A. Latar Belakang Masalah
Sebelum tahun 1997 orang Indonesia tidak ada yang menduga bahwa Indonesia akan dilanda krisis moneter yang berkepanjangan hingga saat ini. Selama 32 tahun silam
ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang tinggi 7-8, inflasi di bawah 10, investasi luar negeri meningkat, cadangan devisa cukup besar serta menurunnya angka
kemiskinan. Krisis ekonomi yang terjadi semakin parah yang akhirnya melebar sehingga menimbulkan terjadinya krisis kepercayaan, baik pada lembaga-lembaga ekonomi, seperti
perbankan maupun pemerintah. Perekonomian Indonesia yang saat ini masih belum membaik, sehingga telah mengakibatkan banyak industri yang menghentikan proses
produksinya, yang kadang mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja PHK, yang dampak selanjutnya mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran. Peningkatan
pengangguran mengakibatkan makin maraknya tindak kejahatan, kriminalitas pelanggaran norma dan kesusilaan sehingga akan mengganggu stabilitas ekonomi, politik, keamanan
maupun ketenteraman masyarakat pada umumnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu segera dilakukan upaya khususnya
yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Untuk itu salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah perlu ditumbuhkembangkan budaya
kewirausahaan di seluruh lapisan masyarakat. Dalam rangka menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan dikeluarkan Inpres
No 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, yang dinstruksikan kepada 17 menteri, Gubernur Bank Sentral dan
Gubernur kepala
daerah untuk
secara bersama-sama
melaksanakan gerakan
memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan di sektor masing-masing sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya Depkop dan PPK, 1996. Pemasyarakatan dan pembudayaan kewirausahaan ini sangat penting mengingat
kenyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia atas dasar kewirausahaan bersifat turun temurun dan bukan melalui pendidikan formal. Selain itu
hanya sekitar 2 pengusaha Indonesia yang berpendidikan Diploma atau politeknik dan sebagian besar adalah lulusan Sekolah Dasar SD. Berbagai kebijakan maupun kerja sama
antar departemen perlu dilakukan agar mengembangkan jiwa wirausaha maupun kegiatan yang produktif.
Populasi dunia mencapai 6 miliar pada akhir tahun 1999. Pada tahun 2020, angka tersebut akan mencapai 8 miliar. Tidak mungkin semua dapat tertampung di lapangan kerja
yang ada. Apakah pemerintah dapat menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekian banyak orang ? Sudah pasti pemerintah tidak akan mampu menyediakannya, harus ada usaha dari
masyarakat, dari individu untuk menciptakan lapangan kerja ini. Oleh karena itu perlu dikembangkan kewirausahaan dan minat berwirausaha.
Kebanyakan orang tua kurang memberi arahan kepada anaknya agar mempunyai jiwa wirausaha atau berwirausaha. Sejak kecil banyak orang tua lebih mengarahkan anaknya
untuk memiliki cita-cita semacam dokter, guru, insinyur dan pekerjaan formal lainnya. Walaupun untuk profesi-profesi inipun jiwa entrepreneur sangat diperlukan dan sangat
membantu untuk keberhasilannya. Kewirausahaan yang tidak dikenal 25 tahun lalu, sekarang diajarkan sebagai mata
kuliah di Universitas di seluruh Indonesia. Hampir semua negara termasuk juga Cina menganggap betapa penting kewirausahaan untuk kemajuan suatu bangsa dan individu
sendiri.
Sebenarnya kita ditakdirkan berbekal kewirausahaan. Semua manusia dibekali sifat- sifat kewirausahaan sejak lahir. Sejak lahir sudah dibekali keberanian, kreativitas dan
inisiatif. Anak belajar berjalan tanpa harus masuk di kelas. Setiap kali tersandung ia bangkit lagi. Ia belajar bicara dengan penuh ketekunan, ia belajar dari sekelilingnya. Namun setelah
tumbuh tidak semua anak dibekali dengan prinsip-prinsip hidup positif, dinamis dan kreatif, padahal posisi dan peran keluarga khususnya ibu sebagai pendidik awal yang meletakkan
pondasi terpenting bagi pertumbuhan personalitas serta kematangan berpikir anak. Oleh karena pendidikan dalam keluarga kurang berperan secara optimal, akibatnya
pertumbuhan kepribadian, kepercayaan diri ataupun keyakinan hidup anak tidak tumbuh optimal dan stabil. Tanpa bekal iman dan kepribadian dari rumah yang mantap, anak-anak
akan mudah digoncang oleh pengaruh lingkungan. Mereka mudah terombang ambing karena memang belum memiliki prinsip hidup yang mantap sehingga pendidikan dalam keluarga,
khususnya ibu sangat berperan dalam menumbuhkan pribadi-pribadi unggul yang sangat diperlukan untuk kemajuan suatu masyarakat, bangsa dan negara. Jiwa unggul inilah yang
diperlukan dalam entrepreneurship. Kurang berkembangnya enterpreneurship dalam masyarakat menurut Buchari Alma
2005:2, sehingga lebih banyak tumbuh sikap agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat. Keadaan semacam ini
menyebabkan mereka tidak tertarik kalau anaknya menjadi wirausahawan dan menginginkan anaknya menjadi pegawai negeri, apalagi bila kelak anaknya telah lulus
sarjana. Pada hal sumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun ekonominya apabila memiliki kewirausahaan sebanyak 2 dari jumlah
pendududk. Jika penduduk Indonesia 225 juta, maka Indonesia harus memiliki lebih kurang
4,5 juta wirausaha besar dan sedang dan 45 juta wirausahawan kecil. Pada hal kenyataan sekarang jauh dari angka tersebut.
Data dari Biro Pusat Statistik sampai dengan tahun 2003 tercatat 11,4 juta penganggur yang ada di Indonesia. Angka ini merupakan angka yang cukup besar, karena
merupakan usia produktif. Padahal usaha kecil dan mikro menunjukkan kontribusi untuk mengatasi masalah pengangguran.
Wirausaha atau entrepreneurship ini tidak hanya diperlukan untuk berbisnis saja, hampir dalam segala bidang sangat dibutuhkan jiwa entrepreneur untuk keberhasilan kerja
dan keberhasilan organisasi apapun. Karena semangat kerja, kreativitas, disiplin, inovatif, gigih, kerja tidak mudah putus asa merupakan karakteristik jiwa unggul yang diperlukan di
bidang apa saja. Dalam upaya tumbuhnya karakteristik jiwa unggul secara khusus jiwa entrepreneur
sangat ditentukan oleh pendidikan sejak dini yang akan merupakan landasan yang kokoh dan kuat. Pendidikan dini ini dilakukan dalam keluarga dan peran ibu sangat dominan dan
sangat menentukan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dalam penelitian ini ingin
diketahui peran pendidikan dalam keluarga khususnya peran ibu dalam menumbuhkan jiwa wirausaha seorang anak.Permasalahan yang akan diteliti antara lain:
1. Bagaimanakah peran pendidikan dalam keluarga dapat menumbuhkan jiwa wirausaha anak ?
2. Bagaimanakah peran ibu dalam menumbuhkan jiwa wirausaha anak? 3. Faktor-faktor apa yang dominan untuk berkembangnya jiwa wirausaha anak?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Peran pendidikan dalam keluarga dalam menumbuhkan jiwa wirausaha anak. 2. Peran ibu dalam menumbuhkan jiwa wirausaha anak.
3. Faktor-faktor yang dominan untuk berkembangnya jiwa wirausaha anak.
B. Kajian Teori 1. Lingkungan Keluarga