tahun 2009. Saat ini Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Pada Tahun 2011, Penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan pascasarjana pada program Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis dengan judul “Persepsi Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) di Kabupaten Mesuji (Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya), merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Pascasarjana Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.

Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna bahwa ilmu dan pengetahuan itu harus terus dikejar dan penulis sadar betul bahwa ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki saat ini masih sangat terbatas. Bimbingan, teladan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi sekaligus Dosen Pembimbing.

3. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku dosen penguji utama. 4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku dosen Pembimbing.


(10)

5. Bapak Ibu Dosen Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Lampung. 6. Seluruh Staf dan Karyawan Program Pascasarja Ilmu Ekonomi, khususnya

Bang Sahidin.

7. Kepala Bappeda Kabupaten Mesuji Bapak Sukarman, S.H., beserta seluruh senior dan rekan-rekan Bappeda Kabupaten Mesuji, Kepala BPKAD Kabupaten Mesuji Bapak Adi Sukamto, S.Pd., Sekretaris Dispenda Kabupaten Mesuji Bapak Sayid Nasir, S.E., M.AP., Marzuki S.E., dan seluruh rekan-rekan di Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang telah menanamkan kepada penulis tentang pentingnya pendidikan.

9. Istri tercinta Nurlaila yang sudah dengan sabar dan cinta mendampingi hidup penulis, anak-anak Nia Ramadhina Putri Agung dan Fani Afnanjannati Putri Agung semoga menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada Agama, kedua orang tua, Bangsa dan Negara.

10.Keluarga besar yang sudah memberikan support dan doa dalam penyelesaian tesis ini.

11.Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Lampung angkatan I, Bang Rizal, Sentri, Fajri, Deris, Ponco, Bule, Yudha, Mbak Santi, Mbak Tanti, Resha, Kiki, Tika, Risa dan Hellen.

12.Teman-teman Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi angkatan 2 dan 3.


(11)

13.Teman Diskusi tesis Hendra Prasetya dan Mas Dedi yang sudah meluangkan waktu untuk diskusi tentang tesis ini, teman-teman di Pro-Strategic Gunter Dr. Ayi Ahadiyat, S.E., M.B.A., Saring Suhendro, S.E., M.Si, Usep Saifudin, S.E., M.Si., Fitra Dharma, S.E. M.Si., Kanda Maulana Rochdiyat, Ipal, Agung, Bowo, Guntur, O’e dan rekan-rekan HMI Komisariat Ekonomi.

14.Semua Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Masyarakat ... 17

B. Pemberdayaan Masyarakat... 19

1.Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.Tujuan dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat ... 20

C. Partisipasi Masyarakat ... 23

1.Pengertian Partisipasi ... 23

2.Jenis-jenis Partisipasi ... 30

3.Derajat Partisipasi ... 32

4.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat ... 35

D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ... 36

1.Tujuan PNPM Mandiri ... 37

2.Prinsip-prinsip PNPM Mandiri ... 38

3.Pendekatan PNPM Mandiri ... 40

4.Ruang Lingkup PNPM Mandiri ... 41

5.Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri ... 41

E. Penelitian Terdahulu ... 56

F. Kerangka Pikir Penelitian ... 59

III.METODE PENELITIAN A. Definisi dan Indikator Variabel ... 62

1.Definisi Variabel ... 62

2.Indikator Variabel ... 63

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 64

C. Teknik Pengumpulan Data ... 64


(13)

E. Teknik Analisis ... 68

1. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen ... 68

2. Analisis Persepsi Masyarakat ... 70

3. Analisis Partisipasi Masyarakat ... 72

IV.PEMBAHASAN DAN HASIL PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kecamatan Tanjungraya ... 74

1. Penduduk ... 74

2. Pendidikan ... 75

3. Kesehatan ... 76

B. Karakteristik Responden ... 77

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

1. Persepsi Masyarakat ... 79

2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 102

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tangga partisipasi dari Arnstein ... 32 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ... 61 Gambar 3. Rating Scale Persepsi Masyarakat Kecamatan Tanjungraya

Kabupaten Mesuji terhadap PNPM Mandiri ... 71 Gambar 4. Jarak Interval Tipologi Arnstein pada Derajat Partisipasi

Masyarakat dalam PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya .... 73 Gambar 5. Derajat Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tanjungraya


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri Tahun 2009-2013 ... 7

Tabel 2. Rekapitulasi Audit BPKP Periode April 2013 terhadap BLM PNPM Mandiri Tahun 2007-2012 ... 11

Tabel 3. Alokasi BLM PNPM Mandiri Provinsi Lampung Tahun 2009-2014 ... 12

Tabel 4. Rekapitulasi Audit BPKP Periode April 2013 terhadap BLM PNPM Mandiri Provinsi Lampung Tahun 2007-2012 ... 13

Tabel 5. Alokasi BLM PNPM Mandiri Kabupaten Mesuji Tahun 2009-2013 ... 14

Tabel 6. Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk Program Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Mesuji Tahun 2012 (dalam ribu rupiah)... 15

Tabel 7. Penelitian Terdahulu Tentang Persepsi, Partisipasi dan Program PNPM Mandiri ... 56

Tabel 8. Indikator Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Tanjungraya ... 63

Tabel 9. Populasi Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

Tabel 10. Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

Tabel 11. Validitas Butir Pertanyaan Instrumen (Kuisioner) Penelitian ... 69

Tabel 12. Hasil Uji Reliabelitas Instrumen (Kuisioner) Penelitian dengan Menggunakan Software SPSS 20 for Windows ... 70

Tabel 13. Jumlah Penduduk per Desa di Kecamatan Tanjungraya Tahun 2012 ... 74

Tabel 14. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Tanjungraya Tahun 2012 ... 75

Tabel 15. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kecamatan Tanjungraya Tahun 2012 ... 76

Tabel 16. Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Tanjungraya Tahun 2012 ... 76

Tabel 17. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ... 77

Tabel 18. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 78

Tabel 19. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ... 78

Tabel 20. Rekapitulasi Skor dan Kriteria Persepsi Masyarakat Kecamatan Tanjungraya Terhadap Tujuan PNPM Mandiri ... 80


(16)

Tabel 21. Kecenderungan Jawaban Responden yang Tidak/Belum

Pernah Sekolah Terhadap Tujuan-tujuan PNPM Mandiri ... 81 Tabel 22. Kecenderungan Jawaban Responden Tidak/Belum

Tamat SD Terhadap Tujuan-tujuan PNPM Mandiri ... 82 Tabel 23. Kecenderungan Jawaban Responden SD Terhadap

Tujuan-tujuan PNPM Mandiri ... 82 Tabel 24. Kecenderungan Jawaban Responden SLTP/MTs/Sederajat

(SMP) Terhadap Tujuan-tujuan PNPM Mandiri ... 83 Tabel 25. Kecenderungan Jawaban Responden SLTA/MA/SMK/

Sederajat Terhadap Tujuan-tujuan PNPM Mandiri ... 84 Tabel 26. Persepsi Masyarakat Terhadap Tujuan PNPM Mandiri

Meningkatkan Partisipasi Seluruh Masyarakat ... 85 Tabel 27. Persepsi Masyarakat Terhadap Tujuan PNPM Mandiri

Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat ... 86 Tabel 28. Persepsi Masyarakat Terhadap Tujuan PNPM Mandiri

Meningkatkan Kapasitas Pemerintah Dalam Memberikan

Pelayanan Kepada Masyarakat... 87 Tabel 29. Persepsi Masyarakat Terhadap Tujuan PNPM Mandiri

Meningkatkan Sinergi Masyarakat, Pemerintah Daerah

dan Kelompok Peduli Lainnya ... 88 Tabel 30. Persepsi Masyarakat Terhadap Tujuan PNPM Mandiri

Meningkatkan Keberdayaan dan Kemandirian Masyarakat ... 89 Tabel 31. Rekapitulasi Skor dan Kriteria Persepsi Masyarakat

Terhadap PrinsipDasar PNPM Mandiri di Kecamatan

Tanjungraya ... 90 Tabel 32. Kecenderungan Jawaban Responden yang Tidak/Belum

Pernah Sekolah Terhadap Prinsip-prinsip PNPM Mandiri ... 91 Tabel 33. Kecenderungan Jawaban Responden Tidak/Belum

