ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF LITTER AND SOIL CARBON STOCK IN CULTIVATION AND NATURAL AREA OF INTERGRATED CONSERVATION EDUCATION FOREST WAN ABDUL RACHMAN GREAT FOREST

PARK

By

Leoni Dellta Ellannia

Intergrated Conservation Education Forest Wan Abdul Rachman (ICGEF WAR) Great Forest Park is a conservation forest zone which have natural and cultivation area. Natural area is a secondary forest and cultivation area is cacao agroforestry areas and mixed coffee agroforestry area in ICGEF WAR Great Forest Park. The difference land utilization which have been performed in both area caused the difference in carbon sink particularly in litter and soil. This research was aimed to reveal the difference of litter and soil carbon stock in natural and cultivation area. Plot in this study field was determined by using purposive sampling method. The research was conducted in June-August 2015. Data were analyzed by analysis of variance for completely randomized design and continued with Honestly Significance Difference test at 5% level. The results showed that there was no


(2)

Leoni Dellta Ellannia

difference of litter C stock in cultivation and natural area and soil C stock in natural area was higher than cultivate area in ICGEF WAR Great Forest Park.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

Leoni Dellta Ellannia

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR) merupakan wilayah hutan konservasi yang memiliki areal alami dam areal budidaya. Areal alami pada HPKT Tahura WAR merupakan hutan sekunder sedangkan areal budidaya teridiri dari areal agroforestri kakao dan kopi campuran. Perbedaan pemanfaatan lahan yang dilakukan di kedua areal tersebut menyebabkan terdapat perbedaan pada penyerapan karbon khususnya pada serasah dan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan simpanan karbon tanah dan serasah di areal alami dan budidaya. Penentuan plot di lapangan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2015. Analisis data dengan menggunakan analisis ragam untuk Rancangan Acak Lengkap dan kemudian diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan simpanan C serasah di areal budidaya dan areal alami dan


(4)

Leoni Dellta Ellannia

simpanan C tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya budidaya di HPKT Tahura WAR.

Kata kunci: agroforestri, hutan sekunder, simpanan karbon serasah, simpanan karbon tanah.


(5)

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI

HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

(Skripsi)

Oleh

LEONI DELLTA ELLANNIA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF LITTER AND SOIL CARBON STOCK IN CULTIVATION AND NATURAL AREA OF INTERGRATED CONSERVATION EDUCATION FOREST WAN ABDUL RACHMAN GREAT FOREST

PARK

By

Leoni Dellta Ellannia

Intergrated Conservation Education Forest Wan Abdul Rachman (ICGEF WAR) Great Forest Park is a conservation forest zone which have natural and cultivation area. Natural area is a secondary forest and cultivation area is cacao agroforestry areas and mixed coffee agroforestry area in ICGEF WAR Great Forest Park. The difference land utilization which have been performed in both area caused the difference in carbon sink particularly in litter and soil. This research was aimed to reveal the difference of litter and soil carbon stock in natural and cultivation area. Plot in this study field was determined by using purposive sampling method. The research was conducted in June-August 2015. Data were analyzed by analysis of variance for completely randomized design and continued with Honestly Significance Difference test at 5% level. The results showed that there was no


(7)

Leoni Dellta Ellannia

difference of litter C stock in cultivation and natural area and soil C stock in natural area was higher than cultivate area in ICGEF WAR Great Forest Park.


(8)

ABSTRAK

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADU TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

Leoni Dellta Ellannia

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR) merupakan wilayah hutan konservasi yang memiliki areal alami dam areal budidaya. Areal alami pada HPKT Tahura WAR merupakan hutan sekunder sedangkan areal budidaya teridiri dari areal agroforestri kakao dan kopi campuran. Perbedaan pemanfaatan lahan yang dilakukan di kedua areal tersebut menyebabkan terdapat perbedaan pada penyerapan karbon khususnya pada serasah dan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan simpanan karbon tanah dan serasah di areal alami dan budidaya. Penentuan plot di lapangan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2015. Analisis data dengan menggunakan analisis ragam untuk Rancangan Acak Lengkap dan kemudian diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan simpanan C serasah di areal budidaya dan areal alami dan


(9)

Leoni Dellta Ellannia

simpanan C tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya budidaya di HPKT Tahura WAR.

Kata kunci: agroforestri, hutan sekunder, simpanan karbon serasah, simpanan karbon tanah.


(10)

ANALISIS KARBON TERSIMPAN PADA SERASAH DAN TANAH DI AREAL BUDIDAYA DAN AREAL ALAMI HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADU

TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

LEONI DELLTA ELLANNIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(11)

(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 8 Agustus 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Murwadi dan Ibu Rohati. Penulis memulai jenjang pendidikannya pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 1 Beringin Raya dan selesai pada tahun 2004, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mengambil Jurusan Kehutanan.

Penulis pernah mengikuti program pertukaran pelajar Short Term Exchange Program at Tokyo University of Agricutulture and Technolgy (STEP@TUAT) di Tokyo, Jepang selama satu tahun pada tahun 2013-2014. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi (UKMF) ZOOM. Di Himasylva (Himpunsn Mahasiswa Jurusan Kehutanan), penulis pernah menjabat sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan


(14)

Organisai periode tahun 2011-2012 dan menjadi Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi pada masa jabatan 2013-2014.

Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum Kehutanan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banyuurip, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Bandarsari, Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan.


(15)

Untuk Ayahanda

Murwadi

dan Ibunda

Rohati

,

serta kakakku

Dina Novitta

dan

Maita Lamatha

,


(16)

SANWACANA

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judulAnalisis Karbon Tersimpan pada Serasah Dan Tanah di Areal Budidaya dan Areal Alami Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(2) Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan Kehutanan dan Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(17)

iii

(3) Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(4) Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.sc selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5) Bapak Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku Pembahas yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi. (6) Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(7) Pak Adik dan Pak Soleh yang telah membagi pengetahuannya dan membantu saya di lokasi penelitian.

