B. Unsur Teologis dalam Budaya  Pertukaran.
Sistem pertukaran, pembelian dan atau pemberian kepada sesama atau ‘penguasa alam semesta’  untuk  suatu  maksud  tertentu  tidak  saja dijumpai  dalam  masyarakat  primitif  yang
menganut penyembahan pangan atau berhala-berhala, tetapi juga dijumpai dalam kehidupan masyarakat  Israel  dan  Yehuda,  yang  dalam  Alkitab  dikenal  sebagai  bangsa  yang  dipilih
untuk menyembah YAHWEH, Allah Israel, Allah yang hidup. Sejak  zaman  Adam  dan  Hawa,  manusia  telah  mempraktekkan  tindakan  memberi
persembahan  atau  pemberian  kepada  Sang  Penguasa.  Kisah  Kain  dan  Habel  dalam  Kitab Kejadian
memberikan penjelasan
tentang hal
ini. Dikatakan
bahwa Kain
mempersembahkan  sebagian  dari  hasil  tanah  itu  kepada  TUHAN  sebagai  korban persembahan;    Habel  juga  mempersembahkan  korban  persembahan  dari  anak  sulung
kambing  dombanya,  yakni  lemak-lemaknya;  maka  TUHAN  mengindahkan  Habel  dan korban  persembahannya  itu
22
.  Dalam  hal  ini,  pemberian  sebagai  tanda  ucapan  syukur kepada Tuhan yang memberi berkat.
Dalam  Kejadian  14:21    raja  Sodom  menawarkan  pertukaran  kepada  Abraham: Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu
23
. Pembelian dengan  tukar-menukar  dan  merepresentasikan  kehormatan  dilakukan  oleh  Abraham  ketika
hendak  membeli  kuburan  untuk  menguburkan  Sarah.  Abraham  menimbang  empat  ratus syikal  perak  dan  membeli    ladang  Efron,  di  Makhpela  di  sebelah  timur  Mamre  menjadi
kuburan miliknya
24
. Contoh  lain adalah  pemberian atau  pertukaran  dalam  hal  meminang  anak  gadis  yang
juga terlihat dalam zaman Perjanjian Lama. Abraham akan mengambil istri untuk anaknya Ishak  dan  hambanya  Eliezer  diutus  untuk  maksud  tersebut
. Kejadian  24:53  menyatakan,
“Kemudian hamba itu mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, dan
22
Alkitab Terjemahan Baru , LAI, Jakarta:2000, Kejadian 4:3-4, 4
23
Ibid, 13
24
Ibid, Kejadian 23:17, 23
memberikan  semua  itu  kepada  Ribka;  juga  kepada  saudaranya  dan  kepada  ibunya diberikannya  pemberian  yang  indah-indah”
25
.  Pemberian  atau  pertukaran  dalam  kisah  ini mengindikasikan penghormatan dan kekerabatan.
Dalam perjanjian keimamatan antara Allah dengan umat Israel, TUHAN menetapkan kaum  Lewi  sebagai  pemberian  untuk  Imam  Harun  guna  maksud  pendamaian.  “Dan  Aku
menyerahkan orang Lewi dari tengah-tengah orang Israel sebagai pemberian kepada Harun dan  anak-anaknya  untuk  melakukan  segala  pekerjaan  jabatan  bagi  orang  Israel  di  Kemah
Pertemuan,  dan  untuk  mengadakan  pendamaian  bagi  orang  Israel,  supaya  orang  Israel jangan kena tulah apabila mereka mendekat ke tempat kudus
26
. Dalam ayat ini terlihat campur tangan Tuhan sebagai penguasa atas hidup umat-Nya,
di mana Tuhan sendiri yang berinisiatif dalam ‘pemberian’ kaum Lewi kepada imam besar dengan  maksud  pendamaian,  agar  umat  Israel  terhindar  dari  tulah  atau  hukuman  ketika
mendekati  tempat  kudus  di  mana  Tuhan  berdiam.  Demikian  pula  pemberian-pemberian kepada  para  imam,  kaum  Lewi  dan  kepada  Tuhan  sendiri  membawa  pendamaian  antara
umat  Allah  dengan  Allah  sendiri.  Pemberian  dalam  contoh  ini  mengindikasikan  adanya tujuan untuk mendapatkan perkenanan, perdamaian dan keselamatan.