Tamat SD Terhadap Prinsip-prinsip PNPM Mandiri ... 92 Tabel 34. Kecenderungan Jawaban Responden SD Terhadap

Prinsip-prinsip PNPM Mandiri ... 93 Tabel 35. Kecenderungan Jawaban Responden SLTP/MTs/Sederajat

(SMP) Terhadap Prinsip-prinsip PNPM Mandiri... 93 Tabel 36. Kecenderungan Jawaban Responden SLTA/MA/SMK/

Sederajat Terhadap Prinsip-prinsip PNPM Mandiri ... 94 Tabel 37. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Otonomi dalam PNPM

Mandiri ... 95 Tabel 38. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Berorientasi pada

Masyarakat Miskin dalam PNPM Mandiri ... 96 Tabel 39. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Kesetaraan dan

Keadilan Gender pada Masyarakat Miskin dalam PNPM

Mandiri ... 97 Tabel 40. Persepsi Masyarakat Terhadap Transparansi dan Akuntabel

dalam PNPM Mandiri ... 98 Tabel 41. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Bertumpu pada

Pembangunan Manusia dalam PNPM Mandiri ... 99 Tabel 42. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Partisipatif PNPM


(17)

Tabel 43. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Kepedulian Lingkungan dalam PNPM Mandiri ... 100 Tabel 44. Persepsi Masyarakat Terhadap Prinsip Aspiratif dalam PNPM

Mandiri ... 101 Tabel 45. Rekapitulasi Skor Tingkat Partisipasi Mayarakat

Kecamatan Tanjungraya Terhadap Pelaksanaan Kegiatan-

Kegiatan Partisipatif PNPM Mandiri ... 102 Tabel 46. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tanjung Raya Pada

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Desa (Sosialisasi) PNPM

Mandiri ... 105 Tabel 47. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tanjung Raya Pada

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Dusun (Musrenbangdus) PNPMMandiri ... 107 Tabel 48. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tanjung Raya Pada

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Desa Persiapan

Pelaksanaan PNPMMandiri ... 109 Tabel 49. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tanjung Raya Pada

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Desa Pertanggung

jawaban dan Serah Terima PNPMMandiri ... 111 Tabel 50. Alokasi Anggaran PNPM Mandiri dan Tingkat

Kemiskinan di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji ... 115 Tabel 51. Penggunaan Dana PNPM Mandiri Kecamatan Tanjungraya


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh suatu negara. Pada negara-negara kesejahteraan (welfare state) dan biasanya sudah maju, pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembangunan seperti kemiskinan, buruknya kesehatan dan pendidikan, serta krisis kemanusiaan. Pada negara-negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tersebut seringkali dianggap sebagai instrumen penting untuk mengejar ketertinggalan pembangunan ekonomi dari negara-negara maju. Kebijakan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (pro growth) tersebut biasanya hanya terfokus pada peningkatan produktivitas kegiatan perekonomian yang diukur melalui GDP, dan cenderung mengabaikan dimensi sosial serta budaya masyarakat (Adiyoso, 2009).

Dengan asumsi trickle down effect-nya, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menetes hingga ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat miskin (Adiyoso, 2009). Kuznet (dikutip dari Tulus Tambunan, 2001), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses


(19)

pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Siregar (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar pada setiap golongan pendapatan termasuk pada golongan penduduk miskin (growth with equity).

Dasawarsa 1970-an merupakan periode yang menjadi saksi utama berlangsungnya perubahan drastis atas persepsi pemerintah dan lembaga-lembaga swasta tentang hakekat kegiatan ekonomi. Banyak negara-negara kaya maupun negara-negara miskin yang tidak lagi meyakini pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan pembangunan nomor satu yang harus selalu dikejar-kejar dan diutamakan. Negara-negara maju mulai lebih menekankan pada kualitas hidup, sedangkan pada negara-negara miskin perhatian utamanya terfokus pada dilema yang kompleks antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun hampir selalu sangat sulit diwujudkan secara bersama-sama. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannya yang lain. Pengutamaan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan absolut akan semakin parah. Begitu juga sebaliknya jika pengutamaan pembangunan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan akan kurang memungkinkannya pertumbuhan ekonomi yang secara agregat atau nasional (Todaro, 1999).


(20)

Di Indonesia, pada masa awal Orde Baru tahun 1969-1973, perencanaan ekonomi Indonesia masih sangat percaya bahwa tricle down effect akan terjadi. Oleh karena itu strategi pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah pada awal periode orde baru hingga akhir tahun 70-an terpusatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun setelah sepuluh tahun sejak Pelita I fakta memperlihatkan bahwa efek yang diinginkan tidak tercapai, malah menimbulkan ketimpangan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti oleh pertumbuhan kesempatan kerja yang tinggi pula dan tingkat kemiskinan tidak berkurang secara signifikan. Mulai Pelita III tahun 1979/80-1983/84 strategi pembangunan mulai diubah, tidak hanya pertumbuhan ekonomi akan tetapi berorientasi kesejahteraan rakyat (Tambunan, dalam Zulfachri 2006).

Pada awal tahun 1990 pemerintah mulai melaksanakan program untuk mengatasi kemiskinan langsung di tingkat desa, seperti Pembangunan Kawasan Terpadu (PKT), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K), dan Usaha Peningkatan Pendapatan Kelompok Akseptor KB (Bappenas dan Depdagri 1994 dalam Adiyoso, 2009). Pada tahun 1993 pemerintah memulai upaya mengentaskan kemiskinan secara masif dengan meluncurkan Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Untuk mendukung dan melengkapi program IDT tersebut, pemerintah juga mengembangkan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tetinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan Jaring Pengaman Sosial (JPS) pada tahun 1998 selama krisis ekonomi (Bappenas 2003, dalam Adiyoso 2009). Program-program pengentasan kemiskinan tersebut selain langsung ditujukan untuk membantu masyarakat miskin juga diarahkan untuk


(21)

meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan, yang oleh para ahli dianggap sebagai akar penyebab kemiskinan.

Pemberdayaan masyarakat atau pembangunan masyarakat (community development) sebenarnya adalah respon terhadap kebijakan pembangunan yang kental dengan ekonomi neo-liberal yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari community development ialah ingin membangun dan merubah struktur, sistem, dan kultur sebuah masyarakat yang tidak diuntungkan baik oleh struktur kekuasaan, sistem sosial ekonomi dan budaya yang melingkupinya. Karena itu community development menjadikan manusia sebagai isu sentralnnya (Adiyoso, 2009).

Istilah pemberdayaan itu sendiri diambil dari bahasa asing, yaitu empowerment, yaitu juga dapat bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa (Wrihatnolo dkk, 2007). Menurut Siahaan, Rambe, dan Mahidin (2006), pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok, sehingga mampu malaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut. Pemberdayaan merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemberian wewenang, meningkatkan partisipasi, memberikan kepercayaan sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang dikerjakannya, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.


(22)

Menurut Yulianti (2012), pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan agar mampu mengenali permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan dan menolong diri menuju keadaan yang lebih baik, mampu menggali dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya, serta mampu mengeksistensikan diri secara jelas dengan mendapat manfaat darinya.

Partisipasi masyarakat adalah elemen penting dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat tidak saja menjadi instrumen dan tujuan, namun juga menjadi roh pemberdayaan masyarakat. Partisipasi dalam konteks pengembangan kapasitas menurut Plummer dalam Adiyoso (2009) selain dapat memberikan manfaat prasarana dan sarana, juga ada jaminan bahwa infrastruktur yang dibangun memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk mempertajam program yang lebih bersifat pemberdayaan, pada tanggal 30 April 2007 program-program penanggulangan kemiskinan tersebut dirumuskan kembali menjadi suatu program nasional yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (Adiyoso 2009). PNPM Mandiri itu sendiri mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya (PNPM Mandiri, 2007).


(23)

PNPM Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri dengan cara menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara individu maupun berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian serta kesejahteraan hidup dengan memanfaatkan potensi ekonomi dan sosial yang mereka miliki melalui proses pembangunan secara mandiri (PNPM Mandiri, 2007).