(8) Saudara-saudaraku kehutanan 2010 “Sylvaten” terimakasih atas dukungan, semangat, motivasi dan kebersamaan baik dalam suka maupun duka.

(9) Sahabat dan saudara di Hymasylva Unila dan Minna no Nihon Go Lampung yang selama ini telah memberikan pengalaman berharga.

(10) Rimbawan dari bebagai angkatan yang selalu menyemangati penulis, dan (11) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu


(18)

iv

Penulis sangat berterimakasih atas semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar Lampung, April 2016


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Biomassa... 7

2.2 Karbon ... 8

2.3 Taman Hutan Raya ... 11

III. BAHAN DAN METODE... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

4.1 Karbon (C) Serasah Tersimpan ... 20

4.2 Karbon (C) Tanah Tersimpan... 21

V. SIMPULAN DAN SARAN... 28

5.1 Simpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 13

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 13

3.3 Batasan Penelititan... 14

3.4 Pengumpulan Data... 14


(20)

vi

DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN... 31

Tabel 5-15 ... 31-40 Gambar 2-8 ... 41-43


(21)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karbon tersimpan pada serasah di areal alami dan areal budidaya HPKT Tahura WAR... 2. Karbon tersimpan pada tanah di areal alami dan areal budidaya

HPKT Tahura WAR... 3. Kandungan C tanah organik di areal alami dan budidaya HPKT

Tahura WAR... 4. Simpanan karbon pada tanah terhadap kedalaman di areal alami dan areal budidaya di HPKT Tahura WAR... 5. Tabulasi karbon (C) serasah tersimpan di areal alami dan areal

budidaya di HPKT Tahura WAR... 6. Analisis ragam C serasah di areal alami dan areal budidaya... 7. Spesies tumbuhan di areal alami dan budidaya HPKT Tahura WAR. 8. Hasil analisis berat isi tanah di areal alami HPKT Tahura WAR... 9. Hasil analisis berat isi tanah di areal budidaya HPKT Tahura WAR.. 10. C tanah tersimpan pada areal alami HPKT Tahura WAR... 11. C tanah tersimpan pada areal budidaya HPKT Tahura WAR... 12. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alami

dan areal budidaya di HPKT Tahura WAR... 13. Analisis ragam C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada areal

alami dan areal budidaya di HPKT Tahura WAR...

14. C tanah tersimpan terhadap lokasi pada areal alami dan areal

20 22 23 25 31 32 33 34 35 36 37 38 38


(22)

viii

budidaya di HPKT Tahura WAR... 15. C tanah tersimpan terhadap kedalaman pada areal alami dan areal

budidaya di HPKT Tahura WAR... 40


(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka penelitian... 2. Plot 1 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 3. Plot 2 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 4. Plot 3 areal alami HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 5. Plot 1 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 6. Plot 2 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 7. Plot 3 areal budidaya HPKT Tahura WAR bulan Juni 2015... 8. Peta lokasi penelitian...

5 41 41 42 42 43 43 44


(24)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis perubahan iklim kini menjadi permasalahan global yang telah menarik perhatian dunia. Berbagai macam dampak telah bermunculan seperti bencana alam yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Penyebab masalah ini adalah menghangatnya permukaan bumi akibat hasil pembakaran bahan bakar fosil. Hasil pembakaran tersebut meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer terutama gas karbon dioksida (CO2). Pada tahun 2012 jumlah emisi CO2dunia

adalah sekitar 34,5 milyar ton, meningkat sekitar 1,4% dari tahun sebelumnya (Olivier dkk, 2013).

Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi produksi gas rumah kaca dan mencegah CO2dilepas ke atmosfer bumi dengan menyimpannya di suatu tempat. Melalui

fotosintesis, tumbuhan menyerap CO2dan mengubahnya menjadi zat makanan

dan oksigen. Namun pada kenyataannya vegetasi yang ada di biosfer belum mampu untuk menyimpan semua emisi karbon. Pada tahun 2012, Indonesia telah menghasilkan karbon dioksida sebesar 0,49 milyar ton (Olivier dkk, 2013). Salah satu penyumbang emisi CO2di Indonesia adalah alih fungsi lahan hutan menjadi


(25)

2

juta hektar (Direktorat Jenderal Planologi, 2012). Hutan sebagai ekosistem yang dominan memiliki fungsi yang penting dalam penyerapan CO2dalam jumlah yang

cukup besar. Karbon pada hutan tersimpan pada vegetasi termasuk pepohonan yang menghasilkan serasah. Tanah juga merupakan salah satucarbon pool

mampu menyimpan kabon dalam bentuk bahan organik tanah sebanyak 2 Gt/tahun (Lal, 2008).

Hutan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi lindung, produksi dan konservasi. Hutan konservasi memegang peranan penting dalam kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga pada areal ini tidak dilakukan kegiatan pemanenan untuk hasil kayu. Namun karena desakan ekonomi masyarakat melakukan pembukaan lahan pada areal hutan dan menanam tanaman semusim yang dapat berproduksi lebih cepat sehingga kurang sesuai dengan fungsi hutan konservasi. Degradasi hutan ini akan mengakibatkan kemampuan hutan dalam penyerapan karbon menurun sehingga jumlah karbon yang tersimpan di hutan, khususnya pada serasah dan tanah (Monde dkk, 2008).

Salah satu hutan konservasi yang ada di Provinsi Lampung adalah Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu (HPKT) Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) memiliki areal alami dan areal budidaya. Perbedaan perlakuan pada kedua areal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan hutan dalam penyerapan karbon. Oleh karena itu pada lokasi ini perlu dilakukan pendugaan jumlah karbon tersimpan khususnya pada serasah dan tanah.


