PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK SLUDGE LIMBAH TAPIOKA DAN TAKARAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCHOY (Brassica chinensis L)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK SLUDGE LIMBAH TAPIOKA DAN TAKARAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN PAKCHOY(Brassica chinensisL)

Oleh

INTAN DESMANIA

Salah satu usaha untuk mengelola limbah industri sludge tapioka adalah digunakan sebagai pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh pupuk organik sludge limbah tapioka terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy. (2) Mengetahui pengaruh takaran NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy. (3) Mengetahui interaksi antara pemberian pupuk organik sludge limbah tapioka dan takaran dosis NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy. Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei - Juli 2014 di kebun percobaan Lampung. Perlakuan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari A (kontrol), B ( tanpa limbah+50g NPK), C (tanpa limbah+100g NPK), D (tanpa limbah+150g NPK), E (tanpa limbah+200g NPK), F ( 5kg sludge limbah tapioka+0g NPK), G (5kg sludge limbah tapioka+50g NPK), H ( 5kg sludge limbah

tapioka+100g NPK), I (5kg sludge limbah tapioka+150g NPK), J (5kg sludge limbah tapioka+200g NPK). Kehomogenitasan data dianalisis dengan Uji Barlett sementara


(2)

kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Selanjutnya uji nilai tengah dilakukan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2 berpengaruh nyata pada semua variabel pengamatan, seperti tinggi tanaman,jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering. (2) Pemberian Pupuk NPK dosis 100g/m2 memberikan pengaruh lebih besar pada semua variabel pengamatan. (3) Terdapat interaksi pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2dan takaran NPK 100 g/m2pada variabel bobot segar tanaman pakchoy.

Kata kunci : Pakchoy (Brassica chinensisL.), sludge limbah tapioka, pupuk NPK. Intan Desmania


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF FERTILIZATION ORGANIC SLUDGE TAPIOKA WASTE AND DOSAGES OF NPK TO GROWTH AND PRODUCTION OF PAKCHOY

(BRASSICA CHINENSISL) Oleh

INTAN DESMANIA

Lampung Province has tapioca industry which produce many waste like hard waste. This waste usually just stacked on the disposal basin and has not managed optimally. One attempt to manage agricultural waste is used as fertilizer. This purpose of the research (1) Determine the influence of sewage sludge organic fertilizer on the growth tapioca plant height and number of leaves also pakchoyproduction. (2) Determine the influence of the dose of NPK on the growth tapioca plant height and number of leaves also pakchoy production. (3) Knowing the interactions between organic fertilizer sewage sludge tapioca and size of the dose of NPK on the growth tapioca plant height and number of leaves also pakchoy production. The hypothesis proposed that (1) Disposal of Organic sludge tapioca waste fertilizer influence the growth of plant height and number of leaves and pakchoyproduction. (2) Disposal dose of NPK fertilizer influence the growth of plant height and number of leaves and pakchoy production. (3) There is interaction between Organic sludge tapioca waste


(4)

fertilizer and dose of NPK fertilizer to growth of plant height and number of leaves and pakchoy production.

This research was conducted from May to July 2014 and conducted in Lampung experimental garden. Treatment arranged with randomized block design (RBD) with 10 (ten) treatment and three (3) replicates. The treatment consisted of A (control), B (without waste + 50g NPK), C (without waste + 100g NPK), D (without waste + 150g NPK), E (without waste + 200g NPK), F (5kg tapioca waste sludge 0g + NPK), G (5kg sewage sludge 50g tapioca + NPK), H (sewage sludge 5kg 100g tapioca + NPK), I (sewage sludge 5kg 150g tapioca + NPK), J (sewage sludge 5kg 200g

tapioca + NPK). Data were analyzed with the Bartlett test for homogeneity Tukey test to added data. Then analyzed by analysis of variance at 5% level and to test the value of the test is being conducted Honestly Significant Difference (HSD).

The results of research showed (1) Provision of sewage sludge tapioca 5 kg / m2 significant effect on all the variables of observation, such as plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight. (2) Provision of NPK dose of 100g / m2 gives greater influence on plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight of plants pakchoy. (3) There is interaction are giving tapioca waste sludge 5 kg / m2 and NPK dose of 100 g / m2 on variable fresh weight of pakchoyplants.

Keywords: Pakcoy (Brassica chinensis L.), Sludge Tapioca Waste, NPK fertilizer. Intan Desmania


(5)

PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK SLUDGE LIMBAH

TAPIOKA DAN TAKARAN NPK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCHOY

(Brassica chinensis

L

)

Oleh

Intan Desmania

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 5 Desember 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Usman Umar dan Ibu Megarani. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Kemala Bhayangkari pada tahun 1998, melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi pada tahun 2004, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 03 Kotabumi, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, melalui jalur UM (Ujian Mandiri). Pada tahun 2013, penulis melakukan Praktik Umum CV. Bima Jaya Farm Kota Bandar Lampung yang

berjudul “Teknik Budidaya Pakchoy (Brassica chinensis L) secara organik di CV.Bima Jaya Farm Kota Sepang, Bandar Lampung”. Pada tahun 2014 penulis


(10)

Karya ini saya persembahkan kepada

Almamater, Ibunda, Ayahanda, Octa, Kaisar, dan Annisa tersayang

atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, pengorbanan, dan


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemupukan Sludge Limbah Tapioka dan Takaran NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy(Brassica chinensis L)”.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Kushendarto, M.S., selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan berbagai sumbangan pemikiran kepada penulis.

2. Ibu R.A Diana Dwiastuti S.P M.Si., selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan, saran, masukan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.

3. Bapak Ir. Yohannes C.Ginting, M.S., selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(12)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

7. Ayahanda, Ibunda dan Adik-adik ku (Octa, Kaisar, dan Annisa), Lati ku tersayang (Mira) atas doa, kasih sayang, dorongan semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Sidi, Embah dan Eyang ku tersayang atas dorongan semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.