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu sejak awal dilaksanakannya (Tahun 2007) sampai dengan tahun 2011 terdapat 5 (lima) program pokok/inti PNPM Mandiri dan beberapa program penunjang/penguatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu:

1. PNPM Inti, yang terdiri dari

a. PNPM Mandiri Perdesaan (MPd) b. PNPM Mandiri Perkotaan

c. PNPM Mandiri Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (RIS) d. PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus (DTK)

e. PNPM Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

2. PNPM-Penguatan

PNPM Mandiri juga diperkuat dengan berbagai program penguatan yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian yang dikenal dengan PNPM Non-Reguler yang, seperti; PNPM Generasi oleh Kementerian Dalam Negeri,


(24)

PNPM Integrasi oleh Kementerian Dalam Negeri, PNPM Respek Pertanian oleh Kementerian Dalam Negeri, PNPM Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Setelah diimplementasikan selama lima tahun, program ini telah menjangkau seluruh kecamatan di Indonesia dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan ribuan masyarakat di Indonesia (www.worldbank.org/id). Untuk PNPM Mandiri Inti saja, pada setiap tahunnya lebih dari 6.000 kecamatan mendapat alokasi BLM PNPM Mandiri. Dalam kurun waktu 2007-2012 anggaran untuk pelaksanaan PNPM Mandiri mengalami peningkatan rata-rata 29,2 persen per tahun, yaitu dari Rp3,7 triliun dalam tahun 2007 menjadi Rp13,4 triliun dalam tahun 2012 (Nota Kuangan RAPBN 2013). Dana BLM yang digulirkan untuk setiap tahunnya pun tidak sedikit berkisar antara 9 sampai dengan 11 milyar rupiah. Selama kurun waktu lima tahun terakhir saja (2009-2013), PNPM Mandiri telah menggulirkan dana BLM lebih dari 50 trilyun rupiah yang bersumber dari APBN sebesar 82% dan APBD sebesar 18%. Pada tahun anggaran 2014 ini pemerintah menganggarkan Rp9.006 milyar untuk BLM PNPM Mandiri. Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri Tahun Anggaran 2009-2013 disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri Tahun 2009-2013

Tahun

Wilayah PNPM Mandiri Komposisi Dana (Milyar Rp)

Kab./Kota Kecamatan Total BLM Sumber APBN Sumber APBD

2009 465 6.408 11.011 7.647 3.364

2010 495 6.321 11.834 9.203 2.631

2011 497 6.622 10.313 8.470 1.843

2012 495 6.680 9.940 9.079 862

2013 496 6.752 9.703 8.922 781

2014 505 6.914 9.746 9.006 740


(25)

Melalui alokasi dana BLM PNPM Mandiri tersebut diatas, pemerintah bersama-sama masyarakat telah memetik banyak keberhasilan dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan. World Bank dalam situsnya www.worldbank.org/id pada tahun 2013 mempublikasikan keberhasilan beberapa program PNPM Mandiri. Pada program PNPM Mandiri Perkotaan, hingga tahun 2010 telah berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat 39%. Kontribusi dan partisipasi masyarakat tersebut dapat menghemat biaya pembangunan hingga sebesar 21%.

Pada program PNPM Mandiri Perdesaan, hingga tahun 2010 telah berhasil meningkatkan konsumsi per kapita masyarakat pada wilayah PNPM Mandiri Perdesaan sebesar 9% dibanding di wilayah non PNPM Perdesaan. Keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan menurut World Bank lainnya antara lain:

1. Pada kecamatan miskin, konsumsi rumah tangga meningkat 12,7%; 2. Pada rumah tangga termiskin konsumsi meningkat 11,8%;

3. Lebih dari 500.000 rumah tangga keluar dari kemiskinan; 4. Lebih dari 300.000 orang tidak bekerja mendapat pekerjaan;

5. Biaya pembangunan infrastruktur pada umumnya 56% lebih murah dibandingkan dengan menggunakan jasa kontraktor;

6. 85% sarana fisik yang dibangun berkualitas baik dan sangat baik; 7. Meningkatkan partisipasi 45% rakyat miskin.

Dikutip dari www.youtube.com yang diakses pada 23 januari 2014 (dapat juga diakses pada halaman www.kemendagri.go.id dan www.pnpm-mandiri.org), pemerintah mempublikasikan keberhasilan PPK dan PNPM Mandiri Perdesaan dari awal pengaliran dana di tahun 1999 hingga tahun 2010. Dalam bidang


(26)

infrastruktur, melalui bantuan langsung masyarakat (BLM) PPK dan PNPM Mandiri yang cukup besar masyarakat telah berhasil membangun dan memperbaiki lebih dari 1.500 Km jalan perdesaan, 14 ribu jembatan yang telah dibangun dengan baik, 18 ribu desa telah memiliki sistem pengairan, 22 ribu sistem irigasi telah diperbaiki, dibangun dan diperbesar fungsinya, 22 ribu sekolah TK, SD, Madrasah, bahkan terkadang SMP dan SMA telah dibangun atau diperbaiki. Demikian juga dengan 11 ribu pos kesehatan desa seperti pos yandu dan polindes. Lebih dari 2 ribu pasar desa telah dibangun dan lebih dari 2 ribu desa teraliri listrik. Tidak hanya pembangunan infrastruktur, 11 juta perempuan telah menerima sekitar 5,5 triliyun dana bergulir. Pada saat ini, pengambalian pinjaman tersebut cukup lancar dengan rata-rata nasional 94 persen cukup baik untuk program dana bergulir. Pada saat ini 18 juta warga mendapatkan pemasukan dengan menjadi pekerja sementara dari kegiatan desa dengan total 175 juta HOK yang dibayar, itu hasilnya.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan cukup tinggi, secara umum masyarakat telah duduk bersama untuk membuat keputusan dan meninjau penggunaan dana, 50 persen diantaranya termasuk masyarakat miskin dan kaum perempuan. Tingkat pengembalian ekonomi atau nilai yang diterima kembali dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan yang dikerjakan dalam PNPM MPd sangat tinggi, yaitu antara 39 persen sampai dengan 68 persen. Angka tersebut untuk tipe infrastruktur yang sangat umum adalah tinggi. Biaya infrastruktur desa 30 persen sampai dengan 56 persen lebih murah dibandingkan dengan bila dibangun oleh kontraktor. Dan ini semua tentu dengan kualititas yang sangat bagus.


(27)

Dalam evaluasi teknis terhadap kegiatan infrastruktur yang telah berjalan selama beberapa tahun, 90 persen hasil kegiatan dalam keadaan baik dan masih berfungsi. Infrastruktur yang telah terbangun masih layak dipelihara dengan baik dan masih bermanfaat. Secara umum proyek ini masih sangat populer dan masyarakat merasa puas dan merasa sangat di untungkan. Dalam beberapa evaluasi dan riset yang dilakukan 90 persen masyarakat puas dengan PNPM. Dalam evaluasi kuantitatif terdapat kenikan 9 persen konsumsi perkapita, yang berarti berkurangnya 9 persen kemiskinan pada 20 persen kecamatan yang paling miskin, dan pada 20 persen kecamatan termiskin tersebut terjadi kenaikan konsumsi sebesar 90 persen.

Pengambilan sampel pada lokasi tertentu, beberapa penelitian tentang keberhasilan PPK/PNPM Mandiri telah banyak dilakukan, antara lain oleh Siagian (2007), menyimpulkan bahwa penyediaan prasarana/infrastruktur dan sarana baik soial maupun ekonomi melalui PPK memberikan dampak positif terhadap pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja melalui PPK berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan. Supriyono (2009), menyimpulkan bahwa bantuan modal berpengaruh positif signifikan terhadap pemberdayaan keluarga miskin pada program PPK.