(26)

3

1.2 Rumusan Masalah

Adakah perbedaan antara karbon tersimpan pada serasah dan tanah di areal

budidaya dengan areal alami Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR)?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga perbedaan karbon tersimpan pada serasah dan tanah di areal budidaya dengan areal alami HPKT Tahura WAR.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Sumber informasi ilmiah untuk peneliti-peneliti lainnya tentang karbon tersimpan pada tanah dan serasah Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rahman.

2. Hasil penelitian menjadi dasar ilmiah bagi Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Universitas Lampung danstakeholderterkait dalam rangka

pengelolaan hutan Register 19 Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rahman.


(27)

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Kawasan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terbagi menjadi areal budidaya dan alami dengan komposisi vegetasi yang berbeda (Wahyudi, 2013). Salah satu jasa lingkungan yang dapat diberikan oleh hutan adalah kemampuannya dalam penyerapan dan penyimpanan karbon, dan adanya perbedaan perlakuan pada masing-masing areal sehingga diduga setiap areal memiliki jumlah simpanan karbon yang berbeda khususnya pada serasah dan tanah. Selain itu, HPKT Tahura WAR memiliki topografi bervariasi dari berombak sampai bergunung yang dapat mempengaruhi simpanan karbon di serasah dan tanah.

Serasah yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah dedaunan dan ranting yang jatuh di ataslitter trap. Kemudian dilakukan penimbangan berat basah serasah dan mengeringkan serasah di dalam oven untuk mengetahui berat kering serasah sehingga dapat dilakukan perhitungan biomassa serasah. Kandungan karbon yang tersimpan di dalam hutan adalah sebesar 50% biomassa hutan tersebut (Brown, 1997; Paladinic dkk, 2009) sehingga kandungan karbon serasah dapat diketahui apabila biomassa serasah dikalikan dengan 50% dan kemudian dikonversikan ke tingkat lahan. Pada pengambilan sampel tanah yaitu

mengggunakan bor tanah dan tanah yang diambil merupakan pengambilan contoh tanah utuh untuk mengetahui berat isi. Untuk mengetahui kandungan karbon tanah menggunakan pengambilan contoh tanah terganggu. Selain itu, diperlukan data mengenai kedalaman contoh tanah, dan %C organik untuk mengetahui kandungan karbon tanah. Setelah dilakukan konversi satuan ke tingkat lahan, maka karbon


(28)

5

tersimpan pada serasah dan tanah dapat diketahui (Hairiah dkk, 2011). Secara umum kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk bagan alir yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran. Hutan Pendidikan Konservasi

Terpadu Tahura WAR

Tanah

% C tanah

Serasah

Kandungan karbon tanah

Litter trap

Biomassa serasah

Kandungan karbon serasah

Estimasi karbon tersimpan pada tanah dan serasah di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu TAHURA WAR Pengambilan Contoh Tanah Terganggu Pengambilan Contoh Tanah Utuh Berat Isi Kedalaman Contoh Tanah Areal Alami Areal Budidaya Karbon Tersimpan


(29)

6

1.6 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah karbon tersimpan pada serasah dan tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya HPKT Tahura WAR.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa

Biomassa adalah keseluruhan berat atau volume organisme yang terdapat di dalam suatu kawasan tertentu yang dapat dinyatakan dalam satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997). Biomassa dapat pula didefinisikan sebagai berat kering oven suatu organisme persatuan unit luas yang biasanya dinyatakan dalam satuan kilogram atau ton (Krisnawati dkk, 2014). Biomassa juga dapat diartikan sebagai sumber daya yang dapat diperbarui dan dapat diperoleh tidak hanya dari tanaman, tetapi juga berbagai sumber daya daratan dan lautan, baik secara langsung dan tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi dalam jumlah yang cukup besar (Institut Energi Jepang, 2008).

Biomassa dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, namun secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengelompokkan biologi

berdasarkan jenis biomassa yang ada di alam (berdasarkan ekologi atau spesies tumbuhan) dan pengelompokkan berdasarkan penggunaan biomassa sebagai sumber daya atau energi, yang tidak hanya melihat biomassa sebagai produk dan limbah produk pertanian, kehutanan dan pertanian, tetapi biomassa tanaman juga mencakup hal tersebut (Institut Energi Jepang, 2008).


(31)

8

Biomassa hutan merupakan jumlah bobot kering keseluruhan dari bagian-bagian dari makhluk hidup pada semua species organisme, komunitas atau populasi pada suatu waktu tertentu (Krisnawati, 2010). Biomassa pohon adalah secara lengkap merupakan pengukuran massa dari seriap komponen-komponen pohon berupa akar, tunggul, batang, cabang, ranting, dan daun-daun. Pendugaan biomassa hutan dapat dilakukan dengan melalui klasifikasi hutan menurut peta tutupan lahan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan yaitu hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan bakau primer dan hutan bakau sekunder (Krisnawati dkk, 2014).

2.2 Karbon

Karbon memiliki lambang “C” dengan nilai atom sebesar 12. Hampir setengah

dari penyusun makhluk hidup merupakan karbon. Karbon tersimpan baik di daratan maupun di lautan. Karbon di daratan dapat disimpan dalam bentuk tumbuhan, hewan atau fosil dari keduanya. Menurut IPCC (2006), terdapat 5 kelompok sumber karbon (carbon pool) yaitu biomassa di atas tanah, biomassa di bawah tanah, pohon yang mati, serasah dan tanah.