9. Paman dan bibi ku tersayang Tambunan dan Febriyanti atas bantuan dan semangat selama ini.

10. Sepupu ku tersayang, Mutiara Dewi, Jehan karim dan Novi Permata Putri, Fiki, Fikri, Thariq, Farel, dan Fathir atas bantuan dan semangat penulis. 11. Mustika Adzania dan Dwi Rosalia untuk bantuan, motivasi dan doa untuk

penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaik: Vetty Oktari F, Hetty Ratna N, Iqbal lika, Hanny Hanafi, Kemala Dewi, Dian Masliani Putri, Tabroni, Yulinda Simatupang, Dian Saputra, Rizki Abadian, Uti Catur, Gorendva, Denny, Safira,Jefri,Dewi, Dicka, Jecklin, yunus atas bantuan, dan semangat untuk penulis.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi hasil analisis pada semua variabel pengamatan.……..…. 22 2. Respons pemberian pupuk NPK dan penambahan sludge limbah

tapioka terhadap variabel pengamatan bobot segar tanaman

pakchoy. ... 23 3. Hasil pengamatan data pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis

NPK pada tinggi tanaman minggu ke-6 setelah tanam. ……… 42 4. Analisis ragam pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada tinggi tanaman minggu ke-6 setelah tanam.……….. 43 5. Hasil pengamatan pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada Jumlah daun minggu ke-6 setelah tanam.………. 43 6. Analisis ragam pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada jumlah daun minggu ke-6 setelahtanam. ………... 44 7. Hasil pengamatan pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada bobot segar tanaman pakchoy.………. 45 8. Hasil pengamatan pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada bobot kering tanamanpakchoy. ……….... 46 9. Analisis ragam pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK

pada bobot segar tanaman pakchoy. ………. 46 10. Analisis ragam pengaruh sludge limbah tapioka dan dosis NPK


(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL…... iv

DAFTAR GAMBAR………... vi

I. PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah .... ………. 1

1.2 Tujuan Penelitian .... ……….. 6

1.3 KerangkaPemikiran ... ……….. 7

1.4 Hipotesis .... ……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA………... 10

2.1 PerkembanganPakchoy di Indonesia .... ……….... 10

2.2 MorfologiTanamanPakchoy ... ……… 11

2.3 BahanOrganik Sludge LimbahTapioka ... ………... 12

2.4 Peranan NPK bagiTanaman .... ……….. 13

III. BAHAN DAN METODE ……….. 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ……… 15

3.2 Bahan dan Alat ... ………... 15

3.3 Metode Penelitian ... ……….. 15

3.4 Pelaksanaan Penelitian .. ………... 16

3.4.1 PersiapanLahan………... 16

3.4.2 Penanaman / Pemindahanbibit ... ………. 17

3.4.3 Pemeliharaan ... ……… 18


(15)

ii

3.4.5 Pengendalian Hama danPenyakit ... ……….. 18

3.5 Variabel Pengamatan ... ……….... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 21

4.1 Hasil Penelitian ……… 21

4.1.1 Tinggi Tanaman...… 21

4.1.2 Jumlah Daun ... ………. 22

4.1.3Bobot Segar ... ……….. 23

4.1.4Bobot Kering ... ……… 24

4.2 Pembahasan ... ………... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN……….... 28

5.1 Kesimpulan .... ……….. 28

5.2 Saran ... ……… 28

PUSTAKA ACUAN ……….. 29

LAMPIRAN ………... 33 Tabel 7- 18……….. 32-37


(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Perkembangan pada sektor industri pertanian dan perkebunan ditandai dengan terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal dari sektor ini. Industri pembuatan tepung tapioka merupakan salah satu jenis industri pada sektor pertanian dan perkebunan yang terus berkembang pesat dan memberikan andil cukup besar terhadap perkembangan ekonomi rakyat. Agroindustri merupakan industri nonmigas utama di provinsi Lampung. Selama pelita IV, kontribusi agroindustri dalam memasok devisa melalui ekspor mencapai 23,33 % dari ekspor total provinsi Lampung (Anang Lukmana, 1999).

Industri pembuatan tapioka, merupakan industri yang cukup pesat

perkembangannya di Indonesia terutama di pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di provinsi Lampung pada tahun 2014 diketahui terdapat sekitar 66 pabrik

pengolahan ubi kayu, dengan produksi ± 366.000 ton/ha ubi kayu. Jumlah industri tersebut tidak termasuk industri skala kecil dan skala rumahan yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pembuatan tapioka masih dapat diharapkan oleh pelaku industri serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perkembangan industri tapioka dan


(17)

2

permintaan akan produk yang meningkat pesat, selain menimbulkan dampak positif pada sektor ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan diikuti oleh munculnya dampak negatif pada lingkungan akibat limbah yang dihasilkan baik berupa limbah padat maupun limbah cair.

Berkaitan dengan pesatnya perkembangan agroindustri di daerah lampung ini, potensi limbah padat organik yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tapioka tercatat sebanyak 342 ton per tahun, sebagian besaer (88,4%) dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar (modern) (PSL Unila, 1999). Sedangkan jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik tapioka cukup besar yaitu berkisar antara 40—60 m3per ton tapioka yang diproduksi dengan kadar bahan organik sebesar 3.000–7.000 mg o2 per liter biological oxygen demand (BOD) (Bambang Haryono, 2000). Hal tersebut setara dengan 10.000–18.000 mg O2chemical oxygen demand (COD) per liter.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2008), hanya sebagian kecil industri pembuatan tapioka yang telah memanfaatkan limbah yang dihasilkannya, yaitu hanya sekitar 20% industri pembuatan tapioka di Indonesia yang telah melakukan pemanfaatan air limbah yang dihasilkan menjadi sumber energi terbarukan dan limbah padatnya dimanfaatkan untuk berbagai produk turunan industri tapioka. Kapasitas pemerintah tidak cukup untuk menghadapi masalah lingkungan yang semakin kompleks sehingga diperlukan strategi khusus untuk mengatasi

permasalahan lingkungan ini, termasuk peran serta pelaku usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui upaya pengelolaan terhadap produk samping (limbah) yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk


(18)

3

mengetahui potensi pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh industri tapioka, baik limbah cair maupun limbah padatnya.

Pada prinsipnya pengolahan limbah padat tapioka secara biologik adalah

pengolahan limbah dengan bantuan mikroba, yang dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu (1) pengolahan biologik-aeorobik oleh mikroba aerob yang

memerlukan suplai o2dan, (2) pengolahan biologik-anaerobik oleh mikroba anaerob tanpa O2molekuler. Kombinasi anaerobik-aerobik juga sering diterapkan.

Berkaitan dengan kecukupan dan keseimbangan nutrisi untuk memacu pertumbuhan mikroba pengurai limbah organik tersebut, penambahan bahan kimia ke dalam limbah tersebut diperlukan, karena hara pada limbah organik tersebut, terutama N,P dan K, pada umumnya tidak seimbang dibandingkan dengan kandungan C. Kandungan hara N, P, dan K yang rendah tersebut sering menjadi pembatas mikroba pengurai.