Lembaga Penelitian SMERU (2010) menyimpulkan bahwa PNPM Perdesaan sangat bermanfaat oleh masyarakat, terutama untuk penyediaan infrastruktur di perdesaan. Sebagai mekanisme penyaluran dana pembangunan dari pusat ke desa, program ini sangat efektif dan efisien. Hampir di semua desa penelitian terjadi penurunan angka kemiskinan, akan tetapi PNPM Perdesaan dianggap lebih


(28)

banyak berperan tidak langsung dalam penurunan kemiskinan, yaitu dengan memperbaiki akses masyarakat ke berbagai layanan umum.

Selain keberhasilan, berbagai bentuk permasalahan dan kegagalan juga banyak ditemui dalam pelaksanaan PNPM Mandiri di Indonesia. Berdasarkan hasil Rekapitulasi Audit BPKP tahun 2007-2012 terdapat 3.570 temuan dengan berbagai bentuk permasalahan antara lain:

1. Penyimpangan penggunaan dana 2. Konflik lahan

3. Pungli dari aparat, baik aparat pemerintah mapun aparat keamanan 4. Prasarana dan sarana yang sudah dibangun tidak dapat dimanfaatkan 5. Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi

Tabel 2. Rekapitulasi Audit BPKP Periode April 2013 terhadap BLM PNPM Mandiri Tahun 2007-2012

Tahun Audit

Jumlah Temuan

Nilai Temuan (Rp)

Tindak Lanjut

Nilai Tindak

Lanjut (Rp) Saldo

% Tindak Lanjut

2007 288 1.837.462.183,84 233 1.627.469.133,84 55 80,90%

2008 436 4.622.941.465,23 322 1.151.424.624,23 114 73,85%

2009 692 2.530.748.867,74 496 1.672.388.841,74 196 71,68%

2010 778 9.476.007.967,85 559 2.375.369.117,55 219 71,85%

2011 828 15.700.055.778,34 433 4.463.833.000,97 395 52,29%

2012 548 29.388.081.537,64 111 1.307.618.961,25 437 20,26%

Total 3.570 63.555.297.801 2.154 12.598.103.680 1.416 60,34%

Sumber: www.pnpm-mandiri.org, 2014

Beberapa bentuk permasalahan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri berdasarkan hasil Audit BPKP tahun 2007-2012 tersebut menimbulkan kerugian bagi keuangan negara yang tidak sedikit, yaitu total Rp63 milyar lebih. Dari jumlah


(29)

tersebut, hingga tahun 2012 baru Rp12,60 milyar (20%) yang telah ditindak lanjuti.

Provinsi Lampung sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah barang tentu turut melaksanakan PNPM Mandiri dari awal pelaksanaannya hingga saat ini. Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2009-2013) pemerintah telah menggulirkan BLM PNPM Mandiri sebesar Rp1.940 milyar lebih untuk seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Dana BLM tersebut bersumber dari APBN sebesar 89% dan dari APBD sebesar 11%. Untuk tahun 2014, dana BLM PNPM Mandiri di Provinsi Lampung dianggarkan sebesar Rp323,68 milyar untuk 15 kabupaten/kota dan 217 kecamatan. Dana BLM PNPM Mandiri tersebut disalurkan melalui PNPM Perdesaan, PNPM Perkotaan, PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus, PNPM Infrastruktur Perdesaan, PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

Tabel 3. Alokasi BLM PNPM Mandiri Provinsi Lampung Tahun 2009-2014

Tahun

Wilayah PNPM Mandiri Komposisi Dana (Milyar Rp)

Kab./Kota Kecamatan Total BLM Sumber APBN Sumber APBD

2009 11 204 366,77 316,91 49,86

2010 14 204 438,02 371,36 66,66

2011 14 204 437,23 375,93 61,30

2012 14 214 378,80 355,41 23,39

2013 14 213 319,48 298,79 20,69

2014 15 217 323,68 303,44 20,24

Sumber: www.pnpm-mandiri.org, 2014

Dari jumlah total alokasi dana BLM PNPM Mandiri untuk Provinsi Lampung dari awal pelaksanaan (2007) hingga tahun 2012, sebanyak lebih dari Rp500 juta telah disalagunakan (diselewengkan). Berdasarkan rekapitulasi hasil Audit BPKP tahun


(30)

Provinsi Lampung. Dari jumlah tersebut 121 temuan telah berhasil ditindak lanjuti, dan 30 temuan masih dalam proses tindak lanjut.

Tabel 4. Rekapitulasi Audit BPKP Periode April 2013 terhadap BLM PNPM Mandiri Provinsi Lampung Tahun 2007-2012

Tahun Audit

Jumlah Temuan

Nilai Temuan (Rp)

Tindak Lanjut

Nilai Tindak

Lanjut (Rp) Saldo

% Tindak Lanjut

2007 14 14.610.249,00 14 14.610.249,00 0 100,00%

2008 12 11.575.200,00 12 11.575.200,00 0 100,00%

2009 31 72.630.516,50 31 72.630.516,50 0 100,00%

2010 39 69.924.646,97 39 69.924.646,97 0 100,00%

2011 26 301.197.136,00 25 301.197.136,00 1 96,15%

2012 29 101.609.800,00 0 - 29 0,00%

Total 151 571.547.548,47 121 469.937.748,47 30 80,13%

Sumber: www.pnpm-mandiri.org, 2014

B. Rumusan Masalah

Upaya memacu pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan dalam rangka pembangun suatu negara. Namun hal itu saja tidak cukup jika kita mengingat tujuan akhir pembangunan negara adalah terciptanya kesejahteraan bagi masyarakatnya. Artinya, upaya memacu pertumbuhan ekonomi tersebut harus disertai dengan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, paling tidak terpenuhinya kebutuhan dasar bagi masyarakat pada setiap golongan pendapatan termasuk pada golongan penduduk miskin.

Pemberdayaan yang menekankan “partisipasi” adalah kata kunci untuk mencapai tujuan akhir pembangunan negara tersebut diatas. Di Indonesia, program pengentasan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan terangkum dalam


(31)

PNPM Mandiri yang telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 2007 hingga saat ini. Dalam pelaksanaanya, PNPM Mandiri telah banyak meraih keberhasilan, namun selain itu, pelaksanaan PNPM Mandiri pada beberapa wilayah di Indonesia juga mengalami banyak kendala dan masalah.

Kabupaten Mesuji merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang melaksanakan program PNPM Mandiri yang meliputi PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd), PNPM Mandiri Perdesaan Integrasi (PNPM-MPI), dan PNPM Infrastruktur Pedesaan (RIS). Hingga tahun 2013 pemerintah telah menggulirkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri sebesar Rp51.200 milyar untuk Kabupaten Mesuji. Untuk mengetahui besarnya alokasi dana BLM untuk Program PNPM di Kabupaten Mesuji tahun 2011 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Alokasi BLM PNPM Mandiri Kabupaten Mesuji Tahun 2009-2013

Tahun

Wilayah PNPM Mandiri Komposisi Dana (Milyar Rp)

Kab./Kota Kecamatan Total BLM Sumber APBN Sumber APBD

2010 1 7 18.000 16.400 1.600

2011 1 7 17.600 16.280 1.320

2012 1 7 9.900 9.555 345

2013 1 7 5.700 5.570 130

Sumber: www.pnpm-mandiri.org, 2014

Dana BLM PNPM Mandiri untuk Kabupaten Mesuji tersebut didistribusikan kepada seluruh kecamatan di Kabupaten Mesuji. Untuk mengetahui besarnya alokasi dana BLM PNPM di Kabupaten Mesuji Tahun 2012 pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tahun 2012 total alokasi dana BLM


(32)

dengan 14,5 milyar rupiah bersumber dari pemerintah pusat dan 9,6 milyar rupiah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Mesuji (39,74%). Dengan komposisi rasio mencapai 39,74 persen tersebut menunjukkan keberpihakan dan kepedulian Pemkab Mesuji untuk mendukung pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.