Karbon dapat pula ditemukan diatmosfer salah satunya dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2) dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

karbon yang ada di bumi. Siklus karbon dapat dengan mudah menjelaskan bagaimana dinamika karbon di alam. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang melibatkan pertukaran atau perpindahan karbon di bumi (Sutaryo, 2009).


(32)

9

Karbon dihasilkan melalui proses respirasi makhluk hidup, proses pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas manusia lainnya. Proses respirasi pada tumbuhan dapat diketahui melalui reaksi kimia berikut.

C6H12O6+ 6O2→6CO2+ 6H2O

Karbon yang ada di udara salah satunya adalah karbon dioksida (CO2). Karbon

dioksida dapat disimpan melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan sehingga menghasilkan karbohidrat yang disimpan di jaringan tumbuhan dan oksigen. Secara kimia proses fotosintesis dapat dilihat dalam reaksi di bawah ini.

6CO2+ 6H2O + foton→C6H12O6+ 6O2

Simpanan karbon tidak hanya disimpan pada vegetasi, tetapi terdapat juga pada serasah, tanah, lautan dan sedimentasi. Jaringan-jaringan tumbuhan dan makhluk hidup lain yang mati akan terdekomposisi menjadi senyawa organik dan

tersimpan di tanah. Sejumlah karbon tanah diangkut melalui aliran permukaan ke sungai. Beberapa karbon tersimpan dengan sedimentasi di dalam sungai, sisanya mengalir ke laut sebagai karbon anorganik dan karbon organik yang terlarut. Kemudian terjadi pertukaran gas antara permukaan laut dan CO2yang ada di

atmosfer yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara udara dan laut. Sebagian kecil karbon organik yang terlarut diubah melalui proses biologi sehingga pada akhirnya menjadi sedimentasi di dasar laut (Ciais dkk, 2013).

Pengukuran karbon pada suatu kawasan dibutuhkan informasi salah satunya yaitu mengenai banyaknya karbon tersimpan saat ini baik yang berada di atas

permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Karbon di atas pemukaan tanah yaitu sebagai berikut.


(33)

10

1. Biomassa pohon. Pepohonan mengandung presentase terbesar simpanan karbon. Agar tidak merusak, pengukuran simpanan karbon dapat

menggunakan persamaan alometrik.

2. Biomassa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi tumbuhan fase semai, tumbuhan menjalar, semak belukar, rumput-rumputan atau gulma. Untuk mengetahui kandungan karbon tumbuhan bawah dapat dilakukan perusakan atau mengambil bagian tanaman.

3. Nekromassa. Simpanan karbon yang diukur adalah batang pohon mati yang tegak, tumbang atau tergeletak di permukaan tanah.

4. Serasah. Serasah meliputi daun-daun yang telah berguguran dan berada di atas permukaan tanah. Begitu pula ranting yang jatuh dan tergeletak di atas

permukaan tanah.

Adapun simpanan karbon dibawah tanah yaitu sebagai berikut.

1. Biomassa akar. Akar berfungsi sebagai penyalur karbon dari tanah ke batang dan tanah dapat memiliki umur yang cukup panjang. Pada tanah hutan, banyak biomassa akar yang diukur yang memiliki diameter lebih dari 2 mm. Pada tanah pertanian lebih banyak ditemukan akar-akar halus.

2. Bahan organik tanah. organisme tanah merombak sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati di dalam tanah sehingga tercampur oleh tanah sehingga terbentuklah bahan organik tanah (Hairiah dkk, 2011).


(34)

11

2.3 Taman Hutan Raya

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang bertujuan untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Hutan Raya (THR) dikenal sejak tahun 1985, ketika diresmikan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda seluas 590 ha yang berlokasi di Bandung Jawa Barat. Kemudian pada tahun 1986 diresmikan pula THR yang kedua, yaitu Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta di Sumatera Barat seluas 240 ha. Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan yang ketiga diresmikan, berlokasi di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, seluas 51.600 ha. Taman Hutan Raya Sultan Adam

merupakan yang keempat yang diresmikan, berlokasi di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, seluas 112.00 ha. Menyusul berturut-turut Taman Hutan Raya R. Soeryo Rahman di Jawa Timur dengan luas 25.000 ha dan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman di Provinsi Lampung, seluas 22.224 ha dan Taman Hutan Raya di Provinsi NTT, Riau, Bali, dan Bengkulu. Adapun fungsi dan peran Taman Hutan Raya antara lain sebagai berikut.

1. Sebagai sumber plasma nutfah flora dan fauna baik yang asli dari suatu kawasan tertentu maupun hasil-hasil budidaya/rekayasa genetik.

2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya dapat mempunyai dampak positif terhadap hidrologi iklim mikro terhadap daerah-daerah sekitarnya.


(35)

12

4. Sebagai tempat penyuluhan bagi generasi muda untuk dapat mencintai alam dan lingkungan alami.

5. Sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.

Berdasarkan fungsi dan peranannya itu maka dalam pengelolaanya Taman Hutan Raya di bagi dalam zona/daerah sebagai berikut.

1. Zona lindung

2. Zona pembinaan flora dan fauna 3. Zona pemanfaatan terbatas

4. Zona pemanfaatan intensif (Kementerian Kehutanan, 1999).

Pada Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terdapat sub blok perlindungan dan sub blok pendidkan . Sub blok perlindungan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang memiliki fungsi untuk tempat perlindungan jenis satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan. Sub blok pendidikan merupakan bagian dari kawasan Tahura WAR yang

diperbolehkan adanya aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengelolaan hutan bersama masyarakat secara terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi (UPTD Tahura WAR, 2009). Pada sub blok lindung didominasi oleh spesies pohon medang, ki tulang, pinangsi dan kenari. Sedangkan pada sub blok pendidikan didominasi oleh spesies pohon karet dan durian (Wahyudi, 2013).