Menurut Rukmana (1999), pakchoy(Brasicca chinensisL.)merupakan sayuran introduksi dan sangat popular terutama di kalangan masyarakat china. Sayuran ini masih kerabat dengan sawi (satu genus), tetapi berbeda varietas. Pakchoy adalah salah satu sayuran yang dapat diusahakan petani dalam berbagai skala usaha tani, baik untuk keperluan pasar tradisional, swalayan bahkan ekspor karena pakchoy merupakan tanaman hortikultura yang selain berumur singkat juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Haryanto, 2000).


(19)

4

Permintaan akan pakchoy yang cenderung meningkat umumnya tidak diiringi dengan peningkatan produksi akibat praktek budidaya yang kurang tepat seperti penggunaan lahan pertanian secara terus menerus sehingga lahan menjadi tandus atau miskin unsur hara serta membuat tekstur tanah menjadi keras. Hal ini telah mengakibatkan tanaman tidak dapat berproduksi maksimum dan perlu dilakukan pemupukan (Hasibuan, 2005).

Kandungan unsur hara pada tanah pertanian semakin lama semakin berkurang karena terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sutedjoet al. 1998). Kekurangan unsur hara secara terus menerus, akan mengakibatkan

terjadinya degradasi kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman akan terganggu (Syekhfani, 2003). Pemupukan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan kesuburan tanah. Tujuan dilakukannya pemupukan adalah untuk meningkatkan atau mengembalikan tingkat kesuburan tanah agar tanaman dapat berproduksi dengan baik. Secara umum, pemupukan terbagi atas penggunaan pupuk organik dan anorganik. Pemupukan anorganik umumnya dilakukan petani dengan memberikan pupuk kimia hasil olahan pabrik seperti urea, TSP, KCL, maupun NPK. Di sisi lain, pemupukan organik dilakukan dengan cara penambahan dan pemanfaatan bahan yang memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu pupuk yang digunakan tersebut adalah sludge limbah tapioka, diharapkan dengan pemberian kombinasi sludge limbah tapioka dan takaran NPK agar dapat


(20)

5

Sludge adalah benda padat yang tenggelam didasar bak pengendapan dalam sarana pengolahan limbah dan harus dibuang atau dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi sludge yang dihasilkan dari pengolahan limbah tapioka mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Limbah padat

tapioka memiliki bahan organik yaitulumpur, minyak, asam, alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas. Hasil yang sama didapatkan oleh

Sukristiyonubowoet al.(2001) yang menyatakan bahwa kombinasi pupuk NPK dengan kapur dan bahan organik memperbaiki sifat kimia tanah ultisol (pH, kadar bahan organik dan KTK tanah) dan hasil tanaman sayur.

Pentingnya peranan unsur hara makro dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman umumnya mendorong para petani melakukan pemupukan anorganik dengan cara menambahkan nutrisi berupa unsur N, P, dan K. Nitrogen

merupakan salah satu unsur hara makro bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun (Sutejo, 2002). Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, yang berperan penting dalam memacu terbentuknya bunga. Peranan utama kalium bagi tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim yang berperan dalam proses metabolisme (Rinsema, 1986). MenurutAchmad (2003), dalam melakukan pemupukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman yang dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk yang digunakan, dosis yang diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan.


(21)

6

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pengaruh pupuk organik sludge limbah tapioka terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy?

2. Apakah pengaruh takaran dosis NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy?

3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian pupuk organik sludge limbah tapioka dan takaran NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy ?

1.2 Tujuan penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan untuk tujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh pupuk organik sludge limbah tapioka terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy.

2. Mengetahui pengaruh takaran dosis NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy .

3. Mengetahui interaksi antara pemberian pupuk organik sludge limbah tapioka dan takaran dosis NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy.


(22)

7

1.3 Kerangka Pemikiran

Pakchoy(Brassica chinensisL)merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pakchoy(Brasicca chinensisL.)merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman pakchoy termasuk tanaman yang sekulen,umur singkat, pertumbuhan yang cepat, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging.

Peningkatan produksi pakchoy melalui pemupukan yaitu pemupukan organik dan anorganik. Pemupukan merupakan satu upaya untuk meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah. Pupuk organik merupakan pupuk yang menggunakan bahan-bahan yang berasal dari bahan organik seperti dari tanaman, hewan atau limbah organik. Penggunaan pupuk organik dapat menggemburkan tanah sehingga sirkulasi udara menjadi baik dan mudah ditembus oleh akar tanaman, dengan adanya bahan organik didalam tanah maka dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman.

Sludge limbah tapioka merupakan benda padat yang tenggelam didasar bak pengendapan dalam sarana industri tapioka dan harus dibuang atau dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Sludge yang dihasilkan dari pengolahan singkong pada tepung tapioka mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Hal itu dapat dilihat dari data hasil analisis limbah yang menunjukkan bahwa nilai C/N rasio 18,01.


(23)

8

Pupuk NPK (nitrogen posfor kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Unsur N merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan dan meningkatkan jumlah daun. Peranan posfor dalam pertumbuhan tanaman, yaitu memacu terbentuknya bunga, batang, daun, dan memperbaiki kualitas tanaman. Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan merangsang pertumbuhan akar dan tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Agar pertumbuhan tanaman pakchoy maksimum, dosis NPK yang diberikan harus dengan dosis yang tepat. Bila dosisnya kurang maka pertumbuhannya menjadi kerdil, daun kuning, dan pertumbuhannya terhambat. Sebaliknya bila kelebihan NPK menyebabkan pertumbuhan vegetatifnya berlebih, sehingga mudah roboh dan daun menjadi lunak, dengan perpaduan sifat fisik dan sifat kimia yang baik diharapkan tumbuhan pakchoy tumbuh dengan baik.

1.4 Hipotesis

Adapun kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut. 1. Pemberian pupuk organik sludge limbah tapioka mempengaruhi pertumbuhan

tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy.

2. Pemberian pupuk takaran NPK mempengaruhi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy.


(24)

9

3. Terdapat interaksi antara pupuk organik sludge limbah tapioka dan takaran NPK terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta produksi tanaman pakchoy.


(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia

Pakchoy(Brasicca chinensisL.)merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan abad ke XIV. Pusat penyebaran pakchoy antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang, Pengalengan, Malang, danTosari, terutama daerah yang memiliki ketinggian diatas 1000 m dpl. Penyebaran pakchoy telah menyebar keseluruh wilayah Indonesia tidak hanya di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Abidin, 2002).