Tabel 6. Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk Program Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Mesuji Tahun 2012 (dalam ribu rupiah)

Kecamatan

RIS PNPM-MPd PNPM Mandiri Integrasi

Total Pusat Kab. Pusat Kab. Pusat**) Kab. **) Kab. *)

Simpang

Pematang - - 855.000 1.300.000 491.796 122.949 - 2.769.745

Panca Jaya - - 2.850.000 150.000 628.600 157.150 - 3.785.750

Mesuji - - 2.850.000 150.000 533.968 133.492 - 3.667.460

Tanjungraya 500.000 - - - 720.280 180.070 1.700.000 3.100.350

Mesuji Timur 500.000 - - - 821.984 205.496 1.700.000 3.227.480

Rawajitu Utara 750.000 - - - 1.010.320 252.580 1.800.000 3.812.900

Way Serdang 1.250.000 - - - 793.052 198.263 1.550.000 3.791.315

Total

Anggaran 3.000.000 - 6.555.000 1.600.000 5.000.000 1.250.000 6.750.000 24.155.000 Keterangan : *) Penentuan Kegiatan di lakukan dalam proses Musrenbang TK Kecamatan

**) Penentuan Kegiatan di lakukan dalam proses Musrenbang TK Kabupaten Sumber : Bappeda Kabupaten Mesuji 2012

Dari ketujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Mesuji tersebut, Kecamatan Tanjungraya merupakan wilayah kecamatan yang cukup penting untuk dinilai atau dievaluasi implementasi PNPM Mandiri-nya. Kecamatan Tanjungraya merupakan kecamatan sebagai sentra perekonomian dan pusat pemerintahan di Kabupaten Mesuji. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Mesuji menempatkan Kecamatan Tanjungraya sebagai daerah muka dalam pembangunan wilayah Kabupaten Mesuji. Keberhasilan implementasi program-program pembangunan di Kecamatan Tanjungraya baik itu merupakan program pemerintah daerah maupun


(33)

pemerintah pusat atau bahkan keduanya (sharing program) akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan wilayah-wilayah penyangganya (hinterland).

Keberhasilan PNPM Mandiri Kecamatan Tanjungraya ditentukan oleh persepsi masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat itu sendiri terhadap PNPM Mandiri. Syukri, dkk (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa masyarakat menganggap PNPM Mandiri sebagai program umum, bukan program penanggulangan kemiskinan, sehingga orang miskin tidak harus diprioritaskan partisipasinya. Kondisi tersebut jelas bertentangan dengan salah satu prinsip PNPM Mandiri, yaitu berorientasi pada rakyat miskin.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji terhadap PNPM Mandiri?

2. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji dalam pelaksanaan PNPM Mandiri di wilayahnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menilai dan menganalisis persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya

Kabupaten Mesuji terhadap PNPM Mandiri;

2. Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri di wilayahnya.


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi dan Indikator Variabel

1. Difinisi Variabel

Definisi variabel dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data sesuai tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa Inggris yang berarti tanggapan yang pada dasarnya lebih dekat pada pengertian kesan (Hayeb, 1993). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Persepsi masyarakat terhadap PNPM Mandiri dimaksudkan sebagai kesan atau tanggapan masyarakat (sebagai hasil penafsiran dan penggunaan indaranya) terhadap tujuan dan prinsip-prinsip dasar program PNPM Mandiri.

b. Partisipasi

Dalam PNPM Mandiri partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan


(35)

pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunanyang dilaksanakan melalui program PNPM Mandiri.

2. Indikator Variabel

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Indikator Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Tanjungraya

Variabel Indikator Sumber

Program Pemberdayaan Masyarakat Persepsi Masyarakat Tujuan

1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat

Pedoman Umum Pelaksanaan PNPM 2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan

masyarakat

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah 4. Meningkatnya sinergi masyarakat,

pemerintah daerah dan kelompok peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) 5. PNPM Mandiri meningkatkan

keberdayaan dan kemandirian masyarakat, Prinsip 6. Otonomi 7. Desentralisasi

8. Berorientasi pada masyarakat miskin 9. Demokratis

10.Kesetaraan dan keadilan gender 11.Transparansi dan Akuntabel

12.Bertumpu pada pembangunan manusia 13.Partisipatif

14.Kepedulian Lingkungan 15.Aspiratif

Tingkat Partisipasi Masyarakat

1. Manipulasi (Manipulation)

Sherry Arnstein (1969) 2. Terapi (Therapy)

3. Pemberian Informasi (Information) 4. Konsultasi (Consultation) 5. Penentraman (Placation) 6. Kemitraan (Partnership) 7. Pendelegasian (Delegated Power) 8. Kendali Warga (Citizen Control)


(36)

B. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

Data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran untuk keperluan tertentu. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer, data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun kelompok terhadap responden terpilih. Dalam pelaksanaan di lapangan, data primer ini biasanya diperoleh melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi. Penyebaran kuesioner disini merupakan metode pengumpulan data dengan menyampaikan pertanyaan kepada responden secara tertulis. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data terkait persepsi dan penilaian partisipasi yang berasal dari masyarakat yang lingkungannya pernah melaksanakan maupun yang sedang melaksanakan PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Kuesioner yaitu suatu teknik dalam pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun secara terstruktur kepada setiap responden terpilih. Penggunaan kuesioner ini bertujuan selain untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey juga untuk memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun, 1995:175). Daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden disusun dengan alternatif jawaban yang sekiranya sesuai dengan pendapat, pengetahuan dan pandangan dari responden.


(37)

b. Wawancara, teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali sebanyak mungkin informasi berkenaan dengan penelitian yang dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada responden maupun nara sumber yang sekiranya mengetahui secara rinci tentang topik penelitian. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap pelaksanaan survey. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya akan dapat diperoleh dengan jalan bertanya secara langsung kepada responden.

c. Observasi, teknik ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung gambaran obyek penelitian secara nyata di lapangan, dalam hal ini adalah kondisi yang ada di lingkungan masyarakat.

d. Dokumentasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mempelajari maupun mencatat arsip-arsip atau dokumen, laporan kegiatan, monografi atau dafatr tabel statistik dan sebagainya yang berkaitan dengan topik penelitian untuk digunakan sebagai bahan menganalisa permasalahan.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Didalam penentuan sampel maka tidak dapat dilepaskan dengan adanya populasi, yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Dalam hal ini populasi merupakan keseluruhan penduduk atau individu yang tinggal atau berdomisili di Kecamatan Tanjung Raya. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Hadi, 2000:7). Pendapat lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah wakil dari populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nasir, 1999:325).


(38)

Untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian tentang perspsi masyarakat, maka metode sampling yang dipilih adalah metode proportional stratified random sampling. Seperti telah disajikan pada bab terdahulu (BAB II. TINJAUAN PUSTAKA) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat pendidikan,dimana tingkat pendidikan masyarakat adalah beragaram pada tingkat pendidikan tertentu (berstrata), mulai dari Tidak/Belum Pernah Sekolah hingga jenjang pendidikan Sarjana. Dengan karakteristik tingkat pendidikan masyarakat yang tidak homogen dan berstrata tersebut maka metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode proportional stratified random sampling. Menurut M. Nasir (2003 : 289) jika proporsi populasi tidak diketahui (biasanya Pi diketahui dari penelitian/survei terdahulu) dan jumlah anggota populasi yang besar maka proporsi populasi dinggap sebesar 0,5.

Menurut M. Nasir (2003 : 306) rumusnya adalah :

n =

i i i

i i i P 1 P . N D . N P 1 P . N N

2

 

Dimana : D = 4 B2 = 4 1 , 0 2 = 0.0025 Keterangan :

N = total populasi

Ni = total populasi dari startum i n = besarnya sampel

Pi = proposi populasi


(39)

Pada penelitian ini populasi berjumlah 34.956 orang dengan rincian berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Populasi Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012

Jumlah %

1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 2.654 7,59 2. Tidak/Belum Tamat SD 7.760 22,20 3. SD/MI/Sederajat 16.168 46,25 4. SLTP/MTs/Sederajat 5.598 16,02 5. SLTA/MA/SMK/Sederajat 2.240 6,41 6. Diploma (D1/D2/D3) 276 0,79 7. Sarjana (S1/S2/S3) 260 0,74

Jumlah 34.956 100,00

Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - BPS Republik Indonesia.

Catatan: Terjadi perubahan kecil pada tabel ini karena koreksi dan validasi data. Perubahan terhitung mulai tanggal 4 Mei 2012.