(36)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Luas wilayah areal ini adalah 1.143 ha yang terletak di 105°09’22,17”-105°11’39,13” BT dan 5°24’ 09,78”-5°26’11,41” LS(Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, 2009) dapat diihat pada Gambar 8 (Lampiran). Analisis sampel dilakukan di Laboratoium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah K2Cr2O7N H2SO4pekat,

indikator ferroin 0,025 M, larutan FeSO4N, serasah dan tanah yang ada dalam

petak contoh pengamatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, jaring untuklitter trapukuran 1 x 1 m dengan mata jaring berukuran 0,5 mm, kantong plastik,ring sample, oven, timbangan, Erlenmeyer 500 ml, pipet, buret, blangko pengamatan, kompas, GPS, kamera, dan alat-alat tulis.


(37)

14

3.3 Batasan Penelitian

1. Hutan pendidikan adalah blok atau areal hutan, terdiri dari areal budidaya dan areal alami yang berada di dalam kawasan Tahura WAR yang telah bekerja sama dengan Universitas Lampung dalam pengelolaannya.

2. Areal budidaya merupakan hutan bagian dari kawasan Tahura WAR yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menerapkan

agroforestry.

3. Areal alami merupakan hutan primer bagian dari Kawasan Tahura WAR yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

4. Sampel serasah yang diamati adalah dedaunan dan ranting yang berguguran yang berada dilitter trap.

5. Sampel tanah yang diamati adalah tanah yang berada di dalam plot pengamatan.

3.4 Pengumpulan Data

Jenis data yang telah dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian seperti karakteristik lokasi penelitian dan penelitian-penelitian tentang karbon tanah dan serasah yang telah dilakukan dan dijadikan pendukung analisis data keseluruhan. Data

pendukung ini berupa literatur, dan data yang diperoleh dari instansi setempat yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian.


(38)

15

Data primer pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dan hasil analisis dari laboratorium yaitu berupa biomassa serasah, kerapatan isi tanah, dan % C organik tanah. Pengambilan sampel menggunakanpurposive samplingyaitu menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan mewakili keadaan di HPKT Tahura WAR. Pada penelitian ini rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Total sampel serasah yang diambil adalah 18 sampel. Sedangkan pada sampel tanah dilakukan pengambilan sampel pada 3 kedalaman yang berbeda sehingga total sampel tanah adalah 54 sampel.

Pada areal budidaya dan areal lindung akan dipilih 3 plot sehingga total plot yang akan diteliti adalah 6 plot. Letak plot dapat dilihat pada Gambar 8 (Lampiran). Plot 1 (PA1) di areal alami memiliki elevasi tertinggi dibandingkan dengan plot-plot lainnya yaitu dengan ketinggian 1029 m dpl. Pada plot-plot ini ditemukan 12 jenis tumbuhan dan jenis tumbuhan paling banyak ditemui adalahLitsea firma. Plot 2 (PA2) areal alami terletak pada ketinggian 1006 m dpl. Pada plot ini ditemukan 8 jenis tumbuhan dan jenis yang paling banyak adalahLitsea firmadanVitex pinnata. Plot 3 (PA3) di areal alami memiliki ketinggian 950 m dpl. Terdapat 10 jenis tumbuhan di plot ini danVillebrunea rubescensmerupakan jenis tumbuhan yang banyak ditemukan.

Sedangkan pada plot 1 (PB1) di areal budidaya terletak pada ketinggian 540 m dpl. Plot 2 (PB2) di areal budidaya memiliki ketinggian 525 m dpl. Kedua plot ini hanya terdiri dari 3 jenis tumbuhan dan tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah Theobroma cacao. Perbedaan kedua plot ini adalah pada plot 1, jenis


(39)

16

pohon yang banyak ditemui adalahDurio zibethinus, sedangkanDalbergia latifoliamerupakan jenis pohon yang banyak ditemukan di areal budidaya plot 2. Plot 3 (PB3) di areal budidaya memiliki 10 jenis tumbuhan dan terletak pada ketinggian 369 m. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan adalahErythrina lithosperma. Jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot pengamatan di areal alami lebih banyak dibandingkan dengan areal budidaya. Terdapat 22 spesies tumbuhan yang ditemukan pada plot yang terletak di areal alami. Sedangkan plot yang terletak di areal budidaya ditemukan 11 spesies tumbuhan ditunjukkan pada Tabel 7 (Lampiran).

Karbon tersimpan pada serasah dapat diketahui dari berat kering total serasah dengan melakukan langkah-langkah berikut.

1. Litter trapdibuat dengan luas 1 m2dan ketinggian kurang lebih 60 cm pada plot-plot yang telah ditentukan.

2. Serasah yang telah terkumpul dalam waktu dua minggu (Harrison, 2013) pada

litter trapditimbang dan dikeringovenkan pada suhu 80°C selama 48 jam. 3. Berat kering oven serasah ditimbang dan dicatat pada blangko pengamatan.

Estimasi biomassa serasah dapat diketahui berdasarkan perhitungan berikut (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Keterangan: BK = Berat kering BB = Berat basah

Analisis kandungan karbon serasah menggunakanBiomass Expansion Factor

(BEF). Nilai BEF dapat menduga karbon tersimpan di dalam hutan yaitu sebesar Biomassa serasah (g) = BK subcontoh (g) x Total BB (g)


(40)

17

50% dari biomassa (IPCC, 2006; Paladinicet al., 2009). Sehingga kandungan karbon serasah dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini.