Dalam  kisah  Naaman,  panglima  raja  Aram  yang  menderita  penyakit  kusta,  Naaman membawa  pemberian-pemberian  kepada  nabi  Tuhan  untuk  meminta  kesembuhan.
“Maka jawab raja Aram: ‘Baik, pergilah  dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel. Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam
ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian’.
27
Pemberian dalam contoh ini menunjukkan adanya tujuan untuk memperoleh kesembuhan.
Dalam  Bilangan  23,  terlihat  kisah  Balak,  raja  Moab  yang  mengirimkan  upah penenung, menawarkan upah yang lebih besar kepada Bileam dan mengorbankan tujuh ekor
25
Ibid, 25
26
Ibid, Ulangan 8:19, 214
27
Ibid, 2 Raja-raja 5:5, 424
lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan,  dengan maksud Bileam mengucapkan kata-kata serapah  atas  umat  Israel
28
.  Dalam  kisah  ini,  pemberian  ditukarkan  dengan  imbalan kecelakaan bagi musuh dan kesejahteraan bagi diri sendiri.
Dalam  masa  pemerintahan  Salomo,  pemberian-pemberian  dikirimkan  dan  diterima sebagai tanda hormat :
Raja  Salomo  memberikan  kepada  ratu  negeri  Syeba  segala  yang dikehendakinya  dan  yang  dimintanya,  melebihi  yang  dibawa  ratu  itu  untuk
raja.  Lalu  ratu  itu  berangkat  pulang  ke  negerinya  bersama-sama  dengan pegawai-pegawainya.    Adapun  berat  emas,  yang  dibawa  kepada  Salomo
dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta,  belum terhitung yang dibawa oleh saudagar-saudagar dan pedagang-pedagang; juga
semua  raja  Arab  dan  bupati-bupati  di  negeri  itu  membawa  emas  dan  perak kepada Salomo
29
. Dalam masa pembangunan Bait Suci oleh Raja Salomo,Hiram, raja Tirus,  membantu
Salomo  dengan  kayu  aras,  kayu  sanobar,  dan  emas,  sebanyak  yang  dikehendaki  untuk pembangunan  bait  suci  dan  Salomo  menukarnya  dengan  memberikan  dua  puluh  kota  di
negeri  Galilea  kepada  Hiram
30
.  Dalam  hal  ini  pemberian  dan  pertukaran  dilihat  sebagai bentuk kerja sama, tanggung jawab, dan persahabatan dan kehormatan.
Dalam zaman Perjanjian Baru, ditemukan contoh pemberian hadiah dari orang majus ketika Yesus Kristus lahir. Para orang majus melihat bintang di timur dan memahami bahwa
seorang  raja  besar  telah  lahir,  karena  itu  mereka  membawa  persembahan  mas,  mur  dan kemenyan sebagai tanda penghormatan dan penyembahan.
31
Pada  masa  gereja  mula-mula,  dalam  masa  pelayanan  Rasul  Paulus,  jemaat-jemaat saling memberi dan menerima, sebagai bentuk pelayanan kasih kepada sesama saudara dan
ucapan  syukur  kepada  Tuhan.  Paulus  mengatakan,  “Sebab  pelayanan  kasih  yang  berisi
28
Ibid, 184.
29
Ibid, 2 Tawarikh 9:14,464.
30
Ibid, 1 Raja-raja 9:11, 396
31
Ibid, Matius 2:1-11, 1,2
pemberian  ini  bukan  hanya  mencukupkan  keperluan-keperluan  orang-orang  kudus,  tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah”
32
. Dari  paparan  di  atas,  dapat  dimengerti  bahwa  pemberian,  pertukaran  dan  pembelian
dalam  kehidupan  umat  Allah,  tidak  saja  berupa  pemberian  atau  pertukaran  yang  memiliki makna  persahabatan,  kekerabatan,  kehormatan  dan  bentuk  kerja  sama,  tetapi  terdapat  di
dalamnya ikatan spiritual dengan YAHWEH atau TUHAN, Allah Israel. Tuhan disertakan dalam setiap bentuk pertukaran atau pemberian.