Berdasarkan jumlah populasi dan dengan menggunakan formulasi sampling tersebut diatas, maka sampling yang didapat adalah:

n =

5 , 0 1 5 , 0 . 34.956 0025 , 0 . 34.956 5 , 0 1 5 , 0 . 34.956 34.956

2

  = 3.063.544 4 305.480.48

= 100

Dengan menggunakan metode alokasi proposional maka sampel yang berjumlah 100 dibagi untuk setiap strata (jenjang penidikan).

Tabel 10. Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Populasi Proporsi

(%) Sample

1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 2.654 7,57 8 2. Tidak/Belum Tamat SD 7.760 22,14 22 3. SD/MI/Sederajat 16.168 46,12 46 4. SLTP/MTs/Sederajat 5.598 15,97 16 5. SLTA/MA/SMK/Sederajat 2.240 6,39 6 6. Diploma (D1/D2/D3) 276 0,79 1 7. Sarjana (S1/S2/S3) 260 0,74 1


(40)

E. Teknik Analisis

1. Uji Validitas dan Realiabelitas Kuisioner

a. Uji Validitas Instrumen

Uji kevalidan digunakan untuk menunjukan sejauh mana kuisoner dapat mengukur tanggapan dari responden. Karena penilitian ini merupakan penelitian tentang persepsi maka validitas yang digunakan adalah validitas konstrak (M. Nazir, 2003 : 148). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkonstruksi aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing maka diteruskan dengan uji coba instrumen pada sampel dari mana populasi diambil dengan jumlah sekitar 30 orang. Setelah diuji cobakan dan kemudian ditabulasikan maka pengujian validitas konstruks dilakukan dengan analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur persepsi, yaitu dengan megkorelasikan antara jumlah skor faktor dengan skor total. Jika korelasi setiap faktor tersebut positif pada level 0,5 dan 0,1 keatas maka faktor tersebut merupakan construct validity yang baik. Selanjutnya untuk mengetahui validitas setiap butir pertanyaan dalam instrumen maka dilakukan pengkorelasian skor butir dengan skor total menggunakan Korelasi Product Moment sebagai berikut(Hussein Umar, 2003:203):

2 2

2

2 ( ) * ( )

) ( ) (

   Y Y n X X n Y X XY n r Dimana:


(41)

X = Skor butir pertanyaan Y = Skor total

n = Jumlah pertanyaan

Dari hasil pre-test untuk menguji validitas instrumen penelitian (kusioner), terdapat 2 (dua) butir pertanyaan yang memilliki r hitung lebih kecil dari pada r tabel atau tidak valid, sedangkan sisanya memilliki r hitung yang lebih besar dari pada r tabel atau dengan kata lain valid. Butir-butir pertanyaan yang memilliki r hitung lebih kecil dari pada r tabel atau tidak valid selanjutnya tidak disertakan kembali kedalam kusioner penelitian (dihapus).

Tabel 11. Validitas Butir Pertanyaan Instrumen (Kuisioner) Penelitian

Butir Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan

A. Tujuan Program 1 0,426 0,361 valid 2 0,493 0,361 valid 3 0,539 0,361 valid 4 0,528 0,361 valid 5 0,528 0,361 valid B. Prinsip Program 6 0,442 0,361 valid

7 0,358 0,361 tidak valid 8 0,634 0,361 valid 9 0,280 0,361 tidak valid 10 0,502 0,361 valid 11 0,476 0,361 valid 12 0,502 0,361 valid 13 0,565 0,361 valid 14 0,552 0,361 valid 15 0,542 0,361 valid Sumber: Hasil Analisis

b. Uji Realiabelitas Instrumen

Uji reliabelitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur yang


(42)

Hussein Umar (2003:207). Jika nilai alpha (ά) ≥ 0,361 maka dapat disimpulkan

instrumen tersebut reliabel. Dalam penilitian ini uji realibelitas dilakukan dengan bantuan Software SPSS 20 for Windows sehingga diperoleh nilai alpha (ά) sebesar 0,732. Karena nilai alpha (ά) lebih besar dari 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah realiabel.

Tabel 12. Hasil Uji Reliabelitas Instrumen (Kuisioner) Penelitian dengan Menggunakan Software SPSS 20 for Windows

Sumber: Hasil Analisis

2. Analisis Persepsi Masyarakat

Metode yang digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat adalah Metode Skala Likert. Skala Likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2012). Sedangkan menurut Dane Bertram pada jurnalnya "Likert Scale" (http://www.rolahengki.com/2013) menjelaskan bahwa yaitu skala respon psikometri terutama digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi peserta atau tingkat kesepakatan dengan pernyataan atau set pernyataan. Skala Likert adalah teknik skala non-komparatif dan unidimensional (hanya mengukur sifat tunggal) secara alami. Responden diminta untuk menunjukkan tingkat kesepakatan melalui pernyataan yang diberikan dengan cara skala ordinal. Dari dua pengertian diatas kita sudah bisa


(43)

menyimpulkan bahwa skala likert merupakan metode perhitungan kuisioner yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui skala sikap suatu objek tertentu.

Skala ukur dan skor yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 = sangat setuju (SS, bobot 5)

2 = setuju (S, bobot 4)

3 = cukup setuju (A, bobot 3) 4 = tidak setuju (TS, bobot 2)

5 = sangat tidak setuju (STS, bobot 1).

Untuk menghitung jumlah skor ideal (kriterium) dari seluruh item, digunakan rumus berikut:

Selanjutnya, skor yang telah diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rating scale. Rating scale berfungi untuk mengetahui hasil kuisioner dan wawancara secara umum dan keseluruhan yang didapat dari penilaian angket (kuisioner) dan wawancara.

Gambar 3. Rating Scale Persepsi Masyarakat Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji terhadap PNPM Mandiri

100 180 260 340 420 500

SKB KB CB B SB

Keterangan:

SKB = sangat kurang baik


(44)

KB = kurang baik CB = cukup baik B = baik

SB = sangat baik

3. AnalisisPartisipasi Masyarakat

Dalam penelitian ini tingkat partisipasi masyarakat diukur hanya pada kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri yang melibatkan partisipasi seluruh masyarakat (bukan perwakilan)sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan dengan bentuk kegiatannya adalah Musyawarah Desa (Sosialisasi), Musyawarah Perencanaan Pembangunan Dusun (Musrenbangdus);

b. Tahap pelaksanaan dengan bentuk kegiatannya adalah Musyawarah Desa Persiapan Pelaksanaan, serta Musyawarah Desa Pertanggungjawaban dan Serah Terima.

Tingkat partisipasi masyarakat diukur dengan metode kuantitatif melalui penjumlahan skor dari variabel. Berdasarkan jumlah skor dari semua variabel, dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat masuk dalam kategori tipologi delapan tangga partisipasi Arnstein. Besarnya interval skor untuk menentukan kategori tingkat partisipasi masyarakat secara menyeluruh didasarkan pada skor kategori tingkat partisipasi individu dikalikan dengan jumlah sampel.

Terdapat 4 kriteria pertanyaan yang merupakan representasi dari kegiatan PNPM Mandiri yang melibatkan partisipasi seluruh masyarakat (bukan perwakilan)


(45)

dengan pilihan jawaban masing-masing pertanyaan ada 8 pilihan dengan skor masing-masing berkisar 1 sampai 8. Sehingga minimum skor yang diperoleh untuk setiap individu (4 x 1) adalah 4, maksimum skor yang diperoleh untuk setiap individu (4 x 8) adalah 32.Bila jumlah sampel 100, dapat diketahui skor minimum untuk tingkat partisipasi masyarakat (100 x 4) adalah 400 dan skor maksimum (100 x 32) adalah 3200. Dengan diketahuinya skor minimum dan maksimum maka diketahui pula jarak interval, yaitu (3200-400)/8 = 350. Bila digunakan tipologi dari Arnstein, sehingga dapat diketahui tingkat partisipasi sesuai Gambar4.