Tanaman pakchoy (Brasicca chinensisL.) atau lebih dikenal sawi sendok adalah termasuk tipe caisin yang tumbuh dalam bentuk roset dengan tangkai daun besar dan berdaging. Pakchoy dapat tumbuh dengan mudah pada dataran tinggi sampai dataran rendah, dengan tempat tumbuh pada tanah gembur banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik, dan pH antara 67. Pakchoy disukai orang tionghoa karena dapat dimakan mentah atau telah di olah menjadi sayur matang (Sutarya, 2005).

Tanaman pakchoy memiliki akar tunggang (radix primaria), dan cabang-cabang akar yang berbentuk bulat panjang (silindris). Akar- akar ini berfungsi sebagai


(26)

11

menyerap air dan unsur hara dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Daun pakchoy berstruktur halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop. Bunga pakchoy tersusun dalam tangkai bunga(inflorescentia)yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak (Rukmana, 2004).

Untuk meningkatkan produksi dan mutu sayuran pakchoy dapat dilakukan dengan menggunakan varietas unggul, menerapkan teknologi budidaya yang benar. Penggunaan pupuk yang berimbang serta rasional, pengendalian hama dan penyakit dan system pengolahan yang baik dari segi perawatan dan pasca panen.

2.2 Morfologi Tanaman Pakchoy

Klasifikasi tanaman pakchoy menurut Haryanto (2005) : Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonae Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis L.

Tanaman pakchoy memiliki akar tunggang (radix primaria), dan cabang-cabang akar yang berbentuk bulat panjang (silindris). Akar-akar berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang tanaman pakchoy pendek dan beruas-ruas, sehingga hamper tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan


(27)

12

penopang daun. Daun pakcoy berstruktur halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop (telur). Bunga pakchoy tersusun dalam tangkai bunga

(inflorescentia)yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga tersusun atas empat helai daun kelopak, empat daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putikyang berongga dua.

Penyerbukan bunga pakchoy dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah maupun manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah pakchoy termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 28 butir biji. Biji-biji pakchoy berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman (Rukmana, 2004).

Tanah yang ideal untuk tanaman pakchoy adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidal tergenang dan pH tanah 67. Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman pakchoy adalah daerah yang mempunyai suhu siang hari 21,10C dan suhu malam hari 15,60C, serta penyinaran matahari antara 1013 jam per hari, meskipun demikian pakchoy dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didaerah dengan suhu 27320C ( Rukmana, 2004 ).

2.3 Bahan Organik Sludge Limbah Tapioka

Sludge limbah tapioka merupakan hasil dari pengolahan singkong pada tepung tapioka mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Limbah padat


(28)

13

tapioka memiliki bahan organik yaitu lumpur, minyak, asam, alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna, bau, panas.

Menurut Lingga dan Marsono (2001), pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Pemupukan berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Menurut Lingga dan Marsono (2001),

berdasarkan pembuatannya pupuk dikelompokkan menjadi dua, yaitu pupuk buatan (anorganik), dan pupuk alam (organik). Menurut Maryamet al. (2008), pupuk merupakan bahan organik atau anorganik, alami atau buatan yang ditambahkan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial.

Salah satu jenis pupuk organik adalah sludge limbah tapioka. Sludge limbah tapioka merupakan hasil dari pengolahan singkong pada tepung tapioka

mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Maulida (2000), hasil analisis menjelaskan bahwa sludge limbah tapioka memiliki kandungan C/N rasio 18,01 , 322,15 nitrogen, 338,54 fosfor, 662,91 kalium, 329,72 magnesium, dan 664,42 kalsium yang tinggi.

2.4 Peranan NPK bagi Tanaman

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi, misalnya urea


(29)

14

berkadar N adalah 4546% (setiap 100 kg urea terdapat 4546 kg hara nitrogen) (Linggadan Marsono, 2000).

Pupuk NPK (nitrogen posfor kalium) merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal

(Hardjowigeno,2003). Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, meningkatkan jumlah daun, fungsi-fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah memacu terbentuknya bunga, batang dan daun, perkembangan akar halus dan akar rambut, memperbaiki kualitas tanaman. Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai activator berbagai enzim. Kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, dan tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.


(30)

15

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2014. Penanaman dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih pakchoy panah merah varietas Nauli F1, jenis pupuk organik limbah tapioka (sludge), dan pupuk NPK Mutiara (15-15-15). Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, timbangan listrik dan manual, selang air, gembor, alat tulis, kamera digital dengan merk sony, dan alat-alat lain yang diperlukan selama penelitian.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis sludge limbah tapioka dan faktor kedua adalah takaran NPK mutiara.

Faktor Pertama adalah L0= 0 kg/m2, L1= 5 kg/m2, dan faktor kedua adalah P0= 0 g/m2 NPK, P1= 50 g/m2 NPK, P2= 100 g/m2 NPK, P3= 150 g/m2 NPK, P4= 200 g/m2NPK.


(31)

16

Dalam percobaan ini terdapat 30 petak percobaan, masing-masing petak terdapat 25 tanaman pakchoy yang ditanam dengan jarak tanam 20 x 10 cm. Homogenitas ragam di uji dengan uji Barlett dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, analisis dilanjutkan dengan menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5 %.

Perlakuan yang diterapkan sebagai berikut :

P0L0= Sludge limbah tapioka 0kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 0g/m2 P0L1= Sludge limbah tapioka 0kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 50g/m2 P0L2= Sludge limbah tapioka 0kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 100g/m2 P0L3= Sludge limbah tapioka 0kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 150g/m2 P0L4= Sludge limah tapioka 0kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 200g/m2

P1L0= Sludge limbah tapioka 5kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 0g/m2 P1L1= Sludge limbah tapioka 5kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 50g/m2 P1L2= Sludge limbah tapioka 5kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 100g/m2 P1L3= Sludge limbah tapioka 5kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 150g/m2 P1L4= Sludge limbah tapioka 5kg/m2dan Pupuk majemuk NPK 200g/m2

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Lahan a. Pengolahan tanah

Pengolahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur


(32)

17

agar mendapatkan cahaya penuh, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30cm.

b. Persemaian

Penyemaian benih tanaman pakchoy dilakukan secara larikan pada bedengan dan ditutup dengan tanah tipis-tipis dibagian atasnya. Benih pakchoy yang telah disemai dengan menggunakan media tanah, pupuk kandang, dan sekam bakar dengan perbandingan 1 : 1 : 1, langkah selanjutnya dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari.