Dalam budaya masyarakat Timor, ada banyak ragam pemberian atau pertukaran yang mengandung  unsur  teologis.  Beberapa  contoh  antara  lain  memberikan,  menazarkan  atau
mengkhususkan  anak  pertama  untuk  kelak  menjadi  pelayan  Tuhan,  pendeta  atau  pekabar Injil.  Ini  adalah  sebuah  contoh  pemberian  orang  tua  sebagai  ucapan  syukur  kepada  Tuhan
yang  telah  mengaruniakan  hidup  kepada  sang  anak,  dan  sebagai  bukti  pengabdian  dan penyembahan  kepada  Tuhan.  Hal  ini  telah  menjadi  sebuah  kerinduan  dalam  hati  keluarga-
keluarga  Timor  yang  sungguh-sungguh  beribadah  kepada  Tuhan,  mungkin  karena dilatarbelakangi  oleh  pemahaman  terhadap  Firman  Tuhan  dalam  Keluaran  13:2    di  mana
Tuhan  memerintahkan  bangsa  Israel,  Kuduskanlah  bagi-Ku  semua  anak  sulung,  semua yang  lahir  terdahulu  dari  kandungan  pada  orang  Israel,  baik  pada  manusia  maupun  pada
hewan; Akulah yang empunya mereka
33
. Contoh pemberian yang lain adalah mempersembahkan hasil panen pertama atau hasil
pertama  dari  ternak,  yang  dibawa  sebagai  persembahan  hulu  hasil  kepada  Tuhan.  Orang Timor  percaya  bahwa  hasil  pertama  dari  setiap  panen,  baik  hasil  panen  sawah,  ladang,
seperti  jagung  atau  buah-buahan  dari  hasil  kebun  harus  dipersembahkan  kepada  Tuhan sebagai  sumber  berkat,  agar  Tuhan  memberkati  sawah,  ladang,  kebun  dan  segala  usaha
pekerjaan di waktu-waktu mendatang. Biasanya hulu hasil akan berupa padi, jagung, buah-
32
Ibid,2 Korintus 9:12, 221
33
Alkitab Terjemahan Baru , LAI, Jakarta: 2000, Keluaran 13:2
buahan,  sayur-sayuran  bahkan  ternak  seperti  ayam,  dibawa  dan  diletakkan  di  depan  altar gereja  untuk  dilelangkan,  dan  uang  hasil  pelelangan  hulu  hasil  dipakai  untuk  pelayanan
pekerjaan Tuhan. Selain pemberian-pemberian itu dibawa sebagai persembahan di rumah Tuhan, orang
Timor juga membawanya kepada pendeta dan pelayan Tuhan, sebagai pemberian dan tanda kasih  atas  pelayanannya  dalam  jemaat.  Melaluinya,  pendeta  atau  pelayan  Tuhan  juga
diberkati  dan  dengan  demikian  memohonkan  berkat  bagi  pekerjaan  dan  usaha  jemaat. Pemberian hulu hasil ini mungkin dilatarbelakangi oleh pemahaman terhadap Firman Tuhan
yang  disampaikan  kepada  bangsa  Israel  mengenai  persembahan  hulu  hasil,  sebagaimana dikatakan  dalam  Bilangan  18:13,    “Hulu  hasil  dari  segala  yang  tumbuh  di  tanahnya  yang
dipersembahkan  mereka  kepada  TUHAN  adalah  juga  bagianmu;  setiap  orang  yang  tahir dari seisi rumahmu boleh memakannya.”
34
Tradisi ini juga dijumpai dalam masyarakat Atoni yang masih menganut agama suku, di  mana  hulu  hasil  dibawa  sebagai  persembahan  bagi  Uis  Neno,  sebagaimana  dikatakan
oleh Yewonge,
Sedangkan  yang  berhubungan  dengan  panen  disebut  :  pena  nakan,  ane nakan
harafiah  berarti  :  kepala  jagung,  kepala  padi  yang  dapat  diartikan sebagai  buah-buah  yang  pertama  dari  panen.  Adalah  tabu  untuk  memakan
hasil panen sebelum buah yang pertama dikurbankan. Sesudah itu buah-buah yang  pertama  juga  dibawa  kepada  penghulu-penghulu  bersangkutan,  yang
juga disebut : pena nakan, ane nakan. Ia menjadi semacam upeti panen. Sesudah  panen  itu  matang,  diselenggarakanlah  ritus  pena  suf  bia,…
Binatang-binatang yang  dipakai untuk persembahan dankurban adalah babi, kerbau dan ayam.”
35
C. PandanganTentang Makna Anak