Cs = Biomassa x 50 %

Simpanan C serasah per hektar dapat diketahui melalui perhitungan di bawah ini. C Serasah = Cs x 10

Keterangan:

C Serasah = Kandungan serasah per hektar (kg ha-1) Cs = kandungan karbon serasah (g cm-2)

10 = faktor konversi dari g cm-2ke kg ha-1

Sedangkan karbon tersimpan di dalam tanah dapat diketahui dengan perlu melakukan langkah-langkah berikut.

1. Contoh tanah diambil pada titik yang telah ditentukan pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm dengan menggunakanring sample.

2. Contoh tanah dikengering-anginkan di laboratorium. 3. Analisis berat isi contoh tanah yaitu sebagai berikut.

a. Volume tanah ditentukandengan persamaan π r2t dengan π= 22/7 atau

3,14, r = jari-jari dan t = tinggi atau tebal tanah sehingga dapat diketahui volume tanah.

b. Berat kering oven tanah ditimbang setelah dikeringkan di dalam oven pada suhu 105°C.

c. Berat isi tanah dihitung dengan perhitungan sebagai berikut (Hairiah, 2011).

Berat isi tanah (g cm-3) = berat kering oven tanah (g) volume tanah (cm3)


(41)

18

4. Kandungan karbon pada tanah diukur dengan menggunakan metode Walkey dan Black.

a. Sampel tanah 0,5 gram kering udara ditempatkan ke Erlenmeyer 500 ml (duplo) dan tambahkan 5 ml K2CR2O7N sambil menggoyangkan

Erlenmeyer dengan pelan agar larutan bercampur dengan tanah.

b. 10 ml H2SO4pekat ditambahkan dengan gelas ukur di ruang asap sambil

menggoyangkan Erlenmeyer dengan cepat agar campuran merata dan biarkan campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit sampai mendingin. kemudian encerkan dengan 100 ml air destilata.

c. Campuran dengan 5 ml asam fosfat pekat ditambahkan, 2,5 ml larutan NaF 4% dan 5 tetes indikator difenil amin.

d. Titrasi campuran dengan ammonium ferosulfat 0,5 N hingga warna larutan berubah menjadi hijau terang. Sehingga % C organik dapat diketahui melalui perhitungan berikut.

Keterangan:

T: volume titrasi blanko (ml) S: volume titrasi sampel (ml)

Perhitungan estimasi karbon tanah tersimpan menggunakan rumus sebagai berikut. Ct = Kd xρx % C organic

Keterangan:

Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2) Kd = kedalaman contoh tanah (cm)

ρ=berat isi (g cm-3)

% C organik = nilai presentase kandungan karbon

% C organik = ml K2Cr2O7x (1-T/S)0,3886


(42)

19

Kandungan karbon organik tanah per hektar dapat diketahui berdasarkan rumus di bawah ini.

Ctanah = Ct x 100 Keterangan:

Ctanah = Kandungan karbon organik tanah per hektar (ton/ha = Mg ha-1) Ct = kandungan karbon tanah (g cm-2)

100 = faktor konversi dari g cm-2ke Mg ha-1(Luginaet al., 2011).

3.5 Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah menggunakansoftware Microsoft Office Excel

danStatistix 8.0kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Bartlett untuk mengetahui homogenitas ragam dan dilanjutkan dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata 5%.


(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada areal alami dan areal budidaya Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR) tidak terdapat perbedaan karbon (C) tersimpan pada serasah. Sedangkan C tersimpan pada tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengambilan data C tersimpan pada serasah yang terdapat di lantai hutan dan persen tutupan tajuk (kanopi) sehingga dapat diketahui simpanan C serasah di lantai hutan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait produksi serasah dan hubungannya dengan simpanan C di areal budidaya dan areal alami.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai C tersimpan pada tanah dan serasah di setiap sistem agroforestri yang terdapat di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.


(44)

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaisi, M.M. dan Yin, X. 2005. Tillage and crop residue effects on soil carbon and carbon dioxide emission in cornsoybean rotations.Journal of

Environmental Quality.34(2):437—445.

Aprianis, Y. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasahAcacia crassicarpa A. Cunn. di PT. Arara Abadi. Tekno Hutan Tanaman.4:4147.

Brown, S. 1997.Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests, a Primer.Buku. FAO Forestry Paper 134. FAO Rome. 55 hlm.

Ciais, H.L.M, Sabine, C. Bala, G. Bopp, L. Brovkin, V. Canadell, J. Chabra, A. DeFries, R. Galloway, J. Heimann, M. Jones, C. Le Quéré, C. Myneni, R.B. Piao S. dan Thornton H.L.M. 2013.Carbon and Other Biogeochemical Cycles. In: Climate Change 2013: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Buku. Cambridge University Press, Cambridge. 472 hlm.

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. 2012.Data dan Informasi Pemanfaatan Hutan Tahun 2012. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 145 hlm.

Fontaine, S., Barot, S. Barré, H.L.M. Bdioui, N. Mary, B. dan Rumpel C. 2007. Stability of organic carbon in deep soil layers controlled by fresh carbon supply.Nature.450(7167):277280.

Hairiah, K., Ekadinata, A. Sari R.R. dan Rahayu S. 2011.Pengukuran Cadangan Karbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua.

Buku. World Agroforestry Centre ICRAF SEA Regional. Bogor. 82 hlm. Hairiah, K. dan Rahayu S. 2007.Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor. 77 hlm.

Harrison, M.E. 2013.Standard Operating Procedure: Forest Litter-fall.Buku. Orangutan Tropical Peatland Project. Palangkaraya. 20 hlm.


(46)

28

Hess, N.J., Brown G.E. dan Plata C. 2014.Belowground Carbon Cycling

Processes at the Molecular Scale: An EMSL Science Theme Advosory Panel Workshop(No. PNNL-2219). Laporan. Pacific Northwest National

Laboratory (PNNL), Richland, WA (US). 27 hlm.