3.4.2 Penanaman / Pemindahan bibit

Pemindahan bibit tanaman pakchoy dari bedeng persemaian dilakukan setelah bibit berumur 15 hari sejak disemai atau bibit telah memiliki 35 helai daun. Bibit tanaman pakchoy yang dipindah tanamkan ke lahan diseleksi, tanaman yang sesuai dan pantas untuk dipindah tanam ke lahan.

3.4.3 Pemeliharaan

a. Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada 35 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.


(33)

18

b. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali. Penyiangan gulma pada

tanaman pakchoy yang masih muda dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

c. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan dengan menggunakan gembor atau selang air.

3.4.4 Aplikasi Perlakuan

Pemupukan sludge limbah tapioka dengan dosis 0 dan 5 kg/m2 dilakukan tiga hari sebelum pindah tanam ke lahan penelitian. Perlakuan selanjutnya yaitu pemberian pupuk majemuk NPK dengan kombionasi dosis 50, 100, 150, dan 200 g/m2dilakukan satu minggu setelah bibit dipindah tanam ke lahan penelitian. Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan bertahap. Aplikasi perlakuan NPK dilakukan seminggu sekali, aplikasi penggunaan NPK adalah dengan membuat larikan disekitar tanaman untuk meletakkan pupuk dengan masing-masing dosis 0, 50, 100 , 150,

200 g/m21x1m, setelah itu tutup dengan tanah agar pupuk tidak menguap.

3.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit diperlukan untuk mencegah hama dan penyakit yang menyerang tanaman pakchoy. Hama yang menyerang tanaman pakchoy pada penelitian ini yaitu ulat perusak daun(Plutella xylostella),melakukan penyerangan ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman daun


(34)

19

muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang, serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan terhenti, sehingga proses pembentukan krop akan sangat terganggu, dan lebih parah lagi, krop tidak terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu dilakukan sanitasi (penyiangan) lahan dengan baik. Serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan insektisida dengan merek dagang, yaitu Decis 2,5 EC. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yang ada pada label kemasan yaitu 2,55 ml/10 L air.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini akan dilakukan pada variabel-variabel sebagai berikut:

a. Jumlah daun

Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna sejak tanaman 1 MST sampai panen. Jumlah daun dihitung dalam satuan helai.

b. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali dengan cara mengukur mulai dari permukaan media tumbuh sampai ujung daun atau bagian tanaman tertinggi yang dilakukan sejak umur tanaman 1 MST sampai panen. Tinggi tanaman diukur dalam satuan sentimeter.

c. Bobot Segar (gram)

Bobot basah tanaman ditimbang pada saat pemanenan tanaman, yaitu pada umur 28 hari, penimbangan dengan menggunakan timbangan elektrik.


(35)

20

d. Bobot Kering (gram)

Bobot kering tanaman ditimbang setelah tanaman di oven selama 24 jam, di timbang menggunakan timbangan elektrik.


(36)

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar serta bobot kering tanaman tetapi interaksinya hanya berpengaruh terhadap bobot segar tanaman (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi pengaruh pemupukan organik sludge limbah tapioka dan pemupukan takaran NPK terhadap pertumbuhan dan produksi pakchoy Variabel Pengamatan Perlakuan

Limbah sludge

NPK Limbah sludge x NPK

Tinggi Tanaman * * tn

Jumlah Daun * * tn

Bobot Segar * * *

Bobot Kering * * tn

Keterangan:

* : Berbeda nyata pada α = 5%

tn : Tidak BerbedaNyata pada α = 5%

4.1.1 Tinggi tanaman

Tinggi tanaman yang diberi perlakuan sludge limbah tapioka rata-rata 29,65 cm dan lebih panjang 1,37 cm (4,62 %) daripada tinggi tanaman tanpa perlakuan sludge limbah tapioka (28,28 cm). Sementara pengaruh pupuk NPK


(37)

22

rata-rata lebih panjang antara 1,47 cm (4,74 %) sampai 3,07 cm ( 9,83 %) daripada perlakuan lainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh pemupukan organik sludge limbah tapioka dan pemupukan takaran NPK terhadap tinggi tanaman pakchoy.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Limbah (sludge)

Tanpa sludge 28,28 B

29,65 A Sludge 5kg/m2

BNJ α 5% 0,59

NPK

0 g/m2NPK 27,60 B

50 g/m2NPK 28,91 B

30,61 A 29,16 AB 28,55 AB 100 g/m2NPK

150 g/m2NPK 200 g/m2NPK

BNJ α 5% 1,36

Keterangan : Dua nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

menunjukkan adanya perbedaan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata 5 %.

4.1.2 Jumlah daun

Jumlah daun yang diberi perlakuan sludge limbah tapioka rata-rata 16,58 helai dan lebih banyak 2,65 helai ( 15,98%) daripada jumlah daun tanpa perlakuan sludge limbah tapioka 14,93 helai. Sementara pengaruh pupuk NPK

menghasilkan terbanyak terjadi pada dosis 100 g NPK/m2 mencapai 17,66 helai, rata-rata lebih banyak antara helai 3,86 helai ( 21,85%) sampai1,73 helai ( 9,79%) daripada perlakuan lainnya (Tabel 3).


(38)

23

Tabel 3. Pengaruh pemupukan organik sludge limbah tapioka dan pemupukan takaran NPK terhadap jumlah daun tanaman pakchoy.

Perlakuan Jumlah daun (helai) Limbah (sludge)

Tanpa sludge 14,93 B

16,58 A Sludge 5kg/m2

BNJ α 5% 1,30

NPK

0 g/m2NPK 15,93 AB

13,80 B 17,66 A 15,76 AB 15,63 AB 50 g/m2NPK

100 g/m2NPK 150 g/m2NPK 200 g/m2NPK

BNJ α 5% 2,97

Keterangan : Dua nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

menunjukkan adanya perbedaan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata 5 %.

4.1.3 Bobot Segar.

Pada perlakuan tanpa sludge limbah tapioka, bobot segar tanaman pakchoy tertinggi diperoleh pada perlakuan 50 dan 100 g NPK, sementara pada perlakuan pemberian sludge limbah tapioka 5kg/m2bobot segar tanaman pakchoy tertinggi terjadi pada perlakuan 100 g NPK, hal ini dapat dilihat pada (Tabel 4).

Tabel 4. Respons pemberian pupuk NPK dan penambahan sludge limbah tapioka terhadap variabel pengamatan bobot segar tanaman pakchoy.