Gambar 4. Jarak Interval Tipologi Arnstein pada Derajat Partisipasi Masyarakat dalam PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya

3200 Citizen Control 2850 Delegated Power 2500 Partnership 2150 Placation 1800 Consultation 1450 Informing 1100 Therapy 750 Manipulation 400


(46)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Masyarakat

Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa Inggris, perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono dan Gulo, 1987 dalam Adrianto, 2006)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak melalui pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang di indera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasaikan dan diinterpretasikan (Davidoff, 1980 dalam Adrianto, 2006).

Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktivitas yang integrateed, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acauan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri


(47)

dalam Adrianto, 2006). Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwadalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalaman tidaksama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanyakemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu yang lain tidak sama.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi adalah faktor internal: perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi dan kerangka acuan. Sedangkan faktor eksternal adalah: stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh pada persepsi. Bila stimulus itu berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi.

Mengenai pengertian masyarakat dalam kamus bahasa Inggris, masyarakat disebut society asal katanya socius yang berarti kawan. Arti yang lebih khusus,bahwa masyarakat adalah kesatuan sosial yang mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat dan sebaginya. Sedangkan jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang berasal dari unsur-unsur masyarakat meliputi pranata, status dan peranan sosial. Sehingga para pakar sosiologi seperti Mac Iver, J.L Gillin memberikan pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang


(48)

bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Musadun, 2000dalam Adrianto, 2006).

Pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan adalah tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedurmerupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat-istiadat yang bersifatkontinue dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera.

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro Eko, 2002 dalam Cholisin, 2011). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan,pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada


(49)

yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002dalam Cholisin, 2011).

2. Tujuan dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ ketidakberdayaan (Cholisin, 2011). Masyarakat memiliki potensi dan kekuatan dari sumber-sumber daya alam dan sosial budaya yang dimilikinya. Potensi tersebut perlu digali melalui strategi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Cara menggali inilah yang merupakan initi dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat, kita harus berpegang teguh terhadap konsep dan memahami betul kebutuhan masyarakat dan permasalahan yang dihadapinya. Masyarakat harus terlibat dalam penyusunan pemecahan masalahan yang akan diselesaikan melalui pemberdayaan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus didukung dan ditumbuhkan kembangkan secara bertahap, perlahan namun pasti dan menyeluruh. Jiwa partisipatif yang ditanamkan terhadap masyarakat akan memunculkan perasaan memiliki terhadap apa yang dikembangkan, karena hal tersebut telah menjadi wadah pemenuhan kebutuhannya.


(50)

demikian strategi dasarnya adalah sama. Secara garis besar, langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, adalah: (1) Perumusan konsep; (2) Penyusunan model; (3) Proses perencanaan, (4) Pelaksanaan gerakan pemberdayaan; (5) Pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan, (6) Pengembangan pelestarian gerakan pemberdayaan (BEM-FEUI, 2002).

Strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatip melibatkan sejumlah praktisi pembangunan sebagai fasilitator dalam memfasilitasi peningkatan aksesibilitas terhadap sumber-sumber daya yang dikembangkan. Oleh karena itu, para praktisi harus mempunyai keterampilan dalam rangka menciptakan kemampuan-kemampuan internal masyarakat. Kemampuan tersebut, diantaranya: (1) Negosiasi; keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penawaran program, proyek dan kegiatan yang diusulkan masyarakat. (2) Pengambilan keputusan; keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan akuntabilitas masyarakat. (BEM-FEUI, 2002)

Menurut Cholisin (2011) Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu;pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam


(51)

sumber-dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi


(52)

melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

C. Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi

Dalam ensiklopedi administrasi disebutkan bahwa arti dari kata“participation” adalah sesuatu aktifitas untuk membangkitkan perasaan diikutsertakan dalam kegiatan organisasi, atau ikut sertanya bawahan dalam kegiatan organisasi. Kata “partisipasi” ditinjau dari segi etimologis merupakan meminjam dari bahasa Belanda “participation” yang sebenarnya dari bahasa latin “participatio” (Suwanto, 1983 dalam Finna, 2010). Perkataan participatio sendiri terdiri dari dua suku kata yakni pars yang berarti bagian dan capere yang berarti mengambil bagian. Perkataan participatio itu sendiri berasal dari kata kerja “participare” yang berarti ikut serta. Dengan demikian partisipasi mengandung pengertian aktif, yakni adanya kegiatan atau aktifitas.


(53)

andemotional involvement of a person in a group situation which encourages him tocontribute to group goals and share responsibility in them”. Maksudnya, partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang individu dalam situasi kelompok tertentu yang mendorongnya untuk mendukung atau menunjang tercapainya tujuan-tujuan kelompok serta ikut bertanggungjawab terhadapnya.

Menurut Siagian (1985) dalam Finna (2010) bahwa partisipasi itu ada yang bersifat aktif danpasif. Partisipasi pasif dapat berarti bahwa dalam sikap, perilaku dan tindakannya tidak melakukan hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya suatu kegiatan pembangunan. Selanjutnya Siagian (1985) menjelaskan partisipasi aktif berwujud:

a. Turut memikirkan nasib sendiri dengan memanfaatkan lembaga-lembaga sosial dan politik yang ada dimasyarakat sebagai saluran aspirasinya;

b. Menunjukkan adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang tinggi dengan tidak menyerahkan penentuan nasib kepada orang lain, seperti kepada pimpinan, tokoh masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal; c. Memenuhi kewajiban sebagai warga negara yang bertanggungjawab seperti

membayar pajak secara jujur serta berkewajiban lainnya;

d. Ketaatan kepada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan; e. Kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan demi


(54)

dalam Finna (2010) adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok) yang menggerakkan mereka untuk bersama-sama mencapai tujuan dan bersama-sama bertanggung jawab. Partisipasi masyaraka tdalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi kegiatan (Cohen danUphoff, 1977 dalam Finna, 2010). Secara lebih rinci, partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil bagian atau peran dalam pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan, memberi masukan berupa pemikiran, tenaga,waktu, keahlian, modal, dana atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasilnya.

Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya, yaitu : adanya kemauan, adanya kemampuan dan adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemampuan dan kemauan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok dalam suatu masyarakat, walaupun telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan untuk warga atau kelompok dari suatu masyarakat, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi.


(55)

bersama yang hendak dicapai; b) adanya dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan bersama; c) keterlibatan masyarakat baik secara mental, emosi dan fisik, dan; d) harus adanya tanggung jawab bersama demi tercapainya tujuan kelompok.

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, secara lengkap dikemukakan oleh Moeljarto dalam Finna (2010). Rakyat adalah fokus sentral dan tujuanterakhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut olehkarena itu; a) partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat; b) partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaanya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnyapembangunan; c) pembangunan dilaksanakan lebih baik dimulai dari dimanarakyat berada dan dari apa yang mereka miliki; d) partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan program pembangunan; e) akan memperluas jangkauanlayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat; f) partisipasi menopangpembangunan; g) partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia; h) partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah; i) partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.


(56)

Partisipasi yang didorong oleh mental dan emosi disebut partisipasi otonom, sedangkan partisipasi didorong dengan paksaan disebut mobilisasi. Partisipasi mendorong seseorang atau kelompok untuk menyumbang atau mendukung kegiatan bersama, berdasarkan kesukarelaan sehingga tumbuh rasa tanggung jawab bersama terhadap kepentingan kelompok atau organisasi.

Partisipasi secara umum merupakan peran serta atau keikutsertaan/keterlibatan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer, 1991 dalam Finna (2010) menjelaskan bahwa pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pembangunan. Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dibutuhkan pendekatan yang mensinergikan potensi masyarakat. Pendekatan ini memerlukan perencanaan matang yang mendorong peran serta aktif masyarakat.

Lebih lanjut Soetrisno, 1995 dalam Finna (2010) menyatakan bahwa ada dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat yaitu : Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Definisi ini mempunyai motto yang berbunyi silahkan anda (baca:rakyat) berpartisipasi, tetapi pemerintah yang merencanakan. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam definisi ini diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan,


(57)

pemerintah.

Definisi kedua yang ada dan berlaku universal adalah partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasilpembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya dikur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan program yang ada di wilayah mereka. Ukuran lainnya adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan itu.