Hombegowda, H.C., van Straaten, O. Köhler, M. dan Hölscher D. 2015. On the rebound: soil organic carbon stocks can bounce back to near forest levels when agroforests replace agriculture in southern India.Soil Discussions.

2(2):871902.

Institut Energi Jepang. 2008.Panduan untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomassa. Buku. Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang. Jepang. 351 hlm.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. Agriculture, Forestry and Other Land Use. Buku.Guidelines for National Greenhouse Gas

Inventories (Vol. 4). IGES, Japan.

Jobbagy, E.G. dan Jackson R.B. 2000. The vertical distribution of soil organic carbon and its relation to climate and vegetation.Eccological Applications.

10(2):42346.

Junaidi, E. 2013. Peranan penerapan agroforestry terhadap hasil air daerah aliran sungai (DAS) Cisadane.Jurnal Penelitian Agroforestry.1(1):4153. Kementrian Kehutanan dan Perkebunan. 1999. SK Menteri Kehutanan dan

Perkebunan, Nomor: 849/kpts-II/1999.

Krisnawati, H. Adinugroho, W.C. Imanuddin R. dan Hutabarat. S. 2014. Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di Kalimantan

Tengah.Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 119 hlm.

Krisnawati, H. 2010.REDD+ dan Forest Governance:Status Data Stok Karbon dalam Biomas Hutan di Indonesia.Buku. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 87 hlm

Lal, R. 2008. Carbon sequestration.Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences.363(1492):815830.

Lee, H., Fitzgerald, J. Hewins, D.B. McCulley, R.L. Archer, S.R. Rahn, T. dan Throop, H.L. 2014. Soil moisture and soil-litter mixing effects on surface litter decomposition: A controlled environment assessment.Soil Biology and Biochemistry.72:123132.


(47)

29

Lugina, M., Ginoga, K.L. Wibowo, A. Bainnaura, A. dan Partiani, T. 2011.

Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbon di Kawasan Konservasi. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 28 hlm.

Monde, A., Sinukaban, N. Murtilaksono, K. dan Pandjaitan, N. 2008. Dinamika karbon (C) akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian.Jurnal Agroland.15(1):2226.

Montané, F., Romanyà, J. Rovira, P. dan Casals, P. 2010. Aboveground litter quality changes may drive soil organic carbon increase after shrub

encroachment into mountain grasslands.Plant and Soil.337(1-2):151165. Olivier, J. G., Janssens-Maenhout, G. Muntean, M. dan Peters, J.A.H.W. 2013.

Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report. Buku. PBL Publishers. The Hague. 60 hlm.

Paladinic, E., Vuletic, D. Martinic, I. Marjanovic, H. Indir, K. Benko, M. dan Novotny, V. 2009. Forest biomass and sequestered carbon estimation according to main tree components on the forest stand scale.Periodicum Biologorum.111(4):459466.

Pusat Penelitan dan Pengembangan Kehutanan, 2013.Penggunaan Model

Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Hutan Indonesia. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 33 hlm.

Reicosky, D.C. 2001. Effects of conservation tillage on soil organic carbon dynamics: field experiments in the US corn belt. 481485. DalamStott, D.E. Mohtar, R.H. dan Steinhardt, G.C. (editor).Sustaining The Global FarmSelected Papers From the 10thInternational Soil Conservation Organization Meeting.West Lafayette, IN. 1169 hlm.

Sutaryo, D. 2009.Perhitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International Indonesia

Programme. Bogor. 39 hlm.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. 2009.

Buku Informasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Buku. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm.

Van Straaten, O., Corre, M.D. Wolf, K. Tchienkoua, M. Cuellar, E. Matthews, R.B. dan Veldkamp, E. 2015. Conversion of lowland tropical forests to tree cash crop plantations loses up to one-half of stored soil organic carbon.


(48)

30

Wahyudi, A. 2013.Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman.Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65 hlm.

Zhang, K., Cheng, X. Dang, H. Ye, C. Zhang, Y. dan Zhang Q. 2013. Linking litter production, quality and decomposition to vegetation succession following agricultural abandonment.Soil Biology and Biochemistry.

57:803813.

Zhang, X., Li, Z. Tang, Z. Zeng, G. Huang, J. Guo, W. dan Hirsh, A. 2013. Effects of water erosion on the redistribution of soil organic carbon in the hilly red soil region of southern China.Geomorphology.197:137144.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada areal alami dan areal budidaya Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (HPKT Tahura WAR) tidak terdapat perbedaan karbon (C) tersimpan pada serasah. Sedangkan C tersimpan pada tanah di areal alami lebih tinggi dibandingkan dengan areal budidaya di HPKT Tahura WAR.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengambilan data C tersimpan pada serasah yang terdapat di lantai hutan dan persen tutupan tajuk (kanopi) sehingga dapat diketahui simpanan C serasah di lantai hutan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait produksi serasah dan hubungannya dengan simpanan C di areal budidaya dan areal alami.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai C tersimpan pada tanah dan serasah di setiap sistem agroforestri yang terdapat di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaisi, M.M. dan Yin, X. 2005. Tillage and crop residue effects on soil carbon and carbon dioxide emission in cornsoybean rotations.Journal of

Environmental Quality.34(2):437—445.

Aprianis, Y. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasahAcacia crassicarpa A. Cunn. di PT. Arara Abadi. Tekno Hutan Tanaman.4:4147.

Brown, S. 1997.Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests, a Primer.Buku. FAO Forestry Paper 134. FAO Rome. 55 hlm.

Ciais, H.L.M, Sabine, C. Bala, G. Bopp, L. Brovkin, V. Canadell, J. Chabra, A. DeFries, R. Galloway, J. Heimann, M. Jones, C. Le Quéré, C. Myneni, R.B. Piao S. dan Thornton H.L.M. 2013.Carbon and Other Biogeochemical Cycles. In: Climate Change 2013: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Buku. Cambridge University Press, Cambridge. 472 hlm.