Sludge Pupuk NPK

0 gr/m2 50 gr/m2 100 gr/m2 150 gr/m2 200 gr/m2 0 kg/m2 A

215,93 a A 311,00 a A 380,61 a A 309,38 a A 315,56 a 5 kg/m2 B

312,59 a B 328,94 a A 574,19 b A 535,68 b AB 439,02 a

BNJ 0,05 141,09

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama ( huruf kecil dibaca vertical, dan huruf besar dibaca horizontal ) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %.


(39)

24

4.1.4 Bobot kering

Bobot kering yang diberi perlakuan sludge limbah tapioka rata-rata 26,74 g dan lebih berat 2,76 cm ( 10,32%) daripada bobot kering tanpa perlakuan sludge limbah tapioka 23,98 g. Sementara pengaruh pupuk NPK menghasilkan tertinggi terjadi pada dosis 100 g NPK/m2 mencapai 30,20 cm, rata-rata lebih berat antara 9,37 g( 31,02%) sampai 4,01 g ( 13,27%) daripada perlakuan lainnya dapat dilihat pada (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh pemupukan organik sludge limbah tapioka dan pemupukan takaran NPK terhadap bobot kering tanaman pakchoy.

Perlakuan Bobot kering (g) Limbah (sludge)

Tanpa sludge 23,98 B

26,74 A Sludge 5kg/m2

BNJ α 5% 2,10

NPK

0 g/m2NPK 20,83 C

23,48 BC 30,20 A 26,11 AB 26,19AB 50 g/m2NPK

100 g/m2NPK 150 g/m2NPK 200 g/m2NPK

BNJ α 5% 4,78

Keterangan : Dua nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

menunjukkan adanya perbedaan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata 5 %.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis ragam variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot kering tanaman pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2dan NPK 100 g/m2memberikan hasil yang terbaik namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.


(40)

25

Tanaman pakchoy memerlukan pemupukan yang cukup, sehingga apabila ditanam pada tanah yang memiliki kandungan pupuk yang rendah perlu dilakukan

pemupukan. Dengan demikian pada penelitian ini digunakan sludge limbah tapioka sebagai bahan organik yang kaya akan unsur hara yang disertai dengan penambahan pupuk NPK sebagai sumber unsur hara makro nitrogen, fosfor, dan kalium.

Sludge limbah tapioka merupakan salah satu pupuk organik dengan kandungan nitrogen yang tinggi. Sludge limbah tapioka memiliki kandungan C/N rasio sebesar 18,01 , sedangkan pada setiap 100 gram sludge mengandung Nitrogen 322,15, Fosfor 338,54, Kalium 662,91, Magnesium 329,72, dan Kalsium 664,42 yang tinggi, (Maulida, 2000) sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Oleh sebab itu, sludge limbah tapioka yang digunakan sebagai perlakuan

bermanfaat dalam hal perbaikan sifat fisik tanah terhadap variabel yang diamati.

Variabel tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar , dan bobot kering tanaman sangat erat hubungannya dengan pemberian usur hara nitrogen (N). Menurut Novizan (2010), fungsi nitrogen (N) berperan penting terutama untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman, untuk pembentukan klorofil yang

menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau, meningkatkan sintesis protein, dan meningkatkan pelapukan bahan organik tanah. Oleh karena itu, pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Pemberian pupuk NPK memiliki peningkatan nyata pada variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering tanaman pakchoy. Samadi (2009) menyarankan 300 kg/ha, berdasarkan perhitungan dari hasil


(41)

26

penelitian yang saya dapatkan diketahui bahwa pemberian NPK dengan dosis 100 g/m2sudah mendapatkan hasil yang baik yaitu 574,19 g/m2 bobot segar,

sedangkan dengan pemberian pupuk NPK dengan dosis sebanyak 200 g/m2dapat menurunkan kualitas pakchoy, berdasarkan beberapa variabel yang diamati. Hal ini diduga penambahan sludge limbah tapioka pada media tanah sebelum

penanaman memberikan suplai unsur hara yang tinggi, sehingga dengan penambahan pupuk NPK sebanyak 100 g/m2sudah mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman. Namun pemberian pupuk dengan dosis 200 g/m2menyebabkan suplai unsur hara terutama nitrogen berlebih sehingga kualitas tanaman menurun, hal ini terlihat pada daun tanaman yang sekulen (mudah terserang penyakit dan hama), mudah patah, dan berwarna hijau gelap. Pada tanaman yang diberi

perlakuan 200 g/m2memiliki daun dengan warna hijau pekat dan mudah terserang hama (sekulen). Menurut Irvan (2013) pemberian N yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman keracunan sehingga produktivitas tanaman menurun bahkan menyebabkan nekrotik (kematian jaringan tanaman).

Pemberian sludge limbah tapioka berpengaruh terhadap penambahan dosis NPK 100 g/m2pada variabel bobot segar pakchoy. Hal ini disebabkan bahwa sludge limbah tapioka berdasarkan hasil analisis Maulida (2000), mengandung unsur hara berupa nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium yang tinggi sehingga dengan adanya penambahan dosis pupuk NPK yang diberikan dapat

meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik berupa sludge limbah tapioka dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga

kandungan air tanah lebih tersedia, kapasitas tukar kation (KTK) tanah meningkat sehingga efisiensi serapan hara meningkat. Purbayantiet al.(1998) menjelaskan


(42)

27

bahwa sifat kimia tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik didalam tanah yang berperan dalam memperbaiki aerasi, pH tanah, dan KTK. Dengan demikian penambahan sludge dapat mengefisiensikan pemberian pupuk NPK pada tanah.

Dartius (1997), menjelaskan pemberian sludge kelapa sawit dengan dosis 16,9 ton/ha dengan penambahan pupuk NPK dosis minimum menghasilkan produksi sebesar 1,61 ton/ha pada tanaman sawi. Rosliani (2002), menjelaskan fungsi NPK adalah membantu pada proses pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoy karena NPK menyediakan unsur hara yang dapat langsung diserap oleh tanaman. Pangaribuan (1998), menjelaskan bahwa sludge tapioka berfungsi sebagai

pencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan kesuburan tanah. Residu bahan organik akan berpengaruh baik pada tanaman berikutnya dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik saja.


(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2memberikan pengaruh nyata pada

semua variabel pengamatan, seperti tinggi tanaman,jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering.

2. Pemberian Pupuk NPK dosis 100g/m2memberikan pengaruh lebih besar pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tanaman

pakchoy.

3. Pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2dan takaran NPK 100 g/m2 berpengaruh nyata pada variabel bobot segar tanaman pakchoy.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pada penelitian selanjutnya budidaya tanaman pakchoy(Brassica chinensisL.)menggunakan pupuk organik sludge limbah tapioka dengan dosis yang lebih sesuai kebutuhan tanaman. Kebutuhan ini didukung oleh analisis tanah, agar pemenuhan kebutuhan dapat mencapai hasil yang optimal.


(44)

29

PUSTAKA ACUAN

AAK. 2013. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. Abidin. 2002.Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Angkasa. Jakarta

Achmad, A., Syarfi, dan M. Atikalidia. 1993.PenyisihanChemical Oxygen Demand(COD) dan Produksi Biogas LimbahCairPabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693–4393.

Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau: 5-6.

Cahyono, B. 2003.Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai)Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta. 7-143hlm.

Dartius. 1997. Pengaruh Limbah Padat ( Sludge ) Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhandan Produksi Sawi. USU. Medan .

Guenther, F.A. dan R.C. Blind. 1995. Analysis of Insecticides and Acaricides. London: Interscience Publisher Inc.

Hasibuan, B. E. 2005. Pupukdan Pemupukan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Haryanto, Eko, T. Suhartini, dan Estu Rahayu. 2000. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta

Harizamrry. 2007. Artikel jagungmanis. Diakses

dihttp://harizamrry.com/2007/…/Tanaman-jagung-manis-sweet corn. Tanggal 28 Agustus 2013.

Hakim, dkk.2006.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488hlm.

Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu, 2000.Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


(45)

30

Purwono, M. S. danR. Hartono.2005.Bertanam sayur unggul. Penebar Swadaya. Bogor.

Pracaya. 2000.Kol alias Kubis. Penebar Swadaya. Salatiga. 93 hlm

Pracaya. 2003.Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 59-84.

Karama, A. S., A. R. Marzuki, dan I. Manwan, 1994. Penggunaan pupuk organic pada tanaman pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan

(BPTP).Pusat Penelitian dan Pengembangan. Bagian Teknologi Pertanian. Jakarta.

Koswara .J , 2002. Pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis Seleksi Dermaga 2 (SD2). J.II. Pert. Indonesia 2(1): 1–6.

KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia . 2007. Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI.

Lakitan, B. 2005.Dasardasar fisiologi tumbuhan.PT. Raja Gralindo Persada. Jakarta. 204hlm.

Lingga, P. 2006.Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya Jakarta.160 hlm. Lingga dan Marsono. 2000.Ilmu Memupuk.Jakarta: CV. Yasaguna. Cetakan

ke-6.27-45hlm.

Maulida.R. 2000. Peningkatan Fosfat Larut Dengan Berbagai Campuran Limbah Padat Industri Tapioka Dan Asan Sulfat Pada Waktu Inkubasi Berbeda. Skripsi. UNILA. Bandar Lampung

Maryam. 2008. Aplikasi Wastewater Sluge untuk Proses Pengomposan Serbuk Gergaji. PT Novartis Biochemie. Bogor.

Marsono. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya Jakarta.160 hlm. Marsono dan Sigit. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya

Jakarta.160 hlm.

Nugroho, A., N.Basuki dan M.A. Nasution. 2009.Pengaruh pemberian pupuk kandang dan kalium terhadap kualitas jagung manis pada lahan kering. Habitat 10 (105). p. 33–38.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 2008. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.


(46)

31

Purbayanti, E.D., Lukiwati, D.R., trimulatsih, R. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah

“Terjemah dari Fundamentals Of Soil Science”. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Rinsema., 1986.Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya, Jakarta

Ryan, I. 2010. Respon Tanaman Sawi (Brasica junceaL.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi pada Tanah Asal Bumi Wonorejo Nabire. Jurnal Agroforesti V(4): 310-315.

Rukmana, R. 2004.Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.39 hlm.

Rubatzky, E. Vincent, dan M. Yamaguchi. 1998.Sayuran Dunia 2. ITB. Bandung. Halaman 146-148.

Sutejo, M. M. 1999.Pupuk dan cara pemupukan. PT. Rineka Cipta.Jakarta. 177hlm.

Sutedjo. 2005.Analisis Tanah.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sutarya.Ali , 2005.Analisis Pertumbuhan Tanaman.GadjahMada University

Press, Yogyakarta

Setiawan, Ade Iwan. 2002.Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta :Penebar Swadaya.

Sarief S E., 2006.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 75 hlm.

Sutejo. 2002.Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta :Penebar Swadaya. Semangun, Haryono. 2009.Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di

Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sunarjono, Hendro. 2003.Bertanam 3o Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Bogor. Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat

Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. Jurnal Tanah Tropika 14(3): 211-219.

Syekhfani. 2003.Ekologi Industri.Andi Offset. Yogyakarta.

Sukristiyonubowo.2003.Pengaruh Penambahan Urea, Kompos Cair, dan Campuran Kompos Dengan Gula Terhadap Kandungan BOD dan COD Pada Pengolahan Air Limbah Pencelupan.Laboratorium Kimia


(47)

32

Sutedjo, dkk.Analisis Kimia Tanah, Air, dan Pupuk.Balai Penelitian Tanah. 2001. 101-108hlm.

Suwahyono. 2011.Perubahan Karbon Organik dan Nitrogen Total Tanah

Akibat Perlakuan Pupuk Organik pada Budidaya Sayuran Organik. Skripsi Sarjana Kimia. Institut Pertanian Bogor .

Thompos dan Kelly.2005.Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi(Total

Suspended Solid)Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 14430, Indonesia.Makara Sains Vol. 7, No. 3.

Yandianto. 2003. Keterampilan Bercocok Tanam Hortikultura. M2S, Anggota Ikapi. Bandung.


(1)

27

bahwa sifat kimia tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik didalam tanah yang berperan dalam memperbaiki aerasi, pH tanah, dan KTK. Dengan demikian penambahan sludge dapat mengefisiensikan pemberian pupuk NPK pada tanah.

Dartius (1997), menjelaskan pemberian sludge kelapa sawit dengan dosis 16,9 ton/ha dengan penambahan pupuk NPK dosis minimum menghasilkan produksi sebesar 1,61 ton/ha pada tanaman sawi. Rosliani (2002), menjelaskan fungsi NPK adalah membantu pada proses pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoy karena NPK menyediakan unsur hara yang dapat langsung diserap oleh tanaman. Pangaribuan (1998), menjelaskan bahwa sludge tapioka berfungsi sebagai

pencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan kesuburan tanah. Residu bahan organik akan berpengaruh baik pada tanaman berikutnya dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik saja.