Definisi mana yang akan dipakai akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengembangkan dan memasyarakatkan sistem pembangunan wilayah yang partisipatif. Dari sudut pandang sosiologis, definisi pertama tidak dikatakan sebagai partisipasi rakyat dalam pembangunan, melainkan mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Mobilisasi rakyat dalam pembangunan hanya dapatmengatasi permasalahan pembangunan dalam jangka pendek. Di Indonesia cenderung menggunakan definisi pertama dalam proses pembangunan, baik yang bersifat nasional maupun regional.

Mikkelsen, 1999 dalam Finna (2010) menegaskan bahwa: Dua alternatif dalampembangunan partisipasi berkisar pada partisipasi sebagai tujuan pada dirinya sendiri atau sebagai alat untuk mengembangkan diri. Logikanya, keduainterpretasi itu merupakan suatu kesatuan, suatu rangkaian. Keduanya


(1)

118

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Persepsi masyarakat terhadap PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji dikatagorikan B (baik) dengan perincian sebagai berikut: a. Persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya terhadap tujuan PNPM

Mandiri berada dalam kategori B (baik).

b. Persepsi masyarakat Kecamatan Tanjungraya terhadap dan prinsip-prinsip dasar PNPM Mandiri berada dalam kategori B (baik).

2. Ditinjau dari tingkat pendidikannya, responden pada berbagai tingkat pendidikan (mulai dari tidak/belum pernah sekolah hingga sarjana) cenderung memberikan jawaban/pernyataan setuju (S) dan sangat setuju (SS) terhadap keseluruhan butir soal baik tentang tujuan-tujuan maupun prinsip-prinsip PNPM Mandiri. Hal itu mencerminkan keberhasilan yang baik dari pemerintah (pusat hingga desa) beserta tenaga Fasilitator Masyarakat dalam memberikan pendampingan dan fasilitasi pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjungraya.

3. Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan partisipatif PNPM berada pada kriteria


(2)

119

Penentraman (Placation). Derajat partisipasi tersebut mencerminkan bahwa pendekatan partisipatif sebagai ruh program pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemikinan (PNPM Mandiri) dapat dikatakan telah terimplementasi dengan cukup baik.

Persepsi masyarakat yang baik terhadap PNPM Mandiri dan tingkat partisipasi masyarakat yang berada pada derajat yang baik akan mendukung keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri sebagai salah satu program pengentasan kemiskinan di Kecamatan Tanjungraya. Keberhasilan program pengentasan kemiskinan di Kecamatan Tanjungraya itu sendiri tentunya berpengaruh terhadap pengurangan angka kemiskinan di Kecamatan Tanjungraya.

B. Saran

Memperhatikan hasil kesimpulan di atas maka beberapa saran yang dapat diberikan dalam rangka peningkatan kualitas program PNPM Mandiri dan pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Tanjungraya Kabupaten Mesuji adalah: 1. Sosialisasi program yang ditekankan pada tujuan dan prinsip-prinsip PNPM

Mandiri harus terus dilakukan secara intensif dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, sehingga nilai-nilai dasar dalam pelaksanaan PNPM Mandiri tersebut dapat terus diterapkan secara tepat dan konsisten untuk mencapai keberhasilan program.

2. Partisipasi masyarakat sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya sebagai input utama dalam pelaksanaan program pembangunan harus ditingkatkan hingga pada level Partnership (Kemitraan), Pendelegasian (Delegated Power)


(3)

120

dan bahkan jika dapat hingga pada level Kendali Warga (Citizen Control) dengan memberikan sebagian kewenangan pemerintah secara nyata dalam proses pembangunan kepada masyarakat.

3. Prilaku masyarakat sebagai agen utama pembangunan yang baik seperti halnya pada pelaksanaan PNPM Mandiri harus terimplementasikan pada berbagai program-program dan kegiatan pembangunan yang lainnya, tidak hanya pada pelaksanaan PNPM Mandiri saja.

4. Keberlanjutan program pembangunan yang mampu meningkatkan kapasitas kemandirian dan keberdayaan masyarakat harus terus dilaksanakan baik di Kecamatan Tanjungraya maupun di wilayah lainnya di Indonesia hingga pada masa mendatang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, Wignyo. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat. ITS Press, Surabaya.

Adrianto, Bowo. 2006. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu Pada Swadaya Masyarakat di Kota Magelang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Apriyanti. 2011. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok. Universitas Andalas, Padang.

Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP, Vol. 35, No. 4, July 1969, pp. 216-224.

BEM-FEUI. 2002. Teknik Pemberdayaan Masyarakat. Makalah dalam Pelatihan Program Pengembangan Desa Binaan Bogor, 26–29 September 2002.

Cholisin. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Makalah. Disampaikan Pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 19-20 Desember 2011.

Emby. 2011. Relationship Between citizen’s Perception and Level of Participation in Local Government. International Conference on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 (2011), IACSIT Press, Singapore.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Hayeb, 1993. Kamus Indonesia Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Kartono, Kartini & Gulo, Dali. 1987. Kamus Psikologi. Pionir Jaya, Bandung.

Khairudin. 1992. Pembangunan Masyarakat, Tinjauan Aspek Sosiologis, Ekonomi dan Perencanaan, Liberty, Yogyakarta.


(5)

Mussadun. 2000. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang : ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992. “Tata Loka Vol 5”.

Nasir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta, Jakarta.

Okafor, Francis C. 1987. Participatory Development in Rural Nigeria. Canadian Journal of African Studies / Revue Canadienne des Études Africaines, Vol.21, No. 2 (1987), pp. 231-23

PNPM. 2007. Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). http://pnpm-mandiri.org.

Rizqina, Finna. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah Di Kecamatan Kalideres Kotamadya Jakarta Barat. UI, Jakarta.

Siagian, JE. 2007. Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang. USU, Medan.

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S, Jakarta

Siregar, H. 2006. Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong Investasi dan Menciptakan Lapangan Kerja. Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan. INDEF, Jakarta.

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sofianto, dkk. 2009. Kajian Kapasitas dan Keberlanjutan Kelembagaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Perdesaan dan Pengelolaan Keuangan di Unit Pengelola Kecamatan (UPK) (Studi Kasus di

Kabupaten Temanggung dan Demak). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah

Vol.7 No.2, Desember 2009.

Sugiono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA. Bandung.

Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Citra Utama, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. PT Gramedia, Jakarta.


(6)

Supriyono. 2009. Pengaruh Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Universitas Jember, Jember.

Sutami. 2009. Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Prasarana Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Universitas Diponegoro, Semarang. Sutoro, Eko. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan

Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002.

Swedianti, Karina. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). IPB, Bogor.

Syukri, dkk. 2010. Studi Kualitatif Dampak PNPM Perdesaan 2010. Lembaga Penelitian SMERU. Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, Michael P. 1990. Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta. Walgito, Bimo. 2000. Psikologi Sosial (suatu pengantar), Yogyakarta, Andi

Wibisana Gunawan. 1989. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Peremajaan Pasar, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Wrihatnolo, R.R., dan Dwidjowijoto, R.N. (2007). Manajemen Pemberdayaan. Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Yulianti, Yoni. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Universitas Andalas, Padang.

Zulfachri, Budi. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Ketidakmerataan terhadap Kemiskinan di Indonesia. UI, Depok.


Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI KELURAHAN MUNGGUT KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

1 9 29

EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) BIDANG PRASARANA DAN SARANA DI DESA SILO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

0 6 17

EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) BIDANG PRASARANA DAN SARANA DI DESA SILO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

0 7 17

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KECAMATAN BONDOWOSO KABUPATEN BONDOWOSO

0 5 27

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KECAMATAN BONDOWOSO KABUPATEN BONDOWOSO

0 3 27

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KECAMATAN BONDOWOSO KABUPATEN BONDOWOSO

0 4 27

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KECAMATAN BONDOWOSO KABUPATEN BONDOWOSO

0 3 27

PERANAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

0 17 83

PERANAN KEPALA DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMPERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DI DESA NEGARA RATU KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

0 21 52

PERSEPSI DAN PARTISIPASO MASYRAKT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DI KABUPATEN MESUJI (Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya

4 28 96