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. 2012.Data dan Informasi Pemanfaatan Hutan Tahun 2012. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta. 145 hlm.

Fontaine, S., Barot, S. Barré, H.L.M. Bdioui, N. Mary, B. dan Rumpel C. 2007. Stability of organic carbon in deep soil layers controlled by fresh carbon supply.Nature.450(7167):277280.

Hairiah, K., Ekadinata, A. Sari R.R. dan Rahayu S. 2011.Pengukuran Cadangan Karbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF SEA Regional. Bogor. 82 hlm. Hairiah, K. dan Rahayu S. 2007.Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor. 77 hlm.

Harrison, M.E. 2013.Standard Operating Procedure: Forest Litter-fall.Buku. Orangutan Tropical Peatland Project. Palangkaraya. 20 hlm.


(4)

28

Hess, N.J., Brown G.E. dan Plata C. 2014.Belowground Carbon Cycling

Processes at the Molecular Scale: An EMSL Science Theme Advosory Panel Workshop(No. PNNL-2219). Laporan. Pacific Northwest National

Laboratory (PNNL), Richland, WA (US). 27 hlm.

Hombegowda, H.C., van Straaten, O. Köhler, M. dan Hölscher D. 2015. On the rebound: soil organic carbon stocks can bounce back to near forest levels when agroforests replace agriculture in southern India.Soil Discussions. 2(2):871902.

Institut Energi Jepang. 2008.Panduan untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomassa. Buku. Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang. Jepang. 351 hlm.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. Agriculture, Forestry and Other Land Use. Buku.Guidelines for National Greenhouse Gas

Inventories (Vol. 4). IGES, Japan.

Jobbagy, E.G. dan Jackson R.B. 2000. The vertical distribution of soil organic carbon and its relation to climate and vegetation.Eccological Applications. 10(2):42346.

Junaidi, E. 2013. Peranan penerapan agroforestry terhadap hasil air daerah aliran sungai (DAS) Cisadane.Jurnal Penelitian Agroforestry.1(1):4153. Kementrian Kehutanan dan Perkebunan. 1999. SK Menteri Kehutanan dan

Perkebunan, Nomor: 849/kpts-II/1999.

Krisnawati, H. Adinugroho, W.C. Imanuddin R. dan Hutabarat. S. 2014. Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di Kalimantan

Tengah.Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 119 hlm.

Krisnawati, H. 2010.REDD+ dan Forest Governance:Status Data Stok Karbon dalam Biomas Hutan di Indonesia.Buku. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 87 hlm

Lal, R. 2008. Carbon sequestration.Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences.363(1492):815830.

Lee, H., Fitzgerald, J. Hewins, D.B. McCulley, R.L. Archer, S.R. Rahn, T. dan Throop, H.L. 2014. Soil moisture and soil-litter mixing effects on surface litter decomposition: A controlled environment assessment.Soil Biology and Biochemistry.72:123132.


(5)

29

Lugina, M., Ginoga, K.L. Wibowo, A. Bainnaura, A. dan Partiani, T. 2011. Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbon di Kawasan Konservasi. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 28 hlm.

Monde, A., Sinukaban, N. Murtilaksono, K. dan Pandjaitan, N. 2008. Dinamika karbon (C) akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian.Jurnal Agroland.15(1):2226.

Montané, F., Romanyà, J. Rovira, P. dan Casals, P. 2010. Aboveground litter quality changes may drive soil organic carbon increase after shrub

encroachment into mountain grasslands.Plant and Soil.337(1-2):151165. Olivier, J. G., Janssens-Maenhout, G. Muntean, M. dan Peters, J.A.H.W. 2013.

Trends in Global CO2 Emissions 2013 Report. Buku. PBL Publishers. The

Hague. 60 hlm.

Paladinic, E., Vuletic, D. Martinic, I. Marjanovic, H. Indir, K. Benko, M. dan Novotny, V. 2009. Forest biomass and sequestered carbon estimation according to main tree components on the forest stand scale.Periodicum Biologorum.111(4):459466.

Pusat Penelitan dan Pengembangan Kehutanan, 2013.Penggunaan Model

Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Hutan Indonesia. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 33 hlm.

Reicosky, D.C. 2001. Effects of conservation tillage on soil organic carbon dynamics: field experiments in the US corn belt. 481485. DalamStott, D.E. Mohtar, R.H. dan Steinhardt, G.C. (editor).Sustaining The Global FarmSelected Papers From the 10thInternational Soil Conservation Organization Meeting.West Lafayette, IN. 1169 hlm.

Sutaryo, D. 2009.Perhitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International Indonesia

Programme. Bogor. 39 hlm.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. 2009. Buku Informasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Buku. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm.

Van Straaten, O., Corre, M.D. Wolf, K. Tchienkoua, M. Cuellar, E. Matthews, R.B. dan Veldkamp, E. 2015. Conversion of lowland tropical forests to tree cash crop plantations loses up to one-half of stored soil organic carbon.


(6)

30

Wahyudi, A. 2013.Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman.Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65 hlm.

Zhang, K., Cheng, X. Dang, H. Ye, C. Zhang, Y. dan Zhang Q. 2013. Linking litter production, quality and decomposition to vegetation succession following agricultural abandonment.Soil Biology and Biochemistry. 57:803813.

Zhang, X., Li, Z. Tang, Z. Zeng, G. Huang, J. Guo, W. dan Hirsh, A. 2013. Effects of water erosion on the redistribution of soil organic carbon in the hilly red soil region of southern China.Geomorphology.197:137144.