(2)

1. Pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2memberikan pengaruh nyata pada semua variabel pengamatan, seperti tinggi tanaman,jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering.

2. Pemberian Pupuk NPK dosis 100g/m2memberikan pengaruh lebih besar pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering tanaman

pakchoy.

3. Pemberian sludge limbah tapioka 5 kg/m2dan takaran NPK 100 g/m2 berpengaruh nyata pada variabel bobot segar tanaman pakchoy.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pada penelitian selanjutnya budidaya tanaman pakchoy(Brassica chinensisL.)menggunakan pupuk organik sludge limbah tapioka dengan dosis yang lebih sesuai kebutuhan tanaman. Kebutuhan ini didukung oleh analisis tanah, agar pemenuhan kebutuhan dapat mencapai hasil yang optimal.


(3)

29

PUSTAKA ACUAN

AAK. 2013. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. Abidin. 2002.Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Angkasa. Jakarta

Achmad, A., Syarfi, dan M. Atikalidia. 1993.PenyisihanChemical Oxygen Demand(COD) dan Produksi Biogas LimbahCairPabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693–4393.

Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau: 5-6.

Cahyono, B. 2003.Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai)Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta. 7-143hlm.

Dartius. 1997. Pengaruh Limbah Padat ( Sludge ) Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhandan Produksi Sawi. USU. Medan .

Guenther, F.A. dan R.C. Blind. 1995. Analysis of Insecticides and Acaricides. London: Interscience Publisher Inc.

Hasibuan, B. E. 2005. Pupukdan Pemupukan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Haryanto, Eko, T. Suhartini, dan Estu Rahayu. 2000. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta

Harizamrry. 2007. Artikel jagungmanis. Diakses

dihttp://harizamrry.com/2007/…/Tanaman-jagung-manis-sweet corn. Tanggal 28 Agustus 2013.

Hakim, dkk.2006.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488hlm.

Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu, 2000.Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


(4)

Pracaya. 2003.Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 59-84.

Karama, A. S., A. R. Marzuki, dan I. Manwan, 1994. Penggunaan pupuk organic pada tanaman pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan

(BPTP).Pusat Penelitian dan Pengembangan. Bagian Teknologi Pertanian. Jakarta.

Koswara .J , 2002. Pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis Seleksi Dermaga 2 (SD2). J.II. Pert. Indonesia 2(1): 1–6.

KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia . 2007. Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI.

Lakitan, B. 2005.Dasardasar fisiologi tumbuhan.PT. Raja Gralindo Persada. Jakarta. 204hlm.

Lingga, P. 2006.Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya Jakarta.160 hlm. Lingga dan Marsono. 2000.Ilmu Memupuk.Jakarta: CV. Yasaguna. Cetakan

ke-6.27-45hlm.

Maulida.R. 2000. Peningkatan Fosfat Larut Dengan Berbagai Campuran Limbah Padat Industri Tapioka Dan Asan Sulfat Pada Waktu Inkubasi Berbeda. Skripsi. UNILA. Bandar Lampung

Maryam. 2008. Aplikasi Wastewater Sluge untuk Proses Pengomposan Serbuk Gergaji. PT Novartis Biochemie. Bogor.

Marsono. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya Jakarta.160 hlm. Marsono dan Sigit. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya

Jakarta.160 hlm.

Nugroho, A., N.Basuki dan M.A. Nasution. 2009.Pengaruh pemberian pupuk kandang dan kalium terhadap kualitas jagung manis pada lahan kering. Habitat 10 (105). p. 33–38.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 2008. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.


(5)

31

Purbayanti, E.D., Lukiwati, D.R., trimulatsih, R. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah

“Terjemah dari Fundamentals Of Soil Science”. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Rinsema., 1986.Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya, Jakarta

Ryan, I. 2010. Respon Tanaman Sawi (Brasica junceaL.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi pada Tanah Asal Bumi Wonorejo Nabire. Jurnal Agroforesti V(4): 310-315.

Rukmana, R. 2004.Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.39 hlm.

Rubatzky, E. Vincent, dan M. Yamaguchi. 1998.Sayuran Dunia 2. ITB. Bandung. Halaman 146-148.

Sutejo, M. M. 1999.Pupuk dan cara pemupukan. PT. Rineka Cipta.Jakarta. 177hlm.

Sutedjo. 2005.Analisis Tanah.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sutarya.Ali , 2005.Analisis Pertumbuhan Tanaman.GadjahMada University

Press, Yogyakarta

Setiawan, Ade Iwan. 2002.Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta :Penebar Swadaya.

Sarief S E., 2006.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 75 hlm.

Sutejo. 2002.Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta :Penebar Swadaya. Semangun, Haryono. 2009.Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di

Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sunarjono, Hendro. 2003.Bertanam 3o Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Bogor. Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat

Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. Jurnal Tanah Tropika 14(3): 211-219.

Syekhfani. 2003.Ekologi Industri.Andi Offset. Yogyakarta.

Sukristiyonubowo.2003.Pengaruh Penambahan Urea, Kompos Cair, dan Campuran Kompos Dengan Gula Terhadap Kandungan BOD dan COD Pada Pengolahan Air Limbah Pencelupan.Laboratorium Kimia


(6)

Sarjana Kimia. Institut Pertanian Bogor .

Thompos dan Kelly.2005.Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi(Total

Suspended Solid)Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 14430, Indonesia.Makara Sains Vol. 7, No. 3.

Yandianto. 2003. Keterampilan Bercocok Tanam Hortikultura. M2S, Anggota Ikapi. Bandung.


Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair

1 80 69

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair

1 95 115

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi Pakchoy (Brassica rapa. L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kascing

12 125 58

PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK LIMBAH BAGLOG JAMUR DAN PEMUPUKANTAKARAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PAKCHOY (Brassica chinensis L.)

0 4 37

Laporan Penelitian Respons Pupuk Organik Cair Terhadap Tanaman Pakchoy (Brassica Chinensis, L. Varietas Sawi Hijau).

0 1 17

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) akibat Pemberian Berbagai Pupuk Limbah Organik. - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 6

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) akibat Pemberian Berbagai Pupuk Limbah Organik. - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 3 11

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) akibat Pemberian Berbagai Pupuk Limbah Organik. - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 4

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.) akibat Pemberian Berbagai Pupuk Limbah Organik. - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 12

44 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.)

0 3 7